Suasana Gunung Papandayan ketika malam hari sangatlah dingin. Pondok Salada kini sudah ditutupi oleh kabut dan embun di sekitarnya. Para pendaki yang tadinya sedang duduk santai di depan lantas masuk ke dalam tenda masing-masing untuk menghangatkan diri. Sama seperti Bayu, Ishak, Haris, Felix, Putra dan Hugo, keenam laki-laki itu sudah berjejer rapi di dalam tenda dengan sleeping bag yang masing-masing mereka bawa. Meskipun suhu di luar tenda sangat dingin, mereka berenam tetap berbincang satu sama lain sambil berbaring. Mereka tidak sadar jika sudah mengobrol cukup lama sampai pukul dua belas malam.
Satu per satu dari mereka pun sudah tertidur pulas. Mereka berenam harus menyiapkan energi untuk esok hari karena akan melakukan summit attack. Summit attack adalah istilah yang biasa digunakan oleh para pendaki ketika mereka akan mengejar puncak sejak dini hari. Biasanya para pendaki akan memulai pendakian mereka menuju puncak ketika langit masih gela
Setelah berjalan jauh menuju ke puncak Tegal Alun, keenam laki-laki itu sudah sampai di Pondok Salada pada siang hari. Mereka beristirahat di dalam tenda setelah menguras energinya untuk summit attack. Putra dan Felix kini sudah tertidur pulas tepat setelah mereka sampai di tenda sedangkan Haris dan Hugo hanya berbaring sambil memainkan ponsel mereka masing-masing. Di luar tenda sendiri ada Bayu dan Ishak yang sedang memasak makanan untuk menu makan siang. Bayu dan Ishak tampak tidak kelelahan meskipun mereka baru saja mengejar summit attack yang melelahkan. Maklum, mereka berdua sudah sering mendaki gunung sehingga tidak terlalu terkejut.Menu makan siang hari ini adalah telur orak-arik dengan tumis sosis dan bakso. Ishak mengambil alih peralatan masak dengan dibantu Bayu yang bertugas menjadi asistennya. Pertama-tama, Ishak akan memasak nasi terlebih dahulu karena sejak kemarin mereka berenam belum mendapatkan karbohidrat yang berasal dari beras. Ishak ten
Felix segera lompat ke bawah tebing untuk menyusul Haris yang kini sedang berbaring kesakitan. Haris jatuh ke bawah tebing dengan posisi miring yang menyebabkan tangan kanannya mengalami luka-luka dan mengeluarkan darah cukup banyak. Laki-laki itu terlihat seperti sedang menahan sakit dan Haris sedang berusaha untuk bangun tetapi dirinya tidak kuat sehingga terjatuh kembali. Felix lantas membangunkan Haris dari posisinya dan berusaha untuk mengangkatnya ke atas tebing. Untung saja terdapat dua pendaki yang menyaksikan kejadian tersebut dan mereka segera membantu Felix untuk mengangkat Haris. Salah satu dari pendaki itu menawarkan diri untuk menggendong Haris menuju ke tenda mereka. Dengan sigap mereka segera membawa Haris menuju tempat di mana tendanya berada. Bayu, Ishak, Putra, dan Hugo yang sedang duduk di depan tenda sambil berbincang sontak kaget ketika melihat temannya yang kini digendong oleh pendaki lain. Mereka tambah kaget saat melihat terdapat luka yang cukup leba
Rombongan Haris dan teman-temannya telah sampai kembali di basecamp pada malam hari. Sebelumnya, Bayu sudah memberitahu kepada pihak basecamp untuk memesan mobil angkutan umum yang akan membawa mereka segera ke Terminal Guntur sehingga kini sudah ada mobil terparkir di depan basecamp. Mereka berdelapan, termasuk kedua pendaki yang menolong Haris, beristirahat sejenak di basecamp. Kedua pendaki itu memutuskan untuk ikut turun ke basecamp dan mereka menawarkan bantuan untuk menggendong Haris ketika turun. Bayu dan teman-temannya tentu saja merasa sangat berterima kasih pada kedua pendaki itu karena mau merepotkan diri mereka sendiri untuk sekadar membantu Haris.Kondisi Haris menjadi lebih baik karena ia sudah beristirahat dengan cukup sebelum turun ke basecamp. Laki-laki itu kini sedang ditanyai oleh petugas basecamp mengenai kecelakaan yang menimpa dirinya. Haris juga akan mendapatkan asuransi kesehatan dari pihak
