Pagi-pagi sekali Andaru berangkat ke tempat penambangan emas milik perusahaannya. Ia datang untuk kontrol rutin yang memang setiap tiga bulan sekali dilakukan. Sekitar pukul delapan, mobil yang membawa Andaru sudah sampai di desa dekat penambangan. Dari kejauhan terlihat anak-anak berseragam merah putih berbaris sembari terdengar sayup-sayup suara mereka sedang bernyanyi. "Sudah satu tahun lebih saya melewati jalan ini tapi baru kali ini melihat anak-anak sekolah berjalan-jalan bersama gurunya." Suara salah satu pekerja tambang yang duduk di kursi kemudi. Penasaran, Andaru mengangkat kepalanya. Matanya memandang sekilas siswa-siswi yang berbelok ke jalan kecil menuju ke bukit. "Itu siswa sekolah yang kita lihat dulu?" tanya Andaru. "Benar. Itu tadi salah satu guru dari kota. Orangnya cantik makanya siswa-siswinya memanggil ibu guru cantik," sahut Doni menunjuk seseorang di barisan paling akhir. Sontak Andaru memajukan tubuhnya diantara dua kursi depan. "Yang mana?" tanyanya. And
'Hidup dengan orang yang kamu cintai?' batin Andaru menirukan kalimat Aisyah. "Apa maksudnya?" gumamnya bingung. Di depan Haidar masih berdiri diam menunggu Aisyah. Senyumnya terbit saat Aisyah berada di depannya lalu berjalan beriringan. "Itu tadi teman kamu?" tanya Haidar ketika mereka berjalan mengikuti anak-anak yang sudah berjalan lebih dulu. "Iya," jawab Aisyah tersenyum. Teman, ya memang awalnya mereka adalah teman dan kini kembali menjadi teman, harapnya. "Awas,," Haidar sigap memegang lengan Aisyah saat melewati jalanan yang menurun. "Hati-hati, pegang tanganku!" ujarnya. "Makasih," sahut Aisyah memegang lengan kekar rekan kerjanya itu. Tanpa mereka sadari raut wajah Andaru berubah dingin, tatapannya tajam pada dua orang yang berjalan menjauh di depannya. "Pak," Doni baru sampai dengan nafas ngos-ngosan, tangannya memegang jas milik bosnya. "Itu.... hah hah.. itu Pak guru Haidar, dia juga relawan dari Jakarta. Katanya mereka itu ada hubungan spesial. Makanya tadi saya b
Sekitar satu jam perjalanan mereka sampai di sebuah rumah peristirahatan. Sebuah rumah panggung yang terbuat dari kayu, sederhana namun estetik. Andaru turun lebih dulu. "Ayo! Kamu gak ingin didalam mobil terus kan?" Aisyah menoleh, "Aku tidak mau turun, aku mau balik." "Kenapa apa kamu takut sama aku? Apa menurut kamu aku akan berbuat yang tidak-tidak sama kamu?" Andaru menaikkan satu alisnya. Aisyah menghela nafas panjang, paling tak suka jika dianggap berprasangka buruk sama orang. "Bicara apa sih kamu?" ujarnya lalu beranjak turun dari mobil.Pandangan mata Aisyah mengamati sekitarnya. Sepertinya dirinya pernah melihat rumah yang berdiri kokoh didepannya itu. 'Oh,, ini rumah yang sama yang biasa dilihatnya dari bukit.' batin Aisyah. Ternyata tempat ini tidak terlalu jauh. "Jangan melamun!" Andaru menarik tangan Aisyah dan membawanya masuk kedalam rumah. "Bisa lepasin tangan aku nggak?" pinta Aisyah. "Ok, maaf sudah membuatmu tidak nyaman." Dengan terpaksa Andaru melepas tan
