Haris dan Marsha masih belum kembali ke ruangan VIP milik Haris setelah tiga puluh menit berlalu. Mereka berdua masih asyik berbincang ringan dengan Willy. Anak laki-laki itu ternyata sangat cakap dalam berbicara dan terkadang ia juga mengajak Haris dan Marsha ikut bergurau. Hal itu tentu saja membuat Haris dan Marsha betah untuk tetap mengobrol bersama dengan Willy di taman.
"Kak Haris sama Kak Marsha mau ke tempat rahasia nggak?" tanya Willy. Haris dan Marsha lantas bertatapan sejenak. Mereka berdua lalu mengangguk mengiyakan ajakan dari Willy. Setelah itu, Willy berjalan memimpin Haris dan Marsha di depan menuju ke suatu tempat. Ia terus berjalan menjauhi area utama rumah sakit. Mereka bertiga kini sudah berada di bagian paling ujung rumah sakit. Karena takut terlalu jauh, Marsha meminta Willy untuk berhenti sebentar.
"Kita mau ke mana, Willy?" tanya Marsha dengan lembut. Willy yang tadinya menghadap ke depan kini beralih menatap Marsha dan menjawab, "Ke tempat raha
Siang hari ini Haris sudah diperbolehkan oleh dokter untuk pulang karena sebenarnya kondisi tubuhnya sangat sehat tetapi hanya tangannya saja yang terluka. Meskipun tangan kanan Haris dibalut oleh gips, laki-laki itu masih saja sering bergerak seperti biasanya. Keluarga Haris pun memutuskan untuk kembali ke Jakarta pada sore hari setelah semua proses administrasi selesai.Haris kini sedang menikmati makan siangnya dari rumah sakit yang terasa hambar. Ia awalnya tidak ingin memakan makanan tersebut dan meminta kepada teman-temannya untuk membelikan nasi padang seperti kemarin. Akan tetapi, hal itu diketahui oleh Marsha yang tentu saja tidak setuju jika Haris ingin memakan makanan berlemak tersebut. Haris terpaksa menurut karena Marsha mengomelinya. Laki-laki itu mengunyah makanan yang ada di mulutnya dengan malas.Marsha yang akan menyendokkan makanan ke dalam mulut Haris pun berhenti. Ia lalu menatap Haris yang kini sedang mengunyah makanan sambil bermain game
Setelah sesi pemakaman Willy selesai, Marsha, Felix, Putra, Hugo, Ishak, dan Bayu pamit untuk pulang terlebih dahulu. Mereka mengucapkan rasa belasungkawa kepada ibu Willy dan mendoakan Willy agar ditempatkan di tempat terbaik pilihan Tuhan. Marsha juga tidak lupa untuk memberi bingkisan berupa barang-barang yang ia beli di Swiss untuk keluarga Willy sebagai ungkapan perpisahan. Mereka pun saling bertukar nomor telepon agar tetap bisa menjalin hubungan meskipun dalam jarak jauh. Marsha juga berjanji pada ibu Willy akan mengunjunginya lagi di lain waktu jika ada kesempatan. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam yang artinya langit sebentar lagi akan berubah menjadi gelap. Mereka berenam kini sudah berada di dalam perjalanan pulang menuju ke Jakarta. Butuh waktu sekitar tiga sampai empat jam untuk sampai kecuali jalanan tidak ramai dan macet. Bayu menawarkan diri untuk menjadi sopir pertama kemudian setengah jalan nanti akan dilanjutkan oleh Ishak. Kedua laki-laki itu masing
Akhirnya rombongan Marsha telah sampai di Jakarta pada pukul satu malam. Ishak yang kini menjadi sopir segera menjalankan mobil ke rumah Felix karena titik awal keberangkatan mereka dimulai dari rumah Felix. Selain itu, motor yang mereka bawa juga dititipkan di rumah Felix. Marsha yang sudah sepenuhnya sadar kini sedang mengirimkan pesan pada kedua orangtuanya untuk menjemputnya di rumah Felix. Namun, pesan yang dikirim oleh Marsha belum juga dibaca oleh ayah maupun ibunya. Maklum saja, saat ini sudah masuk waktu dini hari dan pastinya kedua orangtuanya sudah tidur. Bodohnya, Marsha lupa untuk memberitahu pada kedua orangtua jika ia akan pulang malam ini."Ca, nanti gue balik ke indekosnya Bang Bayu. Lo dijemput sama siapa?" ucap Ishak. Baru saja terlintas di otak Marsha jika di sini juga ada tetangga sebelah rumahnya. Akan tetapi, ternyata sang tetangga tidak pulang menuju ke rumahnya melainkan ke rumah kakak tingkatnya. Marsha pun mengangguk dan menjawab, "Santai aja, Kak.
