Amelia dan Rifai pun mendarat di Bandara Juanda saat jam menunjukkan pukul setengah sembilan pagi. Mereka berdua langsung meluncur ke Rumah Sakit tempat Elvira di rawat. Sekitar pukul sembilan mereka telah tiba di sebuah Rumah Sakit swasta. Pasangan suami istri itu menyusuri lorong dan bertanya pada beberapa perawat yang lalu lalang pada lorong Rumah Sakit, lokasi kamar perawatan VIP A.Setelah itu, kembali pasangan suami istri itu jalan mengikuti petunjuk salah seorang perawat yang ditemui, hingga akhirnya mereka sampai di depan ruang perawat jaga pada ruang VIP A. Dimana, tampak seorang lelaki tampan berjambang telah duduk di bangku khusus pengunjung yang akan berbicara dengan perawat jaga.Ya, lelaki itu adalah Irwan. Pagi sekali sekitar pukul 8 pagi lelaki itu telah nongkrong di Rumah Sakit sejak jam 8 pagi dengan membawakan kue lapis legit yang dipikirkan akan disukai oleh Elvira, sebelum ke kantornya.Melihat Amelia dan Rifai berjalan menuju tempat perawat jaga, Irwan pun men
Di sepanjang jalan, Nita terus saja menasihati Larasati agar berani ambil tindakan sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Elvira.“Sati..., sesampai di rumah ... kamu rapikan semua barang-barang berharga kamu. Lalu, hubungi Irwan. Suruh dia pulang ... jangan ngomong Vira menolak untuk menikah sama dia. Kamu harus ngomong, kalau kamu nggak mau di madu!” perintah Nita sembari menyetir.“Tapi Mbak..., kalau mas Irwan ceraikan aku gimana nasib aku dan anak-anakku? Mbak tau, aku nggak kerja. Kalau aku pulang ke rumah orang tuaku rasanya nggak mungkin, karena adikku yang menikah dengan Tito tinggal dirumah bundaku,” cicit Larasati dengan kebingungannya.“Sati! Kalau Irwan mau menceraikan kamu, langsung kamu pergi ke rumahku! Ingat, kamu juga berhak atas setengah harta dari Irwan. Kecuali warisan perusahaan papanya. Untuk yang lain-lain kamu berhak dapat. Karena itu, aku yang kasih modal dengan cari pengacara. Ingat! Jangan lemah di hadapan Irwan. Justru kamu harusnya yang gugat dia denga
Di kediaman rumah Bram, kakak sepupu dari pihak ayah Irwan, terlihat Nita sedang menikmati makan siangnya kala ponselnya berdering. Kemudian, wanita cantik nan luwes itu pun meminta pada pembantunya untuk mengambilkan ponselnya yang sedang di cas.“Lastri, tolong kamu ambil ponselku,” perintah Nita.“Nggeh, Buu,” jawab Lastri.“Sopo sing telpon?” tanya Nita yang sering menggunakan bahasa daerah dan bahasa Indonesia.“Ndak, tau Buu, udah mati bunyinya,” jawab Lastri seraya memberikan ponsel Nita.“Oh, Sati...,” ucapnya sendiri. “Yo wes aku mangan disik.”Belum selesai Nita makan, kembali ponselnya berdering dan ia pun langsung menjawabnya, “Piye Sati?” “Cerai aku, Mbak. Tolong aku untuk tinggal di rumahnya Mbak seminggu aja, sekalian aku cari kos. Soalnya aku nggak enak sama mas Bram,” tutur Larasati terdengar parau.“Bagus! Ya, tinggal aja di rumahku. Tapi, aku abisin makan siangku dulu. Nanti aku jemput. Rapikan aja dulu barang-barangmu. Masalah suamiku, nggak usah kamu piki
