Xiao Feng meninggalkan markas Bulan Perak dengan langkah tegas, meskipun pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan. Permintaan Lian Yue untuk menyingkirkan para bandit terasa seperti ujian yang tidak bisa ia tolak. Ia tahu, setiap detik yang ia habiskan untuk menyelesaikan misi ini memperbesar risiko kekaisaran Thang dihancurkan oleh aliran sesat. Namun, ia juga paham bahwa mendapatkan dukungan dari Bulan Perak adalah langkah penting untuk menyeimbangkan kekuatan di tengah kekacauan ini.Di sepanjang perjalanan, Xiao Feng mempelajari informasi yang diberikan oleh pengawal Bulan Perak. Para bandit itu ternyata bersembunyi di sebuah ngarai yang penuh dengan kabut tebal, yang dikenal sebagai Jurang Cakar Iblis. Wilayah itu terkenal dengan jebakan alamnya yang berbahaya, seperti tanah berlumpur dan jalur sempit yang mudah runtuh. Beberapa pedagang yang mencoba melewati ngarai itu tidak pernah kembali, dan barang-barang mereka berakhir di tangan para bandit.Xiao Feng tiba di mulut ngarai sa
Namun saat ia hendak melangkah pergi, ia menemukan satu lagi peta kecil yang didalamnya terdapat sebuah tanda yang menunjukkan jalan menuju kearah bawah ngarai tersebut.Xiao Feng menatap peta kecil itu dengan penuh rasa penasaran. Tanda yang tergambar di peta mengarah ke sebuah lokasi di sepanjang sungai di bawah ngarai. Dengan hati-hati, ia melangkah turun melalui jalur yang curam, menembus kabut yang semakin pekat. Suara gemercik air mulai terdengar di kejauhan, memberi arahan yang jelas untuk langkahnya.Sesampainya di tepi sungai, Xiao Feng melihat airnya jernih berkilauan di bawah sinar rembulan yang temaram. Namun, yang membuatnya tertarik adalah sesuatu yang tampak samar di dasar sungai. Daun-daun hijau kecil menyembul ke permukaan, memancarkan cahaya lembut yang seperti memanggilnya untuk mendekat.Xiao Feng segera menanggalkan pedangnya dan membuka sebagian pakaiannya agar bisa bergerak lebih leluasa. Ia masuk ke dalam air yang dingin menusuk, tetapi ia mengabaikan rasa ding
Xiao Feng berdiri di depan Lian Yue, matanya yang tajam namun penuh ketenangan menyiratkan rasa hormat. "Terima kasih atas bantuanmu, Nona Lian Yue. Dengan dukungan kelompok Bulan Perak, kekaisaran memiliki peluang lebih besar untuk bertahan dari ancaman sekte aliran sesat," katanya sambil sedikit membungkukkan badan.Lian Yue menatapnya, tetap menjaga ekspresi angkuhnya meskipun di dalam hatinya bergejolak. Kata-kata Xiao Feng sebelumnya tentang memberikan lebih banyak ginseng air masih terngiang-ngiang di pikirannya. Sumber daya itu terlalu berharga untuk diabaikan, pikirnya. Namun, ia juga menyadari bahwa terlalu mendesak Xiao Feng hanya akan membuatnya curiga.“Ginseng itu memang sangat berharga,” Lian Yue akhirnya membuka suara, suaranya lembut namun tetap menunjukkan kewibawaannya. “Namun, aku tidak ingin terlihat seperti seorang pedagang tamak. Jika kau memiliki lebih banyak, tentu saja kelompok kami akan menghargai upaya itu.”Xiao Feng tersenyum tipis. Ia sudah menduga Lian Y
