“Jadi setelah Papa cerita masalah yang sedang perusahaan kita hadapi, apa kamu masih ingin mengundurkan diri dan tidak mau membantu, Papa?” Indra melonggarkan pelukannya untuk melihat wajah Nadya.Nadya menggelengkan kepalanya. Dia kembali menangis dan memeluk tubuh ayahnya. “Aku akan membantu Papa. Tapi, dengan satu syarat. Restui hubungan aku dengan Devan. Aku hanya mau menikah dengan dia, Pa.”Indra membulatkan matanya dan mulutnya pun terbuka, karena dia tidak menyangka kalau anaknya akan mengajukan syarat seperti itu. Syarat yang membuat dirinya sulit untuk mengambil keputusan.“Papa sudah cerita tadi ke kamu kalau Papa terikat perjanjian dengan ayahnya David.” Indra menatap wajah anaknya dengan tatapan yang sedikit kesal, karena Nadya masih belum mengerti juga dengan kesulitan yang dia hadapi.“Iya, aku ngerti kesulitan Papa. Tapi, aku dan Devan...” Nadya tidak meneruskan ucapannya. Dia takut kalau ayahnya akan semakin marah padanya. Dia menunggu reaksi ayahnya setelah kata-kata
Indra menatap Nadya dan Devan bergantian. Perasaannya kini bercampur aduk. Perasaan cinta seorang ayah pada anak gadisnya, sehingga dia akan berbuat apa saja demi kebahagiaan anaknya. Di sisi lain, dia termasuk salah satu orang yang teguh pada janji yang sudah dia ucapkan. Indra menghela napas panjang lalu melangkah kembali ke arah meja kerjanya."Kalian duduk dulu di sofa! Saya akan tunjukkan sesuatu pada kalian," ucap Indra.Nadya dan Devan menurutinya. Mereka melihat ke arah Indra yang sedang mencari sesuatu di laci meja kerjanya.Indra berjalan ke arah sofa setelah dia menemukan sesuatu, yang akan dia tunjukkan kepada Nadya dan Devan."Ini isi perjanjian saya dengan ayahnya David. Di sana saya menyebutkan kalau perjanjian ini akan batal apabila David menyakiti Nadya." Indra meletakkan berkas di atas meja dan menatap anaknya lekat sebelum dia kembali melanjutkan kata-katanya. "Sekarang Papa mau tanya ke kamu, apa pernah David menyakiti kamu? Kalau memang pernah, Papa akan membatal
“Iya, aku rindu sama anak bungsuku. Aku rindu sama suaranya, aku rindu sama tawanya dan aku rindu semua yang ada pada diri Amelia. Aku ingin mengatakan permintaan maafku pada Amelia dan merestui pernikahannya dengan dokter itu.” Indra tersenyum dan menggenggam tangan istrinya. Laura kemudian membalas dengan menautkan jemarinya di jemari suaminya. Pemandangan itu menyentuh hati Nadya dan Devan. Hal itu membuat mereka ingin mengikuti langkah kedua orangtua paruh baya itu.“Kalian iri ya sama kita? Itu ikutan menautkan jemarinya,” ucap Laura menggoda anak dan calon menantunya. Sementara itu, Nadya dan Devan hanya tertawa geli mendengar ucapan Laura yang sarat godaan buat mereka.“Nad, habis makan kamu telepon Andi dan pengacara Papa! Suruh mereka kemari! Papa akan mengajak mereka berunding mengenai pembatalan perjanjian itu. Dan besok mereka berdua juga akan Papa ajak untuk mendampingi Papa ke kantor orangtua David.” Mata Indra menerawang. Dia sedang memikirkan langkah selanjutnya yang a
