Share

Episode 28

Penulis: Ai
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ray mengangkat telponnya. Agak serius dia menerima telpon itu. Kakinya berbalik arah ke rumah dokter Careld.

Sedang aku masih saja berusaha msngingat hal sekecil apapun itu. Beberapa menit yang lalu, seiring denyut jantungku yang berdetak kencang, aku seolah merasakan ada sesuatu yang sangat aku rindukan. Entah apa itu. 

Seperti aku merindukan seseorang yang sangat dekat denganku. Tapi sudah beberapa detik rasa nyeri di ulu hatiku tiba-tiba menghilang.

Aku menarik dan menghembuskan nafas agar beban yang ada di hatiku hilang. Berharap secepatnya ingatanku pulih.

Masih kudengar suara dokter Careld dan teman-temannya tertawa gembira. Sekilas teringat pria yang turun dari mobil hitam tadi, rasanya seperti dekat dan kenal dengan orang itu. Apakah itu artinya dia pernah ada di masa laluku?

"Reld, kok pasien kamu nggak diajak gabung sich? Takut ya pindah ke lain hati?" Careld cuma terbahak mendengar lelucon Dattan. Sedang Ray masih sibuk dengan

Ai

Jangan lupa vote, like dan komentnya

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Takdir Yang Tertunda   Episode 29

    Ada yang kurasakan hangat di kulitku. Mataku terbuka samar-samar. Kepalaku rasanya berdenyut-denyut sakit. Kutebar pandanganku ke sekeliling. Kusapu ruangan itu dengan tatapan kosong. Beberapa detik kemudian, Aku teringat kejadian sebelumnya. Dokter Careld dan temannya yang bernama Ray Dinata. Hatiku tiba-tiba tercekat, mengingat ucapan terakhir laki-laki itu. Bahwa aku adalah kekasih 6 tahunnya. Oh ..., Benarkah? Itu artinya laki-laki itu adalah orang paling berperan dalam hidupku! Pikiranku melayang ke mana-mana. Pada akhirnya pandanganku terbentur pada sosok tampan dengan satu tangannya menyangga dagunya. Mata itu terpejam. Kuamati dalam-dalam wajah yang begitu mempesona itu. Dan ... aku terperanjat menyadari siapa laki-laki itu. Spontan aku tarik tanganku yang ternyata ada dalam genggamannya. Tubuhku secara reflek juga terbangun dan beringsut mundur, mentok ke belakang. Dan sekali kusadari bahwa aku masih di rumah sakit, jadi pasie

  • Takdir Yang Tertunda   Episode 30

    Dengan tergesa, Ray berlari mengejar brankar dorong yang membawa Move. Di dalam pikirannya, di sana, jenazah Move terbaring. Air matanya tumpah ruah. Dunianya gelap. Dattan yang menyadari kondisi itu, segera mengejar sahabat kecilnya itu. Dengan nafas ter-engah, Ray menggapai brankar dorong itu. Dilihatnya Move sedang terlelap tak sadarkan diri akibat obat bius. Ray terduduk lemas, membiarkan brankar dorong itu dibawa perawat rumah sakit. Nafas yang tadi tersengal pelan-pelan mulai teratur. Ada kelegaan yang luar biasa di dadanya. Badannya seperti tak bertulang. Dilihatnya Careld tersenyum meledek. Secepat kilat Ray bangun. Seolah punya kekuatan dia mengejar sepupunya itu. Careld ...! Kamu keterlaluan!" teriaknya dengan nafas ngos-ngosan. Sedangkan Careld sudah berlari ke ruang prakteknya. "Ray, semua baik-baik saja. Operasi Move sukses. Tinggal menunggu dia sadar. Lebih baik kita ke ruangannya." Dattan membimbing tubuh Ray bangu

  • Takdir Yang Tertunda   Episode 31

    Wanita itu berdiri membelakangi bangku yang ada di taman. Postur tubuhnya yang aduhai,membuat mata setiap pria yang melihatnya, menyempatkan untuk menelan salivanya sendiri. Ada 30 menit, wanita itu menunggu kedatangan dokter Careld. Ada kegelisahan yang terpancar di wajahnya. Bahkan sikapnya yang mondar mandir, tidak bisa menutupi ada keresahan yang mutlak di hatinya. Sebentar-sebentar, dia menengok jam tangannya, menoleh ke arah lobi rumah sakit, dan sesekali mengusap mukanya dengan kasar. Ada ketidaksabaran jelas terpancar di wajahnya. "Hah!" Jelas, dengusan itu menggambarkan kondisinya yang kesal dan tidak sabar. Dari arah belakang seseorang yang ditunggunya datang. Dengan gaya khasnya, dokter Careld langsung berdiri di depan wanita itu. "Sudah lama tidak minta aku untuk menemuimu, apakah ada yang membuatmu ingin bertemu denganku?" Careld menatap wanita itu dengan senyum khasnya. Ke dua tangannya merangkup disakunya

