"Wah, Tika sih sudah keterlaluan, Non. Kalau bisa sudahi saja lah, Non! Mau menunggu apa lagi juga. Dia nggak bisa dikasih hati. Lebih baik ungkap saja kesalahan dia terus bilang saja ke dia untuk tidak lagi bekerja tanpa memberikan apapun,'' usul Bi Ira."Iya sih. Kerjanya dia memang bagus. Aku akui dia memang rajin dan menghasilkan kue yang enak. Tapi ya itu dia terus saja yang dipikirkan adalah uang dan uang saja. Aku kira menunggu sampai waktunya gajian bulan depan. Jadi aku masih bisa pakai tenaga dia untuk bekerja. Tapi aku batasi banget untuk dia tak pinjam uang atau mencuri lagi," sahut Reva.Bi Ira setuju saja. Karena kalau ia ikut membuat kue di ruang produksi pekerjaan rumah jadi agak terbengkalai. Jadi ia rasa keputusan majikannya sudah benar.Saat Roy pulang, Reva menceritakan lagi kekesalannya pada Roy. Reva mengatakan apa yang ia ingin katakan sama Roy. Roy juga mendengarkan sampai selesai cerita istrinya itu. Seperti yang dikatakan pada Bi Ira kalau Reva akan menunggu
"Setelah kami melakukan pengecekan semuanya bagus. Sebenarnya paling penting dari program hamil lia adalah Rutin Melakukan Hubungan Intim. Waktu terbaik untuk melakukan hubungan intim ketika wanita berada dalam masa subur, makanan Sehat, menerapkan Hidup Sehat, olahraga, cukup istirahat, mengontrol Berat Badan, dan melakuakan pemeriksaan Kesehatan seperti yang Anda berdua lakukan sekarang ini. Jadi saran saya lakukan saja itu semua dan tentu dengan berdoa. Karena pemilik hidup juga bukan kita. Kita hanya bisa berdoa dan ikhtiar," jelas dokter Rania dengan senyum yang meneduhkan. "Baik, Dok. Terima kasih atas saran yang diberikan," sahut Reva."Oh ya ini ada vitamin tambahan bisa dikonsusmi oleh Bapak atau pun ibu juga," imbuh dokter. "Terima kasih banyak, Dok. Kalau begitu kami permisi dulu," pamit Roy dengan menggandeng tangan Reva. Di sepanjang jalan menuju ke parkiran tangan Roy masih menggenggam tangan Reva. "Kita bisa lakukan program ini, ya? Kamu harus makan makanan yang seha
Keesokan harinya ternyata pagi-pagi sekali Bi Ira sudah mencarikan gambas untuk Reva. Dan tak usah ke pasar di tukang jual sayur biasa mangkat pagi hari masih ada gambas. Reva tak tahu kalau Bi Ira membuat sayur gambas pagi ini. Saat hendak sarapan bersama Roy, ia melihat aroma sayur gambas mulai ter ium di indera penciumannya. "Wah, sudah ada, Bi, sayur gambasnya," celetuk Reva."Iya, Non. Sesuai pesanan, Non, nih," sahut Bi Ira sambil masih menyiapkan minuman di meja makan."Kamu lagi kepengen sayur itu, Rev?" tanya Roy yang baru saja duduk di meja makan."Iya, aku kangen masakan ibuku. Ibuku kan suka masak sayur gambas di warung. Jadi aku pengen makan itu," jawab Reva."Ya kamu makan! Dihabiskan loh, kasihan Bi Ira sudah masak susah-susah," titah Roy kemudian mengambil lauk yang lain."Kamu juga makan dong! Masa iya cuma aku yang makan sayur tapi kamu enggak. Kan makan makanan sehat," jawab Reva. Ia ingin kalau Roy harus belajar makan sayur agar tidak melulu ikan dan protein saja.