Libur kenaikan kelas telah usai setelah dua minggu berlalu. Marsha yang awalnya berada di tingkat kelas 11 kini sudah berada di tingkat akhir dalam SMA yang artinya sebentar lagi ia akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Perempuan itu juga kini sudah tidak tinggal bersama dengan kedua orangtuanya. Sang ayah memutuskan untuk melatih kemandirian anak semata wayangnya untuk hidup sendiri. Kedua orangtuanya membelikan unit apartemen yang berada di tengah kota dan juga dekat dengan sekolah Marsha.Awalnya sang ibu menolak jika anak perempuannya harus tinggal sendiri di apartemen terlebih lagi berada di tengah kota. Ibu mana yang tidak khawatir melihat anak perempuannya tinggal sendiri di Kota Jakarta yang terkenal dengan kata Jakarta keras tersebut. Akan tetapi, sang ayah berhasil meyakinkannya dan percaya bahwa anak perempuannya akan menjaga dirinya sendiri dengan baik.Marsha sendiri sudah tinggal di apartemen tersebut selama tiga hari. Hari pertama ia
Waktu istirahat Marsha menjadi berkurang akibat adanya jadwal yang sangat padat. Mulai dari pagi hari, Marsha harus berangkat sekolah untuk belajar hingga pukul satu siang. Kemudian dilanjutkan dengan tambahan belajar yang diadakan oleh sekolah setelah pulang sekolah sampai dengan pukul empat sore. Setelah itu, dilanjut dengan bimbingan belajar yang Marsha ikuti di luar sekolah mulai dari pukul empat sore sampai tujuh malam. Belum lagi Marsha harus belajar sendiri untuk mempersiapkan ujian masuk ke perguruan tinggi pada malam hari. Jika ditotal, Marsha bisa menghabiskan waktu lebih dari dua belas jam untuk belajar tanpa istirahat.Untungnya, Marsha melakukan semua hal itu dengan penuh semangat. Meskipun terkadang ia masih mengeluh akan tugas sekolah yang diberikan oleh gurunya. Marsha sebisa mungkin berusaha untuk menjalani kewajibannya sebagai pelajar. Ia selalu mengingat kalimat yang diberikan oleh sang ibu "usaha yang keras akan mendapatkan hasil yang setimpal". Begitulah
Baru saja memasuki tingkat di kelas 12, para murid sudah disibukkan oleh berbagai tugas dan try out. Sekolah akan mengadakan try out pada Senin minggu kedua sejak mereka berangkat sekolah pada tahun pelajaran baru. Meskipun hanya try out, tetapi Marsha juga harus menyiapkan materi yang akan ia pelajari untuk try out besok. Marsha bahkan tidak menyempatkan dirinya untuk pergi ke kantin hanya sekadar membeli makanan ringan. Seperti saat ini, ia masih sibuk mencatat materi pelajaran yang baru saja selesai padahal jam istirahat sudah dimulai sejak sepuluh menit yang lalu."Serius nggak mau ikut ke kantin?" tanya Lia di sebelah Marsha. Ia lantas mengangguk dengan cepat sambil tetap mencatat di buku tulisnya."Tadi pagi udah sarapan belum?" tanya Lia lagi. Setidaknya ia harus peduli dengan sahabatnya yang kini sudah hidup mandiri di apartemen."Belum," timpal Marsha singkat.Lia lantas berdecak mendengar jawaban dari Marsha.
