Pertarungan berlangsung sengit di tengah kepungan puluhan boneka mayat yang terus menyerang tanpa henti. Xiao Feng dan Bai Ling bahu-membahu menghadapi Penunggang Kuda Kegelapan, yang semakin murka setelah kematian rekannya, Penunggang Kuda Api.Penunggang Kuda Kegelapan melompat keatas setelah bertukar pedang dengan Xiao Feng ia kemudian berdiri dengan tubuh tegap di atas batu besar, jubah hitam yang ia kenakan berkibar karena angin dingin. Matanya bersinar merah, dan ia melayangkan tatapan penuh kebencian kepada dua pendekar di hadapannya. Dengan suaranya yang berat, ia menggeram, "Kalian telah menghancurkan apa yang tidak kalian pahami. Kematian kalian akan menjadi persembahan untuk kebangkitan kami!"Boneka-boneka mayat mulai menyerbu kembali bahkan lebih ganas dari sebelumnya. Bai Ling mengangkat tangannya, "Dinding Es Abadi!" Sebuah tembok besar dari es murni muncul di depannya, menghentikan gelombang boneka yang menyerang mereka. Suara hantaman terdengar keras, "Trang! Trang!",
Setelah pertempuran sengit yang meninggalkan bekas kehancuran di sekitar mereka, Xiao Feng dan Bai Ling memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka menuju Puncak Gunung Es Abadi. Suasana di sekitar mereka terasa sunyi, hanya desiran angin dingin yang menggema di antara tebing-tebing curam. Salju terus turun perlahan, menambah kesan mencekam di sepanjang perjalanan.Namun, ketenangan itu segera terganggu saat Bai Ling berhenti dan mengangkat tangannya, memberi isyarat kepada Xiao Feng. "Ada sesuatu yang tidak beres," katanya dengan nada serius.Xiao Feng mengerutkan kening dan mengamati sekeliling. Instingnya juga memberi tahu bahwa mereka sedang diawasi. "Apa kau merasakannya juga? Ada Ki yang terasa janggal di sekitar sini." Ia kemudian mengangkat Pedang Pembalik Surga dengan hati-hati.Tiba-tiba, dari balik pepohonan yang tertutup salju, muncul sekelompok orang dengan pakaian serba putih. Wajah mereka tertutup topeng, dan tubuh mereka bergerak dengan lincah seolah menyatu dengan
Setelah meninggalkan jejak pertempuran di belakang mereka, Xiao Feng dan Bai Ling terus mendaki jalur terjal yang menuju ke Puncak Gunung Es Abadi. Salju semakin tebal, udara semakin dingin, dan hembusan angin membuat langkah mereka semakin berat. Namun, semangat mereka tetap teguh sama seperti sebelumnya. Di depan mata mereka, tujuan itu semakin dekat, meski bahaya mengintai di setiap sudut.Di tengah perjalanan, Bai Ling menghentikan langkahnya tiba-tiba. "Ada sesuatu di depan," ujarnya, dengan nada waspada.Xiao Feng memegang Pedang Pembalik Surga dengan erat, sembari menatap sekeliling mereka. "Apa kau merasakannya? Ki yang terasa kacau."Merasa cukup aman, mereka melangkah lebih hati-hati hingga mencapai celah sempit di antara dua tebing. Tiba-tiba, suara gemuruh terdengar, dan dari balik kabut es, muncul sekelompok makhluk besar dengan tubuh dilapisi lapisan es tebal. Raksasa Salju, makhluk penjaga yang dikenal hanya ada di wilayah gunung ini.Makhluk itu memandang mereka dengan