Xiao Feng melanjutkan perjalanannya menuju istana dengan langkah tegas meski tubuhnya mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan setelah pertarungan yang ia alami. Kabut di jalanan mulai menghilang saat matahari perlahan naik, memberikan sedikit kehangatan pada tubuhnya yang dingin karena malam yang panjang.Di kejauhan, ia melihat siluet istana kekaisaran yang megah, dikelilingi tembok besar yang seolah melindungi pusat kekuatan Kekaisaran Thang. Namun, keheningan di sekitarnya terasa aneh. Jalanan menuju istana tampak sepi, tak ada aktivitas warga maupun penjaga yang biasanya berpatroli.Xiao Feng mempercepat langkahnya. Ketika ia mendekati gerbang utama, ia disambut oleh seorang prajurit dengan wajah tegang.“Pendekar Xiao Feng! Syukurlah Anda telah kembali!” seru prajurit itu.“Ada apa? Kenapa suasana di sini begitu sunyi?” tanya Xiao Feng dengan nada curiga.Prajurit itu menundukkan kepala, wajahnya dipenuhi kecemasan. “Semalam, terjadi serangan mendadak di beberapa wilayah sekitar
Dengan beberapa pasukan kekaisaran Xiao Feng mulai menuju kearah kepulan asap tebal yang berada dikejauhan. Butuh beberapa waktu kesana mengingat jaraknya yang cukup jauh.Beberapa waktu berlalu, hingga mereka tiba dilokasi yang telah ditentukan. Xiao Feng berdiri di tengah reruntuhan desa yang hangus, sisa-sisa api masih mengeluarkan asap tipis, menciptakan bayangan menyeramkan di bawah cahaya bulan. Bau kayu terbakar dan daging hangus menyelimuti udara, membuat beberapa prajurit menutup hidung mereka dengan kain.“Kejahatan macam apa yang telah mereka lakukan...” gumam salah satu prajurit, matanya menatap nanar pada sebuah kereta yang terbakar dengan sisa-sisa tubuh yang berserakan di sekitarnya.Xiao Feng, dengan wajah dingin dan penuh amarah, berjongkok di salah satu sudut desa. Tangannya menyentuh tanah yang masih hangat, merasakan bekas energi gelap yang familiar. “Mereka sudah pergi, tapi jejak mereka masih terasa... Ini ulah sekte aliran sesat. Mereka sengaja meninggalkan keha
Sebelum pergi kearah utara, Xiao Feng pergi menuju kelompok anggrek hitam untuk menebus janjinya dengan membayarkan uang yang telah ia terima dari kaisar thang sebelumnya. Perjalanan membutuhkan beberapa waktu sebelum ia tiba di tempat yang dituju.Setibanya di markas Kelompok Anggrek Hitam, Xiao Feng membawa sekantong besar uang dan beberapa ginseng air yang berhasil ia peroleh selama petualangannya. Langkah kakinya mantap meski sedikit gugup, mengingat janji yang harus ia tepati saat ini hampir mencapai batas perjanjian.Kedatangannya disambut oleh Li Mei yang tampak terkejut dengan kehadiran dirinya yang cukup cepat. Seperti biasa wajahnya memerah, dan ia tampak tidak tahu harus berkata apa. Namun, sebelum ia sempat menyapa, ibunya yang merupakan wanita tua pemimpin Kelompok Anggrek Hitam, sudah muncul dari dalam ruangan dengan senyum penuh arti.“Kau kembali, Pendekar Xiao Feng. Aku tahu kau adalah orang yang memegang kata-katamu,” ujar wanita tua itu dengan suara tegas, matanya
Xiao Feng berjalan melewati hutan yang semakin lebat, menuju wilayah utara yang terkenal dengan cuaca dingin dan medannya yang berbahaya. Di sekelilingnya, suara angin menggema seperti bisikan misterius. Ia tahu bahwa perjalanan ini tidak hanya menguji kekuatan fisiknya, tetapi juga keteguhan hatinya.Setelah berhari-hari melewati medan sulit, ia akhirnya tiba di sebuah desa kecil yang hampir tertutup salju. Penduduk desa tampak waspada melihat kedatangannya. Namun, seorang pria tua yang tampak seperti kepala desa mendekat dengan penuh kehati-hatian.“Pendekar, apa yang membawamu ke tempat terpencil seperti ini?” tanya pria tua itu.Xiao Feng menjawab dengan tenang, “Aku sedang mencari informasi. Apakah kalian tahu apa pun tentang pergerakan kelompok misterius di daerah ini? Mungkin tentang Lima Penunggang Kuda Kematian?”Wajah pria tua itu berubah pucat mendengar nama itu. “Lima Penunggang Kuda Kematian... Mereka adalah kabut gelap yang melintasi wilayah ini. Tidak ada yang berani me