Reva baru kali ini bertemu dengan kakaknya Roy yang menurut Bi Ira bekerja sebagai guru. Lelaki itu mirip dengan Roy. Ia bernama Rio. Ia bekerja sebagai guru di salah satu sekolah internasional yang cukup terkenal. Sedangkan istrinya bersama Lia yang bekerja sebagai ibu rumah tangga yang mengurus buah hati merasa yang bernama Niko. Niko masih sekitar usia empat tahun. Wajahnya juga mirip sama Rio."Kamu Reva, ya?" ucap Lia saat Reva mulai mendekat."Iya, kak. Aku Reva. Senang bertemu dengan kakak," jawab Reva. Ia melihat wajah kakak iparnya itu dengan balutan hijab. Ia bahkan hanya memakai tak pernah pakai hijab."Syukurlah kita bisa bertemu sekarang. Saat aku dengar Roy menikah kita tidak tahu karena kalian menikah juga diam-diam,'' ucap Lia.Reva merasa kalau Arumi bisa menerima keberadaan nya di sana."Iya, kak. Aku juga hanya mendengar kak Arumi dari Bi Ira," jawab Lia."Oh, Bi Ira ikut kalian, ya? Bagus lah, Bi Ira memang pekerja keras dan juga baik." Lia kemudian mengikuti Niko
"Tapi aku nggak sampai keguguran. Aku memang diberikan minuman waktu itu. Tapi aku juga nggak minum. Waktu itu tanpa sepengetahuan ibu aku buang di wastafel. Dan aku minta sama Mas Rio untuk tinggal terpisah sama mereka. Dan Mas Rio setuju," jawab Lia.Reva tak menyangka ternyata ibu mertuanya memang sangat jahat. Kalau saja bertemu dengan Lia sebelum Bu Wendah memberikan jamu tentu ia tak akan minum pemberian Bu Wendah tidak kehilangan janinnya. Tapi takdir berkata lain dan yang terjadi tidak seperti apa yang ia inginkan. "Beruntung sekali Kak Lia. Tapi aku benar-benar kehilangan bayiku. Bahkan setelah beberapa bulan aku belum bisa hamil lagi." Reva sangat sedih mengingat setelah kehilangan calon anaknya."Sabar ya, Reva! Tapi kamu bisa kok ambil hati ibu. Tapi yah tentu kamu harus merogoh kocek agak lebih," sahut Lia."Maksud kak Lia?" tanya Reva. Kenapa dirinya harus merogoh kocek lebih."Iya, ibu itu suka barang-barang branded. Aku memang anak orang kaya yang apapun bisa ambil. Buk
"Tika, saya sudah lelah sama kamu. Saya susah mencoba bersabar sama kamu. Tetapi kamu masih saja berbuat curang bahkan sampai hari ini," ucap Reva."Masud Bu Reva apa?" tanya Tika."Maksud ku adalah kenapa kamu ambil uang toko?" balas Reva."Siapa yang bilang, Bu? Pasti Lina yang ingin menfitnah saya, ya?" tuduh Tika."Kamu duduk saja di sini dan liat apa yang ada di layar komputer itu!'' titah Reva. Ia sudah lelah banyak bicara pada Tika.Tika melihat dan mendengar sendiri rangkuman video yang dilakukan oleh dirinya sendiri. Dan juga ia melihat apa yang ia lakukan dan katakan pada Lina dan Mila saat berada di ruang produksi.Tika melirik ke sudut ruang ia tak melihat adanya kamera. Tetapi kenapa bisa ada rekaman tersebut."Kamu masih mau mengelak?" tanya Reva."Maaf, Bu. Tapi tolong jangan laporkan saya! Saya melakukan itu juga ada alasan." Tika masih saja belum mau mengaku. Entah alasan apa lagi yang akan ia berikan pada Reva."Untuk apa, Tika? Kamu tidak tahu kalau kalung yang kamu
"Saat kamu ketemu pertama kali melihat aku bagaimana?" tanya Roy.Reva mengingat saat dirinya pertama kali bertemu dengan Roy yang ketika Roy memang bersikap dingin dan begitu arogan. "Nyebelin.""Tapi sekarang cinta, 'kan?" goda Roy sambil mencubit lembut pipi istrinya itu."Iya sih. Tapi aku beneran ingat saat kamu sok merintah begini dan begitu karena kamu atasan. Apa memang kamu seperti itu sama bawahan kamu?" tanya Reva.Roy hanya menggeleng. "Aku bukan tipe cowok yang begitu. Karena aku melihat kamu langsung klik ya aku akan mencari tahu tentang kamu. Dan ternyata kita berjodoh.""Aku harap kita akan terus seperti ini, ya? Aku pernah memikirkan kalau misal aku meninggal lebih dahulu apakah kamu akan menikah lagi?" tanya Reva. Ia memang tak bisa melawan takdir. Siapa yang hidup tentu akan mati. Begitu lah garis takdirnya. "Aku memikirkan kalau menikah satu kali dan tak memikirkan lagi untuk menikah,'' jawab Roy mantap.''Asal kamu tahu, aku dulu juga berfikir begitu. Hidup satu