Setelah melewati Raksasa Salju, perjalanan menuju Puncak Gunung Es Abadi menjadi semakin berat. Udara dingin menggigit, angin kencang menerpa wajah mereka, dan langit di atas semakin gelap seakan memberi isyarat akan datangnya badai. Namun, di tengah perjuangan mereka, sesuatu yang tak terduga terjadi.Saat mereka mendekati sebuah dataran tinggi yang tertutup salju, Bai Ling menghentikan langkahnya. "Tunggu," katanya, suaranya rendah tapi penuh kewaspadaan.Xiao Feng memandang ke depan. Seorang pria berkerudung hitam berdiri di tengah hamparan es, tubuhnya diselimuti mantel bulu serigala. Di belakangnya terdapat sebuah altar besar yang tampaknya tertutup ukiran-ukiran kuno, dan di atas altar itu tampak sebuah batu kristal kecil yang memancarkan cahaya redup."Siapa itu?" bisik Xiao Feng sambil mencengkeram erat Pedang Pembalik Surga.Bai Ling menatap tajam. "Aku belum pernah melihatnya sebelumnya... tapi Ki-nya kuat, sangat kuat."Pria itu akhirnya berbicara, suaranya berat dan bergem
Setelah perjuangan panjang melalui badai salju, boneka mayat, prajurit es, dan seorang penjaga yang nyaris tak terkalahkan, Xiao Feng dan Bai Ling akhirnya tiba di puncak Gunung Es Abadi. Langit di atas mereka berwarna abu-abu gelap, namun cahaya kebiruan yang memancar dari sebuah gua besar di depan mereka menerangi area sekitar, menciptakan suasana magis dan sekaligus menegangkan.Xiao Feng menarik napas panjang. "Ini dia... tempat yang mereka bicarakan."Bai Ling mengangguk, meskipun matanya tetap waspada terhadap setiap kemungkinan bahaya. "Kau merasakannya? Energi dingin yang tidak biasa ini... sepertinya berasal dari sesuatu yang sangat kuat di dalam sana."Mereka akhirnya mulai berjalan untuk memasuki gua yang berada tepat didepan mereka, Xiao Feng dan Bai Ling dikejutkan oleh pemandangan yang tak pernah mereka bayangkan. Ribuan kristal besar berwarna biru keunguan menempel di dinding gua, memancarkan cahaya redup yang berdenyut seperti jantung yang berdetak. Di tengah gua, berd
Setelah berhasil mendapatkan pecahan kedua Kristal Kematian, Xiao Feng dan Bai Ling duduk di puncak Gunung Es Abadi, memulihkan tenaga mereka. Kedua pecahan kristal itu sekarang berada dalam kotak khusus yang dilapisi segel Ki, yang dibuat oleh Bai Ling menggunakan kemampuan elemen esnya. Namun, aura dari kedua pecahan itu masih terasa mencekam, seperti bisikan-bisikan gelap yang terus mengganggu pikiran mereka.“Dua pecahan ini saja sudah hampir menghancurkan kita,” kata Xiao Feng sambil menghela napas. “Berapa banyak lagi yang harus kita cari?”Bai Ling mengerutkan alis. “Jika informasi dari sekte aliran sesat benar, totalnya ada lima pecahan Kristal Kematian. Setiap pecahan mewakili elemen gelap yang berbeda. Pecahan pertama yang kita temui adalah Pecahan Api, dan yang ini, yang baru kita dapatkan, adalah Pecahan Kegelapan,” ujarnya seolah mengetahui betul hal itu. Xiao Feng sendiri sempat merasa curiga, tetapi ia tidak menanyakan tentang fikirannya dan lebih memilih untuk diam.Xi
Sementara itu. Di dalam istana Kekaisaran Thang, Kaisar sedang mendengarkan laporan terbaru dari para penasihatnya. Berbagai sekte dan kelompok netral yang telah direkrut bekerja sama untuk melindungi kekaisaran. Dengan strategi yang dirancang matang, kekacauan yang dulu mengancam kota-kota besar kini mulai mereda. Para pendekar dari kelompok seperti Kelompok Anggrek Hitam dan Kelompok Pusaka Perunggu ikut membantu menjaga stabilitas wilayah, sementara Sekte Bulan Perak, meski memilih tetap netral, mereka telah menyuplai sumber daya yang sangat membantu.Namun, laporan lain menarik perhatian Kaisar."Baginda," kata salah satu penasihat. "Ada kabar dari utara. Pendekar bernama Xiao Feng dan seorang wanita misterius bernama Bai Ling telah mengalahkan dua dari lima Penunggang Kuda Kematian. Mereka juga berhasil memperoleh dua pecahan Kristal Kematian."Kaisar tersenyum kecil sambil mengelus janggutnya. "Xiao Feng… namanya semakin besar. Pemuda itu telah membuktikan keberanian dan kemampua