Xiao Feng terbangun di pagi hari dengan tubuh yang terasa lebih segar. Racun yang sempat menggerogoti tubuhnya perlahan menghilang berkat ramuan yang diracik Bai Ling. Di luar jendela, matahari mulai terbit, menyinari desa kecil yang tertutup salju.Bai Ling sedang duduk di dekat perapian, memegang sebuah pedang tipis yang terlihat sederhana tetapi memancarkan aura yang sangat kuat. Ia sedang membersihkannya dengan tenang, tetapi ketika Xiao Feng bergerak, ia menoleh."Sudah bangun? Bagaimana perasaanmu?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangan dari pedangnya.Xiao Feng mengangguk. "Jauh lebih baik. Terima kasih untuk segalanya, Bai Ling."Wanita itu hanya tersenyum tipis, lalu meletakkan pedangnya ke samping. "Kalau begitu, kau sudah siap untuk melanjutkan perjalananmu?"Xiao Feng terdiam sejenak sebelum ia menepuk jidatnya sendiri, "Aku lupa jika aku memiliki penawar racun yang diberikan oleh kelompok netral Anggrek Hitam," dia kemudian merogoh sakunya lalu menunjukkan satu botol kecil
Pasukan Bendera Biru yang tadinya terpecah belah kini berdiri diam, terpaku melihat tubuh pemimpin mereka, Luo Yunhai, yang tergeletak di tanah. Namun, ketenangan itu tiba-tiba berubah menjadi keterkejutan ketika tubuh Luo Yunhai perlahan bergerak. Dengan langkah gontai, ia bangkit berdiri, darah menetes dari sudut bibirnya, tetapi matanya menyala penuh kebencian dan tekad.“Jangan pikir aku akan mati semudah itu,” suara Luo Yunhai terdengar serak namun penuh kemarahan, menggema di seluruh arena. "Aku... adalah Pelaut Bayangan Laut! Tak ada yang bisa menjatuhkanku!"Sorakan pasukan Bendera Biru kembali pecah. Mereka berteriak penuh semangat, seolah kebangkitan Luo Yunhai membakar kembali nyali mereka yang sempat memudar. Mereka mulai bergerak lagi, mengepung Xiao Feng dan Bai Ling yang kini semakin kelelahan.Xiao Feng memandang Luo Yunhai dengan tajam, napasnya memburu. "Orang ini... bagaimana dia bisa bertahan dari serangan itu?" pikirnya. Luka di tubuh Luo Yunhai memang jelas terli
Saat kekacauan pertempuran semakin memuncak dan harapan hampir hilang serta kematian kakak seperguruan Xiao Feng yang telah mengorbankan diri dari peperangan itu. Bai Ling tiba-tiba menunjuk ke arah langit, seolah melihat satu harapan yang akan segera datang. "Feng'Ge! Lihat ke atas!" serunya dengan nada bergetar.Melihat hal itu, Xiao Feng segera mendongak, melihat kearah yang sama. Di antara awan gelap dan kilat yang menyambar, muncul sosok pria yang melayang perlahan, auranya menyelimuti medan perang dengan tekanan luar biasa. Tubuhnya diselimuti kilauan hitam pekat seperti sisik naga, sementara matanya menyala tajam seperti emas cair. Rambut hitam panjangnya berkibar diterpa angin, memberi kesan seorang pendekar yang tak tertandingi."Itu... Long Yu," gumam Xiao Feng dengan nada tidak percaya.Luo Yunhai, pemimpin kelompok Bendera Biru, mengernyit, matanya menyipit penuh waspada. "Long Yu? Siapa dia?" tanyanya.Xiao Feng mengatur napasnya, masih terpaku pada pria di udara itu. "Di