Seperti apa yang telah dikatakan oleh Marsha pada Peter sebelumnya, perempuan itu memutuskan untuk kembali ke Indonesia lebih awal dari jadwal perkiraannya. Marsha bahkan belum sempat untuk berkunjung ke Lauterbrunnen, destinasi wisata yang sebenarnya sangat ingin dikunjungi olehnya. Namun, Marsha lebih memilih untuk menurunkan egonya dan menyusul sang kekasih yang sedang terkena musibah. Ia berusaha untuk menjadi kekasih sebaik mungkin yang akan menemani Haris ketika laki-laki itu sedang kesakitan.Setelah mendapat kabar tentang Haris dari Felix, perempuan itu segera mencari dan memesan tiket pesawat dengan jadwal terdekat menuju Indonesia. Untung saja terdapat satu pesawat yang akan berangkat ke Indonesia besok pukul lima pagi. Dengan cepat Marsha langsung memesannya sebelum ia kehabisan tiket. Marsha sebelumnya sudah memberitahu pada kedua orangtuanya jika ia akan pulang lebih awal. Marsha juga bercerita pada sang ibu mengenai kekasihnya yang terkena musibah ketika di gunu
"Barang-barangnya udah semua, Sha?" Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam yang artinya satu jam lagi Marsha akan berangkat menuju ke Bandara Internasional Zurich. Sedih sebenarnya ketika Marsha tidak bisa berlibur lebih lama di Swiss. Apalagi ia belum sempat untuk mengunjungi Lauterbrunnen, desa impian Marsha. Akan tetapi, Marsha juga tidak akan tenang jika tetap berlibur di Swiss sementara kekasihnya sedang kesakitan akibat patah tulang di lengan kanan. Semoga saja beberapa bulan ke depan perempuan itu bisa berkunjung lagi ke negara favoritnya bersama dengan Haris. "Udah kok, Peter. Udah aku cek satu per satu, semoga nggak ada yang ketinggalan," timpal Marsha pada sepupunya. Oh iya, Marsha juga sebenarnya merasa tidak enak pada keluarga sepupunya karena ia tidak bisa tinggal lebih lama. Paman Sam dan Tante Irene juga sama terkejut ketika Marsha mengatakan bahwa ia akan pulang malam ini. Namun, mereka juga dapat memahami apa yang sedang dirasakan keponakannya s
Marsha membaringkan tubuhnya di atas kasur sesampainya di kamar hotel. Ia meregangkan tubuhnya yang kaku setelah belasan jam duduk di bangku pesawat. Perempuan itu sangat berterima kasih pada Felix karena sudah mau memesankan kamar hotel untuknya. Marsha mendapatkan kamar hotel yang bersebelahan tepat dengan kamar Felix, Putra, Hugo, Ishak, dan Bayu. Kelima laki-laki itu juga memutuskan untuk menginap di hotel dibandingkan menginap di ruangan Haris di mana di sana juga terdapat anggota keluarga Haris. Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam dan sebentar lagi Marsha akan kembali rumah sakit di mana kekasihnya berada. Ayah dan ibu dari Haris meminta tolong padanya untuk menemani Haris karena mereka memiliki urusan yang genting untuk pergi dan akan kembali nanti malam atau besok pagi. Sementara itu, sang kakak juga pergi entah ke mana dan meninggalkan Haris sendirian di kamar. Untungnya dengan sigap Bayu datang dan menemani Haris selagi Marsha beristirahat di hotel.
