Malam hari itu juga Reva menyuruh orang untuk memasang kamera cctv dengan pengawasan oleh Roy. Ia melihat istrinya sedang kesulitan sejak tadi dan ia mau membantu Reva. Reva dan Roy meminta untuk meletakkan kamera cct di dua tempat yang pertama di toko dan tertutup oleh lampu. Pandai sekali mereka mendesain. Pantas saja Roy adalah pengusaha kaya dan bisa saja melakukan apa yang ia inginkan. Yang kedua di ruang produksi di belakang lemari dan lengkap bisa merekam suara juga.Setelah beres Reva menutup tokonya dan kemudian menunggu hari esok. Keesokan harinya, Reva menitipkan kembali tokonya pada Lina dan Tika. Dengan alasan Reva ingin ke salon. Tetapi itu hanya lah alibinya saja. Kamera cctv juga terhubung melalui ponselnya. Sehingga bisa memantau toko dan rumah produksi dari mana dan kapan pun ia mau. Ia memang sengaja melakukan itu agar mengetahui sebenarnya apa yang ada di toko sebenarnya. Reva benar ke salon. Dari pada membuang waktu percuma ia memilih untuk ke salon. Sudah sangat
Reva kemudian masuk ke dalam rumah. Ia menunggu kedatangan Roy yang sebentar lagi akan pulang. Tak lama kemudian mobil Roy pun tiba. Reva sudah bersiap di depan pintu untuk menyambut kedatangan suaminya."Tara," ucap Reva dengan membuka pintu."Loh, ini siapa?" tanya Roy menggoda istrinya."Ih, kamu nih. Ya aku lah. Tadi kan aku bilang mau ke salon. Dan ini aku ganti rambut pendek. Kamu suka nggak?" balas Reva."Suka, aku suka kamu mau bagaimana pun," jawab Roy kemudian masuk ke dalam rumah."Yah, maksudku kamu lebih bagaimana melihat aku kemarin rambut panjang atau lebih pendek?" tanya Reva memaksa. Ia hanya ingin dipuji lebih cantik. Karena sebenarnya perempuan memang sangat suka mendapatkan pujian."Aku suka melihat kamu kalau senyum, Sayang. Aku nggak menilai kamu dari panjang atau pendeknya rambut kamu," jawab Roy yang diikuti Reva masuk ke dalam kamar.Reva justru cemberut. Ia tak menanggapi ucapan Roy sekali pun. Ia justru duduk di tepi ranjang dengan wajah ditekuk. "Kenapa k
"Kenapa kamu liatin aku terus? Kamu mau lagi?" tanya Roy yang membuat Reva terkejut. Ia tak menyangka kalau Roy menyadari saat dirinya sedang memperhatikan Roy."Hih, kamu nih." Reva merasa malu karena ada Bi Ira. Tetapi Bi Ira juga paham. Sebagai pasangan baru juga tentu masih sedang panas-panasnya. Jadi ia juga tak heran. Makan malam pun usia. Reva memilih duduk di depan ruangan tengah bersama Roy. "Roy, apakah pernah orang yang ada di kantor mu berkhianat?" tanyanya."Maksudmu?""Yah, aku tanya saja. Jadi apakah ada karyawan kamu yang berbuat tidak baik dan merugikan kamu? Lalu kalau ada sikapmu akan seperti apa?" jelas Reva. "Aku kick dia lah. Aku nggak suka ada pengkhianat di tempat ku kerja. Memang ada apa?" balas Roy."Itu Tika, aku memergoki dia ambil uang dari toko. Awalnya sih aku nggak menaruh curiga. Tapi kemarin saat kita makan siang bersama terus aku kembali kue di rak banyak yang habis tapi kok uangnya cuma sedikit. Dan aku pasang cctv sengaja kd salon memang benar k