Reva terbangun tepat pukul tujuh pagi. Ia tak menyadari ketika Roy sudah tak ada di sampingnya lagi. Tetapi Roy masih berada di kamar dan sedang bersiap-siap kerja."Kamu sudah mau berangkat?" tanya Reva."Iya, aku harus ke luar kota hari ini. Aku tak bisa makan di rumah, ya? Karena aku harus berangkat sekarang juga." Roy masih membetulkan jasnya. "Oh gitu. Iya, kamu hati-hati di jalan, ya?'' sahut Reva. Ia kemudian memeluk Roy dari belakang. Mencium harumnya sampo yang dipakai oleh Roy."Kenapa? Kamu mau ikut?" tanya Roy."Enggak lah. Aku cuma mau peluk kamu saja kok." Reva masih mendakap tubuh suaminya. Ia terlalu cinta sama suaminya dan sebenarnya nggak mau jauh-jauh darinya. Tapi ia sadar Roy bekerja juga untuk dirinya. "Kamu kenapa?" tanya Roy."Aku nggak apa-apa kok. Ya sudah, kamu hati-hati di jalan. Terima kasih buat sate tadi malam, aku sudah makan kok,'' ujar Reva."Iya. Ya sudah kalau begitu aku berangkat dulu, ya?'' pamit Roy kemudian mengecup kening Reva dan juga bibirn
"Akhirnya kamu menikah, Mega," ucap Reva. Kandungan Reva sudah memasuki usia sembilan bulan dan hanya menunggu waktu lahir saja. Meskipun sebenarnya dokter tidak menyarankan untuk melakukan perjalanan perjalanan terutama jalan yang tidak rata. Tetapi Reva tetap memaksa untuk bisa datang di acara pernikahan adiknya."Terima kasih, kak. Ini juga semua berkat kak Reva. Sudah meyakinkan aku kalau jodoh tak akan kemana," sahut Mega. "Kamu harus raih cita-cita mu jadi dokter loh," peringat Reva."Tentu, kak. Aku akan fasilitasi Mega di rumah sakit yang aku pegang saat ini. Aku akan wujudkan cita-cita Mega untuk bisa jadi dokter. Kalau Mega mau aku akan menyekolahkan dia jadi dokter spesialis," sahut Ivan. Ia tak sengaja mendengar obrolan istri dan kakak iparnya."Iya, kamu jaga baik-baik adikku ya, Ivan! Aku harap kamu bisa mengerti dia kalau masih bersikap seperti anak kecil. Karena pada dasarnya Mega ini adalah anak yang manja yang kemudian tiba-tiba berstatus menjadi istri orang," tita
Satu minggu kemudian.Bu Ningsih sudah memulai aktivitas kembali. Dia membuka warungnya seperti biasa. Para pelanggan pun juga sudah berdatangan ke warungnya. Ada orang yang kebetulan lewat dan makan di sana. Ia ini dikirimkan oleh Ayahnya Ivan."Bu, nasi campur satu," pesan seorang tadi. "Lauk apa, Pak?" tanya Bu Ningsih."Telur pakai sayur nangka muda saja, Bu," jawab orang tadi.Bu Ningsih pun mengantarkan pesanan itu untuk orang tadi. "Bu, kok sering tutup sih warungnya?" tanya orang tadi."Ya, ada beberapa hal di kota dan harus diselesaikan." Bu Ningsih tak tertarik dengan obrolan dari pelanggan nya tersebut. Karena tak banyak respon akhirnya orang tadi pun diam. Tak berselang lama orang tua Ivan pun yang datang. Mereka memesan di warung Bu Ningsih tetapi masih memakai masker. Setelah selesai makan pun Ayahnya Ivan hendak membayar. "Berapa semua, bu?" "Empat puluh ribu rupiah, Pak,'' jawab Bu Ningsih. Ayahnya Ivan memberikan uang seratus ribu. Dan hendak mengembalikan Ay