Marsha bangun dan perlahan meregangkan tubuhnya. Ia tertidur di atas sofa yang ada di ruangan VIP Haris. Ya, Marsha ikut bermalam di rumah sakit bersama Haris. Ia diminta oleh kekasihnya sendiri untuk menemaninya karena ternyata kedua orangtua Haris baru akan kembali pagi ini sekitar jam delapan. Mau tidak mau Marsha menuruti perintah Haris karena ia juga tidak tega untuk meninggalkan kekasihnya sendirian di rumah sakit. Terlebih lagi jika Haris butuh bantuan, mungkin ia tidak bisa meminta bantuan pada siapa pun jika Marsha tidak berada di situ. Untung saja sang kakak juga ikut menemani Haris dan bermalam di sana. Sebenarnya Marsha merasa canggung jika harus satu ruangan dengan Arya. Apalagi sang kakak semalam juga menyinggung tentang apa yang Haris lakukan pada Marsha ketika mereka hanya berdua di dalam ruangan. Arya memberikan peringatan pada Haris untuk tidak macam-macam pada perempuan yang masih belum mahram. Haris pun hanya diam dan mengangguk mendengar nasihat dari san
Haris dan Marsha masih belum kembali ke ruangan VIP milik Haris setelah tiga puluh menit berlalu. Mereka berdua masih asyik berbincang ringan dengan Willy. Anak laki-laki itu ternyata sangat cakap dalam berbicara dan terkadang ia juga mengajak Haris dan Marsha ikut bergurau. Hal itu tentu saja membuat Haris dan Marsha betah untuk tetap mengobrol bersama dengan Willy di taman."Kak Haris sama Kak Marsha mau ke tempat rahasia nggak?" tanya Willy. Haris dan Marsha lantas bertatapan sejenak. Mereka berdua lalu mengangguk mengiyakan ajakan dari Willy. Setelah itu, Willy berjalan memimpin Haris dan Marsha di depan menuju ke suatu tempat. Ia terus berjalan menjauhi area utama rumah sakit. Mereka bertiga kini sudah berada di bagian paling ujung rumah sakit. Karena takut terlalu jauh, Marsha meminta Willy untuk berhenti sebentar."Kita mau ke mana, Willy?" tanya Marsha dengan lembut. Willy yang tadinya menghadap ke depan kini beralih menatap Marsha dan menjawab, "Ke tempat raha
Epilog: The Good EndingTidak ada yang pernah menduga tentang takdir seseorang. Haris dan Marsha yang sudah menjadi sepasang kekasih sejak SMA ternyata benar-benar menjadi sepasang kekasih yang melanjutkan sampai di pelaminan. Marsha yang awalnya berpikir akan berakhir menikah dengan Felix pun ternyata salah. Setelah semua masa lalu kelam dan pedih yang Marsha alami, ia akan tetap kembali kepada Haris. Sejauh apa pun Marsha berlari, Tuhan akan selalu berusaha untuk mempertemukan mereka berdua. Seperti yang disebut dengan takdir, Haris dan Marsha adalah sebuah takdir yang telah ditetapkan oleh Tuhan dan tidak bisa diganggu gugat.Sama seperti Marsha, Felix yang awalnya mengira bahwa Marsha adalah takdirnya ternyata salah besar. Sejauh apa pun Felix berusaha untuk meraih Marsha, pria itu tetap tidak bisa menggapainya. Cinta yang Felix pendam sejak pertama kali bertemu dengan Marsha pada kenyataannya tidak akan pernah bisa terbalaskan. Walaupun pada
Waktu hanya tinggal tersisa dua hari lagi menuju hari bahagia. Segala persiapan sudah Marsha dan Haris lakukan. Mereka berdua berhasil menyiapkan pernikahan hanya dalam rentang waktu satu minggu saja. Tentu saja, mereka berdua tidak melakukannya sendiri. Haris dan Marsha dibantu oleh masing-masing kedua orangtua mereka dan juga sahabat serta teman dekat mereka. Namun, sebelum itu, Marsha harus membatalkan segala proses di Swiss yang pada awalnya akan menjadi hari penikahan Marsha dan Felix. Akan tetapi, ternyata segala urusan tersebut sudah diselesaikan oleh Felix seorang diri.Salah satu rekan kantor Felix, Juan, kemarin menelepon Marsha secara mendadak. Pria itu berkata bahwa seluruh proses yang sudah disiapkan mulai dari gedung, peralatan, gaun dan jas, serta wedding organizer sudah dibatalkan oleh Felix. Karena pembatalan tersebut Marsha dan Felix harus merelakan biaya yang cukup banyak yang mereka gunakan sebagai modal pernikahan. Namun, sayangnya yang membuat Marsha kec