Sejak kejadian kemarin di mana Lia melihat Felix secara langsung sedang mengendarai motor dengan perempuan selain dirinya, Lia hari ini menjadi lebih pendiam. Bahkan sejak perempuan itu masuk ke dalam kelas pada pagi hari, Lia tidak menyapa Marsha seperti apa yang ia lakukan biasanya. Hal itu membuat Marsha menjadi khawatir karena sejak tadi Lia tidak mengajaknya berbicara. Marsha juga bersimpati pada Lia dan ia bisa merasakan jika sahabatnya kini sedang marah dan sedih dalam waktu yang bersamaan. Marsha pun mencari cara agar bisa membuat sahabatnya yang sedang bersedih ini agar menjadi ceria seperti biasanya."Lia, kok diem aja daritadi. Udah sarapan belum?" ucap Marsha pada Lia yang kini sedang menelungkupkan kepalanya di atas meja. Lia hanya menggelengkan kepalanya tanpa berniat menjawab pertanyaan Marsha."Makan, Li. Nanti lo bisa sakit," ujar Marsha lagi.Lia lantas mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah Marsha yang berada di sebela
"Lia kemarin lihat lo waktu pulang sekolah boncengin perempuan lain."Di sinilah Marsha dan Felix berada. Setelah selesai dengan bimbingan belajarnya pada malam hari, Marsha mengajak Felix untuk berbicara terkait masalah antara Felix dengan Lia. Marsha dan Felix berhenti terlebih dahulu menuju ke sebuah kafe yang terletak di pinggir jalan. Untung saja Felix menerima ajakan Marsha. Sebelum itu, Marsha pun sudah memberitahu kepada Haris jika ia akan pergi ke kafe sebentar bersama dengan Felix untuk membantu menyelesaikan masalah di antara sahabatnya dan Felix. Haris pun juga sudah diberitahu oleh Marsha terkait masalah antara Lia dan Felix. Laki-laki itu tentu saja mengizinkan kekasihnya."Oh, shit. Pantesan aja," cerca Felix setelah mengetahui alasan sebenarnya mengapa Lia mengabaikannya."So, what is the truth?" tanya Marsha."The girl that go home with me just my neighbor. Just it," jelas Felix dengan singkat.Mars
Epilog: The Good EndingTidak ada yang pernah menduga tentang takdir seseorang. Haris dan Marsha yang sudah menjadi sepasang kekasih sejak SMA ternyata benar-benar menjadi sepasang kekasih yang melanjutkan sampai di pelaminan. Marsha yang awalnya berpikir akan berakhir menikah dengan Felix pun ternyata salah. Setelah semua masa lalu kelam dan pedih yang Marsha alami, ia akan tetap kembali kepada Haris. Sejauh apa pun Marsha berlari, Tuhan akan selalu berusaha untuk mempertemukan mereka berdua. Seperti yang disebut dengan takdir, Haris dan Marsha adalah sebuah takdir yang telah ditetapkan oleh Tuhan dan tidak bisa diganggu gugat.Sama seperti Marsha, Felix yang awalnya mengira bahwa Marsha adalah takdirnya ternyata salah besar. Sejauh apa pun Felix berusaha untuk meraih Marsha, pria itu tetap tidak bisa menggapainya. Cinta yang Felix pendam sejak pertama kali bertemu dengan Marsha pada kenyataannya tidak akan pernah bisa terbalaskan. Walaupun pada
Waktu hanya tinggal tersisa dua hari lagi menuju hari bahagia. Segala persiapan sudah Marsha dan Haris lakukan. Mereka berdua berhasil menyiapkan pernikahan hanya dalam rentang waktu satu minggu saja. Tentu saja, mereka berdua tidak melakukannya sendiri. Haris dan Marsha dibantu oleh masing-masing kedua orangtua mereka dan juga sahabat serta teman dekat mereka. Namun, sebelum itu, Marsha harus membatalkan segala proses di Swiss yang pada awalnya akan menjadi hari penikahan Marsha dan Felix. Akan tetapi, ternyata segala urusan tersebut sudah diselesaikan oleh Felix seorang diri.Salah satu rekan kantor Felix, Juan, kemarin menelepon Marsha secara mendadak. Pria itu berkata bahwa seluruh proses yang sudah disiapkan mulai dari gedung, peralatan, gaun dan jas, serta wedding organizer sudah dibatalkan oleh Felix. Karena pembatalan tersebut Marsha dan Felix harus merelakan biaya yang cukup banyak yang mereka gunakan sebagai modal pernikahan. Namun, sayangnya yang membuat Marsha kec