"Angga sama Tio di rumah. Angga nggak mungkin aku ajak ke sini," jawab Mila dengan menunduk.Mila manggut-manggut. "Bagaimana kondisi Tio?" tanya Mila."Tio sudah jauh lebih baik. Terima kasih atas kebaikan kamu dan suami kamu yang mau membantu kami. Dan Tio juga sudah tak lagi merasa gatal. Uang dari kamu sudah aku tebuskan obat jadi Tio bisa selalu minum obat. Ruam di tubuhnya perlahan juga mengering. Jadi aku berani tinggal Angga sama Tuo sementara aku yang bekerja," jawab Mila panjang lebar. "Ya sudah kalau begitu. Kalau memang sudah jalannya untuk bisa sembuh. Ngomong-ngomong apa kamu ada pengalaman untuk membuat kue kering?" tanya Reva."Aku nggak ada pengalaman kerja apapun. Kaku tahu sendiri dari dulu aku nggak pernah bekerja dan baru sekarang mau cari kerja," jawab Mila."Ya sudah, nanti kamu menimbang kue saja dulu sama lihat kedua Lina dan Tika membuat kue," ucap Reva. Lalu mengajak Mila menuju ke rumah produksi. Ia memperkenalkan pada Tika. Kalau Lina sudah keponakannya s
Reva menuju ke toko saat terlihat ada pembeli. "Maaf, mau cari apa?" tanyanya saat ibu paruh baya itu menghampiri tokonya."Saya cuma mau pesan tidak mau beli dulu. Kalau untuk satu minggu lagi apakah bisa?" tanya perempuan itu."Oh, bisa, Bu. Mau pesan apa? Ini ada taster untuk bisa dicoba dulu!" jawab Reva kemudian memberikan teater beberapa kue kering yang memang disediakan.Perempuan tersebut kemudian memilih nastar dan lidah kucing. "Sama mau pesan nastar ini seratus toples. Tapi apa bisa saya bayar lima puluh persen dulu nanti kalau sudah selesai saya lunasi semua," tanya perempuan tersebut. "Boleh, Bu. Sebentar saya catat pesanannya dulu. Atas nama ibu siapa?" tanya Reva sudah siap memegang nota pembelian."Atas nama ibu Rahayu," jawab Bu Rahayu."Baik, ini nanti mau dikirim ke alamat mana? Ada ongkos kirimnya ya, Bu," ucap Reva kemudian Bu Rahayu memberikan alamat dan langsung Reva memberikan nota pembelian tersebut. Ia lantas melihat ketiga karyawan nya sedang bekerja."Kali
"Wah, Tika sih sudah keterlaluan, Non. Kalau bisa sudahi saja lah, Non! Mau menunggu apa lagi juga. Dia nggak bisa dikasih hati. Lebih baik ungkap saja kesalahan dia terus bilang saja ke dia untuk tidak lagi bekerja tanpa memberikan apapun,'' usul Bi Ira."Iya sih. Kerjanya dia memang bagus. Aku akui dia memang rajin dan menghasilkan kue yang enak. Tapi ya itu dia terus saja yang dipikirkan adalah uang dan uang saja. Aku kira menunggu sampai waktunya gajian bulan depan. Jadi aku masih bisa pakai tenaga dia untuk bekerja. Tapi aku batasi banget untuk dia tak pinjam uang atau mencuri lagi," sahut Reva.Bi Ira setuju saja. Karena kalau ia ikut membuat kue di ruang produksi pekerjaan rumah jadi agak terbengkalai. Jadi ia rasa keputusan majikannya sudah benar.Saat Roy pulang, Reva menceritakan lagi kekesalannya pada Roy. Reva mengatakan apa yang ia ingin katakan sama Roy. Roy juga mendengarkan sampai selesai cerita istrinya itu. Seperti yang dikatakan pada Bi Ira kalau Reva akan menunggu
"Setelah kami melakukan pengecekan semuanya bagus. Sebenarnya paling penting dari program hamil lia adalah Rutin Melakukan Hubungan Intim. Waktu terbaik untuk melakukan hubungan intim ketika wanita berada dalam masa subur, makanan Sehat, menerapkan Hidup Sehat, olahraga, cukup istirahat, mengontrol Berat Badan, dan melakuakan pemeriksaan Kesehatan seperti yang Anda berdua lakukan sekarang ini. Jadi saran saya lakukan saja itu semua dan tentu dengan berdoa. Karena pemilik hidup juga bukan kita. Kita hanya bisa berdoa dan ikhtiar," jelas dokter Rania dengan senyum yang meneduhkan. "Baik, Dok. Terima kasih atas saran yang diberikan," sahut Reva."Oh ya ini ada vitamin tambahan bisa dikonsusmi oleh Bapak atau pun ibu juga," imbuh dokter. "Terima kasih banyak, Dok. Kalau begitu kami permisi dulu," pamit Roy dengan menggandeng tangan Reva. Di sepanjang jalan menuju ke parkiran tangan Roy masih menggenggam tangan Reva. "Kita bisa lakukan program ini, ya? Kamu harus makan makanan yang seha