"Sebenarnya apa penyebab ibu saya meninggal?" tanya Roy pada petugas lapas."Jadi beberapa minggu terakhir ini ibu Anda memang sakit dan sudah beberapa kali juga kami antar ke rumah sakit. Tetapi kami menyarankan untuk memberitahukan pada pihak keluarga. Tetapi Bu Wendah menolak dan ingin merahasiakan semua penyakit nya dari keluarga. Menurutnya dia malu pada keluarga nya. Jadi lebih memilih untuk diam. Dan tadi malam kondisi Bu Wendah benar-benar menurun. Kami akan bawa ke rumah sakit dia menolak. Dia tetap ingin berada di sini dan justru menitipkan surat pada pihak kami. Lalu tadi pagi kata temannya Bu Wendah saat akan dibangunkan suhu tubuhnya sudah dingin dan tak sadarkan diri. Kami periksa dan ternyata sudah meninggal sejak tadi malam," terang petugas lapas panjang lebar.Roy dan ayahnya saling memandang. Mereka selama ini tak tahu kalau ternyata Bu Wendah sakit. Mereka hanya bisa menerima takdir. Tetapi sebuah surat yang dititipkan pada petugas lapas diterima Roy. Begini lah i
Reva merencanakan untuk mengadakan acara tujuh bulanan. Acara ini memang sengaja ia gelar untuk keselamatan ibu dan bayi serta juga media untuk berbagi sesama. Melihat kebahagiaan orang membuat Reva juga bahagia. Reva melihat kebahagiaan para tamu undangan dan diberikan hampers berupa kue dari tokonya. Ia merasa tak akan rugi membagikan itu semua. Ini adalah jalan untuk berbagi dan memperkenalkan secara luas kue buatannya. Bu Ningsih dan Pak Haris juga datang. Begitu juga dengan Pak Toni selaku ayah dari Roy. Kehangatan keluarga besar itu pun sangat terasa. Begitu juga dengan para anak panti asuhan yang sengaja diundang hadir oleh Reva. Kali ini Roy juga lebih senang karena ada perwakilan keluarga nya yang hadir di acara perayaan tujuh bulanan. Segala doa dilanjutkan dan minta diberikan keselamatan sampai anak Reva lahir. Kalau pun sudah lahir Reva dan bayinya juga didoakan untuk bisa sehat terus. Dan menjelang sore pun semua tamu undangan pulang. Reva mengadakan acara tujuh bulan
Reva tahu bagaimana perasaan adiknya. Ia memang tak pernah ada di posisi Mega. Hanya saja ia pernah ditolak oleh orangtua nya dan memilih untuk pergi dari rumah karena ingin mengejar cintanya pada Roy. Apakah Reva akan memberikan nasihat seperti itu pada Mega? Tentu saja tidak. Reva hanya ingin pengalaman di masa lalunya tidak terulang untuk adiknya. Karena Mega sebenarnya anak penurut tidak seperti Reva yang lebih bar bar. Apalagi Mega juga tak pernah macam-macam. Sehingga Mega akan tetap menurut apa kata orang tuanya. Baginya keputusan orang tuanya adalah hal yang baik baginya. Karena baginya ridho tuhan ada pada orang tuanya."Kak, apakah aku memang tidak berjodoh dengan Ivan?" tanya Mega lirih."Kalau jodoh nggak akan kemana kok. Kamu lihat aku kan? Bagaimana aku bisa mendapatkan restu ibu untuk bisa menikah dengan Roy? Pada saat Roy sudah jadi menantunya pun juga masih diuji dengan berbagai masalah. Tidak hanya sampai situ, Mega! Kamu harus berdoa dan berusaha selagi kamu bisa,"
Ivan menggigit bibirnya. Ia merasa ada salah paham di sana. "Maaf, kami akan membatalkan rencana pernikahan Mega dan Ivan." Bu Ningsih langsung bangkit dan langsung menggandeng tangan suaminya dan Mega juga. Reva kemudian menghentikan langkah ibunya. "Bu, tolong dengarkan dulu penjelasan mereka! Aku yakin mereka bukan berbohong karena ingin menyakiti pihak kita." Ia yakin keluarga Ivan hanya tak ingin kalau Ivan terlihat seperti orang kaya saja. "Untuk apa, Reva? Sudah jelas tadi kita dengar kalau mereka berbohong, 'kan? Ibumu ini memang miskin tetapi bukan berarti bisa saja dipermainkan." Bu Ningsih benar-benar marah dan tak menyangka Ia bisa dipermainkan oleh calon besannya. Tampak Mega juga berkaca-kaca. Antara kecewa kepada Ivan atau sedih jika keluarga nya telah membatalkan setidaknya rencana pernikahan tersebut.Jika Bu Ningsih sudah berkehendak tentu saja tak ada yang bisa menghalangi. Bu Ningsih benar-benar pulang. Roy masih memahami situasi tersebut. Ia makin yakin kalau
