Sekitar pukul 12.00 siang Ibu dan Ayah Mertuaku sampai, mereka pun tak kalah terkejutnya seperti aku. melihat keadaan mas Raka yang luar biasa pangling. tulang pipinya terlihat, tulang tangannya terlihat bahkan tulang selangkanya pun terlihat begitu dengan jelas. benar-benar bagaikan tulang terbungkus kulit benar adanya."Kenapa kamu bisa seperti ini? Ibu menangis tak tega melihat mas Raka dengan keadaan yang sangat tragis." Maafkan aku Bu, Pak," ucap Mas Raka dengan lirihnya"Kenapa kamu lakuin ini sama ibu sama bapak? Apa kamu sudah tidak menganggap Ibu sama bapak orang tuamu lagi, sampai kamu tega menyembunyikan penyakitmu ini? Ibu sama bapak khawatir sama kamu. satu bulan menghilang lalu tiba-tiba kamu jadi seperti ini? hati ibu sakit melihat kamu seperti ini. ibu merasa orang jadi tua yang bodoh, yang gagal yang membiarkan anaknya seorang diri melawan penyakit yang mematikan ini." terang ibu mertuaku."Ibu sama bapak Jangan menyalahkan diri sendiri , ini murni kesalahan Raka. Ra
"Keluarga bapak Raka, keluarga bapak Raka," suara panggilan itu membuat aku langsung tetlonjak dan berdiri dari tempat dudukku. Seorang perawat dengan wajah ramahnya tiba-tiba keluar dari ruangan Mas Raka.Aku, mertua, Najma serta Marvel langsung saja mendekat."Iya, kami keluarganya," timpalku."Bapak Raka ingin bertemu dengan Nyonya Ayu. Adakah di sini," tutur perawat itu."Saya, sus," aku berucap."Silakan Masuk! Bapak Raka ingin bertemu."Tanpa banyak bicara, aku pun ikut masuk bersama perawat. Di sana aku melihat mas Raka terbaring dengan selang infus di tangan serta alat bantu pernapasan.Aku sedikit lega, setidaknya mas Raka bisa ditangani dengan tepat. Dan proses penyembuhan bisa berjalan dengan baik."Mas," panggilku seraya menarik kursi lalu duduk di samping bangsal.Mas Raka yang terlihat lemah itu menoleh padaku. "Ayu," panggilnya dengan lirih."Bagaimana keadaannya, Mas setelah ditangani dokter?" Tanyaku."Sama saja, tidak ada perubahan sedikit pun." Jawabnya aku bisa me
Langkahku gontai, jujur mendengar penjelasan dokter membuat aku takut. Bagaimana jika memang takdir berkata lain? Jika keadaan mas Raka memang sekritis ini. Aku tidak bisa bayangkan bagaimana Najma menghadapi kenyataan ini."Mama, mama!"Aku tersadar dari lamunanku saat indra pendengaranku mendengar Najma memanggilku. Serta menarik lenganku."Mama, mama,"lagi Najma memanggilku."Ada apa, Sayang," ucapku dengan tubuh yang sedikit membungkuk."Ayah, ayah, Ma," Najma terbata-bata.Aku mencoba untuk menenangkan Najma, tebakanku sepertinya ia berlari mencari ku hingga napasnya tersengal-sengal."Tenang, ya. Bicaranya pelan-pelan. Kenapa dengan ayah?" tanyaku.Najma mulai berlinang air mata, ini sukses membuat perasaanku semakin tak karuan."Ayah, Ma, Ayah," ujarnya lagi kini ia mulai terisak."Kenapa? ayah kenapa?""Tubuh ayah kejang-kejang, Ma. Najma takut," terang Najma ia sampai memelukku..Di ruangan itu memang hanya ada Najma, sebab Ibu dan ayah mas Raka pamit pulang untuk membawa baj
