Siang ini Aisyah izin pulang lebih awal untuk mengantarkan Mamak Nancy pergi ke pasar di Kota. Mereka hendak membeli beberapa bahan untuk persediaan karena pesanan produk mereka mulai ramai. Atas izin kepala desa mereka menggunakan mobil operasional desa. Dan diantar oleh seorang perangkat desa sebagai sopir. Begitu sampai Aisyah dan Nancy bergegas menuju toko langganan mereka yang pasti sudah hafal dengan barang-barang yang hendak mereka beli. Ada tiga toko yang mereka datangi. Tak ingin pulang kemalaman, Nancy dan Aisyah berbelanja dengan cepat tanpa beristirahat meski hanya sekedar minum untuk menghilangkan dahaga. Sekitar satu jam mereka sudah mendapatkan semua barang yang mereka butuhkan. "Coba di cek, sudah semua apa belum?" ucap Aisyah sambil memeriksa belanjaan yang telah dibelinya. "Kayaknya sudah Ibu guru," jawab Nancy setelah memeriksa beberapa kantong kresek nyang di bawanya."Ya sudah ayo kita pulang! Takut kemalaman." Aisyah berjalan lebih dulu menuju parkiran di i
Sejak semalaman perasaan Andaru tidak tenang. Pikiran semakin tidak karuan saat ponsel Aisyah tidak bisa di hubungi. Jika dua hari yang lalu Aisyah hanya tidak membalas pesannya lain hal dengan semalam, ponsel wanita itu tidak aktif. Jika bukan karena kakeknya yang melarangnya pergi, sejak semalam Andaru pasti sudah mendatangi wanita yang sangat dicintainya itu. Sekedar untuk memastikan jika firasatnya salah. Setelah sholat shubuh Andaru langsung bersiap untuk berangkat ke desa dimana pujaan hatinya itu tinggal. Meski masih ada rasa marah di hatinya setidaknya dia harus datang untuk memastikan jika wanita itu baik-baik saja. Pukul setengah tujuh pagi, Andaru keluar kamar dan langsung menuruni tangga rumahnya. Sesampainya di lantai satu terdengar sayup-sayup suara mamanya dari taman belakang. Sepertinya sang mama sedang bertengkar dengan kakeknya. Andaru berhenti sebentar, tanpa berniat ikut campur. Dihelanya nafas panjang lalu kembali berjalan. Baru dua langkah kembali kakinya ber
Tak mau menunggu lebih lama, Andaru memacu mobilnya kembali ke kediaman Pradipta. Pikirannya di penuhi hal-hal buruk yang membuatnya takut bercampur menyesal. Harusnya sudah dari kemarin dia datang menemui Aisyah. Kenapa harus berkeras hati dan tidak mau mengalah? Apa susahnya mengucap maaf? Andaru terus menyalahkan dirinya. Bayangan kejadian sepuluh tahun lalu mulai menari-nari di ujung matanya. "Tidak. Jangan sampai Aisyah! Aku bersumpah akan menghancurkan semuanya jika sampai Aisyah terluka," gumamnya. Zachary,, tiba-tiba satu nama itu muncul di otaknya. Untuk masalah seperti Zachary adalah ahlinya. Sambil menyetir pria itu melakukan panggilan telpon. [Halo Zach,] sapanya begitu panggilan tersambung.[Iya,][Aisyah menghilang. Sepertinya ini perbuatan Opa,][Gil*, cepat sekali Opa Anggada bertindak. Bukannya kalian sudah memiliki kesepakatan? Kenapa sampai bertindak sejauh itu?] timpal Zachary. [Tolong bantu aku mencarinya, aku yakin Aisyah masih di sini. Sebar orang-orang kep