Reva menghela napas. Ia ingat betul saat pernikahan pertama nya dengan Tio yang kandas di usia pernikahan yang tergolong masih baru. Tapi apalah daya. Sekelas mungkin Reva berusaha tetapi Tio lah yang membawa tamu ke rumah. Tamu itu adalah madunya. Reva juga ingin menikah sekali seumur hidup. Tetapi ternyata keinginan nya tak tercapai. Ia baru merasakan kebahagiaan sebenarnya setelah menikah dengan Roy."Sebenarnya kalau sulit tidak. Hanya saja perlu adanya komitmen yang kuat antara kedua belah pihak. Kamu tahu kan aku juga pernah gagal di pernikahan ku yang pertama?" Mega terhenyak. Ia menyadari memang kakaknya pernah gagal dalam pernikahan pertama. "Iya, kak. Aku mengerti.""Kamu sudah yakin sama Ivan?" tanya Reva meyakinkan. "Sudah, kak. Aku memang suka sih sama Ivan. Tapi mana mungkin aku berani mengatakan kalau aku suka sama dia. Tapi ternyata Ivan juga suka sama aku. Aku nggak percaya akan hal itu,'' jawab Mega."Ya sudah kalau kamu memang yakin. Masalah pekerjaan itu bukan la
Mereka pun duduk bersama di ruang tamu. Hanya Reva saja yang masih belum hadir di sana. "Mega, ngomong-ngomong kakakmu nggak pulang?" tanya Ivan."Ada, dia sedang tidur. Baru datang tadi pagi. Maklum ibu hamil begitu," jawab Mega. Sebenarnya ia malu kalau berbicara dengan Ivan di hadapan keluarga mereka masing-masing. "Yah, maksud kedatangan kami ini untuk melamar Mega, Pak, Bu. Ivan ini memang anak kami satu-satunya. Dia ingin menikahi Mega. Tetapi seperti yang Ivan katakan kalau dia hanyalah office boy. Apakah Bapak dan Ibu setuju?" tanya ayahnya Ivan."Sejak awal Mega mengatakan kami memang tidak keberatan dengan pekerjaan apapun. Kami juga dari kampung dan saya juga hanya membuka warung di sini. Bukan lah orang kaya. Yang penting pekerjaan halal dan Ivan juga serius dengan Mega bagi kami tak masalah," jawab Bu Ningsih.Orang tua Ivan pun saling memandang. Mereka saling melemparkan senyum. "Hanya saja untuk menikah kami sarankan untuk menunggu minimal Mega lulus kuliah, Pak. Kan
Roy mengajak Reva makan di tempat yang Reva inginkan yaitu di ayam geprek. Roy memesan tempat yang nyaman untuk Reva. Reva kemudian memesan ayam geprek level satu meskipun sebenarnya Reva ingin yang super pedas. Tetapi ia tahu kalau Roy tak akaN mengizinkan. Dan kalau pun memaksa dirinya lah yang akan sakit perut sendiri. Tak berselang lama pesanan Reva pun tiba. Ia sudah tak sabar untuk makan ayam krispi yang digeprek lengkap dengan sambal. Ia ingin makan dengan segera. Setelah datang pun Reva tak lupa berdoa agar ia makan juga baik untuk dirinya dan bayi yang ada di dalam kandungan nya. Roy hanya menggelengkan kepalanya karena tingkah sang istri. Ia juga ikut makan di samping Reva. Reva makan dengan lahap dan tak butuh waktu lama ayam geprek dan nasi pun sudah ludes. "Enak banget nih," ucap Reva setelah selesai mencuci tangan."Mau dibawa pulang juga?" usul Roy."Boleh tuh." Reva dengan semangat untuk membawa pulang ayam geprek. Reva dan Roy pun pulang. Reva merasa lelah. Ia but