Setelah sekian lama berusaha untuk menghilang dan bersembunyi dari orang-orang yang dikenal, Marsha akhirnya memberanikan diri untuk kembali terbang ke negara tempat di mana ia lahirkan, Indonesia. Marsha berangkat kembali menuju ke Indonesia bersama dengan Willy dan Haris yang siap mendampingi kapan pun dan di mana pun ia berada. Marsha awalnya menolak mentah-mentah ketika Haris mengajaknya untuk kembali ke Indonesia. Namun, perlahan demi pasti, akhirnya Haris berhasil membujuk wanita itu agar mau kembali ke Indonesia untuk bertemu sahabat dan teman-temannya terutama kedua orangtuanya.Siang ini, pesawat yang Marsha, Haris, dan Willy naiki sudah mendarat di bandara internasional Indonesia. Haris menggenggam tangan Marsha sambil menggendong Willy dan mengajak mereka untuk segera keluar dari bandara. Tujuan pertama mereka adalah apartemen milik Haris. Tentu saja, Marsha masih belum siap jika setelah ini ia langsung bertemu dengan kedua orangtuanya setela
Hingga sampai pagi ini, Marsha masih belum mendapatkan kabar apa pun dari Felix. Ia sudah berulang kali memberikan pesan dan menelepon kepada Felix tetapi hasilnya tetap sama, tidak ada jawaban apa pun. Bahkan ketika Marsha berusaha untuk menanyakan Felix melalui Juan, pria itu tidak bisa memberitahunya. Padahal, Marsha sudah memilih gaun pengantin untuk dirinya dan juga jas tuksedo untuk Felix di butik fitting kemarin. Marsha sudah bersusah payah untuk memilih jas tuksedo yang cocok digunakan untuk Felix. Ia takut jika jas tuksedo yang dipilihnya tidak sesuai dengan selera pakaian Felix.Saat ini, Marsha sedang merapikan pakaian di lemarinya sembari membersihkan kamarnya yang terlihat berantakan. Sekitar tiga puluh menit yang lalu, Marsha sudah mengantarkan Willy ke sekolah dan ia akan menjemputnya kembali pada pukul sebelas siang nanti. Sebenarnya hari ini adalah jadwal Marsha dan Felix untuk bertemu dengan agen wedding organizer yang sudah mereka pilih untuk menentukan tem
Hari ini adalah jadwalnya bagi Marsha dan Felix untuk melakukan fitting gaun pengantin untuk Marsha dan jas tuksedo untuk Felix. Wanita itu sudah siap dengan dirinya setelah selesai mengantarkan Willy ke sekolah. Akan tetapi, sejak tadi malam Marsha tidak mendapatkan kabar dari Felix. Pria itu tidak membalas pesan dari Marsha sejak sore hari kemarin. Hal itu pun membuat jadwal perjanjian mereka dengan butik untuk melakukan fitting diundur. Marsha sendiri sudah berusaha untuk menghubungi Felix berulang kali tetapi hingga sampai saat ini ia tidak mendapatkan balasan apa pun.Apakah Felix marah dengan Marsha karena sikap anehnya kemarin? Marsha bisa menebak akan hal itu karena perubahan sikap Felix tepat setelah mereka selesai membeli cincin pernikahan. Felix bahkan tidak mengajaknya berbicara terlalu sering saat mereka berdua berada di dalam mobil. Karena hal itulah Marsha akhirnya berusaha untuk menghilangkan mood buruk dan mengalahkan rasa egonya demi mengajak Felix mengobrol