Pada saat ini, pertempuran terus berlangsung dalam kekacauan yang semakin mencekam. tampak darah mengalir, membasahi tanah, mengotori pasar gelap yang kini berubah menjadi medan perang. Terdengar jelas, rintihan kesakitan bercampur dengan suara denting pedang dan teriakan para prajurit yang masih bertarung.Sementara itu Xiao Feng masih bertarung sengit melawan Luo Yunhai yang saat ini masih menunjukkan aksinya dalam sebuah peperangan. Sementara Bai Ling mulai tampak ragu dalam mengambil tindakan. Matanya melirik ke arah rekan-rekannya yang semakin terdesak, terutama Xiao Feng, ia bingung harus berbuat apa dalam kondisi seperti ini.**Di satu sisi Qing Yue sedang mengayunkan tombaknya dengan kekuatan terakhir yang ia miliki, mencoba menahan pasukan musuh yang semakin ganas. "Lin Mei! Bertahanlah!" serunya dengan napas tersengal. Namun, Lin Mei sudah sangat kelelahan, tubuhnya penuh luka, dan pedangnya bergetar lemah di tangannya, seolah ingin segera mengakhiri hidupnya, menyerah dala
Saat ini. Tekanan dari segala sisi semakin terasa berat. Pasukan Bendera Biru yang terus berdatangan seperti ombak tak berujung membuat kelompok Xiao Feng semakin terdesak. Meski mereka telah bertarung mati-matian, kelelahan mulai terlihat di wajah mereka. Napas mereka tersengal-sengal, keringat bercucuran, dan luka-luka di tubuh mulai bertambah.Tepat berada di tengah medan pertempuran, Xiao Feng masih bertahan melawan Luo Yunhai, meskipun tubuhnya sudah terasa sangat berat, karena melepaskan begitu banyak tenaga pada serangan sebelumnya. Tampak Pedang Pembalik Surga di tangannya sedikit gemetar, tetapi sorot matanya tetap tajam.Sementara itu Luo Yunhai, dengan trisula besarnya, masih berdiri di depannya seperti gunung yang tak tergoyahkan."Menyerahlah, Xiao Feng," ujar Luo Yunhai dengan suara tenang namun dingin. "Kau mungkin kuat, tapi kau sudah terlalu lelah. Kau tak akan bisa melindungi teman-temanmu. Sebentar lagi, mereka akan mati satu per satu."Mendengar kalimat itu, Xiao F
Pada saat mencoba untuk melarikan diri dari kejaran musuh. Udara malam yang dingin diwarnai suara ribuan langkah kaki yang menggema dari arah berlawanan terdengar jelas di telinga. Dari dalam kegelapan, terlihat bendera-bendera biru berkibar dengan lambang ombak yang meliuk di tengahnya. Pasukan ini bukanlah sembarang pasukan, mereka adalah kelompok Bendera Biru, yang terkenal akan kekuatan mereka di wilayah laut dan perbudakan internasional.Pemimpinnya tidak lain ialah Luo Yunhai, yang dikenal sebagai Pelaut Bayangan, ia saat ini tampak berdiri di atas bukit kecil di depan pasukannya. Tubuhnya tinggi dengan sorot mata dingin yang seperti menembus tulang, rambut hitam panjangnya berkibar tertiup angin. Ia memegang sebuah trisula besar berwarna biru keperakan, senjata yang menjadi ciri khasnya."Jadi, kau Xiao Feng," ujar Luo Yunhai dengan suara yang berat namun tajam, seperti suara ombak menghantam karang. "Kau membunuh Zhang Tianbao, menghancurkan kelompok Yu Zhi, dan kini mencoba m
Tubuh Yang Zhan telah diamankan oleh Lin Mei dan Jian Hong ke tempat yang lebih aman, meski mereka masih dikepung oleh musuh dari segala arah. Bai Ling menciptakan dinding es tebal untuk melindungi mereka sementara Qing Yue terus menyerang dengan tombaknya, matanya memerah penuh kemarahan.Namun, musuh tidak memberi mereka waktu untuk berduka. Pasukan Bendera Merah, dengan jumlah yang terus bertambah, mulai mendobrak pertahanan Bai Ling dan menyerang kembali dengan kekuatan penuh. Di tengah kekacauan itu, Xiao Feng maju ke depan, melindungi yang lain sambil menghadapi Yu Zhi, pemimpin pasukan tersebut.Yu Zhi, dengan senjata pedang berwarna hitam pekat yang bersinar dengan aura gelap, maju dengan penuh percaya diri. "Jadi, kau Xiao Feng, si pendekar yang membunuh Zhang Tianbao. Menurutku, kau tidak sehebat yang diceritakan."Xiao Feng memutar Pedang Pembalik Surga di tangannya, menatap Yu Zhi dengan dingin. "Kau akan segera tahu mengapa aku disebut seperti itu."Mereka berdua melompat