Di hari kedelapan saat Elvira masih di rawat dan Amelia serta Rifai telah kembali ke Jakarta, Papa dari Melisa yang bernama Wicaksono datang ke Rumah Sakit, usai melakukan perjalanan ke luar negeri. Lelaki itu ditemani oleh dua orang pria. Satu pria memegang tasnya berperawakan sedang berkaca mata minus. Sedangkan satu orang lagi, bertubuh tinggi besar, berkulit hitam legam berada disisi kiri Wicaksono dengan wajah dingin.Satu orang yang memegang tas Wicaksono adalah sekretaris pribadinya bernama Hadi, sedangkan satu orang lagi bernama Glen, seorang lelaki yang dijadikan ajudan merangkap sopir. Namun, sebagian orang beranggapan kalau Glen adalah bodyguard Wicaksono, kemana pun kakinya melangkah, Glen selalu ikut. Bukan karena lelaki itu punya banyak musuh, hanya saja Wicaksono ingin selalu ada teman untuk mengobrol.“Kalian disini aja.” Perintah Wicaksono pada kedua orang yang ikut turun dari mobil Ferarri berwarna merah.“Siap Tuan!” ucap lelaki itu bersamaan.Setelah itu, Wicak
Irwan yang tidak menyangka kalau di depan kamar Elvira dijaga oleh Glen, ajudan dari Wicaksono, terkejut bukan kepalang saat tangan kekar seorang pria mencengkeram leher bajunya, sewaktu jemari tangan Irwan baru saja menyentuh hendel pintu kamar Elvira.“Hey! Ngapaen kamu!” sungut Glen menarik leher kemeja Irwan.Mendapat perlakuan kasar oleh seorang lelaki besar tinggi berkulit hitam legam dengan tubuh berotot, membuat hati Irwan ciut pula. Namun, ia yang penasaran atas hubungan lelaki itu dengan Elvira, sehingga ia juga membalas ucapan kasar lelaki hitam legam itu.“Eh! Kurang ajar kamu! Kenapa kamu tarik bajuku?!” Irwan membalas dengan kasar.Mendengar ucapan kasar dari Irwan, Glen langsung memiting tangan lelaki itu dan mengancamnya.“Dengar! Jangan sesekali kau berani masuk ke kamar perawatan calon istri si Bos! Apa yang mau kau curi? Hah! Pergi dari sini ... atau patah tangan kau!”Dengan meringis kesakitan kala tangannya dipiting oleh ajudan Wicaksono, Irwan pun berkata,
Satu minggu kemudian, setelah Elvira pindah ke Rumah Sakit Kasih Bunda, satu hari sebelum Elvira melakukan cecar, Melisa diminta untuk menghubungi Amelia, di pagi hari.“Pagi Kak Amel,” sapa Melisa saat menghubungi adik Elvira pada pukul tujuh pagi.“Pagi Lisa. Gimana kabar disana ... baik-baik semua ya,” sambut Amelia berbasa-basi.“Alhamdulillah, sehat semua. Kak, rencananya sekitar pukul 5 sore nanti, Kak Vira akan melakukan operasi cecar. Kak Vira mau, Kak Amel dan suami serta keluarga untuk bisa datang ke Surabaya. Katanya, dia takut menjalani operasi cecar ini,” ungkap Melisa atas apa yang ditakutkan Elvira.“Ya Allah, hari ini akan operasi cecar? Baik kami sekeluarga akan datang ke Surabaya. Kondisi Kakak setelah pindah Rumah Sakit semakin baik kan?” tanya Amelia masih dalam kecemasannya.“Iya kak Amel, sejauh ini Alhamdulillah baik. Kalau begitu, biar Lisa yang kirim tiket dari sini. Bisa di foto KTP kakak dan suami? Lalu, kedua anak kakak siapa aja namanya. Biar Lisa yan
Sementara di tempat terpisah, Irwan dan Bram tengah berada di sebuah Rumah Sakit swasta bernama RS Ananda di kawasan Surabaya. Kedua lelaki itu tengah menanyakan bagian pendaftaran pasien rawat inap. “Pagi Mbak, mau tanya untuk Pasien bernama Elvira Purnamasari apa ada rawat inap disini?” tanya Irwan. Lelaki tampan berjambang itu berharap, ia bisa menemukan Elvira yang pastinya pindah Rumah Sakit. Maka selama ia tidak menemukan Elvira, sudah lebih dari 20 Rumah Sakit besar dikunjunginya hanya untuk mencari Elvira. “Maaf Pak, dari data namanya nggak ada. Apa Bapak sudah benar mencantumkan namanya?” tanya seorang bagian pendaftaran pasien baru. “Coba dengan nama E. Purnamasari. Karena namanya kadang disingkat,” ucap Irwan mengusap kasar wajahnya yang terlihat tak terurus dengan jambang yang dibiarkan lebat pada wajahnya. “Maaf Pak, nggak ada nama pasien itu. Coba Bapak hubungi yang bersangkutan,” ucap staff Rumah Sakit. Irwan yang telah 7 hari mencari Elvira pada puluhan Rumah Saki