Indra dan Laura menyambut keluarga Herlambang di depan pintu rumahnya dengan senyum yang merekah di bibir mereka. Hari ini Rama beserta istri dan anak kembar mereka datang untuk melamar Nadya secara resmi.“Selamat datang, silakan masuk!” Indra mempersilakan masuk tamu kehormatan yang hari ini akan meminang anak mereka. Wajahnya ceria menerima Rama Herlambang yang terkenal dengan kerajaan bisnisnya yang sukses di segala bidang.“Terima kasih, Pak Indra.” Rama dan istrinya menyalami Indra dan Laura sebelum mereka masuk ke dalam rumah.“Wah, ternyata Nadya mewarisi kecantikan Mamanya ini,” puji Runi kepada Laura.“Terima kasih,” sahut Laura dengan senyum yang terbit dari bibirnya.“Ma, Nadya masih di kamar? Tolong dipanggil. Katakan padanya kalau keluarga Devan sudah datang,” ucap Indra tersenyum ke arah sang istri.“Iya, sebentar. Saya akan panggil Nadya di kamarnya. Biasa lagi dandan. Belum selesai juga dari tadi,” ucap Laura tersenyum. Dia kemudian beranjak dari sofa dan berjalan ke
Nadya terkejut melihat orang yang masuk ke dalam ruangan itu. Dia menatap tak percaya ke arah orang yang baru masuk itu.“Kamu! ternyata kamu dalang dari penculikan ini,” ucap Nadya membulatkan matanya.“Benar sekali, Sayang. Maaf kalau tadi kamu sempat pingsan karena dipukul oleh orang suruhanku. Menurut laporan, itu terjadi karena kamu melawan. Kenapa kamu melawan? Kalau kamu menjadi anak yang manis semua pasti akan lancar, dan kamu tidak perlu harus pingsan segala.” David berkata sambil tersenyum penuh arti.“Kamu gila, David!” seru Nadya kemudian melangkah mundur beberapa langkah, karena David semakin dekat ke arahnya.“Aku gila karena kamu, Nadya. Aku gila karena kamu akan menikah dengan orang lain, seharusnya kamu menikah denganku bukan dengan si Devan keparat itu.” David semakin dekat dan dia menyeringai yang membuat Nadya semakin muak terhadapnya.“Aku tidak mencintai kamu, David. Cinta tidak bisa dipaksa. Aku mencintai Devan sudah lama, semenjak kami sama-sama di London. Tolo
"Serang!" Teriak seorang pria yang berada di barisan paling depan dari gerombolan itu.Devan dan Kayden serta beberapa anak buah yang menemani mereka, segera menyambut serangan gerombolan itu dengan senjata yang mereka miliki. Mereka menangkis serangan itu dengan gagah berani walaupun kalah jumlah, tetapi mereka dapat mengimbanginya.Perkelahian itu berlangsung cukup lama. Devan dan yang lainnya menghadapi lebih dari satu orang lawannya. Sampai pada suatu saat Kayden terlihat keteter menghadapi dua orang sekaligus. Dia terpojok setelah kayu yang dia jadikan sebagai senjata terlepas dari tangannya. Dengan tangan kosong Kayden berusaha melawan dua orang yang semakin beringas menyerangnya. Hingga pada suatu kesempatan dia terjerembab ke tanah."Kayden!" Devan berlari ke arah Kayden dengan melakukan serangan berupa tendangan mematikan, ke arah kedua lawannya terlebih dahulu.Devan kemudian melancarkan serangannya ke arah dua lawan Kayden, yang berusaha menyerang saudara kembarnya yang sud
“Nadya,” desis Devan. Dia seketika menghentikan gerakannya dan mengangkat kedua tangannya, namun senjata api miliknya masih tersimpan di dalam jaket kulitnya. Dia melakukan semua yang diperintahkan oleh David.Anak buah David tentu saja tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Mereka balik menghajar Devan secara bertubi-tubi. Tubuh Devan menjadi bulan-bulanan. Devan sama sekali tidak melawan hanya demi keselamatan wanita yang sangat dia cintai. Dia rela berkorban demi Nadya.“Mas Devan!” teriak Nadya sambil menangis. Dia menangis tersedu-sedu melihat Devan yang hanya diam menahan serangan dua pria, yang menjadi lawan Devan sebelumnya yang kini menghajarnya tanpa henti.Kayden yang melihat saudara kembarnya menjadi bulan-bulanan anak buah David, menjadi geram. Dia lalu dengan perlahan merampas pisau yang ada di tangan salah satu anak buah David, yang lengah karena menonton Devan dihajar oleh dua temannya. Dia kemudian memukul pria itu hingga terjerembab di tanah. Dia lalu melangkah perlaha
