"Kenapa nggak bisa? Aku pulang hanya ingin mengajak kamu makan siang. Titipkan saja lah toko sama mereka. Cuma sebentar aja kok," protes Roy. Ia merasa kalau memang ingin mengajak Reva pergi untuk makan siang sekarang juga."Ya sudah, sebentar aku titip toko dulu sama mereka," jawab Reva kemudian menuju toko dan menitipkan toko pada Lina. Saat ditinggal Roy dan Reva pergi, Tika melihat kalau toko juga mulai ada yang datang. "Biar aku yang ke depan," ucap Tika gegas menuju ke toko.Lina merasa tak enak karena tadi yang dititipi toko adalah dirinya. Tetapi ia juga tak mau berfikir buruk pada rekan kerjanya.Tika membuka dan menutup laci uang untuk memberikan uang kembalian pada pembeli. Ada hal yang menarik baginya. Karena tak ada Reva, kalau ia ambil sedikit saja juga nggak akan ketahuan. Ia kemudian menyelipkan beberapa lembar uang seratus dan lima puluh ribu di sakunya. Tak sengaja Lina memergoki Tika yang menyimpan uang dari laci dan dimasukkan dalam saku. Tetapi ia kemudian pura-p
"Serius?" tanya Reva polos. Ia memang tak mengerti hal itu. Ia juga tak mencari tahu tentang perhiasan mahal. "Iya, aku memang menyiapkan itu sih. Apa sih yang nggak buat istri tercinta. Tapi aku harap kalau nisa kamu tak akan menjualnya demi apapun, Reva. Jujur, aku kasih itu ke kamu setidaknya ada barang berharga yang bisa kamu miliki," jawab Roy.Reva tersenyum. Sebenarnya ia tak butuh semua itu. Sebagai wanita yang pernah gagal dalam sebuah pernikahan, bagi Reva ketulusan dan kejujuran pasangan itu jauh lebih berharga dari apapun. Tetapi ia bersyukur memiliki suami yang kaya dan ia tak sampai kekurangan suatu apapun. "Terima kasih, Roy. Kamu memang suami yang baik," jawab Reva.Mereka pun segera pulang. Karena Roy harus segera ke kantor karena ada meeting dengan klien sebentar lagi. Tanpa ikut turun Roy langsung menuju ke kantor dan Rwva dengan hati yang berbunga langsung menuju ke tokonya. Ia melihat kedua karyawan nya sedang bekerja di ruang produksi. "Kalian sudah makan sian
Malam hari itu juga Reva menyuruh orang untuk memasang kamera cctv dengan pengawasan oleh Roy. Ia melihat istrinya sedang kesulitan sejak tadi dan ia mau membantu Reva. Reva dan Roy meminta untuk meletakkan kamera cct di dua tempat yang pertama di toko dan tertutup oleh lampu. Pandai sekali mereka mendesain. Pantas saja Roy adalah pengusaha kaya dan bisa saja melakukan apa yang ia inginkan. Yang kedua di ruang produksi di belakang lemari dan lengkap bisa merekam suara juga.Setelah beres Reva menutup tokonya dan kemudian menunggu hari esok. Keesokan harinya, Reva menitipkan kembali tokonya pada Lina dan Tika. Dengan alasan Reva ingin ke salon. Tetapi itu hanya lah alibinya saja. Kamera cctv juga terhubung melalui ponselnya. Sehingga bisa memantau toko dan rumah produksi dari mana dan kapan pun ia mau. Ia memang sengaja melakukan itu agar mengetahui sebenarnya apa yang ada di toko sebenarnya. Reva benar ke salon. Dari pada membuang waktu percuma ia memilih untuk ke salon. Sudah sangat
Reva kemudian masuk ke dalam rumah. Ia menunggu kedatangan Roy yang sebentar lagi akan pulang. Tak lama kemudian mobil Roy pun tiba. Reva sudah bersiap di depan pintu untuk menyambut kedatangan suaminya."Tara," ucap Reva dengan membuka pintu."Loh, ini siapa?" tanya Roy menggoda istrinya."Ih, kamu nih. Ya aku lah. Tadi kan aku bilang mau ke salon. Dan ini aku ganti rambut pendek. Kamu suka nggak?" balas Reva."Suka, aku suka kamu mau bagaimana pun," jawab Roy kemudian masuk ke dalam rumah."Yah, maksudku kamu lebih bagaimana melihat aku kemarin rambut panjang atau lebih pendek?" tanya Reva memaksa. Ia hanya ingin dipuji lebih cantik. Karena sebenarnya perempuan memang sangat suka mendapatkan pujian."Aku suka melihat kamu kalau senyum, Sayang. Aku nggak menilai kamu dari panjang atau pendeknya rambut kamu," jawab Roy yang diikuti Reva masuk ke dalam kamar.Reva justru cemberut. Ia tak menanggapi ucapan Roy sekali pun. Ia justru duduk di tepi ranjang dengan wajah ditekuk. "Kenapa k