Pada saat situasi semakin memanas, di tengah medan yang penuh darah dan jeritan, Yang Zhan berdiri tegak dengan tombak panjangnya, napasnya mulai memburu, keringat sudah bercucuran, membasahi hampir seluruh bagian tubuh, tetapi sorot matanya tetap tajam, seolah tidak menunjukkan rasa ketir sedikitpun. Ia mengamati ratusan musuh yang mengepungnya. Tubuh besar dan kekuatannya membuatnya menjadi pusat perhatian di medan perang, terutama bagi pasukan Bendera Merah yang mulai menyerangnya dari segala arah."Ayo! Siapa lagi yang ingin mati?!" teriak Yang Zhan dengan suara menggelegar. Ia memutar tombaknya, menciptakan angin kuat yang menyapu musuh di sekitarnya. Beberapa orang terlempar ke belakang, tulang mereka patah hanya dengan satu serangan."Zhan-ge, jangan terlalu memaksakan diri!" teriak Lin Mei dari kejauhan, yang masih bertarung dengan kelompok lainnya.Mendengar hal itu, ia segera menoleh lalu menjawab, "Tenang saja! Aku akan memastikan tak satu pun dari mereka bisa mendekatimu!"
Setelah pertarungan sengit dengan Han Feng dan berhasil membunuhnya, Xiao Feng dan rombongannya bersiap meninggalkan pasar gelap yang kini sunyi. Udara terasa berat dengan bau darah yang masih menguar, dan langit mulai gelap, seolah menggambarkan ketegangan yang belum berakhir saat itu.Namun, langkah mereka tiba-tiba terhenti ketika suara derap kaki dan gemuruh senjata menggema dari segala arah. Dari sudut-sudut jalan, gang-gang gelap, dan bahkan dari atap bangunan, muncul ratusan bahkan ribuan pasukan berseragam merah. Mereka adalah Pasukan Bendera Merah.Sorot obor menyala-nyala, menerangi raut wajah mereka yang penuh tekad dan kemarahan. Mereka berdiri rapat, mengepung Xiao Feng dan rombongannya dalam formasi yang tampak dirancang dengan sempurna. Seorang pria kurus dengan jubah merah berdiri di atas bangunan kayu yang dibawa oleh beberapa anak buahnya. Matanya penuh dendam, menatap lurus ke arah Xiao Feng."Xiao Feng!" teriak pria itu dengan suara lantang y
Langkah kaki pria besar itu menggema di tengah pasar yang porak-poranda. Tubuhnya seperti gunung yang bergerak, dengan zirah hitam berkilauan yang melindungi tubuhnya. Kapak raksasa di tangannya tampak seperti cukup kuat untuk membelah batu besar hanya dengan sekali serangan. Sorot matanya tajam, penuh percaya diri, seolah-olah tahu bahwa ia adalah rintangan terakhir yang akan sulit dilewati."Kalian pikir bisa lolos begitu saja?" pria besar itu berbicara dengan suara berat seperti guntur. "Aku adalah Han Feng, Penjaga Besar dari pasar gelap ini. Tidak ada seorang pun yang bisa meninggalkan tempat ini hidup-hidup setelah membuat kekacauan seperti kalian."Yang Zhan dan Qing Yue tampak ragu sejenak setelah melihat kedatangan penjaga tersebut. Aura pria itu begitu menekan, dan kekuatan yang terpancar dari tubuhnya membuat mereka sedikit ketir. Qing Yue menggenggam erat pedangnya, sementara Yang Zhan menelan ludah, mencoba menenangkan dirinya.Namun, Xiao Feng mela