"Tunggu!" teriak Andaru. "Kamu salah faham Ai, " Dengan langkah lebar Andaru mendahului langkah Aisyah menuju pintu. Ceklek... Pria itu mengunci pintu dan memasukkan kuncinya kedalam saku celananya. Tanpa banyak bicara Andaru menggendong Aisyah dan membawanya kembali ke atas ranjang. "Astaghfirullah Daru..." pekik Aisyah. "Dengerin dulu!" Andaru menindih tubuh Aisyah. "Kalau kamu tidak bisa diam, aku akan menciummu lagi!" Ancamannya sukses membuat wanita itu diam. "Itu salah faham. Aku sama sekali tidak ada hubungan dengan wanita itu. Perusahaan menyewanya untuk menjadi model untuk brand perhiasan kami," jelas Andaru namun tak membuat Aisyah percaya, wanita cantik itu tetap tak mau menatapnya. "Lihat aku! Aku gak bohong Ai. Saat itu kami bertemu di acara pernikahan rekan bisnis aku. Itu foto sebenarnya dokumentasi pengantin. Aku gak tahu bagaimana Raisa bisa mendapatkannya." Tambah pria tampan itu. Wajahnya berubah kusut, Andaru mengusap wajahnya frustasi. Benar kata Zachary pos
Sesuai janjinya, setelah mereka selesai makan Andaru langsung mengantar Aisyah kembali ke rumah dinasnya menggunakan mobil dengan sopir dan Doni ikut serta. "Kemana cincin tunangan kita? Kenapa nggak kamu pakai?" tanya Andaru yang sontak saja membuat Doni dan pak sopir terkejut dan melirik bosnya yang duduk di kursi belakang. "Kamu sendiri juga nggak pakai. Apa sudah kamu buang?" tanya balik Aisyah. Andaru tersenyum lalu memiringkan tubuhnya menghadap Aisyah. Dengan tangan kanannya ia mengeluarkan kalung dari dalam kemejanya. "Aku memakainya di sini." Pria itu menunjukkan cincinnya yang dijadikannya liontin kalung. "Ada alasan mengapa aku tidak memakainya. Nanti akan aku jelaskan." Aisyah tersenyum, "Iya, aku percaya," jawabnya lalu melakukan hal yang sama. Dari dalam kemejanya dikeluarkannya sebuah kalung dengan cincin tunangan mereka. "Aku juga menjadikannya liontin," Sontak saja mereka tertawa berbarengan, mereka benar-benar memiliki chemistry. Tanpa bersepakat pun mereka melak
Sejak seminggu yang lalu Andaru masih kepikiran dengan ucapan Haidar tentang hubungan Aisyah dengan ayah wanita itu. Benarkah jika hubungan Aisyah dan ayahnya sedang renggang? Bukan Andaru tidak mau bertanya langsung pada Aisyah, tapi pria itu ingin Aisyah sendiri yang menceritakan masalahnya tanpa paksaan. Namun sampai hari ini wanita itu belum juga bercerita. Sudah beberapa kali Andaru menyinggung tentang pernikahan dan keluarganya calon istrinya, sayangnya jawaban datar Aisyah seolah menyiratkan jika wanita itu tidak ingin membahas pernikahan mereka untuk saat ini. "Hai,," Sebuah tepukan mendarat di pundak Andaru. "Jadi pergi?" tanya wanita yang sejak tadi ada di pikirannya. Tepat pukul tuju Andaru sudah sampai di depan balai desa untuk menjemput sang pujaan hati. Hari ini jadwal Aisyah pergi ke kota untuk membeli alat-alat dan bahan untuk membuat kerajinan kalung dan gelang khas daerah itu. Sejak kedatangannya ke desa itu, Aisyah tidak hanya mengajar anak-anak di sekolah. Nam
Segera setelah keributan tak lagi terdengar, pintu ruangan di buka setelah sebelumnya di ketuk dua kali, "Bu Aisyah, silahkan ikut saya!" ujar Doni membuka pintu pelan. "Iya," jawab Aisyah mengangguk kemudian berjalan mendahului pria itu. "Pak Andaru meminta Bu Aisyah untuk menunggu di dalam mobil sebentar, sampai beliau menyelesaikan pekerjaannya." beritahu Doni ketika mereka berjalan menuju parkiran. Lagi-lagi wanita itu hanya mengangguk saja sebagai jawaban. Dalam hati Aisyah merasa takut jika harus bertemu dengan wanita yang telah melahirkan Andaru. Aisyah merasa takut dia harus kembali menelan kekecewaan karena tak mendapat restu dari ibu orang yang dicintainya. Sungguh dirinya tak ingin mengulang kembali kejadian dulu. Baru akan memasuki mobil ketika sebuah tangan menariknya dengan kasar dari belakang. "AS,...... " pekik Aisyah memutar tubuhnya kebelakang. "Maaf, Anda siapa?" tanya Aisyah dengan wajah terkejut. "Saya Mamanya Andaru," jawab Elmira ketus. "Untuk apa kamu da