  • Takdir Yang Tertunda   Episode 32

    "Kalau sudah lihat rekaman ini, terserah kamu mau bagaimana," ucap Careld sambil menyandarkan punggungnya di sofa ruang kerjanya. Ray dengan tergesa melihat ke cctv. Nafasnya terdengar mendengus. "Dia lagi!" geramnya. Giginya gemeletuk menahan marah. Careld hanya mengendikkan bahu ketika mata Ray beralih menatapnya. Dia itu terobsesi sama kamu, Ray. Kenyataanya, dia bisa melakukan apa saja untuk menyakiti orang yang kamu sayang,mungkin, menurut dia, lebih baik tidak ada yang memilki kamu." "Gila! Ray menggeram marah. "Sakit itu namanya!" tukasnya dengan wajah memerah. "Untung kamu nggak jadi nikah sama dia," lanjutnya. Careld hanya terkekeh. Terdengar suara pintu dibuka. Wajah Dattan nongol dari balik pintu. "Tindakan apa yang mau kamu ambil Ray?" tanyanya seraya menjatuhkan badannya ke sofa di sebelah Careld. "Kalau boleh aku saranin, nggak usahlah bawa-bawa polisi lagi, kita nunggu ingatan Move pulih, untuk membebaskan

  • Takdir Yang Tertunda   Episode 33

    Sudah setengah jam, Ray memperhatikan wartawan yang semakin banyak memenuhi halaman gedung kantornya. Sudah dikerahkan tim keamanan dan juga sempat menyewa beberapa bodyguard, agar para reporter itu tidak menyeruak masuk ke dalam gedung perkantoran. Line telfon berdering terus tiap detik, meminta klarifikasi atas mencuatnya ke media surat kabar gosip Ray Dinata, presdir dari perusahaan pengiriman barang, terlibat skandal dengan mantan karyawannya. Disitu tertera nama Move Herdianata. Entah, perbuatan siapa yang menyebarluaskan gambar dan berita ini di semua media sosial, tentang dirinya dan Move. Teringat akan Move, Ray dengan tergesa menyambar ponselnya, dia ingin memastikan Move tidak jadi perburuan empuk awak media. Tapi baru saja telpon di seberang berbunyi sekali, "Maaf, Pak Ray, para dewan direksi sudah menunggu untuk rapat mendadak." Clarisa, dari balik pintu mengingatkan jadwal rapat darurat hari ini. Ray kembali memencet warna merah dipanggil

  • Takdir Yang Tertunda   Episode 34

    Entah sudah berapa lama, aku tak sadarkan diri. Ketika, aku sadar yang kurasakan adalah gelap, dan bau ruangan yang sepertinya berdebu. Aku mengerjabkan mata, tetap aja gelap. Ruangan ini bukan seperti tempat semula. Apakah aku diculik? Aku gerakan seluruh anggota tubuhku, nggak, aku nggak diikat. Terus, kenapa gelap, apakah aku buta? Akh-hh, pikiranku ke mana-mana. Coba tunggu beberapa saat, mungkin ada yang bisa menjelaskan kondisi ini. Hari mulai bergeser, Ray dan Dattan sudah sampai di rumah sakit, sudah ketemu Careld juga. Namun, sosok Move tidak diketemukan. Perasaan cemas dan khawatir membuat Ray bergerak cepat. Ke dua sahabatnya ditinggal begitu saja di rumah sakit. Sekitar 15 menit, dia memasuki halaman rumah mewah yang sudah sering dulu ia kunjungi. Tak perlu memencet bel, karena si empunya rumah sudah memamerkan senyum mautnya. Feronika Afarest, Wanita itu seolah sudah tahu kalau Ray akan mencarinya. Dengan sen

