“Oke, aku akan kasih tahu alasannya. Kak Rey berhak mendapatkan gadis yang lebih baik dari aku,” ujar Risa sambil menundukkan wajahnya. “Nggak, Cha. Kamu satu-satunya gadis terbaik yang pernah Kakak temui,” sahut dokter Reyhan. “Tapi, Kak. Sekarang aku sudah menjadi i-” Risa langsung menghentikan ucapannya saat seseorang tiba-tiba menghampiri mereka berdua dan langsung menarik pergelangan tangannya dengan kasar.“DASAR WANITA MURAHAN!” sergah orang itu dengan emosi yang meluap-luap.“A-adi … kau, se-sejak kapan kau ada di sini?” tanya Risa dengan terbata-bata.“Kenapa, hm? Apa kau takut karena sudah ketahuan? Kau takut kedok busukmu terbongkar? Menjijikkan! Kau berselingkuh dengan pria ini!” tunjuk Adi ke arah dokter Reyhan. Wajah pria itu pun sudah merah menyala seperti kobaran api, matanya melotot tajam ke arah istrinya. Risa menggeleng cepat dan mencoba menjelaskan apa yang terjadi di antara dirinya dan dokter Reyhan. “Tolong dengerin dulu, ini semua tidak seperti yang kamu pik
Setelah dokter Reyhan pergi, Risa pun masuk ke dalam rumah sakit. Wanita itu berjalan dengan langkah tertatih menyusuri lorong rumah sakit menuju ruang rawat ibu mertuanya. Risa merasa sedih dan kecewa atas setiap perkataan dan hinaan yang dilontarkan Adi padanya. Ia menangis dalam diam, meratapi nasibnya yang entah sampai kapan akan berujung dengan kebahagiaan.“Ya Allah … sampai kapan Engkau berikan ujian pada hamba? Rasanya hamba sudah tidak sanggup lagi,” gumam Risa dengan sangat pelan sambil menyeka kasar air matanya.“Saya akan membuat kamu lebih menderita lagi, supaya dokter bodoh itu ikut tersiksa melihat wanita pujaanya tersiksa,” ujar Adi sambil mendorong tubuh Risa ke tembok rumah sakit, kemudian pria itu pun berlalu meninggalkan istrinya yang meringis kesakitan.“Ya Allah, ya Rabb … kuatkan hamba,” ucap Risa seraya memegang dadanya yang terasa sesak.Saat sampai di ruang rawat Ibu Airin, ia melihat ruangan itu sudah sepi. Hanya ada Pak Arya dan Adi yang duduk di sofa. Ris
Seminggu telah berlalu. Setelah kejadian malam itu, Risa tidak pernah lagi bertemu dengan dokter Reyhan. Karena saat ia datang ke rumah sakit, dokter Reyhan tidak berada di tempat itu. Saat sang dokter di rumah sakit, Risa yang justru tidak berada di sana. Risa memang berusaha menghindar karena ia takut jika Adi akan melakukan sesuatu yang buruk pada dokter Reyhan. Risa hanya tidak ingin dokter Reyhan terluka hanya karena dirinya. Risa merasa tidak pantas untuk laki-laki sebaik dokter Reyhan, dan dia ingin sang dokter mendapatkan wanita yang lebih baik darinyaSaat ini Ibu Airin sudah pulang ke rumah. Bahkan, saat kepulangan ibu mertuanya pun, Risa tidak datang ke rumah sakit untuk menjemputnya. Karena dilarang oleh Adi, Risa pun tidak bisa berbuat apa-apa karena memang itu adalah ibunya.Hari ini bertepatan dengan akhir pekan, Risa sudah lama tidak mengunjungi rumah ibu kandungnya. Setelah Bu Yulia datang ke rumah sakit untuk menjenguk Ibu Airin beberapa waktu yang lalu, Risa tidak