Berita buruk ini sama sekali tidak ingin aku dengar, kenapa dia tega meninggalkan Najma? katanya dia mau bertahan? Lalu ini apa? Dia bahkan pergi di saat kami tidak ada di sampingnya. Setidaknya jika memang dia ingin pergi bisakan pamit? Bisakan memberikan kata-kata untuk menenangkan Najma? Bisakan menungguku sampai kembali?Oh Tuhan! Maaf. Aku tahu kematian memang tidak bisa diprediksi. Tapi kenapa dia harus Kau ambil dengan cara seperti ini? Kenapa?"Mama, mama, ayah kenapa, Ma? kenapa kalian menangis? melihat kalian menangis Najma ikut sedih," ucap Najma dengan polos.Aku tidak bisa berkata apapun selain menangis dan mengeratkan pelukanku. Sementara itu, Ibu mertuaku terus menangis histeris seraya memanggil nama Mas Raka."Raka, bangun, Nak! Ibu sama bapak sudah kembali, ayo kita makan bersama. Katanya mau ibu suapi, ayo bangun!"Ibu histeris seraya mengulang terus perkataannya. Bapak mencoba untuk menenangkan Ibu untuk kesekian kalinya. Aku tahu bagaimana perasaan ibu, ditinggal p
usai pemakaman, Najma terus saja berada di pangkuanku, dia tidak mau lepas hingga membuat aku pun tidak bisa melakukan apapun selain duduk.mungkin merasa kasihan melihatku membuat Marvel mendekat, lalu berinisiatif untuk mengambil alih memangku Najma..Aku kira Najma akan menolak. Namun di luar dugaanku, Najma dengan senang hati pindah duduk menjadi di pangkuan Marvel.Sejak awal Najma dan Marvel memang sudah dekat, kedekatan mereka bahkan terlihat seperti seorang anak dan ayah. sehingga Najma dengan mudahnya dibujuk oleh Marvel."Kenapa peri kecilku ini murung?" tanya Marvel pada Najma l, saat anakku sudah beralih tempat duduknya menjadi di pangkuan Marvel.gadis kecilku itu melirik pada Marvel, wajahnya begitu terlihat bersedih. "Aku sedih Om, karena Najma nggak bisa ketemu ayah lagi. Padahal Najma senang banget Ayah dekat sama Najma. Tapi sekarang nggak bisa lagi deket sama ayah," terang Najma anakku dengan lemah dan polosnya.Marvel membenarkan posisi duduk Najma, yang awalnya a
Aku kembali menoleh pada ibu mas Raka, aku ingin memastikan apa yang aku dengar tidaklah salah. Jika tadi ibu membahas mengenai Marvel."Ini serius, ibu rasa dia tulus. Dia bisa menggantikan ayahnya. Apa lagi ibu tahu sewaktu Raka hidup dia tidak pernah dekat dengan Najma. Jadi, tidak salahnya bukan mencari ayah untuk Najma, untuk kebahagiaan dirinya." tutur Ibu.Aku tidak tahu arti perkataan ibu, kenapa di hari pertama pemakaman Mas Raka malah membahas masalah ini."Kenapa ibu malah bahas masalah ini? Rasanya ini tidak benar. Ini hari pemakaman....""Tapi kamu sudah bukan siapa-siapa lagi, kamu bukan lagi istri Raka. Kalian sudah resmi berpisah dua bulan lalu," sela ibu. "Tidak masalah jika ibu bahasa masalah ini. ibu tidak marah, tidak tersinggung pula. Justru ini adalah permintaan Raka. Raka ingin kamu dan Najma hidup bahagia. Kebahagiaan yang belum pernah dia berikan untuk kalian. Raka ingin kamu memiliki keluarga yang utuh dan bahagia. Dan dia melihat Marvel begitu tulus, dia me
Hari-hari selepas kepergian Mas Raka tidak ada yang berubah. Mungkin karena aku sudah terbiasa hidup tanpa Mas Raka membuat aku tidak merasa kehilangan Mas Raka. Namun, tidak dengan Najma. Anak gadisku itu selalu duduk melamun di dekat jendela kamarnya. Dengan tangan yang memegangi pigura foto ayahnya.Aku menghampiri Najma, aku memeluk anak gadisku dari belakang. Mungkin karena kaget ia sampai terperanjat. "Mama," ujar Najma seraya menoleh sebentar ia lalu menyenderkan kepalanya ketubuhku."Kenapa melamun, Hem?" Tanyaku seraya mencium puncak kepala Najma."Semalam Najma mimpiin ayah. Ayah pakai baju serba putih," ucap Najma ia mulai bercerita. Aku mendengarkan dengan seksama cerita dari Najma. "Lalu?" Tanyaku."Lalu ayah memeluk Najma. Ayah bilang jangan cengeng Najma sama mama harus hidup bahagia," terang lagi Najma.Kupeluk erat tubuh Najma, aku kembali menciumi puncak kepala Najma. Apa mungkin saking rindunya almarhum ayahnya sampai terbawa mimpi. Aku maklumi karena kepergian a