"Mama ngapain datang ke sini?" gerutu Andaru dengan wajah menahan kesal. "Kamu sendiri ngapain di sini? Suka sekali kamu tinggal di tengah hutan?" sahut Elmira cuek dengan tatapan fokus ke layar ponselnya. Sejak tadi siang Elmira datang ke tempat penambangan. Wanita itu terus mengekori kemana saja putranya itu pergi. Sampai hampir menjelang malam wanita itu tetap tak mau beranjak pergi. Dan disinilah sekarang Elmira berada, di kamar peristirahatan milik Andaru. "Jangan menjadikan pekerjaaan sebagai alasan untuk tetap tinggal disini," tambah Elmira melirik kesal pada putranya. "Aku memang sedang bekerja Ma," "Kerja apa? Tempat kamu itu di kantor, bukan di tengah hutan begini. Emang kamu buruh tambang? Kamu itu CEO-nya," sahut Elmira menatap kesal putranya yang duduk di atas ranjang. "Mama tahu kamu betah di sini karena ada wanita murahan itu kan?" Elmira sangat yakin jika wanita yang sudah membuat putranya pergi beberapa tahun lalu itu disembunyikan Andaru tempat penambangan ini
Sejak pukul lima pagi rumah orang tua Aisyah sudah dipenuhi kesibukan keempat penghuninya. Masing-masing orang sudah sibuk dengan pekerjaan masing-masing.Setelah sholat subuh Salma segera memasak beberapa hidangan yang hendak di bawanya ke rumah baru anak dan menantunya. Rendang, garang asem, botok ati ampela dan capjay. Meski semua urusan catering sudah ada IO yang menghandle tapi Salma ingin membuatkan makan kesukaan anak dan menantunya khusus untuk mereka makan sendiri. Melihat itu Aisyah tak mau brdiam diri. Setelah menyiapkan barang-barang yang hendak dibawa Aisyah segera membantu ibunya di dapur. Tak jauh dari dapur, Zeyn dengan rambut acak-acakan dan mata yang masih mengantuk sedang sibuk memasukkan sembako ke dalam kardus-kardus untuk di bawa ke rumah sang kakak. Setelah Aisyah memberi tahu jika akan pindah rumah, Salma langsung mengajak suaminya untuk pergi ke pasar. Pulang-pulang Salma dan Jafar membawa beberapa kantong plastik berisi sembako dan dua karung beras yang d
Keesokan paginya, Aisyah sudah siap dengan baju dinas coklatnya. Wanita itu duduk di atas ranjang dengan pandangan fokus pada benda persegi canggih yang menampilkan aplikasi pesan. Ia sedang mengetik pesan untuk Anton. [Assalamu'alaikum, Andaru sudah mentransfer uang ke rekeningmu. Untuk soal Meysa, maaf aku tidak bisa membantu. Andaru kekeh pada pendiriannya dengan alasan untuk memberi efek jera pada Meysa agar tidak lagi mengulangi kesalahannya kembali di kemudian hari. Andaru sudah memaafkan kejadian dua tahun lalu tapi tidak kali ini. Aku harap kamu bisa mengerti.] Tulisnya sembari menunggu Andaru mandi. Setelah mengirim pesan segera diletakkannya benda pipih itu lalu berganti menyiapkan kemeja dan jas juga dasi untuk suaminya. Ceklek, pintu kamar terbuka. Andaru masuk kamar dengan memakai kaos putih lengan pendek dan celana pendek hitam. Tangan kekarnya menggosok rambutnya yang basah dengan sehelai handuk putih. Aisyah menoleh, "Duduk sini biar aku bantu keringkan rambut kamu
