Hari ini masih sama seperti biasa, Risa pergi ke rumah sakit untuk menjaga Ibu Airin yang masih dirawat. Ia kembali ke apartemen hanya untuk mengambil pakaian ganti dan juga membuat makanan untuk dibawa ke rumah sakit. Risa juga membawa makanan dan pakaian ganti untuk Adi. Sesuai dengan perjanjian yang telah mereka sepakati bersama, jika di depan umum mereka akan bersikap layaknya pasangan suami istri yang saling mencintai, meski pada kenyataannya ini hanyalah sandiwara belaka.Sampai di rumah sakit dan saat Risa ingin memasuki ruang rawat Ibu Airin, ia melihat Adi dan ibunya sedang berbincang-bincang. Risa langsung menghentikan langkahnya dan menunggu di luar karena ia tidak ingin mendengar apa yang sedang dibicarakan oleh ibu dan anak itu. Ya, Ibu Airin baru saja siuman tiga hari yang lalu setelah mengalami koma selama satu bulan. Beliau sangat syok mendengar perdebatan antara Risa dan Adi pada waktu itu sehingga penyakit jantungnya kumat dan ia mengalami koma. Sekarang keadaanny
“Adi, kau!” Ibu Airin kaget melihat kehadiran putranya.Risa memundurkan langkahnya saat melihat tatapan suaminya yang begitu tajam dan menusuk. Andai bisa dihindari tatapan mematikan itu, maka Risa akan menghindar sejauh mungkin. Tatapan yang begitu tajam melebihi sebilah pisau yang akan menusuk jantungnya“Dia kenapa, Ma? Kenapa dengan Sonya?” Adi kembali bertanya pada Ibu Airin.“Apa yang ingin kamu ketahui dari Mama?” Ibu Airin mengajukan pertanyaan balik pada Adi.“Apa yang Mama ketahui tentang Sonya? Apa yang tadi mau Mama katakan? Tolong katakan sekarang!” pinta Adi dengan nada ketus.“Baik, jika itu yang kamu inginkan. Mama akan ceritakan semuanya,” ujar Ibu Airin.“Mama bahkan tidak begitu mengenal dia selama ini, bagaimana bisa Mama mengetahui kebaikan dan keburukannya? Apa ini akal-akalan Mama saja untuk membuat Adi membenci Sonya?” tanya Adi.“Jadi, kamu lebih percaya perempuan murahan yang telah meninggalkanmu itu daripada Mama?” teriak Ibu Airin.“Cukup, Ma! Jangan terus
Tidak hanya Risa dan Adi, Ibu Airin pun menoleh ke arah orang tersebut. Ternyata, itu adalah Pak Arya yang baru datang ke rumah sakit. Ia berjalan dengan langkah cepat ke arah istrinya.“Papa,” ucap Risa saat melihat kehadiran ayah mertuanya.“Bawa Mama kamu masuk, Risa!” perintah Pak Arya yang langsung dilaksanakan oleh Risa.“Baik, Pa.” Risa membawa Ibu Airin kembali ke kamarnya, lalu membantunya naik ke atas tempat tidur.Setelah membantu ibu mertuanya berbaring, Risa membenarkan selimutnya. Ibu Airin menggenggam tangan Risa sembari menatapnya dengan sendu.“Ri-sa, maafkan Mama,” ucap Ibu Airin dengan suara terbata-bata. Wajahnya terlihat menahan rasa sakit. Melihat itu, Risa jadi khawatir. “Mama … apa Mama merasa sakit? Aku panggilkan dokter, ya?” tawarnya.Ia merasa panik melihat keadaan ibu mertuanya yang seperti itu. Ibu Airin baru saja sadar dari koma, tetapi hari ini beliau sudah mengalami suatu hal yang sangat tidak baik untuk kesehatannya.“Tidak perlu, Risa. Mama cuma mer