  • Takdir Yang Tertunda   Episode 35

    Manik mataku mengerjab liar, mendengar apa yang diucapkan Dattan. Tapi pria itu acuk tak acuh melihat reaksiku. Dengan lincah keluar masuk kamar yang ada di apartemen ini. Ternyata ini apartemen dia. Dari, mengeluarkan koper sampai menata baju, dia lakukan dengan rapi. Kulihat baju-baju perempuan bermerk kelas atas, ia masukkan beserta semua perlatan dalam wanita. Ternyata, semua sudah diatur serapi mungkin. Skenario ini sudah direncanalan dengan baik, tanpa terendus oleh siapapun. Mungkin selama ini, jauh sebelum Ray benar-benar muncul di hadapanku, semua skenario ini sudah ditata serapi mungkin, sebaik mungkin, supaya semua berjalan sesuai rencana mereka. Yang jadi pertanyaan besar di otakku, kenapa harus aku yang jadi target mereka? Aku hanya memperhatikan, apa yang Dattan lakukan. "Tiket sudah aku beli. Pagi ini, kita akan meninggalkan kota ini," ucapnya tanpa melihat aku sama sekali. Masih sibuk dengan mengepak barang Kali ini, bagian bajun

  • Takdir Yang Tertunda   Episode 36

    Aku menahan nafas sesaat, untuk mendengarkan ucapan Dattan yang belum selesai. Sedangkan Ray, masih dengan kemarahan mutlak, mencengkram kerah baju Dattan. "Katakan, Dattan!" Suara pria yang teramat aku cintai itu menggema di tempat parkiran. Dattan berusaha melepaskan diri dari cengkraman Ray, ditariknya tangan Ray yang mencengkram kuat lehernya. "Katakan dulu Dattan!" Kembali suara itu menggema. "Aku akan katakan, tapi lepaskan dulu cengkramanmu, aku nggak bisa bernafas." Dengan tersengal, Dattan berkata. Setelah menarik nafas kuat-kuat, dan menghembuskan dalam-dalam, Ray melunak. Cengkramannya pada leher Dattan terlepas. Laki-laki itu mengatur nafasnya yang tersendat karena amarah. Sedangkan, aku hanya menjadi penonton. "Sekarang, katakan, apa alasan kamu mengkhianati aku?" suaranya melemah, ada kelehan yang begitu sangat di wajah tampannya. Dattan menarik nafas panjang, sebelum memulai pembicaraan. "Ap

Bab terbaru

  • Takdir Yang Tertunda   Episode 144(S2)

    Hari itu akhirnya datang juga. Hari di mana aku jadi ratu sehari dan Ray jadi raja sehari. Bahagia? Tentu. Bahkan hanya air mata haru yang menjadi temanku.Laki-laki 7 tahunku . Ya Tuhan, akhirnya. Aku benar-benar pengen pingsan karena nggak kuatnya menahan kebahagiaanku.Bahagia! Benar-benar bahagia. Saat ijab kabul itu berlangsung dan jawaban sah itu terdengar, tubuh melemah seketika. Tangan dan kaki ku thremor tiba-tiba.Puji syukur ya Tuhan, semua atas keridhoanmu. Kedua tanganku lama banget tertengadah hingga kulihat imamku masuk ke kamar yang sudah dipersiapkan."Sudah sah, Sayang," bisiknya sambil mengecup daun telingaku membuat buluku meremang seketika.Kucium punggung tangannya tanda aku sangat menghormatinya lantas dia menyesap bibirku sebentar sebelum selanjutnya kami kembali ke pesta."Ma, Pa," kucium satu per satu punggung tangan mereka lalu kupeluk orang tua itu yang sekarang sudah menjadi orang tuaku.Giliran Farh

  • Takdir Yang Tertunda   Episode 143(S2)

    Ray masih terengah saat tubuhnya mengejang di atas tubuhku. Berkali-kali dia mengecup bibirku. Dan mengendus leherku saat dia sudah berbaring di sebelahku. Mataku sudah terpejam saat tangannya kembali menyentuh puncak dadaku yang tak terlapisi kain sedikit pun. Pria itu memainjannya dan membuat ku mengerang pelan. "Besok kita pre wedding, aku nggak mau ada halangan lagi." Aku hanya mengangguk sambil menikmati sentuhannya yang mrmbuatku kembali menegang. "Aku mau secepatnya kita menikah, Sayang," ucapnya bergetar sambil mengulum dadaku yang sudah mengeras. "Hemmn," jawabku dengan gelisah. Karena sudah kurasakan milikku lembab lagi. "Oh, Ray," akhirnya lolos juga dari tadi yang kutahan. Desahan berat karena tangan dan mulut Ray yabg usil. Pria itu hanya tersenyum puas melihat ku tersiksa seperti itu. Tak menunggu lama ketika wajahnya kembali terbenam di kedua pahaku aku kembali mendapat pelepasan. Rasanya aku sudah tidak sanggup