"Untuk apa?" tanya Andaru dengan wajah dan nada tak suka. "Usaha bengkelnya bangkrut." Aisyah menatap Andaru.. "Bulan depan adiknya wisuda. Dia juga sedang terlilit hutang.""Lalu?" ucap Andaru cuek lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang. "Bicaranya sambil tiduran saja, aku lelah sekali." Aisyah menghela nafas panjang melihat reaksi cuek suaminya. Andaru bukan orang yang pendendam tapi jika sudah terlanjur sakit hati akan sulit sekali untuk memaafkan. Tak membantah Aisyah pun ikut naik keatas ranjang dan berbaring di sebelah suaminya. "Adik dan ibunya tidak bersalah, dulu mereka juga sangat baik sama kamu. Tidak bisakah kamu sedikit berbelas kasihan kepada mereka?" Andaru tak menyahut, matanya menatap sendu sang istri. Tak urung hal itu membuat Aisyah kembali menghela nafas. Dia diam sebentar, memikirkan kalimat apa lagi yang akan diucapkannya untuk meluluhkan hati suaminya. "Uangmu kan banyak, bersedekahlah sedikit untuk mengurangi dosa." Sedikit kesal Aisyah berbicara dengan
Sekarang jam dinding sudah menunjukkan pukul 11 lebih 45 menit. Nampak Aisyah masih sibuk dengan laptop di pangkuannya. Wanita yang sudah memakai piyama tidur itu menggunakan punggung tangannya untuk menutup mulutnya. Entah sudah berapa kali wanita itu menguap. Mata dan tubuhnya sudah memberi sinyal meminta diistirahatkan. Kembali Aisyah mengusap kedua matanya yang sudah berair karena menahan kantuk. "Sedikit lagi," gumamnya lantas jari-jarinya menari di atas keyboard laptop. Tepat pukul sebelas lebih lima puluh lima menit, pertahanannya runtuh. Aisyah sudah tidak sanggup lagi, matanya sudah sangat berat. Segera ia matikan laptop yang sejak tadi berada di pangkuannya lalu di letakkan di atas meja di samping ranjang. "Nunggunya sambil tiduran saja," gumamnya pada diri sendiri. Istri Andaru itu merebahkan tubuhnya dan menutup tubuhnya dengan selimut sebatas dada. Diambilnya ponsel pintarnya dari atas meja. @AyangAndaruHusband[Ayang pulang jam berapa? Kok belum sampai rumah] Aisyah
Setelah mendapat laporan dari Edward, Segera Aisyah dengan berjalan menuju teras. Di kursi teras nampak Anton sudah duduk sambil menundukkan kepalanya. Di sisi kirinya berdiri Geri, salah satu anak buah Jago yang memiliki badan tinggi besar dan wajah sangar."Silahkan duduk Bu," Jago menarik kursi agak menjauh dari Doni untuk berjaga-jaga. Sontak Anton mendongakkan kepalanya. "Aisyah...." Laki-laki itu berdiri namun segera di tahan oleh Geri. "Duduk atau keluar dari sini!" sentak Geri yang langsung membuat nyali Anton menciut dan kembali duduk. Aisyah mengangguk lalu duduk di kursi dengan di apit Edward dan Jago di sisi kanan kirinya. "Terima kasih." "Kamu jaga pintu pagar!" perintah Jago pada Joni. "Jangan biarkan siapapun masuk. Jika ada yang menerobos kamu boleh pakai kekerasan." Tambahnya sambil melirik Anton. "Tenang saja, aku benar-benar datang seorang diri," sahut Anton menjelaskan sadar maksud dari ucapan Jago. "Apa yang membawamu datang ke sini? Kamu pasti masih ingat u
Siang ini seperti biasa, Jago sudah bersiap menunggu di depan gerbang sekolah ketika Aisyah selesai mengajar. "Silahkan masuk Bu," ucap Jago setelah membuka pintu belakang mobil. "Terima kasih," balas Aisyah lalu bersiap naik mobil. "Aisyah..." Suara dari seorang pengendara motor yang baru saja menepikan motornya tidak jauh dari mobil Aisyah. Spontan Aisyah menoleh dan mengurungkan niatnya masuk ke dalam mobil. "Anton?" tebalnya mengenali suaranya. "Iya, aku Anton." Laki-laki itu melepas helmnya lalu turun dari motor. "Bisa bicara sebentar," pintanya dengan menakupkan kedua tangannya, memohon. Aisyah mengangguk dan hendak melangkah mendekati Anton. Namun dengan sigap Jago merentangkan tangannya untuk menghalangi Aisyah mendekati laki-laki yang dianggapnya berbahaya. "Maaf Bu, tapi ini adalah perintah Pak Andaru." "Hanya seb...." "Mohon maaf Bu, kami hanya berdua. Ini terlalu beresiko, silahkan masuk!" Jago bersikap tegas lalu memaksa majikannya itu untuk segera masuk kedalam