Aku mengantar ibu dan bapak ke terminal. Mereka benar-benar yakin ingin meninggalkan ibu kota ini. Mungkin memang benar kampung halaman lebih aman untuk mereka di masa tua seperti ini. Setidaknya di kampung solidaritas dan kerukunan tetangganya masih terjaga. Tidak seperti di kota, hidup masing-masing. "Ibu sama bapak pergi, ya. Jaga diri baik-baik," ujar Ibu sebelum mereka naik ke bus."Ibu sama bapak yang harusnya jaga diri, ibu sama bapak gak boleh sakit, terus hubungi Ayu, ya," tuturku membenarkan perkataan ibu. Jika aku tidak perlu mereka khawatirkan karena aku bisa jaga diri sendiri."Jangan khawatirkan kami," balas ibu."Iya, ibu benar kami tidak perlu di khawatirkan. Yang terpenting itu kalian, tetap bahagia kami harap kebahagiaan selalu menyertai kalian," ucap bapak, ia menyentuh pipiku lalu menyentuh pipi Najma.Aku merasa tengah diperhatikan dan dikhawatirkan oleh orang tuaku sendiri. Rasanya ku tidak rela jika mereka memutuskan untuk pergi. Namun, aku tidak bisa memaksa k
Ayu bicara seperti itu seraya tersenyum malu-malu. Sebab apa yang ia katakan memang benar adanya. Jika ia hanya mencintai Marvel dan sampai kapan pun akan Terus seperti itu. Sedangkan perasaanya pada Rendy, itu hanyalah sebatas suka karena kebaikannya dan ketulusannya pada Najma serta dirinya. Bukan suka karena perasaan cinta. Apa mungkin dia akan menyia-nyiakan orang sebaik Rendy? Terlebih saat itu posisi Najma membutuhkan sosok seperti Rendy. Rendy dan Marvel tidak jauh berbeda. mereka memiliki sifat lembut pada Najma m mereka pun sama-sama menyayangi Najma . Tidak percaya dengan ucap Ayu, membuat Marvel kembali menanyakan hal tersebut. "Apa? tadi kamu bicara apa?" tanya ulang Marvel. "Aku masih mencintaimu, dari dulu sampai sekarang." ucapan Ayu. satu fakta yang selama ini selalu ia sembunyikan. Ayu langsung menutup wajahnya saking malu. Kenapa bisa ia bilang seperti tadi? Ayu yakin Marvel langsung bertanya-tanya maksud ucapannya. mobil pun sengaja ia tepikan, ia ter
Dari sudut berbeda, sebenarnya Marvel pun melihat interaksi antara Ayu dan Rendy. Marvel terus memperhatikan Tanpa berkedip barang sedikitpun. Ia tidak ingin kehilangan pandangan interaksi Ayu dan Rendy. Marvel merasa jika Rendy sangat mencintai Ayu sampai sekarang. Cinta yang begitu tulus dan besar. ia seorang pria pun mampu untuk merasakannya. Sementara untuk Ayu, Marvel bingung arti dari tatapannya itu. Namun yang bisa ia tangkap jika pandangan ayu terlihat seperti seorang wanita yang meminta pada kekasihnya untuk melupakan semua kenangan di antara mereka. Melupakan cinta yang pernah ada dan melupakan apa pun yang berhubungan dengan keduanya. Lalu Marvel berpikir, apakah mungkin Ayu sempat menyukai Rendy? Andai ia tidak bertemu dengan Ayu mungkin selamanya ia tidak akan pernah sembuh. Dan ia tidak akan pernah bisa memiliki Ayu. Melihat ayu yang hendak berlalu, Marvel pun buru-buru pergi sebelum ia melihat dirinya dan ketahuan tengah menguping pembicaraan dengan Rendy. Ma