Di tengah kabut Lembah Awan Bergemuruh, sosok Penunggang Kuda Angin berdiri di atas batu tinggi, mengenakan jubah hitam panjang yang berkibar diterpa angin. Tatapan matanya tajam, menatap pergerakan Bai Ling yang sedang bertarung dengan makhluk-makhluk ciptaan Kristal Kematian. Namun, sorot matanya bukan seperti musuh yang penuh dendam, melainkan seperti seseorang yang sedang menilai dan mengamati.Dia menghela napas panjang, seolah ragu dengan langkah yang harus diambil. Di dalam hatinya, ada keraguan yang semakin membesar. Ia tahu perannya di kelompok Penunggang Kuda Kematian seharusnya jelas: membawa kehancuran bersama rekan-rekannya. Namun, ada sesuatu dalam dirinya yang membuatnya berbeda dari mereka.“Bai Ling… Apakah kau benar-benar tahu apa yang sedang kau hadapi?” gumamnya pelan, suaranya hampir tenggelam oleh deru angin. Dia memejamkan mata sejenak, teringat pada sesuatu di masa lalu. Apakah ini tentang hubungan dengan Bai Lian, guru Xiao Feng? Ataukah ia memiliki misi lain
Pasukan Bendera Biru yang tadinya terpecah belah kini berdiri diam, terpaku melihat tubuh pemimpin mereka, Luo Yunhai, yang tergeletak di tanah. Namun, ketenangan itu tiba-tiba berubah menjadi keterkejutan ketika tubuh Luo Yunhai perlahan bergerak. Dengan langkah gontai, ia bangkit berdiri, darah menetes dari sudut bibirnya, tetapi matanya menyala penuh kebencian dan tekad.“Jangan pikir aku akan mati semudah itu,” suara Luo Yunhai terdengar serak namun penuh kemarahan, menggema di seluruh arena. "Aku... adalah Pelaut Bayangan Laut! Tak ada yang bisa menjatuhkanku!"Sorakan pasukan Bendera Biru kembali pecah. Mereka berteriak penuh semangat, seolah kebangkitan Luo Yunhai membakar kembali nyali mereka yang sempat memudar. Mereka mulai bergerak lagi, mengepung Xiao Feng dan Bai Ling yang kini semakin kelelahan.Xiao Feng memandang Luo Yunhai dengan tajam, napasnya memburu. "Orang ini... bagaimana dia bisa bertahan dari serangan itu?" pikirnya. Luka di tubuh Luo Yunhai memang jelas terli
Saat kekacauan pertempuran semakin memuncak dan harapan hampir hilang serta kematian kakak seperguruan Xiao Feng yang telah mengorbankan diri dari peperangan itu. Bai Ling tiba-tiba menunjuk ke arah langit, seolah melihat satu harapan yang akan segera datang. "Feng'Ge! Lihat ke atas!" serunya dengan nada bergetar.Melihat hal itu, Xiao Feng segera mendongak, melihat kearah yang sama. Di antara awan gelap dan kilat yang menyambar, muncul sosok pria yang melayang perlahan, auranya menyelimuti medan perang dengan tekanan luar biasa. Tubuhnya diselimuti kilauan hitam pekat seperti sisik naga, sementara matanya menyala tajam seperti emas cair. Rambut hitam panjangnya berkibar diterpa angin, memberi kesan seorang pendekar yang tak tertandingi."Itu... Long Yu," gumam Xiao Feng dengan nada tidak percaya.Luo Yunhai, pemimpin kelompok Bendera Biru, mengernyit, matanya menyipit penuh waspada. "Long Yu? Siapa dia?" tanyanya.Xiao Feng mengatur napasnya, masih terpaku pada pria di udara itu. "Di