“Ayo, Ma.” Risa menggandeng tangan ibunya, lalu membawanya masuk ke dalam restoran.Sampai di dalam restoran, Risa sengaja memilih meja di pinggir jendela karena hanya meja itu yang terlihat kosong. Mungkin karena akhir pekan, jadi restoran ini sangat ramai. Terlebih lagi ini memang sudah waktunya makan siang.“Risa … ini ramai sekali, lebih baik kita cari tempat lain saja.” Bu Yulia sudah bersiap-siap untuk pergi dari restoran.“Tapi, Ma. Bukankah ini tempat yang ingin Mama kunjungi?” tanya Risa.“Iya, tapi ini terlalu ramai. Kita pergi saja, ya,” jawab Bu Yulia.“Jangan, Ma. Ayo kita duduk di sini,” ujar Risa sambil menarik tangan ibunya.Bu Yulia akhirnya setuju, mereka berdua duduk berhadapan lalu membuka buku menu. Pelayan menghampiri dan menulis menu pesanan yang Risa sebutkan. Tak lama menunggu, pesanan mereka pun sudah datang. Pelayan restoran mempersilahkan mereka berdua untuk menikmati hidangannya.“Silahkan dinikmati, Nyonya!” ucap sang pelayan restoran.“Terima kasih!” uca
“Iya, tentu saja saya ingat. Saya juga tahu kalau kamu diadopsi oleh pengusaha, ‘kan? Jadi wajar saja kalau sekarang kamu sudah menjadi orang hebat,” kata Bu Yulia sambil menatap dokter Reyhan dengan sinis.“Alhamdulillah, Bu. Saya mendapatkan orang tua yang baik,” sahut dokter Reyhan dengan senyum ramah.“Ya, baguslah.” Bu Yulia masih saja bersikap dingin pada dokter Reyhan, padahal laki-laki itu sangat baik dan sabar menerima semua perlakuannya selama ini.Saat mereka sedang berbincang-bincang, seorang perawat memanggil dokter Reyhan karena ada pasien yang sedang membutuhkan pertolongannya.“Dokter, pasien yang berada di kamar VIP nomor 279 mengalami kejang dan detak jantungnya melemah,” ucap perawat yang menghampiri dokter Reyhan.“Baik, saya segera ke sana. Cha, Kakak minta maaf karena harus pergi. Kalau ada apa-apa, kamu bisa hubungi Kakak,” ujar dokter Reyhan.“Iya, Kak Rey. Pergilah, nanti kalau ada apa-apa pasti aku kabari Kakak.” Risa merasa sedikit lega karena akhirnya dokte
Bu Yulia mengantar Risa sampai ke apartemen, lalu memintanya masuk ke dalam. Sebenarnya Risa masih ingin berlama-lama menghabiskan waktu bersama ibunya, tetapi ia yakin jika ibunya tidak akan mau mampir ke apartemen Adi. Bu Yulia tahu kalau Adi tidak pernah menyukainya. Bahkan saat di rumah sakit waktu itu pun pria itu sama sekali tidak menegurnya. “Risa, Mama langsung pulang, ya, kamu masuk sana! Jaga diri kamu baik-baik.” Bu Yulia menyerahkan kunci mobil pada Risa. “Ma, mampir dulu!” tawar Risa sambil meraih tangan ibunya. “Tidak usah, Risa. Mama langsung pulang saja, ayah kamu juga sebentar lagi pulang.” Bu Yulia langsung melepas tangannya dari genggaman Risa. “Ya sudah, Mama hati-hati. Kabari Risa kalau sudah sampai rumah,” ucap Risa sambil tersenyum. Taksi yang dipesan Bu Yulia sudah sampai, ia segera masuk ke dalam taksi itu dan pergi meninggalkan apartemen. Risa pun melangkah masuk ke dalam apartemen dengan perasaan yang tak menentu. Di satu sisi, ia merasa bahagia kare
“Iya, Risa. Aku sebentar lagi akan menjadi seorang ayah,” ucap Adi dengan bangga, wajahnya pun terlihat sangat bahagia.“Ma-maksudnya?” tanya Risa dengan nada terbata-bata, ia belum bisa percaya atas kenyataan yang baru saja diterimanya.