"Penyelundupan barang-barang antik?" Kayden dan Devan saling berpandangan. "Iya. Selama ini kami memang mengincar dia. Tapi sulit, karena bukti belum cukup. Dan sekarang setelah ada kasus penculikan ini, kami bisa mengembangkan perkara penyelundupan itu. Dan apabila ada bukti yang cukup kuat, maka David bisa dijerat dengan tuduhan berlapis. Penculikan dan penyelundupan barang-barang antik." Polisi itu kemudian berlalu dari hadapan Kayden dan Devan, untuk membawa para tersangka kasus penculikan. "Ayo, kita pergi dari sini! Dan sepertinya kita harus ke rumah sakit terlebih dahulu, untuk memeriksa kondisi kamu yang habis dihajar oleh dua orang anak buah David." Kayden kemudian merangkul pundak Devan, dan berjalan ke arah mobil mereka yang sudah ada Nadya di sana. Devan dan Nadya saling memeluk untuk mencurahkan segala isi hati. Nadya menangis di pelukan Devan. Dia meraba bagian tubuh Devan yang terluka, akibat dari pukulan anak buah David. "Pasti sakit sekali ini, Mas. Maafkan aku. Se
Mengetahui hal itu, Devan segera berantisipasi dengan selalu ada di dekat istrinya itu. Dia cuti selama lima hari kerja, sehingga masih bisa menemani istrinya di rumah.“Kamu tenang aja, Sayang. Kamu nggak sendiri, kok. Ada Mas dan baby sitter yang akan membantu kamu nanti untuk mengurus bayi kembar kita. Mama juga akan siap membantu kok. Jadi jangan panik, ya. Kamu pasti bisa,” hibur Devan.Nadya menganggukkan kepalanya dan tersenyum menatap sang suami. Dia lalu merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Dan memejamkan matanya. Namun, tak lama terdengar tangisan Deny. Nadya kemudian membuka kembali kelopak matanya seraya berkata, “Bawa kemari, Mas. Sini aku kasih ASI.”Devan tersenyum dan meraih bayi laki-lakinya dari baby crib, lalu menyerahkan pada Nadya. Bayi laki-laki yang tampan itu kemudian menyusu dengan lahap. Hingga setelah beberapa menit, bayi itu selesai menikmati ASI sang mama. Belum sempat Nadya menutup kembali pakaiannya, Dendy pun menangis. Hal itu membuat Nadya mengusap
“Congratulations!!”Nadya yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi ditemani oleh Devan, terkejut ketika membuka pintu kamar mandi. Mereka disambut oleh Kayden dan Carissa.Mereka membawa satu kotak kue dan bunga untuk Nadya. Carissa segera memeluk dan mencium pipi Nadya kiri dan kanan bergantian. Sedangkan Kayden hanya bersalaman dengan Nadya.“Terima kasih, ya. Kalian jadi repot bawain kue dan bunga segala,” sahut Nadya terharu.“Anak kalian ganteng-ganteng dan cantik. Mudah-mudahan aku dan Carissa cepat diberi momongan juga,” ucap Kayden sambil mengedipkan sebelah matanya pada Carissa, yang seketika menjadi tersipu.“Aamiin. Semoga doa kamu dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa,” sahut Devan.“Nadya, aku salut sama kamu yang sudah menjadi ibu dari ketiga bayi yang lucu dan menggemaskan ini. Bagaimana hamil anak kembar tiga?” tanya Carissa penasaran.“Rasanya sudah pasti senang, tapi saat perut sudah membesar berat juga bawa perutnya,” sahut Nadya.“Tenang saja, Sayang. Nanti kalau kam