Setelah Mamanya sedikit lebih tenang, Andaru pamit untuk kembali ke kantor "Mama istirahat, jangan terlalu di pikirkan. Mau menyesal seperti apapun, Papa sudah gak ada. Do'ain saja agar papa tenang di sana." Andaru berjalan keluar kamar, wajahnya nampak lelah dan sedikit pucat. Kemejanya sudah kusut dan berantakan. Jas mahalnya entah dimana, dan lengan baju sudah tertarik sampai siku. Dengan langkah berat laki-laki itu menuruni tangga. Baru sampai di lantai dasar retinanya menangkap bayangan kakeknya yang berjalan dari ruang dari ruang tamu. "Demi gadis kamu rela kehilangan segalanya?" Suara Anggada terdengar bergetar. Ia baru saja mendapat telpon dari salah satu pegawainya yang mengabarkan kebakaran di salah satu gudang mereka. Andaru tersenyum sinis, tak satupun kata keluar dari mulutnya untuk menanggapi ucapan Anggada. Dia tatap melangkah tak menghiraukan Anggada "Opa pikir kamu itu lebih dari Kendra, tapi ternyata kamu sama bodohnya dengan kakakmu itu," cerca Anggada penuh
"Coba lihat, apa isi pesannya," pinta Zachary. Tanpa bicara Andaru memerikaa ponsel Aisyah laku memperlihatkannya pada Zachary. +62***000*4565Haidar, ini aku Aisyah. Alhamdulillah aku baik-baik saja. +62***000*4565Jika Andaru datang mencariku, tolong katakan padanya aku sudah kembali ke jakarta. +62***000*4565Jika kamu tidak bisa menemuinya tolong kirimkan pesan melalui ponselku.+62***000*4565Aku minta maaf harus merepotkan kamu. Tapi aku mohon tolong selesaikan urusan di sana seperti rencana awal kita. Sekali lagi aku minta maaf dan terima kasih.Isi chat ada di kotak masuk ponsel Aisyah dengan kontak nomor tidak di kenal. Kemungkinan Aisyah meminjam ponsel seseorang untuk memberi kabar pada Haidar, pikir Andaru. Seketika hati Andaru seperti di siram air dingin yang membuatnya bisa sedikit bernafas lega setelah membaca pesan itu. Meski keberadaan Aisyah belum di temukan setidaknya dari pesan itu menunjukkan jika wanita yang dicintainya itu dalam keadaan baik-baik saja. Spo
Di dalam kamar dua orang pria wajah tegang sudah bersiap dengan senjata ap* di tangannya masing-masing. Dibelakangnya berdiri seorang wanita tak kalah gusar sedang meremas ujung dari kemeja yang di pakainya. "Saat ini posisi kita terkepung. Untuk lolos kita harus lompat dari jendela," bisik salah satu dari pria itu dengan pandangan lurus pada pintu yang letaknya hanya beberapa langkah dari posisi mereka berdiri. "Saat pintu di buka segera lari kearah jendela!" sambungnya memberi perintah yang di jawab anggukkan dari rekannya. "Apapun yang terjadi Mbak Aisyah harus teruslah berlari. Kalau terdesak minta bantuan sama warga sekitar." "I ya...." jawab Aisyah terbata. "Aku mohon kalian juga harus selamat," sambungnya penuh harap. Ada rasa bersalah di hatinya karena dirinya banyak orang yang harus terluka. "Keluarlah, kalian sudah di kepung!" Teriakan Daru luar kamar. "Dari jendela kalian pasti bisa melihat ada beberapa orang yang udah bersiap untuk menangkap kalian. Jadi lebih baik kal
"Apa yang mereka lakukan?" "Saya yakin mereka tidak sampai melakukan hal yang Anda takutkan. Kami menyerbu beberapa saat setelah mereka sampai di tempat persembunyian," jawab Jago mengerti hal yang di takutkan anak dari bosnya itu. Dulu dirinya memang gagal menyelamatkan kekasih dari putra pertama bosnya, tapi kali ini Jago yakin jika ia tidak mengecewakan almarhum bosnya. "Bagaimana kalian tahu tempat persembunyian mereka?" tanya Andaru dengan satu alis terangkat. "Sebenarnya sudah sejak lama Bu Elmira memerintahkan kami, untuk mengawasi Mbak Aisyah. Beliau tidak ingin kejadian Mbak Zaskia terulang kembali," jawab pria itu menjelaskan. "Tapi sialnya saat kejadian dua anak buah saya tertinggal karena ban motornya bocor. Dan saat kembali mereka sudah membawa Mbak Aisyah masuk kedalam mobil. Jadi mereka mengikuti saja sambil menunggu bantuan datang." "Kenapa Mama hanya diam saja saat aku kebingungan mencari info keberadaan Aisyah?" Jago melirik Aisyah yang juga masih terisak di pe
