"Kamu jatuh cinta pada laki-laki brengsek itu?" Arka menatap lekat wajah Aisyah, pria itu ingin tahu seperti apa perasaan mantan istrinya itu sekarang. Meski tidak bisa di pungkiri dalam hati Arka berharap jika Aisyah menjawab tidak. Sama halnya dengan Arka, mata tajam Andaru juga mengarah pada wanita yang berdiri diantara dirinya dan Arka. Ada rasa penasaran juga di hati Andaru dengan perasaan wanita yang sangat ia puja itu. Aisyah menghembus nafas kasar, kesabaran benar-benar mulai menipis dan hampir habis menghadapi mantan suaminya. Aisyah tidak pernah menyangka jika Arka orang yang tidak hanya keras kepala tapi juga tidak tahu malu dan egois. "Suka atau tidak itu bukan urusan kamu," jawab Aisyah tegas. "Berhentilah! Kamu benar-benar mempermalukan dirimu sendiri. Entah apa niatmu tapi jika orang tuamu tahu mereka pasti akan sangat murka karena malu." "Kamu tidak ingin menjawabnya, apa itu artinya kamu memiliki perasaan padanya? Kamu jangan lupa dia yang sudah membuat aku mencer
[Mantan istri dari Arkana Mahendra Putra, benarkan?] Degh.... Aisyah terdiam, tidak tahu harus berkata apa? Sekarang pasti Shania sangat kecewa kepadanya. [Kenapa diam? Apa aku salah? Tega kamu, aku menganggap kamu teman tapi ini balasanmu,] cerca Shania kesal. [Maaf,] Hanya itu yang bisa Aisyah ucapkan. Pikirannya bingung dan merasa bersalah pada Shania. [Maaf? Pasti sangat menyenangkan melihatku seperti orang bodoh membicarakan mantan suamimu,] Suara Shania terdengar kesal dan marah. [Aku minta maaf, tapi demi Alloh aku tidak berniat menyembunyikan darimu. Sebenarnya aku ingin menceritakannya tapi Arka berpura-pura tidak mengenalku.] Aisyah berusaha menjelaskan alasannya tidak jujur. [Tidak perlu menjelaskannya sudah mendengar semua perdebatan kalian tadi.][Apa?] Aisyah menghembuskan nafas kasar [Jadi kamu melihat semuanya?] [Iya. Aku lihat semuanya. Bagaimana dua pria itu memperebutkan dirimu. Jika kamu menganggap aku temanmu, harusnya kamu menceritakan yang sebenarnya meski
Plakk.....Sebuah tamparan mendarat di pipi kiri Aisyah seketika membuat tubuh itu terhuyung dan hampir tersungkur jika saja Andaru tidak sigap memeluk perut ramping Aisyah."Dasar wanita jalang tidak tahu diri!!" bentak sesosok wanita cantik itu dengan tatapan penuh kebencian yang tertuju pada Aisyah. "Kamu gak papa?" tanya Andaru setelah membantu tubuh Aisyah kembali berdiri tegak. "Coba lihat!" Segera Andaru memeriksa wajah Aisyah, sontak saja rahangnya mengeras saat melihat bekas kemerahan di pipi kiri wanita cantik itu. Segera pria itu memutar tubuhnya, seketika tatapan menajam tertuju pada wanita yang menjadi penyebab luka kemerahan di pipi kiri Aisyah, wanita yang sangat dicintainya. "Beraninya kamu," geram Andaru dengan suara tertahan berusaha menahan amarah yang sudah sampai di ubun-ubun. "Sudah biarkan saja, Daru." Aisyah menarik tangan Andaru yang sudah terangkat. "Dia Maharani kekasihnya Arka," sambungnya berbisik memberitahu siapa wanita yang telah menamparnya itu. "C
Pagi ini Aisyah berangkat lebih pagi dari biasanya dikarenakan hari ini adalah hari pertama ujian semester ganjil untuk siswa-siswi sekolah dasar. Sesampainya di sekolah Aisyah segera memeriksa kelasnya untuk memastikan semua nomor ujian sudah tertempel dengan benar di bangku murid-muridnya. Tak lupa ia juga memeriksa isi tas beberapa siswa yang sudah datang untuk memastikan tidak ada siswa yang membawa kertas contekan.Ya, Aisyah adalah seorang guru yang mengutamakan kejujuran murid-muridnya. Tidak munafik ia juga menginginkan nilai murid-muridnya bagus dan di atas rata-rata, namun Aisyah selalu menekankan bahwa kejujuran adalah nomer satu dan lebih penting dari sekedar angka di dalam rapot. Bel masuk berbunyi tepat pukul tujuh pagi dan ujian segera di mulai setelah membaca do'a bersama. Suasana kelas menjadi hening, semua siswa khusuk mengerjakan soal ujian dengan tenang. Tepat pukul setengah sebelas bel kembali berbunyi memberi tanda jika waktu ujian untuk jam kedua sudah habis d