Kini hanya ada Nadya dan Devan di ruang rawat inap itu. Setelah Runi pulang, Devan pun memberitahu mertuanya tentang Nadya yang sudah melahirkan. Laura, ibu Nadya sangat senang mendengar kalau anaknya sudah melahirkan. Beberapa bulan yang lalu anak bungsunya sudah memberinya seorang cucu. Kini Nadya memberikan tiga cucu sekaligus padanya. Hati Laura pun begitu bahagia. Dia mengatakan pada Devan, akan segera ke rumah sakit.Tangan Nadya kini berada dalam genggaman tangan Devan. Seluruh wajahnya pun sudah dihujani kecupan oleh suaminya yang tampak bahagia itu.“Nad, terima kasih. Terima kasih, kamu sudah berjuang untuk melahirkan anak-anak kita. Kamu seorang wanita yang hebat. Aku bahagia, Nad,” bisik Devan di telinga Nadya.“Aku juga bahagia, Mas. Rasanya aku menjadi wanita yang sempurna setelah melahirkan ketiga anak kita.” Nadya menarik wajah Devan untuk dia cium dengan penuh kasih sayang.Telapak tangan Nadya mengusap rahang kokoh Devan dengan lembut. Dia merasa hidupnya terasa leng
Runi dengan dibantu Mang Ujang memapah tubuh Nadya menuju mobil yang sudah siap sedia. Nadya dan Runi berada di kursi penumpang bagian belakang.“Bibi...nanti kalau suami saya pulang dari main golf, katakan kalau saya membawa Nadya ke rumah sakit. Nadya mau melahirkan,” ucap Runi yang diangguki oleh asisten rumah tangganya.“Iya, Bu,” titah si Bibi patuh.Setelah itu, Mang Ujang mengemudikan mobil keluar dari halaman rumah dengan kecepatan agak tinggi.Sementara itu, Runi tetap melakukan panggilan telepon pada Devan, hingga akhirnya panggilan teleponnya diangkat juga oleh anaknya itu.“Halo, Mama. Maaf aku baru angkat teleponnya, tadi habis meeting dan telepon genggam aku tertinggal di meja kerjaku,” ucap Devan di seberang sana.“Keenan...saat ini Mama sedang dalam perjalanan ke rumah sakit. Mama mengantar Nadya ke sana karena perut Nadya sudah mulai mulas terus dari tadi. Sepertinya akan melahirkan,” sahut Runi.“Ok, Ma. Aku akan menyusul ke sana. Tolong jaga istri aku ya, Ma. Aku tu
Enam bulan kemudian.Devan menghujani perut istrinya dengan kecupan. Telapak tangannya yang lebar pun mendarat di sana.“Hey, kalian capek habis bermain tadi, ya?” tanya Devan sambil terus mengelus perut istrinya yang telah kembali seperti semula, tidak ada tonjolan di sana-sini.“Mereka istirahat dulu lah, Mas. Mungkin mereka kasihan sama Mamanya, karena perut Mamanya jadi sakit akibat gerakan mereka,” timpal Nadya.Devan terus meraba-raba perut Nadya, berharap kalau ada gerakan dari dalam sana karena merasakan sentuhannya.“Ya sudah deh, kalian istirahat dulu. Tapi, kalian bertiga yang akur, ya, di dalam sana. Kalian akur di dalam perut Mama saat ini, dan nanti kalian juga harus akur saat sudah lahir, ok,” ucap Devan yang kembali menghujani perut sang istri dengan kecupan.Tak lama setelah Devan mengecup perut sang istri, wajah Devan terasa ada yang menendang dari dalam perut Nadya. Hal itu tentu saja membuat Devan dan Nadya tertawa senang.“Mereka merespon ucapan dan sentuhan aku,
Dua bulan kemudian.Tiba saatnya pernikahan antara Kayden Carissa dilangsungkan. Pernikahan itu sendiri digelar di salah satu hotel bintang lima, di Jakarta. Tampak pengamanan yang cukup ketat dari aparat kepolisian, maupun dari pihak keamanan hotel. Hal itu agar pernikahan tersebut berjalan dengan kondusif.Di salah satu ruang di hotel itu, yang di jadikan ruang ganti pengantin, tampak Carissa melihat tampilan dirinya di cermin saat dia sudah selesai dirias oleh seorang make-up artis. Runi, Ibunda Kayden itu memilihkan busana pengantin untuk Carissa dan Kayden di butik sahabatnya, tempat dimana Devan dan Nadya dulu menggunakan busana pengantin dari butik tersebut. Ibunda Carissa menatap takjub wajah anaknya yang kini tampil memukau. Wajah cantik Carissa semakin cantik dengan riasan sempurna dari make-up artis tersebut. Tubuh ramping Carissa berbalut kebaya warna putih dan kain batik coklat yang menyempurnakan penampilan gadis itu di hari bahagianya, pada hari ini.“Anak Mama cantik s