Mendengar dua orang yang sedang berbincang di hadapannya, Risa teringat jika ibu mertuanya saat ini sedang berada di ruang ICU. Dia berpikir apakah orang yang dimaksud oleh dokter wanita itu adalah ibu mertuanya? Itu berarti, pemuda yang yang ada di hadapannya saat ini adalah dokter yang merawat ibu mertuanya selama ini. Risa memang belum pernah bertemu secara langsung dengan dokter yang merawat ibu mertuanya sebelumnya karena dia selalu datang ke rumah sakit saat sore hari jika di hari kerja. Kecuali di hari libur atau akhir pekan, barulah Risa datang di pagi atau siang hari. “Maaf, Dok. Apakah pasien yang Anda maksud adalah Ibu Airin Pratiwi Winata?” tanya Risa memastikan. “Benar, apa Anda mengenalnya?” Dokter wanita bernama Cyntia menatap Risa dengan menautkan alisnya, ia merasa bingung kenapa Risa bisa mengenal Ibu Airin Pratiwi Winata. Ibu Airin adalah ibu kandung dari seorang pengusaha muda yang menjadi idola semua wanita, yaitu Adi Chandra Winata. “Iya, saya mengenalnya,” j
Severe Three Vessels Coronary Artery Disease adalah penyakit jantung koroner dengan sumbatan di tiga pembuluh darah koroner. Reyhan merogoh saku celana satinnya dan mengeluarkan handphone miliknya. Dia terlihat mengotak-ngatik handphonenya dan menempelkan handphone itu ke telinganya untuk menghubungi seseorang.“Halo, Der. Tolong kamu kumpulkan tim operasi satu dan suruh ke ruangan saya, ita akan melakukan briefing sebelum menjalani operasi siang nanti,” seru Reyhan dan memutuskan kembali sambungan teleponnya.Dia berjalan menuju patung yang berfungsi sebagai gantungan baju, disambarnya jas putih dengan name tag dr. Reyhan Pratama S, dokter spesialis bedah jantung. Dipakainya jas itu dan sedikit dirapikan. Kini terlihat jelas sosok dokter yang tampan dan rupawan.Selang beberapa saat, datanglah empat orang anak manusia memasuki ruangan milik Reyhan. Empat orang itu yang di antaranya dua orang perempuan dan dua orang laki-laki, berdiri di depan pintu yang sudah terbuka.“Permisi, Dokte
“Sudah 7 tahun berlalu, kamu tidak ada kabar sama sekali. Dan sekarang, Tuhan mempertemukan aku denganmu lagi. Tapi sayangnya, kamu sama sekali tidak mengenali diriku,” ucap dokter Reyhan sambil mengelus bingkai foto yang ada di tangannya.Suara ketukan pintu menyadarkan dokter Reyhan dari lamunannya, ia segera meletakan kembali bingkai foto itu ke dalam laci meja.“Permisi, Dok!” ucap seseorang dari balik pintu yang masih tertutup.“Masuk!” perintah dokter Reyhan, dan orang yang tadi mengetuk pintu pun langsung masuk ke ruangan itu.“Dokter Reyhan, apa Anda sibuk?” tanya seorang wanita yang baru saja masuk ke ruangan dokter Reyhan. Orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah dokter Cyntiara Alona atau yang biasa dipanggil dokter Cyntia.“Tidak, ada apa?” tanya dokter Reyhan.“Apa kita bisa makan siang bersama? Anggap saja ini sebagai perayaan atas keberhasilan kita siang ini,” ujar dokter Cyntia.Dokter Cyntia adalah perempuan yang telah lama jatuh hati pada dokter Reyhan, tetapi dok
“Hai … kita ketemu lagi. Boleh saya duduk di sini?” tanya orang itu sambil tersenyum “Sudah duduk, ‘kan?” jawab Risa. “Jika tidak diizinkan, saya akan pergi.” Orang itu berdiri dan bersiap untuk pergi, tetapi Risa menahannya karena ia juga ingin mengucapkan terima kasih pada orang itu. “Tunggu! Anda boleh duduk di sini,” ujar Risa seraya menggeserkan tubuhnya agar orang itu bisa duduk di sebelahnya. “Terima kasih!” ucap orang itu yang ternyata adalah dokter Reyhan. “Tidak perlu berterima