Dengan jantung berdebar, Irwan yang tertangkap mata oleh Amelia berusaha setenang mungkin mengikuti langkah Nindi untuk mengisi data kelahiran kedua putranya. Sampai akhirnya, Irwan duduk pada sebuah kursi di ruang administrasi.“Silakan Pak Irwan, tulis data Ibunya dan nama kedua putra Bapak untuk di Akta lahirnya,” pinta perawat Nindi dengan memberikan formulir.Irwan yang bingung dalam mengisi data Elvira pun berucap, “Maaf suster, saya nggak bawa KTP istri saya. Bisa bantu diisikan data nama Ibu, biar nggak salah. Untuk data nama Ayah, ini saya berikan KTP saya. Dan untuk nama si kembar, Andre El putra Irwansyah dan Andri El putra Irwansyah.“Baik Pak, akan kami proses. Untuk surat nikahnya, kapan bisa disertakan Pak?” tanya Nindi.“Nah, itu dah suster. Surat nikah kami hilang sewaktu kami pindah ke Surabaya. Koper kami dicuri dan belum sempat urus kembali. Apa bisa dibantu dulu, Suster?” tanya Irwan memberikan alasan pada Nindi.“Kalau untuk Kartu Keluarga, ada kan Pak?” tan
Sudah dua bulan ini, bayi cantik yang dilahirkan oleh Larasati diasuh oleh Elvira. Sejak hari kematian Larasati, Elvira akhirnya menyusui ketiga bayi. Antara si kembar dan bayi Larasati hanya beda usia satu setengah bulan. Rasa lelah Elvira yang bersemangat untuk tetap memberikan ASI eksklusif untuk ketiga bayi tersebut selama 6 bulan, membuat Irwan merasa kasihan pada Elvira harus bangun tengah malam, hingga tubuhnya terlihat lebih kurus. Irwan selalu menemani Elvira saat mengurusi ketiga bayi mereka. Sementara Anastasia yang telah berusia 6,5 tahun sudah bisa mengurus dirinya sendiri.Tetapi, tidak seperti malam ini. Saat halilintar saling bersahutan membuat ketiga bayi menangis dan Anastasia yang biasanya sudah terbiasa tidur di kamarnya sendiri, merasa takut kala mendengar suara halilintar dengan curah hujan yang sangat besar usai perayaan tahun baru. Hingga akhirnya, Irwan pun membawa busa spring bed milik Anastasia ke kamar ketiga bayi mereka.“Gimana..., sekarang Ana udah ngga
Satu bulan kemudian, di bulan Desember saat hujan mulai kian mencurahkan intensitasnya. Irwan yang selalu datang ke rumah Elvira, tidak menampakkan batang hidungnya. Biasanya lelaki tampan itu selalu ke rumah pukul tujuh pagi. Irwan selalu sarapan di rumah itu. Dan jika matahari tidak bersembunyi dari balik awan, Irwan selalu mengajak si kembar dengan kereta dorongnya.Rutinitas yang dilakukan oleh Irwan sebelum kerja dan selalu menghabiskan waktu saat libur, membuat Elvira merasakan kesepian yang sejak kelahiran si kembar selalu di temani Irwan di pagi hari, kini wanita cantik itu sarapan seorang diri.“Ibu akan sarapan sekarang? Atau tunggu bapak?” tanya Urip salah seorang pelayan di rumah itu.Elvira memandang jam didinding. Dilihat jam telah menunjukkan pukul 8 pagi. Sudah satu jam berlalu, Irwan pun belum datang ke rumahnya.Dalam hati Elvira pun berkata, ‘Ehm..., apa karena hujan, pak Irwan nggak ke rumah yaa? Padahal hari ini kan dia libur?’“Buu..., sarapan sekarang?” tanya pe