Ternyata, hari itu adalah pertemuan terakhir Haris dan Marsha. Setelah bertemu dan berbincang dengan Felix di kafetaria hotel, Haris memutuskan untuk pulang kembali ke Jerman pada esok hari. Pria itu benar-benar sudah merelakan Marsha demi kebahagiaan wanita itu sendiri. Haris tidak boleh egois, bukan hanya dia lah yang menderita selama ini. Akan tetapi, Marsha ternyata lebih menderita darinya. Oleh karena itu, Haris sudah merelakan Marsha kepada Felix dan berharap mereka berdua akan menjalankan hidup yang harmonis.Setelah pertemuan Haris dan Felix di kafetaria, mereka berdua kembali menjadi akrab seperti dahulu. Baik Haris maupun Felix, mereka berdua meminta maaf satu sama lain atas kesalahan yang telah mereka perbuat. Felix meminta maaf karena tidak memberitahu tentang Marsha selama ini kepada Haris sedangkan Haris meminta maaf karena tadi ia memukul Felix sampai berdarah dengan penuh emosi. Pada saat itu pun mereka mulai bertukar tentang banyak cerita. Pertemanan mereka y
"Asal kamu tau, aku nggak pernah membenci kamu, Ris. Tapi maaf, kita udah nggak bisa kembali kayak dulu lagi karena aku dan Felix udah terikat dalam sebuah hubungan dan satu bulan lagi aku dan Felix menikah," ucap Marsha yang sontak membuat jantung Haris seakan berhenti mendadak.Setelah mendengar perkataan Marsha baru saja, Haris langsung merenggangkan pelukannya dengan Marsha. Pria itu berjalan mundur perlahan seakan terkejut dengan ucapan Marsha. Ya, Haris tentu saja terkejut bukan main. Kedua kakinya saat ini terasa seperti tidak mempunyai kekuatan untuk menahannya agar tetap berdiri. Tubuh Haris melemas. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Keringat di dahinya mulai muncul perlahan. Ia mengusap wajahnya perlahan dan berusaha menyadarkan diri apakah saat ini hanyalah khayalannya saja. Namun, semua ini adalah kenyataan.Sementara itu, saat ini Marsha hanya menundukkan kepalanya dan menatap ke bawah lantai. Wanita itu belum siap untuk melihat bagaimana reaksi yan
"Felix? Lo ngapain di sini?" Haris bertanya kepada Felix yang kini sudah berhadapan dengan teman lamanya saat SMA. Rasa kantuk yang sebelumnya masih menyelimuti diri Haris kini sudah hilang sepenuhnya. Seluruh indra yang dimilikinya tampak bekerja menjadi lebih giat setelah melihat seseorang di depannya. Haris meneguk ludahnya perlahan. Pria yang saat ini sedang berdiri di hadapannya masih belum menjawab pertanyaan dari Haris. Tampaknya Felix masih sangat terkejut dengan kehadiran Haris yang secara tiba-tiba sudah berada di rumah calon istrinya. "Oh, shit," ucap Marsha yang tiba-tiba sudah berdiri di antara Haris dan Felix. Wanita itu tampak memijat dahinya pelan karena situasi yang saat ini sedang berlangsung. Di antara Haris dan Felix, mereka berdua bahkan belum merasakan stres yang mendalam dengan situasi saat ini. Marsha lah yang merasa paling pusing di antara mereka. Sebuah memori yang dulu pernah terjadi kembali terulang di benak Marsha ketika pada saat
"Mama, kenalin Paman di sebelah aku namanya Paman Haris! Paman Haris baik banget udah beliin aku makanan di minimarket dan nganterin aku pulang sampai ke rumah!" ucap Willy dengan semangat yang tanpa tahu apa yang sedang terjadi saat ini. Marsha masih diam dan tidak menghiraukan perkataan anaknya. Saat ini, ia masih terhanyut dengan kehadiran Haris di depannya. Sama seperti Marsha, Haris pun masih terdiam dan tidak mengeluarkan suara apa pun. Pria itu masih memandangi wajah wanita yang sudah lima tahun tidak ia temui dengan lekat.Wanita yang saat ini berada di hadapannya sudah sangat berbeda dengan Marsha yang terakhir kali ia temui pada lima tahun yang lalu. Rambut panjang lurus berwarna hitam sepinggang yang biasa Haris lihat dahulu kini sudah berubah menjadi rambut pendek berwarna cokelat hazelnut sebahu. Akan tetapi, wajah cantik dan indah milik Marsha masih sama seperti dahulu, tidak ada yang berubah. Marsha masih terlihat sangat cantik, bahkan wanita itu menjadi lebih