“Aku akan segera mempunyai anak bersama orang yang aku cintai, Risa. Itu adalah hasil pemeriksaan kehamilan Sonya,” ujar Adi dengan riangnya, tanpa memikirkan perasaan seseorang yang saat ini ada di hadapannya.JEDUAR …!Bagaikan tersambar petir di siang bolong, saat Risa mendengar penjelasan dari suaminya. Tadinya ia merasa takut jika Adi sudah mengetahui tentang kehamilannya, tetapi ternyata dugaannya salah. Risa juga tidak membaca nama yang tertera pada kertas hasil pemeriksaan kehamilan itu. Ia kaget karena Adi juga memeriksa kandungan Sonya ke rumah sakit yang sama dengannya, untung saja tidak bertepatan dengan dirinya tadi siang.‘Ya Tuhan, kenapa rasanya sakit sekali setelah mengetahui ini? Harusnya aku senang karena dia belum mengetahui tenta
“Kamu tadi bilang apa, Sayang? Bisa kamu ulangi lagi!” pinta Adi dengan raut wajah tak percaya. Ia takut jika pendengarannya yang salah. “Aku hamil, Honey. Aku mengandung anak kamu, benih cinta kita.” Sonya memeluk Adi dengan erat. “Kamu serius? Kita akan punya anak?” Adi menangkup kedua pipi Sonya dengan mata berkaca-kaca, Sonya pun mengangguk dengan yakin. “Iya, di sini sudah ada benih cinta kita.” Sonya meletakkan tangan Adi di perutnya yang masih datar. “Terima kasih, Sayang. Aku sangat bahagia,” ucap Adi sambil mencium puncak kepala Sonya dengan lembut. “Kamu percaya, ‘kan, kalau ini adalah anak kamu? Karena aku tidak pernah berhubungan dengan laki-laki lain selain kamu, Adi.” Sonya memainkan jarinya di dada bidang Adi, aksinya itu pun berhasil membuat sesuatu bergejolak dalam diri pria itu. “Sayang, jangan lakukan itu. Aku tidak ingin membuat anak kita terluka, aku sangat merindukanmu, tetapi aku tidak ingin melakukannya sekarang. Kasihan bayi kita,” kata Adi, sekuat tenaga
“Astaghfirullah … apa yang sudah aku lakukan?” gumam Risa sambil menarik napas panjang.Andre juga kaget melihat Risa yang begitu emosi, ternyata wanita sangat lembut dan penyayang yang ia kenal selama ini juga bisa berkata dengan nada tinggi seperti itu.“Saya tahu kalau cara saya sedikit egois, tapi itu adalah bukti kalau saya mencintai kamu. Saya bisa mendapatkan ribuan gadis yang bersedia menjadi istri saya, tapi yang saya inginkan hanya kamu. Hanya kamu yang akan menjadi ibu dari anak-anak saya,” ujar Andre.Risa menipiskan bibir dan tersenyum tanggung, lalu mengangkat wajahnya yang tadi tertunduk.“Dengarkan saya baik-baik, Tuan Andre Kusuma Yang Terhormat. Saya adalah seorang istri yang sah di mata agama dan hukum yang berlaku di negara ini, saya tidak melarang Anda jatuh cinta sama saya karena itu adalah persoalan hati seseorang. Namun, maaf beribu maaf saya ucapkan. Apapun yang akan Anda lakukan tetap tidak akan merubah apapun, saya tidak akan membalas perasaan Anda!” ucap Ri
Adi keluar dari ruang ganti dengan raut wajah yang masih sama seperti saat sebelum ia masuk ke dalam ruangan tersebut.“Kamu masih ingin aku mengabulkan permintaanmu itu, Sayang? Jangan harap!” ujar Adi dengan nada ketus.Risa menghela napas berat kala melihat suaminya masih tersulut emosi setelah mendengar permintaannya untuk berbicara empat mata dengan Andre.“Please, Sayang! Izinkan aku untuk bertemu dengannya, kamu boleh ikut dan mengawasiku dari jauh. Bagaimana?” tawar Risa mencoba bernegosiasi dengan suaminya.“Sekali tidak, tetap tidak!” tandas Adi tanpa melihat ke arah Risa.Risa tidak putus asa meski telah ditolak berkali-kali, ia harus bisa membujuk suaminya agar mau mengabulkan keinginannya. Jika terus dibiarkan, maka masalah di antara keduanya tidak akan pernah selesai. Akar dari permasalahan di sini adalah dirinya, maka dari itu dialah yang harus turun tangan sendiri.“Ya sudah, kalau kamu bersikukuh seperti itu. Aku mau tidur di kamar sebelah,” ujar Risa sembari melangka