kasih karena ini tempat umum,” sahut Risa dengan nada datar. “Ya baiklah, tapi kenapa kamu duduk di sini sendirian?” tanya dokter Reyhan. “Tidak apa-apa, saya cuma mau cari angin. Lagi pula, di dalam ruang rawat Mama masih banyak orang,” ujar Risa sambil melihat ke arah langit, menatap bintang yang berkelap-kelip. “Oh, begitu?” ujar dokter Reyhan sambil manggut-manggut. “Hm, begitulah. Oh, ya, terima kasih karena dokter telah menyelamatkan ibu….” Belum sempat Risa menyelesaikan kalimatnya, san
Flashback masa lalu Risa dan dokter ReyhanPada suatu hari, di sebuah Panti Asuhan yang biasa Risa dan ayahnya kunjungi sedang terjadi sebuah kebakaran besar yang mengakibatkan beberapa orang terluka dan ada juga yang meninggal dunia akibat dari tragedi naas itu. Risa yang waktu itu sedang berkunjung ke sana pun langsung membantu sang ayah untuk menyelamatkan anak-anak panti dan ia mendengar suara seseorang berteriak minta tolong dari dalam ruangan yang terletak tidak jauh darinya.Tanpa ragu-ragu, Risa masuk ke kamar yang ia yakini jika suara itu berasal dari kamar tersebut dan ternyata benar saja, Risa menemukan seorang anak laki-laki yang sedang meringkuk ketakutan melihat api yang mulai berkobar tidak jauh darinya.“Kakak … Kakak jangan takut, ya, aku akan bantu Kakak keluar dari sini,” ujar Risa seraya membantu anak laki-laki itu berdiri.“Kamu siapa? Kenapa kamu ke sini? Ini sangat berbahaya,” kata anak laki-laki itu, ia sangat takut melihat api yang semakin membesar.“Sudah, K
“Astaghfirullah … apa yang sudah aku lakukan?” gumam Risa sambil menarik napas panjang.Andre juga kaget melihat Risa yang begitu emosi, ternyata wanita sangat lembut dan penyayang yang ia kenal selama ini juga bisa berkata dengan nada tinggi seperti itu.“Saya tahu kalau cara saya sedikit egois, tapi itu adalah bukti kalau saya mencintai kamu. Saya bisa mendapatkan ribuan gadis yang bersedia menjadi istri saya, tapi yang saya inginkan hanya kamu. Hanya kamu yang akan menjadi ibu dari anak-anak saya,” ujar Andre.Risa menipiskan bibir dan tersenyum tanggung, lalu mengangkat wajahnya yang tadi tertunduk.“Dengarkan saya baik-baik, Tuan Andre Kusuma Yang Terhormat. Saya adalah seorang istri yang sah di mata agama dan hukum yang berlaku di negara ini, saya tidak melarang Anda jatuh cinta sama saya karena itu adalah persoalan hati seseorang. Namun, maaf beribu maaf saya ucapkan. Apapun yang akan Anda lakukan tetap tidak akan merubah apapun, saya tidak akan membalas perasaan Anda!” ucap Ri
Adi keluar dari ruang ganti dengan raut wajah yang masih sama seperti saat sebelum ia masuk ke dalam ruangan tersebut.“Kamu masih ingin aku mengabulkan permintaanmu itu, Sayang? Jangan harap!” ujar Adi dengan nada ketus.Risa menghela napas berat kala melihat suaminya masih tersulut emosi setelah mendengar permintaannya untuk berbicara empat mata dengan Andre.“Please, Sayang! Izinkan aku untuk bertemu dengannya, kamu boleh ikut dan mengawasiku dari jauh. Bagaimana?” tawar Risa mencoba bernegosiasi dengan suaminya.“Sekali tidak, tetap tidak!” tandas Adi tanpa melihat ke arah Risa.Risa tidak putus asa meski telah ditolak berkali-kali, ia harus bisa membujuk suaminya agar mau mengabulkan keinginannya. Jika terus dibiarkan, maka masalah di antara keduanya tidak akan pernah selesai. Akar dari permasalahan di sini adalah dirinya, maka dari itu dialah yang harus turun tangan sendiri.“Ya sudah, kalau kamu bersikukuh seperti itu. Aku mau tidur di kamar sebelah,” ujar Risa sembari melangka
