Firlita POVAku senang hari ini aku bisa menghindari si gadis genit itu, malas banget aku berhubungan dengan dia. Farhan mengajakku menjauh dari kantorku, hahaha... Pak Willi pasti bingung mencariku saat dia lagi sibuk memperhatikan para kru iklan itu.Cukup lama kami di sini, menikmati suasana cafe yang tenang. "Hei, kenapa kamu Senyum-senyum sendiri?" tanya Farhan."Enggak kok, Han. Hanya saja ide kabur dari pekerjaaan ini bukannya ini gila yah, mereka lagi sibuk-sibuknya kita malah santai-santai di sini,""Biarin kali-kalikalilah Fir... kamu tuh jangan terlalu serius hidupnya biar gak stress, hahaha ...!" Farhan ketawa lepas.Sambil menyeruput kopi hangat aku duduk santai sambil berbincang dengan Farhan. Tiba-tiba saja dia menanyakan soal pribadi. "Hmmm... Fir, ngomong-ngomong kamu udah ada calon belum, Fir?" tanyanya malu-malu."Hah, akuuu... belum ada, Han... Jomblo aku Han... hahaha...." Aku menjawabnya sambil tertawa, mungkin dia kira aku hanya bercanda."Kamu suka gitu, masa
"Akuuu... gak ngapa-ngapain kok, hanya lagi membicarakan soal model itu. Kan dia masih ada agenda hari ini.""Iyakah? Tapi tumben kamu datang sepagi ini, biasanya juga kita udah pada datang, kamu baru jol." Tari masih menyipitkan matanya, oh tidak! Apa dia tidak mempercayai kata-kataku."Hei, lagi pada Ngobrol apaan sih, serius amat kalian berdua? Tuh si Fayra udah datang." Tiba-tiba Shinta datang, syukurlah dia penyelamatku jadi dia gak akan tanya-tanya lagi."Oh dia udah datang, ya udah aku kasih tahu dulu Bos." Aku segera pergi, menghindari Pertanyaan Tari.Uuuh ... selamat aku! ****Fayra POVHari ini aku akan bertemu Si Ganteng lagi, asyik aku bakalan keliling pabrik berdua aja.Pagi-pagi aku sudah ready. Hari ini aku akan lebih agresif, dia harus jadi milikku."Sebentar yah, Nona saya panggilkan dulu Pak William nya. Silahkan duduk dulu." Seorang receptionist tersenyum ramah padaku."Iya, Mbak terima kasih."Tak lama dari pintu lift aku lihat pria yang aku tunggu-tunggu pun dat
Hari makin malam, sudah pukul 21.30 tapi Pak Willy belum ada tanda-tanda akan datang. Semua menunggu dengan gelisah.Tamu-tamu pun sebagian mulai berpamitan karena sudah terlalu malam tapi acara belum juga dimulai.Kedua keluarga makin gelisah, aku lihat Mamanya Pak Willy terus melirik ke arah pintu. Sedangkan Pak Ronald berulang kali menelpon Pak Willy tapi tak satu kali pun diangkat."Gimana ini Pak Ronald, kenapa Willy sampai saat ini belum juga datang?" tanya Papa mulai panik dan juga merasa malu pada tamu-tamunya beberapa kali membungkukkan tubuhnya meminta maaf pada tamu yang berpamitan. "Iya Pak Firman. Sebentar yah saya mau menghubungi dulu Willy, dari tadi sudah saya telepon tapi tak tak ada jawaban." "Ya sudah kalau begitu mari kita ke sana, biar kali ini saya yang telepon!" Papa mengajak Pak Ronald ke ruangan lain.Aku yang penasaran, mengikuti mereka, aku pun ingin tahu kenapa sampai calon tunanganku tak datang.Papa pun menelpon Pak Willy menggunakan ponsel Pak Ronald.