  • Takdir Yang Tertunda   Episode 142(S2)

    Hari selanjutnya aku sudah pulang dari rumah sakit. Kali ini aku pulang je rumah Ray bukan ke apartemen Farhan. Apartemen Farhan di kosongin sementara waktu. Kalau lagi bisan aja pengen liburan di sana. "Duduk di sini dulu atau mau langsung ke kamar?" tanyanya masih menggendong tubuhku yang masih lemah. "Langsung ke kamar saja," jawabku masih melingkarkan tanganku di lehernya. Setelah sekian lama banyak peristiwa yabg terjadi, entah kenapa baru kali ini aku merasa sedekat ini dengan Ray. Rasanya aku sangat merindukan saat-saat pertama kali dulu kita saling menyayangi tanpa ada pertengkaran dan air mata. Rasanya dulu aku sangat polos mencintai dia tanpa ada yang mengganggu gugat. Agak terhenyak rasanya ketika pria tampanku itu membaringkan tubuhku di tempat tidurnya. Aku terbangun dari lamunanku. "Pesen bubur dulu, ya. Habis itu minum obat." "Ray, nggak usah. Aku bikin sendiri saja." Ray mendelikkan matanya. "Maksudnya aoa mau b

  • Takdir Yang Tertunda   Episode. 141(S2)

    Dorr ... doorr! Suara tembakan itu persis hampir mengenai jantung buatan Farhan ketika tiba-tiba pria tampan itu menutup kembali pintu ruang kerjanya. Buru-buru dia menghubungi polisi dan menghubungi Ray agar cepat bersembunyi. [Ray! Bersembunyi! Mereka menggunaksn senjata api!] Teriakan Farhan cukup membuat Ray mengerti. Pria itu tidak mengibstrupsi saudara kembarnya karena dia harus mencari bantuan. Suasana malam itu kian huru-hara karena tiba-tiba dua orang asing masuk ke ruang kerja Farhan dengan sarkasnya menembakkan beberapa amunisi hingga membuat suasana gaduh. Tak selang lama polisi dapat melumpuhkan penjahat amatiran itu. Ray dan Farhan pergi ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian. "Ulah siapa, menempatkan penjahat amatiran begitu, Far?" Ray tampak kesal karena malamnya ini terganggu dengan ulah para penjahat amatiran yang pada belum bisa menggunakan senjata api. "Aku tahu siapa orangnya. Ni! Tolong pelajari! Aku mau pula

  • Takdir Yang Tertunda   Episode. 140(S2)

    Berkali-kali Renata menelan salivanya. Tak henti-hentinya dia menatap ke wajah sang penguasa itu. Terlihat lebih dingin dan arogan dari biasanya. Manusia dengan jantung buatan itu masih sebuk dengan segaja macam file dan berkas penting serta surat perjanjian kontrak kerja sama. Sedang di sebelahnya setumpuk kertas file yang iya yakini entah kapan selesainya. Tapi bukan itu yang membuat Renata menatap gelisah setumpuk file dan berkas itu. Tapi salah satu berkas dan file itu ada salinan surat kontrak yang suda ia rubah mengenai isi perjanjiannya dengan perusahaan papanya yang terbelit hutang yang banyak. "Renata! Kamu bisa pulabg duluan. Mungkin saya mau tidur dikantor saja untuk menyelesaikan pemeriksakaan berkas filenya." Suara bariton Farhan menggema di ruang kerjanya. "Astaga! Gila apa orabg ini. Mau lembur sampai tidur di kantor segala!" batin Renata ngedumel marah. Kalau sampai bosnya tidur di kantor otomatis berkas file itu pasti akan selesai diperiksa m

  • Takdir Yang Tertunda   Episode139(S2)