Keesokan harinya ternyata pagi-pagi sekali Bi Ira sudah mencarikan gambas untuk Reva. Dan tak usah ke pasar di tukang jual sayur biasa mangkat pagi hari masih ada gambas. Reva tak tahu kalau Bi Ira membuat sayur gambas pagi ini. Saat hendak sarapan bersama Roy, ia melihat aroma sayur gambas mulai ter ium di indera penciumannya. "Wah, sudah ada, Bi, sayur gambasnya," celetuk Reva."Iya, Non. Sesuai pesanan, Non, nih," sahut Bi Ira sambil masih menyiapkan minuman di meja makan."Kamu lagi kepengen sayur itu, Rev?" tanya Roy yang baru saja duduk di meja makan."Iya, aku kangen masakan ibuku. Ibuku kan suka masak sayur gambas di warung. Jadi aku pengen makan itu," jawab Reva."Ya kamu makan! Dihabiskan loh, kasihan Bi Ira sudah masak susah-susah," titah Roy kemudian mengambil lauk yang lain."Kamu juga makan dong! Masa iya cuma aku yang makan sayur tapi kamu enggak. Kan makan makanan sehat," jawab Reva. Ia ingin kalau Roy harus belajar makan sayur agar tidak melulu ikan dan protein saja.
"Akhirnya kamu menikah, Mega," ucap Reva. Kandungan Reva sudah memasuki usia sembilan bulan dan hanya menunggu waktu lahir saja. Meskipun sebenarnya dokter tidak menyarankan untuk melakukan perjalanan perjalanan terutama jalan yang tidak rata. Tetapi Reva tetap memaksa untuk bisa datang di acara pernikahan adiknya."Terima kasih, kak. Ini juga semua berkat kak Reva. Sudah meyakinkan aku kalau jodoh tak akan kemana," sahut Mega. "Kamu harus raih cita-cita mu jadi dokter loh," peringat Reva."Tentu, kak. Aku akan fasilitasi Mega di rumah sakit yang aku pegang saat ini. Aku akan wujudkan cita-cita Mega untuk bisa jadi dokter. Kalau Mega mau aku akan menyekolahkan dia jadi dokter spesialis," sahut Ivan. Ia tak sengaja mendengar obrolan istri dan kakak iparnya."Iya, kamu jaga baik-baik adikku ya, Ivan! Aku harap kamu bisa mengerti dia kalau masih bersikap seperti anak kecil. Karena pada dasarnya Mega ini adalah anak yang manja yang kemudian tiba-tiba berstatus menjadi istri orang," tita
Satu minggu kemudian.Bu Ningsih sudah memulai aktivitas kembali. Dia membuka warungnya seperti biasa. Para pelanggan pun juga sudah berdatangan ke warungnya. Ada orang yang kebetulan lewat dan makan di sana. Ia ini dikirimkan oleh Ayahnya Ivan."Bu, nasi campur satu," pesan seorang tadi. "Lauk apa, Pak?" tanya Bu Ningsih."Telur pakai sayur nangka muda saja, Bu," jawab orang tadi.Bu Ningsih pun mengantarkan pesanan itu untuk orang tadi. "Bu, kok sering tutup sih warungnya?" tanya orang tadi."Ya, ada beberapa hal di kota dan harus diselesaikan." Bu Ningsih tak tertarik dengan obrolan dari pelanggan nya tersebut. Karena tak banyak respon akhirnya orang tadi pun diam. Tak berselang lama orang tua Ivan pun yang datang. Mereka memesan di warung Bu Ningsih tetapi masih memakai masker. Setelah selesai makan pun Ayahnya Ivan hendak membayar. "Berapa semua, bu?" "Empat puluh ribu rupiah, Pak,'' jawab Bu Ningsih. Ayahnya Ivan memberikan uang seratus ribu. Dan hendak mengembalikan Ay