Flashback on"Pak Willy tolong saya, saya disekap oleh seseorang di sebuah apartement!!" Suara Fayra terdengar panik di ujung telepon."Ka-kamu di mana Fay?" tanyaku ikut panik."Saya ada di apartement Berlian lantai 7 kamar 52, cepat Pak! Saya takut ini!"Tok! Tok! Tok !! "Wei, cepaaaat.... kalau gak saya akan mendobrak pintu kamar mandi itu!"Terdengar suara laki-laki yang berteriak sambil menggedor pintu dengan keras."Udah yah Pak, kayaknya mereka udah curiga! Pak Willy harus cepat, saya takut Paaak...!" katanya sambil berbisik dan terdengar begitu gugup.Tut! Dia mematikan sambungan telepon.Aduh, gimana ini? Aku harus menolongnya, tapii... bagaimana dengan pertunanganku.Aku melihat ke arah jam tanganku, masih ada Waktu sekitar dua jam.Aku pun bergegas makin cepat pergi, makin cepat beres urusannya dan aku bisa pergi ke pertunanganku."Lho Willy, kamu mau ke mana? Kok malah pergi acara pertunangan kamu sebentar lagi?" tanya Papa saat melihatku hendak pergi."Ada urusan sangat
Sial banget hidupku, kenapa harus kenal sama gadis itu, padahal dari awal pun aku tidak tertarik sedikit pun sama dia. Aku harus menemui Papanya Firlita siapa tahu dia bisa membujuk Papaku untuk membatalkan pertunangan ini."Pak Firmaaaan .... Saya mohon tolong saya, saya benar-benar tidak ada hubungan apa-apa sama gadis itu. Saya hanya mencintai putri Pak Firman." Aku mengucapkannya dengan sungguh-sungguh, entah Pak Firman akan melihat kesungguhanku ini."Saya tidak yakin setelah saya mendengar ucapan gadis itu!" Pak Firman tampaknya sudah terlanjur percaya dengan ucapan gadis itu."Pak, saya sangat yakin kalau saya ini dijebak, tolong izinkan saya tetap bersama Firlita? Dan tolong bilang sama Papa saya untuk Menolak pertunangan saya dengan Fayra, Pak.""Maafkan aku Willy, aku belum seratus persen percaya sama kamu." Aku tahu ini bakalan sulit, tapi demi Firlita Aku harus terus membujuknya."Tante Arlita, saya sungguh-sungguh sama Firlita... tolong bantu saya. Saya tahu, kalau saya
Fayra POV"Kamu senang kan bisa bertunangan dengan pria yang kamu cintai?" tanya Mama."Tentu saja, Ma. Akhirnya aku bisa miliki dia," jawabku dengan senyuman yang lebar."Pertahankan dia Fay, jangan kayak Mama. Mama dulu terlalu mementingkan ego Mama untuk menjadi model yang terkenal. Hingga Mama kehilangan Papa kamu. Dia memilih menikah dengan wanita lain." Mama terlihat begitu sedih, mungkin itu penyesalan yang tak berujung dalam hidupnya, kehilangan cinta sejatinya.Aku tidak boleh seperti Mama, aku harus bertahan demi cintaku pada Pak Willy."Maaf Ma, aku dari dulu ingin sekali menanyakan hal ini? Apaaa... Papaku masih ada? Kenapa Mama selalu menyembunyikannya dariku?"Mungkin ini saatnya aku mendesak Mama untuk memberitahu secara mendetail soal Papaku."Maaf Fay, belum saatnya kamu tahu. Suatu hari nanti pasti Mama akan kasih tahun kamu, Fay.""Mama selalu begitu, kenapa sih Ma?" Mama tetap tak mau bilang soal Papa. Sampai hari ini hanya namanya saja yang aku tahu."Kamu kan uda
Firman POVMalam ini aku baru pulang dari kantor, entah kenapa setelah aku bertemu Mayra tadi siang perasaanku tidak enak.Baru masuk ke rumah aura rumah terasa sangat berbeda. Kulihat istriku hanya duduk di sofa tanpa menyambutku."Waalaikumsalam." Dia menjawab salamku dengan ekspresi datar."Sayaaang... ada apa sih, aku pulang kok cemberut?" godaku sambil mencolek pipinya yang mulus."Gak usah colek-colek segala!" ketus Arlita."Idih galak amat sih, Neng," jawabku sambil bercanda."Udah gak usah bercanda, duduk!" Arlita tampak serius, sikapnya begitu dingin. Ada apa dengan istriku ini kenapa mukanya gak ada manis-manisnya hari ini. Apa aku sudah berbuat salah yah."Pa, Mama sekarang minta Papa jujur! Kenapa Papa gak mau mempertimbangkan permintaan William untuk bersanding sama putri kita, padahal Mama yakin dia sungguh-sungguh mencintai anak kita?" Ini kenapa tiba-tiba Arlita menanyakan hal ini lagi yah? Aneh sekali."Jawab Pa, kenapa diem?""Bukannya Mama sudah tahu alasannya, k
"Fiir ...! Firlitaaa .. !" Suara itu mengagetkanku, sudah lama aku merindukan dia memanggilku begitu."Iya Pak." Aku masih berusaha menghormatinya sebagai atasanku."Masuklah ke ruanganku. Aku ingin bicara denganmu.""Ma-maaf Pak, sebaiknya kita bicara saja di sini.""Ayolah Fir, sampai kapan kamu akan menghindariku!" Pak Willy mencekal tanganku.Dia seperti tahu saja kalau selama ini aku memang berusaha untuk menghindarinya.Aku celingukan takut ada yang lihat. "Udah masuk saja, gak usah takut gak ada siapa-siapa ini!" Pak Willy menarik tanganku menuju ruanganku."Masuk!" Pak memaksaku masuk dan mengunci pintu."Gak usah dikunci Pak! Disangka orang kita lagi ngapain lagi!" protesku sambil hendak memutar kunci yang masih menempel di lubang kunci."Fiiiir ... jangan bikin aku terus menderita, Fir ... aku putus dari kamu saja bikin hidup aku terpuruk, apalagi melihat kedekatan kamu sama laki-laki itu saja membuatku tambah tersiksa." Sebegitunyakah yang dia rasakan, bukannya seharusnya d