Setelah Bu Soraya pergi dari rumah itu, Ibu Airin membawa Risa ke kamarnya untuk membicarakan apa yang tadi disampaikan oleh Bu Soraya kepadanya.“Sayang, ayo duduk sini!” ajak Ibu Airin sambil menepuk sofa kosong di sebelahnya.“Iya, Ma.” Risa tersenyum sembari mendudukkan dirinya di samping Ibu Airin. “Apa yang ingin Mama jelaskan sama Risa?” tanyanya dengan lembut.“Kamu masih ingat kejadian saat kamu dan Adi pergi untuk menghadiri jamuan makan malam waktu itu? Soal itulah yang akan Mama sampaikan sama kamu,” ujar Ibu Airin.“Makan malam yang diadakan oleh Tuan Andre?” tanya Risa lagi.“Iya, Sayang. Yang waktu itu,” sahut Ibu Airin.“Kenapa memangnya, Ma?” tanya Risa semakin penasaran.“Ternyata, dia mengadakan acara makan malam itu untuk membuat kamu keluar dari rumah ini dan menculik kamu. Nyonya Kusuma sendiri yang bilang seperti itu sama Mama. Andre meminta anak buahnya untuk mengikuti mobil kalian,” jelas Ibu Airin.“Apa, Ma?! Jadi, penyerangan pada malam itu adalah ulahnya Tu
“Nyonya mau bicara apa?” tanya Ibu Airin seraya menatap Bu Soraya dengan lekat.Bu Sora menghela napas panjang seraya memejamkan mata sebelum mengatakan apa yang akan ia sampaikan.“Maaf sebelumnya, Nyonya Airin. Mungkin ini akan sedikit mengejutkan Anda, tapi saya harap Nyonya bisa menerimanya,” ujar Bu Soraya.Perkataannya semakin membuat Ibu Airin penasaran, apa sebenarnya yang ingin disampaikan oleh nyonya Kusuma. Sehingga ia terlihat gugup dan ketakutan seperti itu.“Katakan saja, Nyonya. Apa yang ingin Nyonya katakan sebenarnya? Kenapa Nyonya jadi tegang begitu?” tanya Ibu Airin, ia juga sudah tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.“Putra saya ternyata mencinta menantu Anda, saya juga baru mengetahuinya. Selama ini sudah banyak perempuan yang saya kenalkan sama dia, tapi tidak ada satu pun yang bisa menarik perhatiannya. Mulai dari gadis kaya dan terhormat, sampai gadis biasa sudah pernah saya kenalkan. Namun, hasilnya tetap sama. Andre sama sekali tidak melirik satu pun
“Mau ketemu saya? Siapa, Mbak?” tanya Risa dengan mengerutkan dahi. “Iya, Nyonya Muda. Seorang ibu-ibu sama anak kecil yang waktu itu datang ke rumah sakit,” jawab Mia dengan napas yang masih ngos-ngosan. “Ayo kita lihat siapa orangnya, Sayang!” seru Ibu Airin sembari merangkul pundak Risa. “Iya, Ma.” Risa langsung bergegas masuk ke dalam rumah. Ia sudah bisa menduga siapa orang tersebut. Sementara Ibu Airin penasaran siapa orang yang ingin bertemu dengan menantunya. Siapa ibu-ibu yang dimaksud oleh Mia? “Di mana orangnya, Mia?” tanya ibu Airin saat sampai di ruang keluarga. “Masih di depan, Nyonya Besar. Saya tadi nyariin Nyonya Muda ke kamar, tapi Nyonya Muda nggak ada di sana,” ujar Mia. “Siapa sih, orangnya?” gumam Ibu Airin sembari berjalan menuju pintu depan. Ia tidak pernah terpikir jika orang itu adalah Indri, si gadis kecil yang sudah seperti putri bagi Risa. Sesampainya di teras depan, mereka langsung dikagetkan dengan teriakan anak kecil yang berlari ke arah Risa.