Setelah sekian lama berusaha untuk menghilang dan bersembunyi dari orang-orang yang dikenal, Marsha akhirnya memberanikan diri untuk kembali terbang ke negara tempat di mana ia lahirkan, Indonesia. Marsha berangkat kembali menuju ke Indonesia bersama dengan Willy dan Haris yang siap mendampingi kapan pun dan di mana pun ia berada. Marsha awalnya menolak mentah-mentah ketika Haris mengajaknya untuk kembali ke Indonesia. Namun, perlahan demi pasti, akhirnya Haris berhasil membujuk wanita itu agar mau kembali ke Indonesia untuk bertemu sahabat dan teman-temannya terutama kedua orangtuanya.Siang ini, pesawat yang Marsha, Haris, dan Willy naiki sudah mendarat di bandara internasional Indonesia. Haris menggenggam tangan Marsha sambil menggendong Willy dan mengajak mereka untuk segera keluar dari bandara. Tujuan pertama mereka adalah apartemen milik Haris. Tentu saja, Marsha masih belum siap jika setelah ini ia langsung bertemu dengan kedua orangtuanya setela
Hingga sampai pagi ini, Marsha masih belum mendapatkan kabar apa pun dari Felix. Ia sudah berulang kali memberikan pesan dan menelepon kepada Felix tetapi hasilnya tetap sama, tidak ada jawaban apa pun. Bahkan ketika Marsha berusaha untuk menanyakan Felix melalui Juan, pria itu tidak bisa memberitahunya. Padahal, Marsha sudah memilih gaun pengantin untuk dirinya dan juga jas tuksedo untuk Felix di butik fitting kemarin. Marsha sudah bersusah payah untuk memilih jas tuksedo yang cocok digunakan untuk Felix. Ia takut jika jas tuksedo yang dipilihnya tidak sesuai dengan selera pakaian Felix.Saat ini, Marsha sedang merapikan pakaian di lemarinya sembari membersihkan kamarnya yang terlihat berantakan. Sekitar tiga puluh menit yang lalu, Marsha sudah mengantarkan Willy ke sekolah dan ia akan menjemputnya kembali pada pukul sebelas siang nanti. Sebenarnya hari ini adalah jadwal Marsha dan Felix untuk bertemu dengan agen wedding organizer yang sudah mereka pilih untuk menentukan tem
Hari ini adalah jadwalnya bagi Marsha dan Felix untuk melakukan fitting gaun pengantin untuk Marsha dan jas tuksedo untuk Felix. Wanita itu sudah siap dengan dirinya setelah selesai mengantarkan Willy ke sekolah. Akan tetapi, sejak tadi malam Marsha tidak mendapatkan kabar dari Felix. Pria itu tidak membalas pesan dari Marsha sejak sore hari kemarin. Hal itu pun membuat jadwal perjanjian mereka dengan butik untuk melakukan fitting diundur. Marsha sendiri sudah berusaha untuk menghubungi Felix berulang kali tetapi hingga sampai saat ini ia tidak mendapatkan balasan apa pun.Apakah Felix marah dengan Marsha karena sikap anehnya kemarin? Marsha bisa menebak akan hal itu karena perubahan sikap Felix tepat setelah mereka selesai membeli cincin pernikahan. Felix bahkan tidak mengajaknya berbicara terlalu sering saat mereka berdua berada di dalam mobil. Karena hal itulah Marsha akhirnya berusaha untuk menghilangkan mood buruk dan mengalahkan rasa egonya demi mengajak Felix mengobrol