"Kenapa kamu liatin aku terus? Kamu mau lagi?" tanya Roy yang membuat Reva terkejut. Ia tak menyangka kalau Roy menyadari saat dirinya sedang memperhatikan Roy."Hih, kamu nih." Reva merasa malu karena ada Bi Ira. Tetapi Bi Ira juga paham. Sebagai pasangan baru juga tentu masih sedang panas-panasnya. Jadi ia juga tak heran. Makan malam pun usia. Reva memilih duduk di depan ruangan tengah bersama Roy. "Roy, apakah pernah orang yang ada di kantor mu berkhianat?" tanyanya."Maksudmu?""Yah, aku tanya saja. Jadi apakah ada karyawan kamu yang berbuat tidak baik dan merugikan kamu? Lalu kalau ada sikapmu akan seperti apa?" jelas Reva. "Aku kick dia lah. Aku nggak suka ada pengkhianat di tempat ku kerja. Memang ada apa?" balas Roy."Itu Tika, aku memergoki dia ambil uang dari toko. Awalnya sih aku nggak menaruh curiga. Tapi kemarin saat kita makan siang bersama terus aku kembali kue di rak banyak yang habis tapi kok uangnya cuma sedikit. Dan aku pasang cctv sengaja kd salon memang benar k
"Angga sama Tio di rumah. Angga nggak mungkin aku ajak ke sini," jawab Mila dengan menunduk.Mila manggut-manggut. "Bagaimana kondisi Tio?" tanya Mila."Tio sudah jauh lebih baik. Terima kasih atas kebaikan kamu dan suami kamu yang mau membantu kami. Dan Tio juga sudah tak lagi merasa gatal. Uang dari kamu sudah aku tebuskan obat jadi Tio bisa selalu minum obat. Ruam di tubuhnya perlahan juga mengering. Jadi aku berani tinggal Angga sama Tuo sementara aku yang bekerja," jawab Mila panjang lebar. "Ya sudah kalau begitu. Kalau memang sudah jalannya untuk bisa sembuh. Ngomong-ngomong apa kamu ada pengalaman untuk membuat kue kering?" tanya Reva."Aku nggak ada pengalaman kerja apapun. Kaku tahu sendiri dari dulu aku nggak pernah bekerja dan baru sekarang mau cari kerja," jawab Mila."Ya sudah, nanti kamu menimbang kue saja dulu sama lihat kedua Lina dan Tika membuat kue," ucap Reva. Lalu mengajak Mila menuju ke rumah produksi. Ia memperkenalkan pada Tika. Kalau Lina sudah keponakannya s
Reva menuju ke toko saat terlihat ada pembeli. "Maaf, mau cari apa?" tanyanya saat ibu paruh baya itu menghampiri tokonya."Saya cuma mau pesan tidak mau beli dulu. Kalau untuk satu minggu lagi apakah bisa?" tanya perempuan itu."Oh, bisa, Bu. Mau pesan apa? Ini ada taster untuk bisa dicoba dulu!" jawab Reva kemudian memberikan teater beberapa kue kering yang memang disediakan.Perempuan tersebut kemudian memilih nastar dan lidah kucing. "Sama mau pesan nastar ini seratus toples. Tapi apa bisa saya bayar lima puluh persen dulu nanti kalau sudah selesai saya lunasi semua," tanya perempuan tersebut. "Boleh, Bu. Sebentar saya catat pesanannya dulu. Atas nama ibu siapa?" tanya Reva sudah siap memegang nota pembelian."Atas nama ibu Rahayu," jawab Bu Rahayu."Baik, ini nanti mau dikirim ke alamat mana? Ada ongkos kirimnya ya, Bu," ucap Reva kemudian Bu Rahayu memberikan alamat dan langsung Reva memberikan nota pembelian tersebut. Ia lantas melihat ketiga karyawan nya sedang bekerja."Kali
"Wah, Tika sih sudah keterlaluan, Non. Kalau bisa sudahi saja lah, Non! Mau menunggu apa lagi juga. Dia nggak bisa dikasih hati. Lebih baik ungkap saja kesalahan dia terus bilang saja ke dia untuk tidak lagi bekerja tanpa memberikan apapun,'' usul Bi Ira."Iya sih. Kerjanya dia memang bagus. Aku akui dia memang rajin dan menghasilkan kue yang enak. Tapi ya itu dia terus saja yang dipikirkan adalah uang dan uang saja. Aku kira menunggu sampai waktunya gajian bulan depan. Jadi aku masih bisa pakai tenaga dia untuk bekerja. Tapi aku batasi banget untuk dia tak pinjam uang atau mencuri lagi," sahut Reva.Bi Ira setuju saja. Karena kalau ia ikut membuat kue di ruang produksi pekerjaan rumah jadi agak terbengkalai. Jadi ia rasa keputusan majikannya sudah benar.Saat Roy pulang, Reva menceritakan lagi kekesalannya pada Roy. Reva mengatakan apa yang ia ingin katakan sama Roy. Roy juga mendengarkan sampai selesai cerita istrinya itu. Seperti yang dikatakan pada Bi Ira kalau Reva akan menunggu