Setelah dua jam lamanya Ayu diintrogasi oleh keluarga Marvel, akhirnya kini ia bisa bebas. Ia senang pada akhirnya keluarga Marvel setuju dengan hubungan dirinya dengan Marvel. meskipun masih ada perasaan tidak rela di hati Maureen. Ayu tahu karena ia bisa melihat sendiri tatapan Maureen penuh ketidaksukaan. Ayu saat ini tengah berada di balkon, ia sedang menikmati kesendiriannya, sebab saat ini Marvel ingin diberi waktu untuk bicara dengan keluarganya saja. "Apa aku boleh di sini?" tiba-tiba suara seseorang yang sangat ia kenali terdengar. Ayu tidak menjawab, ia malah mencengkeram pagar pembatas balkon. entahlah! ia masih merasa takut jika bertemu Rendy. Ia takut dituduh yang tidak-tidak. ia trauma dengan hal seperti itu. "Ayu...." panggil Rendy saat ayu tidak kunjung merespon ucapannya.. "Pergi! Aku tidak ingin melihat wajahmu!" usir ayu tanpa sedikitpun melihat orangnya. Rendy tahu Ayu seperti ini karena dirinya, karena ia tidak percaya sepenuhnya. Andai waktu itu ia pe
Semua berkumpul di ruang tamu seusai acara akad pernikahan sederhana antara Rendi dan Melly. mereka saling pandang sebab dari setiap orang memiliki pertanyaan di benak mereka. Ayu yang bertanya-tanya kenapa bisa Rendy dan melly menikah, sedangkan yang ia tahu hubungan keduanya begitu sangat renggang bagaikan kucing dan tikus yang saling menjelekkan dan saling menghindari satu sama lain. Melly dan Rendy Yang bertanya-tanya kenapa Ayu bisa bersama dengan Marvel. kemudian Davin dan Mauren pun memiliki pertanyaan yang sama ditambah ke mana saja selama ini selama 8 bulan menghilang. Rendy yang sedari tadi terus saja menatap Ayu, sementara Ayu yang merasa ditatap hanya tertunduk dengan meremas jari jemarinya. hal yang tidak ingin Ia hadapi ini harus terjadi, ia harus bertemu dengan Rendy begitu cepat "Marvel bisa kamu jelaskan ke mana selama ini dan kenapa kamu bisa dengan wanita ini," ucap Maureen memecah keheningan dengan nada sedikit sinis ketika mengucapkan kata wanita ini. "Dia
ayu sudah siap, begitu juga dengan MArvel. sementara najma ia sengaja tidak membawa anak gadisnya itu, ia menitipkan najma pada bu widya, najam lebih anteng jika bersama cicit bu widya. untuk bertemu orang tua Marvel mereka memesan taksi. dikarenakan untuk saat ini marvel tidak memiliki apa-apa. harta bendanya ada di jakarta, sedangkan dompet miliknya yang berisi kartu kredit dan debit hilang saat ia di rampok. sepanjang perjalanan, ayu terus mersa cemas. dalam pikirannya terus terpikirkan bagaimana jika ia bertemu dengan Rendy? apa yang akan dia lakukan? meskipun benar kota cimahi itu luas barang kali orang tua marvel berada di tempat yang jauh dari Rendy. Marvel yang melihat ayu terus gelisah, berusaha untuk menenangkan, memberikan support system. Marvel meraih tangan ayu lalu menggenggamnya dengan sangat erat, "Tenang! jangan khawatir, percayalah kedua orangtuaku sangat bijak, mereka tidak akan membuat kamu merasa canggung." "Tapi,,,," "percayalah sama aku." Ayu mengang
Kini Rendy dan Melly tengah di interogasi oleh Monica. Wanita berusia 50 tahun itu teramat syok. Ia tidak menyangka anak laki-laki bisa berbuat dibatas kewajaran."Harusnya kamu bilang ke ibu, jika kamu ingin secepatnya menikah. Enggak harus kaya gini," tutur Monica dengan tenang. Ia sudah bisa mengontrol diri. "Tidak Bu! Rendy sama sekali tidak ingin secepatnya menikah. Rendy hanya....""Rendy memaksa, Bu. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Terlebih malam itu Rendy mabuk. Ibu tahu sendirikan bagaimana sikap orang yang sedang mabuk? Sekeras apa pun aku menghindar tenagaku kalah kuat. Meskipun aku memang menginginkan Rendy, tapi aku tidak segila itu berani menyerahkan kehormatanku.'' Melly sengaja berkata seperti itu untuk menarik simpati dari Monica hingga Monica mendukung dirinya untuk dinikahi oleh Rendy.Kenyataannya, ia memang tidak bisa menghindari pesona Rendy. Ia terbawa suasana hingga dengan sukarela menyerahkan apa yang selama ini ia jaga."Kau mabuk, Ren?" Tanya Monica, ia tid