Sore ini lalu lintas cukup padat. Perjalanan yang biasa hanya, memakan waktu 45 menit sampai molor menjadi satu jam setengah. "Setelah mengantarkan Zachary, kamu bisa langsung," perintah Andaru sebelum turun dari mobil setelah mereka sampai di depan rumah miliknya. Seorang satpam segera membuka pintu gerbang kayu setinggi orang dewasa. "Selamat ma....," Andaru mendelik dan memberi isyarat agar pria berseragam security itu tidak mengeluarkan suara yang bisa membangunkan wanita yang saat ini berada di gendongnya. "Tutup kembali gerbangnya dan jangan izinkan siapapun masuk tanpa terkecuali," perintah dengan suara berbisik lalu berjalan memasuki halaman rumahnya. Sebuah hunian bergaya modern klasik berlantai dua yang didominasi dengan warna putih coklat yang memberi kesan mewah. Di depannya terdapat sebuah taman dengan kolam ikan dan bunga- bunga berbagai warna. Sepanjang tembok rumah itu juga di penuhi tanaman rambat yang membuat suasana terasa sangat Asri dan membuat siapapun akan
Sejak pukul lima pagi rumah orang tua Aisyah sudah dipenuhi kesibukan keempat penghuninya. Masing-masing orang sudah sibuk dengan pekerjaan masing-masing.Setelah sholat subuh Salma segera memasak beberapa hidangan yang hendak di bawanya ke rumah baru anak dan menantunya. Rendang, garang asem, botok ati ampela dan capjay. Meski semua urusan catering sudah ada IO yang menghandle tapi Salma ingin membuatkan makan kesukaan anak dan menantunya khusus untuk mereka makan sendiri. Melihat itu Aisyah tak mau brdiam diri. Setelah menyiapkan barang-barang yang hendak dibawa Aisyah segera membantu ibunya di dapur. Tak jauh dari dapur, Zeyn dengan rambut acak-acakan dan mata yang masih mengantuk sedang sibuk memasukkan sembako ke dalam kardus-kardus untuk di bawa ke rumah sang kakak. Setelah Aisyah memberi tahu jika akan pindah rumah, Salma langsung mengajak suaminya untuk pergi ke pasar. Pulang-pulang Salma dan Jafar membawa beberapa kantong plastik berisi sembako dan dua karung beras yang d
Keesokan paginya, Aisyah sudah siap dengan baju dinas coklatnya. Wanita itu duduk di atas ranjang dengan pandangan fokus pada benda persegi canggih yang menampilkan aplikasi pesan. Ia sedang mengetik pesan untuk Anton. [Assalamu'alaikum, Andaru sudah mentransfer uang ke rekeningmu. Untuk soal Meysa, maaf aku tidak bisa membantu. Andaru kekeh pada pendiriannya dengan alasan untuk memberi efek jera pada Meysa agar tidak lagi mengulangi kesalahannya kembali di kemudian hari. Andaru sudah memaafkan kejadian dua tahun lalu tapi tidak kali ini. Aku harap kamu bisa mengerti.] Tulisnya sembari menunggu Andaru mandi. Setelah mengirim pesan segera diletakkannya benda pipih itu lalu berganti menyiapkan kemeja dan jas juga dasi untuk suaminya. Ceklek, pintu kamar terbuka. Andaru masuk kamar dengan memakai kaos putih lengan pendek dan celana pendek hitam. Tangan kekarnya menggosok rambutnya yang basah dengan sehelai handuk putih. Aisyah menoleh, "Duduk sini biar aku bantu keringkan rambut kamu