Setelah Bu Soraya pergi dari rumah itu, Ibu Airin membawa Risa ke kamarnya untuk membicarakan apa yang tadi disampaikan oleh Bu Soraya kepadanya.“Sayang, ayo duduk sini!” ajak Ibu Airin sambil menepuk sofa kosong di sebelahnya.“Iya, Ma.” Risa tersenyum sembari mendudukkan dirinya di samping Ibu Airin. “Apa yang ingin Mama jelaskan sama Risa?” tanyanya dengan lembut.“Kamu masih ingat kejadian saat kamu dan Adi pergi untuk menghadiri jamuan makan malam waktu itu? Soal itulah yang akan Mama sampaikan sama kamu,” ujar Ibu Airin.“Makan malam yang diadakan oleh Tuan Andre?” tanya Risa lagi.“Iya, Sayang. Yang waktu itu,” sahut Ibu Airin.“Kenapa memangnya, Ma?” tanya Risa semakin penasaran.“Ternyata, dia mengadakan acara makan malam itu untuk membuat kamu keluar dari rumah ini dan menculik kamu. Nyonya Kusuma sendiri yang bilang seperti itu sama Mama. Andre meminta anak buahnya untuk mengikuti mobil kalian,” jelas Ibu Airin.“Apa, Ma?! Jadi, penyerangan pada malam itu adalah ulahnya Tu
“Nyonya mau bicara apa?” tanya Ibu Airin seraya menatap Bu Soraya dengan lekat.Bu Sora menghela napas panjang seraya memejamkan mata sebelum mengatakan apa yang akan ia sampaikan.“Maaf sebelumnya, Nyonya Airin. Mungkin ini akan sedikit mengejutkan Anda, tapi saya harap Nyonya bisa menerimanya,” ujar Bu Soraya.Perkataannya semakin membuat Ibu Airin penasaran, apa sebenarnya yang ingin disampaikan oleh nyonya Kusuma. Sehingga ia terlihat gugup dan ketakutan seperti itu.“Katakan saja, Nyonya. Apa yang ingin Nyonya katakan sebenarnya? Kenapa Nyonya jadi tegang begitu?” tanya Ibu Airin, ia juga sudah tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.“Putra saya ternyata mencinta menantu Anda, saya juga baru mengetahuinya. Selama ini sudah banyak perempuan yang saya kenalkan sama dia, tapi tidak ada satu pun yang bisa menarik perhatiannya. Mulai dari gadis kaya dan terhormat, sampai gadis biasa sudah pernah saya kenalkan. Namun, hasilnya tetap sama. Andre sama sekali tidak melirik satu pun
“Mau ketemu saya? Siapa, Mbak?” tanya Risa dengan mengerutkan dahi. “Iya, Nyonya Muda. Seorang ibu-ibu sama anak kecil yang waktu itu datang ke rumah sakit,” jawab Mia dengan napas yang masih ngos-ngosan. “Ayo kita lihat siapa orangnya, Sayang!” seru Ibu Airin sembari merangkul pundak Risa. “Iya, Ma.” Risa langsung bergegas masuk ke dalam rumah. Ia sudah bisa menduga siapa orang tersebut. Sementara Ibu Airin penasaran siapa orang yang ingin bertemu dengan menantunya. Siapa ibu-ibu yang dimaksud oleh Mia? “Di mana orangnya, Mia?” tanya ibu Airin saat sampai di ruang keluarga. “Masih di depan, Nyonya Besar. Saya tadi nyariin Nyonya Muda ke kamar, tapi Nyonya Muda nggak ada di sana,” ujar Mia. “Siapa sih, orangnya?” gumam Ibu Airin sembari berjalan menuju pintu depan. Ia tidak pernah terpikir jika orang itu adalah Indri, si gadis kecil yang sudah seperti putri bagi Risa. Sesampainya di teras depan, mereka langsung dikagetkan dengan teriakan anak kecil yang berlari ke arah Risa.