Pada saat ini, pertempuran terus berlangsung dalam kekacauan yang semakin mencekam. tampak darah mengalir, membasahi tanah, mengotori pasar gelap yang kini berubah menjadi medan perang. Terdengar jelas, rintihan kesakitan bercampur dengan suara denting pedang dan teriakan para prajurit yang masih bertarung.Sementara itu Xiao Feng masih bertarung sengit melawan Luo Yunhai yang saat ini masih menunjukkan aksinya dalam sebuah peperangan. Sementara Bai Ling mulai tampak ragu dalam mengambil tindakan. Matanya melirik ke arah rekan-rekannya yang semakin terdesak, terutama Xiao Feng, ia bingung harus berbuat apa dalam kondisi seperti ini.**Di satu sisi Qing Yue sedang mengayunkan tombaknya dengan kekuatan terakhir yang ia miliki, mencoba menahan pasukan musuh yang semakin ganas. "Lin Mei! Bertahanlah!" serunya dengan napas tersengal. Namun, Lin Mei sudah sangat kelelahan, tubuhnya penuh luka, dan pedangnya bergetar lemah di tangannya, seolah ingin segera mengakhiri hidupnya, menyerah dala
Saat ini. Tekanan dari segala sisi semakin terasa berat. Pasukan Bendera Biru yang terus berdatangan seperti ombak tak berujung membuat kelompok Xiao Feng semakin terdesak. Meski mereka telah bertarung mati-matian, kelelahan mulai terlihat di wajah mereka. Napas mereka tersengal-sengal, keringat bercucuran, dan luka-luka di tubuh mulai bertambah.Tepat berada di tengah medan pertempuran, Xiao Feng masih bertahan melawan Luo Yunhai, meskipun tubuhnya sudah terasa sangat berat, karena melepaskan begitu banyak tenaga pada serangan sebelumnya. Tampak Pedang Pembalik Surga di tangannya sedikit gemetar, tetapi sorot matanya tetap tajam.Sementara itu Luo Yunhai, dengan trisula besarnya, masih berdiri di depannya seperti gunung yang tak tergoyahkan."Menyerahlah, Xiao Feng," ujar Luo Yunhai dengan suara tenang namun dingin. "Kau mungkin kuat, tapi kau sudah terlalu lelah. Kau tak akan bisa melindungi teman-temanmu. Sebentar lagi, mereka akan mati satu per satu."Mendengar kalimat itu, Xiao F
Pada saat mencoba untuk melarikan diri dari kejaran musuh. Udara malam yang dingin diwarnai suara ribuan langkah kaki yang menggema dari arah berlawanan terdengar jelas di telinga. Dari dalam kegelapan, terlihat bendera-bendera biru berkibar dengan lambang ombak yang meliuk di tengahnya. Pasukan ini bukanlah sembarang pasukan, mereka adalah kelompok Bendera Biru, yang terkenal akan kekuatan mereka di wilayah laut dan perbudakan internasional.Pemimpinnya tidak lain ialah Luo Yunhai, yang dikenal sebagai Pelaut Bayangan, ia saat ini tampak berdiri di atas bukit kecil di depan pasukannya. Tubuhnya tinggi dengan sorot mata dingin yang seperti menembus tulang, rambut hitam panjangnya berkibar tertiup angin. Ia memegang sebuah trisula besar berwarna biru keperakan, senjata yang menjadi ciri khasnya."Jadi, kau Xiao Feng," ujar Luo Yunhai dengan suara yang berat namun tajam, seperti suara ombak menghantam karang. "Kau membunuh Zhang Tianbao, menghancurkan kelompok Yu Zhi, dan kini mencoba m
Tubuh Yang Zhan telah diamankan oleh Lin Mei dan Jian Hong ke tempat yang lebih aman, meski mereka masih dikepung oleh musuh dari segala arah. Bai Ling menciptakan dinding es tebal untuk melindungi mereka sementara Qing Yue terus menyerang dengan tombaknya, matanya memerah penuh kemarahan.Namun, musuh tidak memberi mereka waktu untuk berduka. Pasukan Bendera Merah, dengan jumlah yang terus bertambah, mulai mendobrak pertahanan Bai Ling dan menyerang kembali dengan kekuatan penuh. Di tengah kekacauan itu, Xiao Feng maju ke depan, melindungi yang lain sambil menghadapi Yu Zhi, pemimpin pasukan tersebut.Yu Zhi, dengan senjata pedang berwarna hitam pekat yang bersinar dengan aura gelap, maju dengan penuh percaya diri. "Jadi, kau Xiao Feng, si pendekar yang membunuh Zhang Tianbao. Menurutku, kau tidak sehebat yang diceritakan."Xiao Feng memutar Pedang Pembalik Surga di tangannya, menatap Yu Zhi dengan dingin. "Kau akan segera tahu mengapa aku disebut seperti itu."Mereka berdua melompat