"Untuk apa?" tanya Andaru dengan wajah dan nada tak suka. "Usaha bengkelnya bangkrut." Aisyah menatap Andaru.. "Bulan depan adiknya wisuda. Dia juga sedang terlilit hutang.""Lalu?" ucap Andaru cuek lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang. "Bicaranya sambil tiduran saja, aku lelah sekali." Aisyah menghela nafas panjang melihat reaksi cuek suaminya. Andaru bukan orang yang pendendam tapi jika sudah terlanjur sakit hati akan sulit sekali untuk memaafkan. Tak membantah Aisyah pun ikut naik keatas ranjang dan berbaring di sebelah suaminya. "Adik dan ibunya tidak bersalah, dulu mereka juga sangat baik sama kamu. Tidak bisakah kamu sedikit berbelas kasihan kepada mereka?" Andaru tak menyahut, matanya menatap sendu sang istri. Tak urung hal itu membuat Aisyah kembali menghela nafas. Dia diam sebentar, memikirkan kalimat apa lagi yang akan diucapkannya untuk meluluhkan hati suaminya. "Uangmu kan banyak, bersedekahlah sedikit untuk mengurangi dosa." Sedikit kesal Aisyah berbicara dengan
Sekarang jam dinding sudah menunjukkan pukul 11 lebih 45 menit. Nampak Aisyah masih sibuk dengan laptop di pangkuannya. Wanita yang sudah memakai piyama tidur itu menggunakan punggung tangannya untuk menutup mulutnya. Entah sudah berapa kali wanita itu menguap. Mata dan tubuhnya sudah memberi sinyal meminta diistirahatkan. Kembali Aisyah mengusap kedua matanya yang sudah berair karena menahan kantuk. "Sedikit lagi," gumamnya lantas jari-jarinya menari di atas keyboard laptop. Tepat pukul sebelas lebih lima puluh lima menit, pertahanannya runtuh. Aisyah sudah tidak sanggup lagi, matanya sudah sangat berat. Segera ia matikan laptop yang sejak tadi berada di pangkuannya lalu di letakkan di atas meja di samping ranjang. "Nunggunya sambil tiduran saja," gumamnya pada diri sendiri. Istri Andaru itu merebahkan tubuhnya dan menutup tubuhnya dengan selimut sebatas dada. Diambilnya ponsel pintarnya dari atas meja. @AyangAndaruHusband[Ayang pulang jam berapa? Kok belum sampai rumah] Aisyah
Setelah mendapat laporan dari Edward, Segera Aisyah dengan berjalan menuju teras. Di kursi teras nampak Anton sudah duduk sambil menundukkan kepalanya. Di sisi kirinya berdiri Geri, salah satu anak buah Jago yang memiliki badan tinggi besar dan wajah sangar."Silahkan duduk Bu," Jago menarik kursi agak menjauh dari Doni untuk berjaga-jaga. Sontak Anton mendongakkan kepalanya. "Aisyah...." Laki-laki itu berdiri namun segera di tahan oleh Geri. "Duduk atau keluar dari sini!" sentak Geri yang langsung membuat nyali Anton menciut dan kembali duduk. Aisyah mengangguk lalu duduk di kursi dengan di apit Edward dan Jago di sisi kanan kirinya. "Terima kasih." "Kamu jaga pintu pagar!" perintah Jago pada Joni. "Jangan biarkan siapapun masuk. Jika ada yang menerobos kamu boleh pakai kekerasan." Tambahnya sambil melirik Anton. "Tenang saja, aku benar-benar datang seorang diri," sahut Anton menjelaskan sadar maksud dari ucapan Jago. "Apa yang membawamu datang ke sini? Kamu pasti masih ingat u
Siang ini seperti biasa, Jago sudah bersiap menunggu di depan gerbang sekolah ketika Aisyah selesai mengajar. "Silahkan masuk Bu," ucap Jago setelah membuka pintu belakang mobil. "Terima kasih," balas Aisyah lalu bersiap naik mobil. "Aisyah..." Suara dari seorang pengendara motor yang baru saja menepikan motornya tidak jauh dari mobil Aisyah. Spontan Aisyah menoleh dan mengurungkan niatnya masuk ke dalam mobil. "Anton?" tebalnya mengenali suaranya. "Iya, aku Anton." Laki-laki itu melepas helmnya lalu turun dari motor. "Bisa bicara sebentar," pintanya dengan menakupkan kedua tangannya, memohon. Aisyah mengangguk dan hendak melangkah mendekati Anton. Namun dengan sigap Jago merentangkan tangannya untuk menghalangi Aisyah mendekati laki-laki yang dianggapnya berbahaya. "Maaf Bu, tapi ini adalah perintah Pak Andaru." "Hanya seb...." "Mohon maaf Bu, kami hanya berdua. Ini terlalu beresiko, silahkan masuk!" Jago bersikap tegas lalu memaksa majikannya itu untuk segera masuk kedalam