"Uuh,"Rendy melenguh, tak lupa ia memegangi kepalanya yang terasa berdenyut itu. Sepertinya efek minum minuman beralkohol membuat kepalanya sakit. Saat ia berusaha untuk bangun, ia mulai menyadari sesuatu. Ia merasa ada sesuatu yang menindih tubuhnya. Lalu ia arahkan pandangannya ke arah perutnya. Dan apa yang terjadi? Rendy langsung menutup mulutnya ia hampir berteriak karena terkejut. Ia tak percaya kenapa ia berada di atas ranjang yang sama bersama Melly. Terlebih melihat posisi Melly yang tidur di atas dadanya. Lebih membingungkan lagi, saat ia mendapati dirinya tak berpakaian begitu juga dengan Melly."Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku tidak ingat apapun?" Batin Rendy, ia tidak bisa mengingat apa yang terjadi.Ia berusaha untuk mengingat kembali, apa yang terjadi hingga ia bisa berakhir di atas ranjang bersama Melly. Terakhir yang ia ingat adalah saat ia harus meminum sebotol minuman keras demi menyelamatkan Melly. Lalu setelah itu memorinya sekilas terputar saat dirinya
Satu botol minuman keras sudah habis ditenggak oleh Rendy. Sedangkan kedua pria mabuk itu tersenyum lepas seraya melepaskan cekalan ditangan Melly.Mereka mendorong Melly ke arah Rendy dan dengan sigap Rendy memegangi tubuh Melly agar tidak terjatuh."Nih! kami percaya.Sekarang aku kembalikan padamu dan selamat menikmati malam panas bersama," ucap salah satu dari mereka berdua.Melly Paham maksud pria itu. Karena ia tidaklah terlalu bodoh dalam urusan tersebut. Selepas kepergian mereka, Melly langsung menoleh pada Rendy yang sudah mulai kehilangan setengah kesadarannya. "Kenapa kamu lakuin ini? Padahal kamu tinggal pergi gak usah pedulikan aku. Aku gak tega melihat kamu seperti ini." Ucap Melly ia terisak-isak."Berhenti menangis! Dan jangan terlalu percaya diri, aku menolongmu bukan karena aku peduli apa lagi memaafkan kamu. Tapi karena aku sangat menghargai wanita. Jikapun wanita yang mereka ganggu bukanlah Kamu, aku pun akan melakukan hal sama," ucap Rendy, di tengah usahanya unt
Melly tidak akan menyerah begitu saja. Ia akan berjuang sekali lagi untuk mengambil hati Rendy. Mungkin dulu perjuangannya kurang maksimal. Karena ia hanya bisa sebatas menatap dari kejauhan. Tapi sekarang, ia akan terus hadir dihadapan Rendy. Sampai Rendy merasa ketulusannya, merasakan cintanya dan merasakan perjuangannya untuk mengambil hatinya.Sejak kejadian di toko ayu malam itu. Melly terus saja mengikuti Rendy. Bahkan malam ini ia terkejut saat mengikuti Rendy tapi Rendy malah masuk ke klub malam. Tentunya membuat Melly takut. Karena sebelumnya Rendy tidak pernah menginjakkan kakinya ke tempat buruk itu.Untuk saat ini, ia sama sekali tidak memiliki keberanian untuk masuk. Ia takut jika masuk seorang diri meskipun di sana ada Rendy. Selama kurang lebih satu jam lamanya ia menunggu. Rendy masih tidak terlihat, belum ada tanda-tanda Rendy akan pulang. Melly semakin khawatir, ia takut terjadi sesuatu di sana mengingat ini adalah kali pertama Rendy mengunjungi tempat terlaknat sep