Reyhan kaget melihat Anita tiba-tiba berada di sana, apalagi setelah ia mendengar pertanyaan dokter muda itu. Ia yakin jika Anita sudah mendengar semua pembicaraannya dengan dokter Cyntia. “Dokter Anita, Anda di sini?” tanya Reyhan lalu menghentikan langkahnya saat melihat Anita menghampirinya. “Iya, Pak. Saya kebetulan baru pulang dari rumah Risa, tapi nggak nyangka bisa bertemu Pak Reyhan di sini. Tapi maaf nih, Pak. Bukan maksud saya lancang, apa benar Pak Reyhan dan Dokter Cyntia pacaran?” Anita menatap Reyhan dengan lekat, ada rasa sesak di dadanya saat mengetahui laki-laki yang ia cintai saat ini sudah menjadi kekasih wanita lain. Namun, ia berusaha menutupi rasa kecewanya. “Oh, bagaimana keadaan Risa? Apa kandungannya baik-baik saja?” tanya Reyhan lagi. Ia tidak menanggapi pertanyaan Anita yang terakhir karena ia tidak punya jawaban untuk pertanyaan itu. Saat Reyhan menyebut nama Risa, darah Cyntia seakan mendidih mendengar kekasihnya menanyakan wanita lain. Terlebih lagi,
“Apa yang mau kamu jelasin? Kamu mau mengatakan kalau semua yang kamu lakukan ini karena cinta? Apa itu yang akan kamu katakan sama Mama, Andre?!” erang Bu Soraya dengan raut wajah memerah. “Ma, semua ini tidak seperti yang Mama pikirkan. Aku tidak mungkin mencelakai wanita yang aku cintai,” ujar Andre. “Cinta kamu bilang? Kamu bukan mencintainya, tapi kamu hanya terobsesi! Wanita itu terlalu baik untuk kamu, Andre. Jadi sekarang Mama tahu apa tujuan kamu mengadakan jamuan makan malam waktu itu, ternyata ini rencana kamu? Mama malu mengakui kamu sebagai putra dari keluarga Kusuma. Papa kamu tidak pernah berbuat curang dalam hal apapun, termasuk apa yang baru saja kamu lakukan ini. Kamu sudah mencoreng nama baik keluarga Kusuma, Ndre.” Bu Soraya keluar dari kamar Andre sambil menangis, ia tidak percaya jika putranya sampai senekat itu hanya demi mendapatkan wanita yang katanya begitu ia cintai. Selama ini Andre memang tidak pernah tertarik pada semua wanita yang pernah Bu Soraya ke
Satu bulan sudah berlalu. Selama itu pula Risa tidak diizinkan keluar dari rumah, bahkan untuk pemeriksaan kandungannya pun Adi sudah membuat kamar tidur mereka seperti sebuah klinik. Itu semua ia lakukan demi menjaga keamanan dan keselamatan istri dan calon anaknya.Dokter Reyhan dan Cyntia sudah resmi menjadi sepasang kekasih. Namun, sampai saat ini Risa belum mengetahui hal itu. Anita juga belum tahu soal itu karena Cyntia tidak pernah datang ke rumah sakit. Semua orang di rumah sakit juga tidak ada yang tahu mengenai hubungan anak pemilik rumah sakit itu dengan mantan dokter spesialis anestesi kardiovaskuler sekaligus mantan asisten dokter Reyhan di tim operasi.Reyhan bersedia menjadi kekasih Cyntia demi keselamatan Risa dan bayi yang tengah ia kandung, tetapi Reyhan juga mengajukan syarat kepada wanita itu. Cyntia dilarang menemuinya di rumah sakit, dan syarat itu pun diterima oleh wanita itu.Hari ini adalah jadwal pemeriksaan kandungan Risa. Usia kandungannya sudah memasuki d
Risa keluar dari kamar mandi dan melihat Adi duduk di sofa dengan kedua tangan dijadikan penopang wajahnya. Tatapannya terlihat kosong, bahkan laki-laki itu sampai tidak menyadari jika istrinya sudah keluar dari kamar mandi. Terlihat jelas bahwa saat ini dia sedang banyak masalah. “Kamu mandi dulu sana! Setelah itu kita shalat supaya pikiran kamu lebih tenang,” ujar Risa membuyarkan lamunan Adi. “Kamu sudah selesai, Sayang? Maaf ya, aku jadi melamun. Ya sudah, aku mandi dan ambil air wudhu sebentar.” Adi masuk ke kamar mandi dengan langkah gontai, ada rasa bersalah yang ia rasakan terhadap istrinya. “Ya Allah, apapun masalah yang sedang ia hadapi saat ini, aku mohon permudahkanlah!” ucap Risa penuh harap. Kriet! Suara pintu kamar mandi terbuka, Adi keluar dari sana dengan handuk melilit dari tubuhnya. Wajahnya sudah terlihat lebih segar setelah mandi dan berwudhu. “Sebentar ya, Sayang. Aku ganti baju dulu,” ucap Adi sembari melangkah menuju tempat tidur. Pakaian gantinya sudah d