"Kamu bicara apa?" Suara berat Andaru keluar dari pintu ruang istirahat yang ada di sebelah rak buku di sisi kiri pintu keluar. "Ulangi kata-kata kamu!" perintah Andaru. "Ah... itu Pak wanita ini mengaku sebagai istri Anda." Adu Dinar beranjak bangun dari duduknya. "Ay,,, aku masih istri kamu kan?" Aisyah menyahut. "Tentu saja. Sampai mati cuma kamu istriku," tegas Andaru berjalan mendekat Aisyah lalu menggenggam tangan istrinya erat. "Maaf tidak bisa menyambutmu, bajuku kotor karena ulah pegawai yang tidak kompeten." Ucapan Andaru membuat langsung Dinar terdiam dan menunduk malu. Wanita itu sadar jika pegawai yang di maksud Andaru adalah dirinya. Demi mencari perhatian Andaru, wanita itu menumpahkan saos di kemeja bosnya itu. Alih-alih membantu membukakan saos sambal di ayam goreng bosnya, Dinar dengan sengaja mengarahkan saos itu ke arah kemeja bosnya. Hal itu sengaja ia lakukan untuk membuat bosnya sibuk selagi ia mencari cara mengusir istri bosnya yang akan datang. Namun ren
Tak butuh waktu lama, hanya lima belas menit Aisyah sudah sampai d kantor baru suaminya. Ini kali pertama wanita cantik itu datang ke kantor tempat suaminya menghabiskan sebagian banyak waktunya seminggu ini. Mobil langsung berhenti di depan lobi kantor, dua orang security langsung menyambut mereka. "Maaf, apa sudah ada janji?" tanya salah satu security. "Sudah," jawab Jago yang turun lebih dulu. "Saya mengantar istri Pak Andaru. Sampaikan saja, kepada sekertaris beliau kalau Bu Aisyah sudah datang," lanjut Andaru lantas membukakan pintu untuk Aisyah. "Oh baik," jawab security dengan nama dada Sarjono lalu berlari ke dalam kantor. "Silahkan Bu," Jago mengulurkan tangannya ke depan Aisyah untuk menjadi pegangan ketika menaiki tangga teras kantor yang cukup tinggi untuk Aisyah yang memakai sepan panjang. Aisyah tak sempat ganti baju, ia datang masih dengan seragam coklat guru khas pegawai PNS. Membuat security buang memnyambut mereka menatap bingung. "Tidak perlu bingung Pak, ini
Baru satu minggu Andaru tinggal di rumah mertuanya namun suami Aisyah itu tidak punya banyak waktu untuk bercengkerama dengan keluarga barunya. Hampir setiap hari dia sibuk dengan pekerjaan dan harus pulang larut malam karena lembur. Pemindahan perusahaan ke Jakarta benar-benar menyita waktu dan pikirannya. Untuk proses produksi tetap di lakukan di perusahaan lama sedangkan di jakarta adalah kantor pusat yang mengatur dan menentukan segala kebijakan perusahaan. Produk emas dari Ai's jewellery sangat diminati. Baik emas dalam bentuk perhiasan atau mentahan memiliki konsumennya sendiri yang setiap bulannya bertambah.Semua desain perhiasannya eksklusif, tidak pasaran dan sangat elegan sehingga menarik minat dari berbagai kalangan. Tidak hanya kalangan atas saja, kalangan menengah ke bawah juga merupakan pasar untuk produk Ai's Jewellery. Tentu saja dengan menyesuaikan harga dan kwalitas agar bisa menggapai semua kalangan. Toko-Toko emas Ai's Jewellery bertebaran di setiap mall yang