Pada saat situasi semakin memanas, di tengah medan yang penuh darah dan jeritan, Yang Zhan berdiri tegak dengan tombak panjangnya, napasnya mulai memburu, keringat sudah bercucuran, membasahi hampir seluruh bagian tubuh, tetapi sorot matanya tetap tajam, seolah tidak menunjukkan rasa ketir sedikitpun. Ia mengamati ratusan musuh yang mengepungnya. Tubuh besar dan kekuatannya membuatnya menjadi pusat perhatian di medan perang, terutama bagi pasukan Bendera Merah yang mulai menyerangnya dari segala arah."Ayo! Siapa lagi yang ingin mati?!" teriak Yang Zhan dengan suara menggelegar. Ia memutar tombaknya, menciptakan angin kuat yang menyapu musuh di sekitarnya. Beberapa orang terlempar ke belakang, tulang mereka patah hanya dengan satu serangan."Zhan-ge, jangan terlalu memaksakan diri!" teriak Lin Mei dari kejauhan, yang masih bertarung dengan kelompok lainnya.Mendengar hal itu, ia segera menoleh lalu menjawab, "Tenang saja! Aku akan memastikan tak satu pun dari mereka bisa mendekatimu!"
Setelah pertarungan sengit dengan Han Feng dan berhasil membunuhnya, Xiao Feng dan rombongannya bersiap meninggalkan pasar gelap yang kini sunyi. Udara terasa berat dengan bau darah yang masih menguar, dan langit mulai gelap, seolah menggambarkan ketegangan yang belum berakhir saat itu.Namun, langkah mereka tiba-tiba terhenti ketika suara derap kaki dan gemuruh senjata menggema dari segala arah. Dari sudut-sudut jalan, gang-gang gelap, dan bahkan dari atap bangunan, muncul ratusan bahkan ribuan pasukan berseragam merah. Mereka adalah Pasukan Bendera Merah.Sorot obor menyala-nyala, menerangi raut wajah mereka yang penuh tekad dan kemarahan. Mereka berdiri rapat, mengepung Xiao Feng dan rombongannya dalam formasi yang tampak dirancang dengan sempurna. Seorang pria kurus dengan jubah merah berdiri di atas bangunan kayu yang dibawa oleh beberapa anak buahnya. Matanya penuh dendam, menatap lurus ke arah Xiao Feng."Xiao Feng!" teriak pria itu dengan suara lantang y
Langkah kaki pria besar itu menggema di tengah pasar yang porak-poranda. Tubuhnya seperti gunung yang bergerak, dengan zirah hitam berkilauan yang melindungi tubuhnya. Kapak raksasa di tangannya tampak seperti cukup kuat untuk membelah batu besar hanya dengan sekali serangan. Sorot matanya tajam, penuh percaya diri, seolah-olah tahu bahwa ia adalah rintangan terakhir yang akan sulit dilewati."Kalian pikir bisa lolos begitu saja?" pria besar itu berbicara dengan suara berat seperti guntur. "Aku adalah Han Feng, Penjaga Besar dari pasar gelap ini. Tidak ada seorang pun yang bisa meninggalkan tempat ini hidup-hidup setelah membuat kekacauan seperti kalian."Yang Zhan dan Qing Yue tampak ragu sejenak setelah melihat kedatangan penjaga tersebut. Aura pria itu begitu menekan, dan kekuatan yang terpancar dari tubuhnya membuat mereka sedikit ketir. Qing Yue menggenggam erat pedangnya, sementara Yang Zhan menelan ludah, mencoba menenangkan dirinya.Namun, Xiao Feng mela