Dua minggu kemudian, berita buruk menimpa Gilang. Lelaki gemulai itu dikatakan tengah meregang nyawa. Kondisinya sedang sekarat. Karena itu, Gempita yang selama ini bolak-balik menjengguk Gilang pun berinisiatif untuk menghubungi Elvira, di hari minggu kala semua masalah Elvira selama dua minggu itu terselesaikan.“Pagi Kak Vira,” sapa Gempita pada sambungan telepon dengan suara parau.“Pagi Gempita, apa kabar? Semua baik-baik saja kan?!” tanya Vira dengan cemas. Padahal selama ini mereka selalu berkirim kabar dengan Gempita.“Kak Vira, apa bisa ke Jakarta? Kak Gilang waktunya nggak lama lagi. Kondisinya semakin melemah. Padahal Gempi udah janji mau pertemukan Kak Vira sama kak Gilang. Kakak, apa bisa tolong Gempi buat menuruti keinginan terakhir kak Gilang?” tanya Gempita dalam isak tangisnya.“Baiklah, aku akan kabari kamu sore ini. Kamu yang sabar yaa..., bisikkan ke telinga Gilang. Kalau aku sudah memaafkan dia,” pinta Elvira dan sambungan telepon mereka pun berakhir.Usai berkomu
Elvira dan Amelia menempati satu kamar hotel yang sama dengan Irwan. Hanya saja Irwan kali ini bersama Bram. Sedangkan Narto dan Harto, kakak ipar Bram telah pulang dini hari usai seluruh rangkaian pemeriksaan dan forensik atas diri almarhumah Melisa telah selesai.Di dalam kamar hotel 101 di lantai satu, Elvira telah bersiap dengan pakaian serba hitam begitu juga dengan Amelia.“Kak Vira, kemarin aku lihat pak Irwan menangis di sebelah kamar jenazah. Aku dengar dia berbicara dengan pak Bram. Katanya, ingin sekali dia memeluk Kak Vira. Tapi, kata dia suatu hal yang mustahil. Kasihan aku liatnya.”“Kasihan apa sih, Dek. Wong aku bukan istrinya ... Jelas nggak mungkin dia berani peluk aku,” jawab Elvira tersenyum simpul.“Sekarang kalau kakak ngomong udah kayak wong Suroboyo, hahahahahaha..., tapi Kak, kalau diajak nikah mau kan?” tanya Amelia sembari menyisir rambutnya.“Ogah! Aku nggak mau punya suami yang masih punya istri. Tapi, aku juga nggak mau punya suami yang ceraikan istrinya u
Acara pengajian di rumah baru Irwan Kusuma untuk menyambut kedua putra kembar keluarga itu, disambut dengan derai air mata. Irwan membawa bayi Andre dan Amelia membawa bayi Andri ke dalam rumah. Suasana di dalam rumah telah ramai oleh ibu-ibu pengajian yang ada di kompleks perumahan itu.Lalu, Nita yang mengkoordinasikan ibu-ibu pengajian, meminta pada ibu-ibu yang sudah datang mengirimkan doa untuk Elvira.“Terima kasih saya ucapkan pada Ibu-ibu semua yang telah hadir di rumah ini. Saya mohon bantuannya untuk mengirimkan doa pada Elvira Purnamasari, mama si kembar. Semoga Allah melindunginya dan bisa segera ditemukan,” pinta Nita dalam isak tangisnya.“Aamiin...,” serempak ibu-ibu pengajian itu pun menadahkan tangan dan mengusap wajahnya.Setelah itu, salah satu dari ibu-ibu yang berada di ruang keluarga yang cukup besar itu pun, memimpin doa dengan menyebutkan nama Elvira. Setelah itu, mereka pun semuanya mengaji.Saat ibu-ibu yang diundang pengajian di rumah Irwan tengah mengirimkan
Saat mobil yang membawa Elvira masuk ke dalam halaman pertokoan sesuai dengan lokasi yang diberikan oleh Wicaksono. Namun, terlihat keempat orang penculik tidak keluar dari dalam mobil. Kesempatan itu di pakai oleh Darsono untuk memberitahukan pihak berwajib terdekat pada wilayah Surabaya.“Siang menjelang sore Pak! Saya Darsono, wartawan sebuah koran kriminal. Izin ingin melaporkan kejadian yang saya lihat di sebuah Rumah Sakit. Tapi, saya nggak tau apa ini perampokan atau apa. Sebuah mini bus dengan plat nomor X000xx dari Rumah sakit menuju tol. Sekarang ini berada di sebuah ruko dekat dengan pos polisi perumahan,” lapor Darsono pada bagian kepolisian terdekat.Namun, alangkah terkejutnya saat polisi yang mendapat laporan langsung merespons dengan cepat laporan tersebut.“Terima kasih Pak Darsono, kesatuan polisi telah bersiap-siap meluncur ke lokasi. Mobil mini bus tersebut tidak merampok, tetapi mereka menculik seorang wanita yang habis melahirkan bayi kembar di rumah itu. Apa Pak