[Halo, ini Aisyah?] sapa seseorang begitu Aisyah menjawab panggilan suara itu. [Iya,][Aku Anton, temannya Andaru. Aku mendapatkan nomor telfonmu dari Reina.][Iya, ada apa?] tanya Aisyah. [Sejak dua hari yang lalu aku tidak bisa menghubungi Andaru. Nomor telfonnya tidak aktif. Aku takut terjadi sesuatu padanya, bisakah kamu menolongku untuk melihat keadaanya?] Anton menjelaskannya tujuannya menelfon Aisyah. Sontak saja Aisyah mengerutkan dahinya, mencoba mengingat terakhir kali Andaru menelfonnya. Seingatnya pria itu tidak lagi menghubunginya sejak sepulang dari makan eskrim kemarin siang. [Kemarin aku bertemu dengan Andaru. Alhamdulillah dia baik-baik saja. Tapi aku akan menelfonnya untuk memastikan keadaannya.] Tanpa Aisyah sadari, ucapannya membuat Arka mengepalkan kedua tangannya erat. Ada rasa marah bercampur cemburu mendengar mantan istrinya itu membicarakan pria lain dengan nada khawatir di dalam suaranya. [Bisakah kamu mendatangi kosnya saja? Nomernya tidak aktif, sepert
"Mungkin dia sudah pergi, dari kemarin kosnya juga sepi," sahut yang lain. Degh.... Pergi? Kemana? Aisyah nampak bingung dan kaget. "Maksudnya bagaimana ya? Andaru masih kerja di sini kan?" Aisyah memastikan. "Iya, tapi sudah dua hari ini dia tidak datang untuk bekerja," jawab karyawan tadi. "Di kosannya juga sepi, tambahnya."Boleh minta alamat kosnya," ucap Aisyah setelah berpikir sebentar. "Oh iya, sebentar," jawab Karyawan dengan nametag Danang itu. Dia berbalik lantas memanggil salah satu temannya yang baru keluar dari dalam sebuah ruangan kaca. "Ini Hilman. Dia kos di dekat kosan Andaru." Sambungnya memperkenalkan salah satu teman kerjanya yang sudah akan akan pulang. Aisyah segera mengikuti Hilman setelah berpamitan dan mengucapkan terima kasih. Mereka membutuhkan waktu sekitar lima belas menit untuk sampai di kos Andaru. Hilman menawarkan untuk membonceng Aisyah namun ibu guru itu menolak dengan sopan dan lebih memilih menggunakan taksi online yang mengikuti di belakang
"Itu Mbak yang lagi lari sambil manggil-manggil di belakang mobil saya," beritahu sopir. Segera Aisyah memutar tubuhnya melihat ke arah belakang mobil. Seketika matanya melebar karena kaget. "Andaru?" pekik Aisyah. Nampak Andaru agak sempoyongan sedang berlari sambil memanggil namanya. "Pak, tolong berhenti sebentar!" perintah Aisyah pada sopir. Nampak Andaru agak sempoyongan sedang berlari sambil memanggil namanya. "Pak, tolong berhenti sebentar!" perintah Aisyah pada sopir lantas membuka jendela mobil."Ngapain kamu lari-lari?" ujarnya pada Andaru yang segera mendekati pintu mobil saat sopir menepikan mobilnya di pinggir jalan. Bukannya menjawab ucapan Aisyah, Andaru sibuk membuka pintu mobil. "Pak tolong buka pintunya!" perintah Andaru pada sopir dengan mengetuk kaca jendela mobil bagian depan. "Terima kasih," sambungnya pada sopir yang membuka kunci otomatis pintu mobilnya. Aisyah sedikit terkejut melihat Andaru yang langsung masuk setelah membuka pintu mobil. Spontan Ia mengg
"Pak, tolong antarkan ke rumah sakit terdekat," ujar Aisyah panik melihat Andaru tak sadarkan diri. Tanpa banyak bertanya lagi sopir segera menjalankan mobilnya menuju sebuah klinik terdekat dari posisi mereka. "Rumah sakit terlalu jauh Mbak, klinik ini yang paling dekat." ujat Sang sopir saat mereka sampai di sebuah klinik. "Iya gak papa Pak, tolong bantu panggilkan perawat untuk membawa teman saya masuk," pinta Aisyah masih dengan memangku kepala Andaru. Tak lama dua perawat datang dan membawa Andaru masuk ke ruang gawat darurat. Dengan perasaan khawatir Aisyah memandang Andaru yang sedang di periksa oleh dokter dan dua orang perawat. "Bismillah, semoga kamu gak papa," gumam Aisyah pelan dengan tatapan tak lepas dari Andaru yang terbaring lemah. Seorang perawat mendatangi Aisyah untuk memberitahukan jika pasien harus diambil darahnya untuk di tes agar bisa di ketahui penyakit yang di derita. Setelah mendapatkan persetujuan nampak perawat tadi segera mengambil darah Andaru dan