"Kamu bicara apa?" Suara berat Andaru keluar dari pintu ruang istirahat yang ada di sebelah rak buku di sisi kiri pintu keluar. "Ulangi kata-kata kamu!" perintah Andaru. "Ah... itu Pak wanita ini mengaku sebagai istri Anda." Adu Dinar beranjak bangun dari duduknya. "Ay,,, aku masih istri kamu kan?" Aisyah menyahut. "Tentu saja. Sampai mati cuma kamu istriku," tegas Andaru berjalan mendekat Aisyah lalu menggenggam tangan istrinya erat. "Maaf tidak bisa menyambutmu, bajuku kotor karena ulah pegawai yang tidak kompeten." Ucapan Andaru membuat langsung Dinar terdiam dan menunduk malu. Wanita itu sadar jika pegawai yang di maksud Andaru adalah dirinya. Demi mencari perhatian Andaru, wanita itu menumpahkan saos di kemeja bosnya itu. Alih-alih membantu membukakan saos sambal di ayam goreng bosnya, Dinar dengan sengaja mengarahkan saos itu ke arah kemeja bosnya. Hal itu sengaja ia lakukan untuk membuat bosnya sibuk selagi ia mencari cara mengusir istri bosnya yang akan datang. Namun ren
Tak butuh waktu lama, hanya lima belas menit Aisyah sudah sampai d kantor baru suaminya. Ini kali pertama wanita cantik itu datang ke kantor tempat suaminya menghabiskan sebagian banyak waktunya seminggu ini. Mobil langsung berhenti di depan lobi kantor, dua orang security langsung menyambut mereka. "Maaf, apa sudah ada janji?" tanya salah satu security. "Sudah," jawab Jago yang turun lebih dulu. "Saya mengantar istri Pak Andaru. Sampaikan saja, kepada sekertaris beliau kalau Bu Aisyah sudah datang," lanjut Andaru lantas membukakan pintu untuk Aisyah. "Oh baik," jawab security dengan nama dada Sarjono lalu berlari ke dalam kantor. "Silahkan Bu," Jago mengulurkan tangannya ke depan Aisyah untuk menjadi pegangan ketika menaiki tangga teras kantor yang cukup tinggi untuk Aisyah yang memakai sepan panjang. Aisyah tak sempat ganti baju, ia datang masih dengan seragam coklat guru khas pegawai PNS. Membuat security buang memnyambut mereka menatap bingung. "Tidak perlu bingung Pak, ini
Baru satu minggu Andaru tinggal di rumah mertuanya namun suami Aisyah itu tidak punya banyak waktu untuk bercengkerama dengan keluarga barunya. Hampir setiap hari dia sibuk dengan pekerjaan dan harus pulang larut malam karena lembur. Pemindahan perusahaan ke Jakarta benar-benar menyita waktu dan pikirannya. Untuk proses produksi tetap di lakukan di perusahaan lama sedangkan di jakarta adalah kantor pusat yang mengatur dan menentukan segala kebijakan perusahaan. Produk emas dari Ai's jewellery sangat diminati. Baik emas dalam bentuk perhiasan atau mentahan memiliki konsumennya sendiri yang setiap bulannya bertambah.Semua desain perhiasannya eksklusif, tidak pasaran dan sangat elegan sehingga menarik minat dari berbagai kalangan. Tidak hanya kalangan atas saja, kalangan menengah ke bawah juga merupakan pasar untuk produk Ai's Jewellery. Tentu saja dengan menyesuaikan harga dan kwalitas agar bisa menggapai semua kalangan. Toko-Toko emas Ai's Jewellery bertebaran di setiap mall yang