Kini mereka sudah ada di dalam mobil Kayden, yang akan mengantar Carissa pulang ke rumah. Tidak ada percakapan yang tercipta selama beberapa menit mereka di dalam mobil. Hingga akhirnya Kayden membuka suara.“Kamu pakai make-up, ya?” tanya Kayden menoleh sekilas ke arah Carissa, lalu dia menatap kembali ke arah jalan raya.“Eh, pakai make-up? Nggak kok, Kak. Aku hanya pakai bedak bayi. Di tas aku cuma ada bedak bayi saja. Aku juga nggak pernah pakai lipstik. Penampilanku selalu seperti ini saat kerja juga. Aku tergolong orang yang nggak bisa dandan,” jawab Carissa yang seketika pipinya memanas kala Kayden tiba-tiba bertanya demikian, yang artinya pria itu tengah memperhatikannya.Sementara itu, Kayden merutuki mulutnya yang seenaknya bertanya. Dia sendiri tidak mengerti kenapa mulutnya sangat lancang bicara, padahal dirinya bukan sekali ini bertemu dengan Carissa. Sudah dua kali! Pertama kalinya ketika gadis itu menemani ibunya datang ke rumah orangtuanya, dan yang kedua, tadi malam s
“Aku tidak melakukan apa-apa. Aku hanya mengganti pakaian kamu yang kotor yang terkena muntahan kamu. Semalam kamu mabuk berat. Kamu bilang padaku saat masih setengah sadar, kalau kamu tidak mau diantar pulang ke rumah dalam keadaan mabuk. Sehingga aku membawa kamu ke apartemenku. Di sini tidak ada pakaian wanita, jadi aku memakaikan kamu kaos milikku sebagai ganti pakaian kamu yang kotor.” Kayden menatap wajah cantik Carissa yang kini tengah merona.“Jadi kakak lihat semuanya, dong,” ucap Carissa lirih. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Dia merasa risih mengetahui Kayden melihat bagian dalam tubuhnya.“Iya. Nggak apa-apa juga kali, Ris. Kita juga nantinya akan menikah,” sahut Kayden santai. Dia tersenyum geli melihat Carissa yang menutup wajahnya dengan kedua tangannya.Kayden melihat gadis cantik ini memang masih polos. Kayden menilai kalau usia gadis ini sekitar pertengahan dua puluhan. Semalam gadis ini bilang padanya saat masih tersadar kalau kemarin dia tengah ber-ula
“Ayo pulang, Rissa!” ajak Kayden setelah pria yang mengganggu Carissa pergi meninggalkan mereka. Kayden memapah tubuh Carissa yang seringan kapas baginya. “Kak, jangan bawa aku pulang! aku takut Mama sama Papa akan marah kalau melihat aku seperti ini.” Carissa lalu menyandarkan kepalanya di dada bidang Kayden. “Kenapa kamu sampai mabuk? lalu kamu kemari bawa mobil?” tanya Kayden sambil terus berjalan keluar klub itu dengan tangan kanannya menahan tubuh Carissa agar tidak terjatuh.“Aku hari ini berulang tahun. Teman-temanku mengajak aku ke klub itu untuk merayakan ulang tahunku. Dua temanku menjemput ke rumah jadi aku nggak bawa mobil. Mereka membawa aku ke klub karena aku sebelumnya memang tidak pernah masuk dan minum di klub malam, jadi mereka bilang akan mengajari aku supaya tidak ketinggalan jaman. Aku langsung mabuk setelah menghabiskan satu setengah gelas minuman beralkohol itu.” Carissa berbicara sambil tersenyum. Dalam pandangannya orang-orang di sekitarnya termasuk Kayden t