    Farhan menatap wajah yang umurnya jauh di atasnya itu. Seorang yang seharusnya sudah bisa bersikap dewasa dan bijaksana. Namun sikap itu jauh dari wajah yang seoerti anak muda itu. Farhan menghela naoas dalam. Baru dia bertatapan secara langsung laki-laki yang sering menyiksa istrinya lahir dan batin. "Kalau hanya ingin bertemu dengan untuk menanyakan masalah Renata, Aku rasa Move sudah memberi tahumu." Pria dewasa itu menghela napas menatap pria yang mukanya sama persis dengan pria yang akan menikahi mantan istrinya. "Kamu tahu sekarang kondisi Move seperti apa?" tanya Farhan sambil memasukkan ke dua tangannya ke dalam saku. Sejenak laki-laki yang tak lain Dimetri itu menyugar rambut hitamnya. Bukankah dia akan menikah. Sudah seharusnya kan dia berbahagia saat ini___ "Bukkkkk ...!" Pria bertubuh kekar itu sepoyongan, ada darah yang mengalir dari sudut bibirnya. Sedang Farhan mengibas-ngibaskan tangannya. Ada rasa panas menjala

  • Takdir Yang Tertunda   Episode 138(S2)

    Teriakan Ray membuat seluruh penghuni ruangan itu tersentak. Semua tertuju pada tubuh Move yang kejang-kejang. Seketika senua yabg ada di ruangan di suruh keluar.Ray dengan paniknya tak bisa menenangkan perasaannya. Berkali-kali dua meraup mukanya. Bahkan semua orang mencoba untuk menenangkannya namun sia-sia.Seilah menunggu anteian lama sekali. Pintu ruangan itu tak kunjung dibuka. Padahal sudah hampir 30 menit. Dan ketika terdengar suara langkah kaki dari dalam menuju pintu keluar, Ray dengan segera menyambut dokter itu."Dok, bagaimana__"Sebaiknya, Bapak lihat sendiri keadaannya di dalam." Suara dokter itu membuat Ray terpana."Ray, sebaiknya kamu ke dalam duluan," ucap mamanya sambil memeluk putranya itu."Aku temani," kata Farhan masuk terlebih dahulu. Lalu di susul Ray.Kedua saudara kembar itu harap-harap cemas ketika memasuki ruangan itu. Beberapa suster sudah pergi meninggalkan mereka tapi di atas pembaringan p

  • Takdir Yang Tertunda   Episode 137(S2)

    Suara tangisan itu terdengar begitu keras hingga membuatku tersadar. Siapa yang menangis? Aku mencoba bangkit dari pembaringanku. Badanku rasanta remuk redam. Suara itu semakin terdengar di telingaku. Dan aku semakin penasaran. Sebenarnya siapa yang ditangisi? Apakah Ray? Apa calon suamiku itu tidak selamat? Astaga! Buruk sangka aja aku ini. Bagaimana tidak. Aku masih ingat betul bagaimana peristiwa itu terjadi. Ada beberapa mobil yang mengikuti kami ketika aku dan Ray akan mendatangi tempat pemotretan pre wedding kami. Dan tepat di kilometer 17 mobil-mobil itu menyenggol mobil Ray hingga mobil yang kami tumpangi masuk jurang. Itu artinya nyawa kami jadi taruhannya. Tetapi aku masih bisa merasakan sakit. Tandanya aku masih hidup. Nah! Apakah menangisi kematin Ray. Dengan buru-buru aku bangkit dari tidurku. "Ouw!" Kurasakan ada yang sakit di seluh badanku entah itu apa? Dan saat alu bisa melihat siapa yang menangis aku sangat terkejut. It

  • Takdir Yang Tertunda   Episode 136(S2)

    Melihat tangan thremor yang memegang gelas sampe jatuh ke lantai itu aku sudah nggak kaget. Setidaknya aku sudah bisa membuktikan bahwa semua yang diucapkan oleh Dimetri itu benar adanya.Bahwa Renata memang punya niat nggak baik dari awal datang ke Genius Group. Dua benar-benar wanita ular. Yang bisa bertahan saampai beberapa tahun di perusahaan Farhan hanya untuk menguasai secara garis besar sistem dan cara kerja Genius Group.Licik! Entah dia itu tangan kanan siapa yang di suruh untuk menyusup ke Genius Group. Yang pasti saat ini samua data perusaan dan sitem kinerja Genius Group sudah terbaca dan ia kuasain.Setidaknya kalau tencana ini bisa digagalkan tidak menutup kemungkinan Dinata Group jadi incaran selanjutnya."Renata, dengan reaksi kamu yang seperti ini, sudah cukup menjawab semua pertanyaan yang ada di otak aku. Aku punya bukti kejahatanmu, Renata." Seketika itu wajah Renata berubsh merah padam.Aku langsung beranjak berdiri. Tanpa memo

DMCA.com Protection Status