Ternyata, hari itu adalah pertemuan terakhir Haris dan Marsha. Setelah bertemu dan berbincang dengan Felix di kafetaria hotel, Haris memutuskan untuk pulang kembali ke Jerman pada esok hari. Pria itu benar-benar sudah merelakan Marsha demi kebahagiaan wanita itu sendiri. Haris tidak boleh egois, bukan hanya dia lah yang menderita selama ini. Akan tetapi, Marsha ternyata lebih menderita darinya. Oleh karena itu, Haris sudah merelakan Marsha kepada Felix dan berharap mereka berdua akan menjalankan hidup yang harmonis.Setelah pertemuan Haris dan Felix di kafetaria, mereka berdua kembali menjadi akrab seperti dahulu. Baik Haris maupun Felix, mereka berdua meminta maaf satu sama lain atas kesalahan yang telah mereka perbuat. Felix meminta maaf karena tidak memberitahu tentang Marsha selama ini kepada Haris sedangkan Haris meminta maaf karena tadi ia memukul Felix sampai berdarah dengan penuh emosi. Pada saat itu pun mereka mulai bertukar tentang banyak cerita. Pertemanan mereka y
"Asal kamu tau, aku nggak pernah membenci kamu, Ris. Tapi maaf, kita udah nggak bisa kembali kayak dulu lagi karena aku dan Felix udah terikat dalam sebuah hubungan dan satu bulan lagi aku dan Felix menikah," ucap Marsha yang sontak membuat jantung Haris seakan berhenti mendadak.Setelah mendengar perkataan Marsha baru saja, Haris langsung merenggangkan pelukannya dengan Marsha. Pria itu berjalan mundur perlahan seakan terkejut dengan ucapan Marsha. Ya, Haris tentu saja terkejut bukan main. Kedua kakinya saat ini terasa seperti tidak mempunyai kekuatan untuk menahannya agar tetap berdiri. Tubuh Haris melemas. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Keringat di dahinya mulai muncul perlahan. Ia mengusap wajahnya perlahan dan berusaha menyadarkan diri apakah saat ini hanyalah khayalannya saja. Namun, semua ini adalah kenyataan.Sementara itu, saat ini Marsha hanya menundukkan kepalanya dan menatap ke bawah lantai. Wanita itu belum siap untuk melihat bagaimana reaksi yan
"Felix? Lo ngapain di sini?" Haris bertanya kepada Felix yang kini sudah berhadapan dengan teman lamanya saat SMA. Rasa kantuk yang sebelumnya masih menyelimuti diri Haris kini sudah hilang sepenuhnya. Seluruh indra yang dimilikinya tampak bekerja menjadi lebih giat setelah melihat seseorang di depannya. Haris meneguk ludahnya perlahan. Pria yang saat ini sedang berdiri di hadapannya masih belum menjawab pertanyaan dari Haris. Tampaknya Felix masih sangat terkejut dengan kehadiran Haris yang secara tiba-tiba sudah berada di rumah calon istrinya. "Oh, shit," ucap Marsha yang tiba-tiba sudah berdiri di antara Haris dan Felix. Wanita itu tampak memijat dahinya pelan karena situasi yang saat ini sedang berlangsung. Di antara Haris dan Felix, mereka berdua bahkan belum merasakan stres yang mendalam dengan situasi saat ini. Marsha lah yang merasa paling pusing di antara mereka. Sebuah memori yang dulu pernah terjadi kembali terulang di benak Marsha ketika pada saat
"Mama, kenalin Paman di sebelah aku namanya Paman Haris! Paman Haris baik banget udah beliin aku makanan di minimarket dan nganterin aku pulang sampai ke rumah!" ucap Willy dengan semangat yang tanpa tahu apa yang sedang terjadi saat ini. Marsha masih diam dan tidak menghiraukan perkataan anaknya. Saat ini, ia masih terhanyut dengan kehadiran Haris di depannya. Sama seperti Marsha, Haris pun masih terdiam dan tidak mengeluarkan suara apa pun. Pria itu masih memandangi wajah wanita yang sudah lima tahun tidak ia temui dengan lekat.Wanita yang saat ini berada di hadapannya sudah sangat berbeda dengan Marsha yang terakhir kali ia temui pada lima tahun yang lalu. Rambut panjang lurus berwarna hitam sepinggang yang biasa Haris lihat dahulu kini sudah berubah menjadi rambut pendek berwarna cokelat hazelnut sebahu. Akan tetapi, wajah cantik dan indah milik Marsha masih sama seperti dahulu, tidak ada yang berubah. Marsha masih terlihat sangat cantik, bahkan wanita itu menjadi lebih