"Sebenarnya apa penyebab ibu saya meninggal?" tanya Roy pada petugas lapas."Jadi beberapa minggu terakhir ini ibu Anda memang sakit dan sudah beberapa kali juga kami antar ke rumah sakit. Tetapi kami menyarankan untuk memberitahukan pada pihak keluarga. Tetapi Bu Wendah menolak dan ingin merahasiakan semua penyakit nya dari keluarga. Menurutnya dia malu pada keluarga nya. Jadi lebih memilih untuk diam. Dan tadi malam kondisi Bu Wendah benar-benar menurun. Kami akan bawa ke rumah sakit dia menolak. Dia tetap ingin berada di sini dan justru menitipkan surat pada pihak kami. Lalu tadi pagi kata temannya Bu Wendah saat akan dibangunkan suhu tubuhnya sudah dingin dan tak sadarkan diri. Kami periksa dan ternyata sudah meninggal sejak tadi malam," terang petugas lapas panjang lebar.Roy dan ayahnya saling memandang. Mereka selama ini tak tahu kalau ternyata Bu Wendah sakit. Mereka hanya bisa menerima takdir. Tetapi sebuah surat yang dititipkan pada petugas lapas diterima Roy. Begini lah i
Reva merencanakan untuk mengadakan acara tujuh bulanan. Acara ini memang sengaja ia gelar untuk keselamatan ibu dan bayi serta juga media untuk berbagi sesama. Melihat kebahagiaan orang membuat Reva juga bahagia. Reva melihat kebahagiaan para tamu undangan dan diberikan hampers berupa kue dari tokonya. Ia merasa tak akan rugi membagikan itu semua. Ini adalah jalan untuk berbagi dan memperkenalkan secara luas kue buatannya. Bu Ningsih dan Pak Haris juga datang. Begitu juga dengan Pak Toni selaku ayah dari Roy. Kehangatan keluarga besar itu pun sangat terasa. Begitu juga dengan para anak panti asuhan yang sengaja diundang hadir oleh Reva. Kali ini Roy juga lebih senang karena ada perwakilan keluarga nya yang hadir di acara perayaan tujuh bulanan. Segala doa dilanjutkan dan minta diberikan keselamatan sampai anak Reva lahir. Kalau pun sudah lahir Reva dan bayinya juga didoakan untuk bisa sehat terus. Dan menjelang sore pun semua tamu undangan pulang. Reva mengadakan acara tujuh bulan
Reva tahu bagaimana perasaan adiknya. Ia memang tak pernah ada di posisi Mega. Hanya saja ia pernah ditolak oleh orangtua nya dan memilih untuk pergi dari rumah karena ingin mengejar cintanya pada Roy. Apakah Reva akan memberikan nasihat seperti itu pada Mega? Tentu saja tidak. Reva hanya ingin pengalaman di masa lalunya tidak terulang untuk adiknya. Karena Mega sebenarnya anak penurut tidak seperti Reva yang lebih bar bar. Apalagi Mega juga tak pernah macam-macam. Sehingga Mega akan tetap menurut apa kata orang tuanya. Baginya keputusan orang tuanya adalah hal yang baik baginya. Karena baginya ridho tuhan ada pada orang tuanya."Kak, apakah aku memang tidak berjodoh dengan Ivan?" tanya Mega lirih."Kalau jodoh nggak akan kemana kok. Kamu lihat aku kan? Bagaimana aku bisa mendapatkan restu ibu untuk bisa menikah dengan Roy? Pada saat Roy sudah jadi menantunya pun juga masih diuji dengan berbagai masalah. Tidak hanya sampai situ, Mega! Kamu harus berdoa dan berusaha selagi kamu bisa,"
Ivan menggigit bibirnya. Ia merasa ada salah paham di sana. "Maaf, kami akan membatalkan rencana pernikahan Mega dan Ivan." Bu Ningsih langsung bangkit dan langsung menggandeng tangan suaminya dan Mega juga. Reva kemudian menghentikan langkah ibunya. "Bu, tolong dengarkan dulu penjelasan mereka! Aku yakin mereka bukan berbohong karena ingin menyakiti pihak kita." Ia yakin keluarga Ivan hanya tak ingin kalau Ivan terlihat seperti orang kaya saja. "Untuk apa, Reva? Sudah jelas tadi kita dengar kalau mereka berbohong, 'kan? Ibumu ini memang miskin tetapi bukan berarti bisa saja dipermainkan." Bu Ningsih benar-benar marah dan tak menyangka Ia bisa dipermainkan oleh calon besannya. Tampak Mega juga berkaca-kaca. Antara kecewa kepada Ivan atau sedih jika keluarga nya telah membatalkan setidaknya rencana pernikahan tersebut.Jika Bu Ningsih sudah berkehendak tentu saja tak ada yang bisa menghalangi. Bu Ningsih benar-benar pulang. Roy masih memahami situasi tersebut. Ia makin yakin kalau