Reyhan kaget melihat Anita tiba-tiba berada di sana, apalagi setelah ia mendengar pertanyaan dokter muda itu. Ia yakin jika Anita sudah mendengar semua pembicaraannya dengan dokter Cyntia. “Dokter Anita, Anda di sini?” tanya Reyhan lalu menghentikan langkahnya saat melihat Anita menghampirinya. “Iya, Pak. Saya kebetulan baru pulang dari rumah Risa, tapi nggak nyangka bisa bertemu Pak Reyhan di sini. Tapi maaf nih, Pak. Bukan maksud saya lancang, apa benar Pak Reyhan dan Dokter Cyntia pacaran?” Anita menatap Reyhan dengan lekat, ada rasa sesak di dadanya saat mengetahui laki-laki yang ia cintai saat ini sudah menjadi kekasih wanita lain. Namun, ia berusaha menutupi rasa kecewanya. “Oh, bagaimana keadaan Risa? Apa kandungannya baik-baik saja?” tanya Reyhan lagi. Ia tidak menanggapi pertanyaan Anita yang terakhir karena ia tidak punya jawaban untuk pertanyaan itu. Saat Reyhan menyebut nama Risa, darah Cyntia seakan mendidih mendengar kekasihnya menanyakan wanita lain. Terlebih lagi,
“Apa yang mau kamu jelasin? Kamu mau mengatakan kalau semua yang kamu lakukan ini karena cinta? Apa itu yang akan kamu katakan sama Mama, Andre?!” erang Bu Soraya dengan raut wajah memerah. “Ma, semua ini tidak seperti yang Mama pikirkan. Aku tidak mungkin mencelakai wanita yang aku cintai,” ujar Andre. “Cinta kamu bilang? Kamu bukan mencintainya, tapi kamu hanya terobsesi! Wanita itu terlalu baik untuk kamu, Andre. Jadi sekarang Mama tahu apa tujuan kamu mengadakan jamuan makan malam waktu itu, ternyata ini rencana kamu? Mama malu mengakui kamu sebagai putra dari keluarga Kusuma. Papa kamu tidak pernah berbuat curang dalam hal apapun, termasuk apa yang baru saja kamu lakukan ini. Kamu sudah mencoreng nama baik keluarga Kusuma, Ndre.” Bu Soraya keluar dari kamar Andre sambil menangis, ia tidak percaya jika putranya sampai senekat itu hanya demi mendapatkan wanita yang katanya begitu ia cintai. Selama ini Andre memang tidak pernah tertarik pada semua wanita yang pernah Bu Soraya ke
Satu bulan sudah berlalu. Selama itu pula Risa tidak diizinkan keluar dari rumah, bahkan untuk pemeriksaan kandungannya pun Adi sudah membuat kamar tidur mereka seperti sebuah klinik. Itu semua ia lakukan demi menjaga keamanan dan keselamatan istri dan calon anaknya.Dokter Reyhan dan Cyntia sudah resmi menjadi sepasang kekasih. Namun, sampai saat ini Risa belum mengetahui hal itu. Anita juga belum tahu soal itu karena Cyntia tidak pernah datang ke rumah sakit. Semua orang di rumah sakit juga tidak ada yang tahu mengenai hubungan anak pemilik rumah sakit itu dengan mantan dokter spesialis anestesi kardiovaskuler sekaligus mantan asisten dokter Reyhan di tim operasi.Reyhan bersedia menjadi kekasih Cyntia demi keselamatan Risa dan bayi yang tengah ia kandung, tetapi Reyhan juga mengajukan syarat kepada wanita itu. Cyntia dilarang menemuinya di rumah sakit, dan syarat itu pun diterima oleh wanita itu.Hari ini adalah jadwal pemeriksaan kandungan Risa. Usia kandungannya sudah memasuki d
Risa keluar dari kamar mandi dan melihat Adi duduk di sofa dengan kedua tangan dijadikan penopang wajahnya. Tatapannya terlihat kosong, bahkan laki-laki itu sampai tidak menyadari jika istrinya sudah keluar dari kamar mandi. Terlihat jelas bahwa saat ini dia sedang banyak masalah. “Kamu mandi dulu sana! Setelah itu kita shalat supaya pikiran kamu lebih tenang,” ujar Risa membuyarkan lamunan Adi. “Kamu sudah selesai, Sayang? Maaf ya, aku jadi melamun. Ya sudah, aku mandi dan ambil air wudhu sebentar.” Adi masuk ke kamar mandi dengan langkah gontai, ada rasa bersalah yang ia rasakan terhadap istrinya. “Ya Allah, apapun masalah yang sedang ia hadapi saat ini, aku mohon permudahkanlah!” ucap Risa penuh harap. Kriet! Suara pintu kamar mandi terbuka, Adi keluar dari sana dengan handuk melilit dari tubuhnya. Wajahnya sudah terlihat lebih segar setelah mandi dan berwudhu. “Sebentar ya, Sayang. Aku ganti baju dulu,” ucap Adi sembari melangkah menuju tempat tidur. Pakaian gantinya sudah d