Saat Amelia siuman, wanita cantik itu pun menangis kembali dan histeris memanggil Elvira hingga Irwan memeluknya, untuk memberikan semangat dan keyakinan atas Elvira yang akan baik-baik saja. Karena saat ini, Amelia terlihat sangat ketakutan kala teringat atas kejadian penculikan itu. “Amel, tolong tenangkan dirimu. Tadi Mbak Nita juga udah minta tolong dengan mas Narto dan mas Harto. Ini pihak kepolisian juga sedang berkoordinasi dengan melakukan pengejaran. Kamu yang sabar dan bantu doa yaa...,” Irwan mengelus punggung Amelia layaknya seorang kakak lelaki yang selama ini tidak di dapat dari Ervan.“Pak Irwan..., kasihan kak Vira..., hikss..., kenapa nasib kak Vira malang sekali? Padahal kak Vira orang yang baik. Siapa yang jahat seperti itu sama kakak?” isak Amelia dalam pelukan Irwan.Dibiarkan Amelia menumpahkan segala kegelisahan hatinya. Lalu, Irwan yang melihat Amelia telah kembali tenang, memberitahukan padanya tentang kedua bayi Elvira yang dikembalikan ke ruang bayi.“Amel..
Bab 94 : Elvira diculik?Amelia yang tidak ikut bersama suami dan kedua anaknya serta pengasuh dari kedua anaknya balik ke Jakarta, akan menemani Elvira yang rencananya hari ini akan pulang ke rumah Irwan, atas desakan Nita yang tengah menyiapkan kedatangan si kembar ke rumah yang di peruntukan bagi Elvira dan kedua bayinya.“Vira..., lihat ini tempat tidur si kembar. Kemarin itu Mbak minta langsung tukang dekorasi kamar bayi mengganti wallpaper dindingnya. Irwan kemarin itu pakai dasar warna ungu. Aneh sekali papanya si kembar itu. Dia pikir kamar untuk janda, kali yaa, Hehehehehe...,” tawa Nita saat menghubungi Elvira lewat panggilan video call.Nita memperlihatkan kamar si kembar dengan corak berwarna biru muda dan lantai kayu yang dialasi dengan permadani berwarna biru tua serta dua tempat tidur bayi berwarna putih yang dipadu dengan lemari pakaian berwarna biru muda.“Terima kasih, Mbak..., bagus sekali kamar si kembar,” ucap Elvira tersenyum dengan bias kebahagiaan dari matanya.
Darsono dan Melisa pun berjalan keluar Rumah Sakit. Sesampai di tempat parkir, dilihatnya Irwan tengah bersama seorang bengkel yang sedang mengurusi keempat bannya. Darsono melihat keganjilan pada keempat ban Irwan yang gembos. Lalu, ia pun berbicara dengan Melisa.“Lisa, apa ada orang lain juga yang sedang bermasalah dengan lelaki itu?” tanya Darsono seraya mengamati beberapa orang di sekitar mereka dari dalam mobil.“Nggak tau juga Om. Sekarang rencana kita gimana? Apa Om nggak penasaran untuk lihat kak Vira? Seingat Lisa, besok kak Vira pulang dari Rumah sakit Kalau Lisa mau cari tempat menginap dekat Rumah Sakit. Soalnya Lisa nggak percaya kalau kak Vira menolak Lisa,” ungkap Melisa.Entah mengapa, Darsono juga ikut penasaran atas diri Elvira. Maka, ia pun sepakat dengan Melisa untuk mencari penginapan dekat Rumah Sakit, agar besok pagi saat Elvira akan pulang dari Rumah Sakit, ia bisa mengambil fotonya dan membuat berita tentang dirinya berdasarkan cerita Irwan, pikir Darsono.D