Reva menghela napas. Ia ingat betul saat pernikahan pertama nya dengan Tio yang kandas di usia pernikahan yang tergolong masih baru. Tapi apalah daya. Sekelas mungkin Reva berusaha tetapi Tio lah yang membawa tamu ke rumah. Tamu itu adalah madunya. Reva juga ingin menikah sekali seumur hidup. Tetapi ternyata keinginan nya tak tercapai. Ia baru merasakan kebahagiaan sebenarnya setelah menikah dengan Roy."Sebenarnya kalau sulit tidak. Hanya saja perlu adanya komitmen yang kuat antara kedua belah pihak. Kamu tahu kan aku juga pernah gagal di pernikahan ku yang pertama?" Mega terhenyak. Ia menyadari memang kakaknya pernah gagal dalam pernikahan pertama. "Iya, kak. Aku mengerti.""Kamu sudah yakin sama Ivan?" tanya Reva meyakinkan. "Sudah, kak. Aku memang suka sih sama Ivan. Tapi mana mungkin aku berani mengatakan kalau aku suka sama dia. Tapi ternyata Ivan juga suka sama aku. Aku nggak percaya akan hal itu,'' jawab Mega."Ya sudah kalau kamu memang yakin. Masalah pekerjaan itu bukan la
Mereka pun duduk bersama di ruang tamu. Hanya Reva saja yang masih belum hadir di sana. "Mega, ngomong-ngomong kakakmu nggak pulang?" tanya Ivan."Ada, dia sedang tidur. Baru datang tadi pagi. Maklum ibu hamil begitu," jawab Mega. Sebenarnya ia malu kalau berbicara dengan Ivan di hadapan keluarga mereka masing-masing. "Yah, maksud kedatangan kami ini untuk melamar Mega, Pak, Bu. Ivan ini memang anak kami satu-satunya. Dia ingin menikahi Mega. Tetapi seperti yang Ivan katakan kalau dia hanyalah office boy. Apakah Bapak dan Ibu setuju?" tanya ayahnya Ivan."Sejak awal Mega mengatakan kami memang tidak keberatan dengan pekerjaan apapun. Kami juga dari kampung dan saya juga hanya membuka warung di sini. Bukan lah orang kaya. Yang penting pekerjaan halal dan Ivan juga serius dengan Mega bagi kami tak masalah," jawab Bu Ningsih.Orang tua Ivan pun saling memandang. Mereka saling melemparkan senyum. "Hanya saja untuk menikah kami sarankan untuk menunggu minimal Mega lulus kuliah, Pak. Kan
Roy mengajak Reva makan di tempat yang Reva inginkan yaitu di ayam geprek. Roy memesan tempat yang nyaman untuk Reva. Reva kemudian memesan ayam geprek level satu meskipun sebenarnya Reva ingin yang super pedas. Tetapi ia tahu kalau Roy tak akaN mengizinkan. Dan kalau pun memaksa dirinya lah yang akan sakit perut sendiri. Tak berselang lama pesanan Reva pun tiba. Ia sudah tak sabar untuk makan ayam krispi yang digeprek lengkap dengan sambal. Ia ingin makan dengan segera. Setelah datang pun Reva tak lupa berdoa agar ia makan juga baik untuk dirinya dan bayi yang ada di dalam kandungan nya. Roy hanya menggelengkan kepalanya karena tingkah sang istri. Ia juga ikut makan di samping Reva. Reva makan dengan lahap dan tak butuh waktu lama ayam geprek dan nasi pun sudah ludes. "Enak banget nih," ucap Reva setelah selesai mencuci tangan."Mau dibawa pulang juga?" usul Roy."Boleh tuh." Reva dengan semangat untuk membawa pulang ayam geprek. Reva dan Roy pun pulang. Reva merasa lelah. Ia but