Sudah beberapa tempat berhasil Arka dan Rayyan datangi, tetapi hasilnya nihil. Kevin tidak ada di tempat itu. Yang membuat Rayyan berulang kali memukul tangannya ke setir mobil karena ia kesal tidak bisa menghubungi laki-laki itu.“Kak, perasaanku tidak enak. Kita harus secepatnya menemukan Renata. Aku takut Kak Kevin berbuat yang tidak-tidak. Antara cinta, nafsu , dan obsesi itu tipis.” Arka panik dan gelisah.“Tidak akan aku biarkan dia hidup tenang bila sampai menyentuh adikku, walau hanya seujung rambutnya,” jawab Rayyan geram.“Kita akan menuju ke mana lagi, Kak. Indekos milik Kak Kevin, semua kamarnya penuh. Apartemennya juga,” ujar Arka sambil mengusap kasar wajahnya.“Kalau harus mendatangi vilanya di Bogor aku tidak masalah, tapi kita datangi dulu apartemen mewah milik keluarga Kevin. Kita harus memastikan tempat itu,” ujar Rayyan. Mobilnya sudah melaju di atas tata-rata, berulang kali Arka memintanya untuk konsentrasi, kalau tidak mereka akan menabrak pengendara lain.~~~~R
Arka semakin cepat melajukan mobilnya setelah Renata berteriak kala darah sang kakak keluar semakin banyak.Pemuda tampan itu panik, takut terjadi sesuatu pada Rayyan. Tidak lama mereka sampai di rumah sakit. Arka langsung keluar dari mobil tanpa memarkirkan mobilnya. Ia meminta bantuan perawat lelaki untuk segera membantunya membawa Rayyan.“Tolong Kakakku. Tolong selamatkan dia!” pinta Renata. Pakaian dan hijab yang berantakan membuat beberapa pasang mata yang melintas melihat ke arahnya.Renata terduduk lemas di kursi panjang depan ruang UGD. Tidak lama sang ayah, sang bunda, sang paman, dan kakak iparnya datang. Amirah langsung memeluk sang putri dan menciuminya penuh kasih sayang. “Adek baik-baik saja, ‘kan? Tidak ada yang terluka, ‘kan? Nak Kevin tidak menyakitimu, ‘kan?” Berbagai pertanyaan terucap dari bibir Amirah. Wanita cantik usia 46 tahun itu terlihat sangat mengkhawatirkan kondisi sang putri yang berantakan. Sedangkan Kenzo langsung menghampiri Arka menanyakan Rayya
Usai bersih-bersih, Renata segera mengajak Arka kembali ke rumah sakit. Namun, sebelum ke sana, Renata ingin melihat kondisi kedua keponakannya yang saat ini masih tertidur pulas di kamar.“Sayang, yang sabar, ya!” ujar Revi sambil memeluk Renata yang langsung menghambur padanya. “Iya, Aunty. Doakan Kak Rayyan selamat dan baik-baik saja,” ucap Renata mengurai pelukan Revi. Gadis itu langsung berjalan ke arah ranjang yang terdapat kedua keponakannya. Ia menciumi kening dua bocah tampan dan cantik itu.“Aunty, aku harus kembali ke rumah sakit. Tolong jaga mereka, ya,” pintanya.Revi tersenyum membelai lembut kepala berbalut hijab itu. “Tanpa kamu minta, Aunty akan menjaganya. Mereka juga cucuku. Nanti siang Oma Vika dan Opa Revan datang dari Singapura.” “Aku tinggal dulu,” pamit Renata sambil menyalami tangan Revi.Renata melihat Arka sudah ganti baju dan terlihat lebih segar sedang duduk di ruang keluarga menunggunya. Gadis itu segera mendekat.“Apa ini, Bang?” tanya Renata. Ia melih
Amirah mengkhawatirkan keadaan Afikah. Ia pun segera menyusul putri dan menantunya. Ia meminta Arka menggantikannya menunggu Rayyan, takutnya Rayyan sadar tidak ada yang tahu.“Aunty tidak perlu khawatir. Aku ada di sini. Kak Afikah lebih membutuhkan dukungan Aunty,” ujar pemuda tampan itu tulus.Dokter baru keluar dari ruang UGD dan menyapa Amirah dengan sopan.“Dokter Anya yang menangani menantu saya, ‘kan?” tanyanya sembari mencegah dokter muda itu meninggalkannya.“Iya, Dokter Amirah. Saya yang baru saja memeriksanya. Dia sudah sadar. Kelelahan dan banyak pikiran membuatnya pingsan,” ungkap dokter manis itu.“Baik, Dok. Terima kasih.”“Sama-sama, Dok.”Amirah segera membuka pintu dan bergegas menghampiri Afikah dan Renata.“Bagaimana keadaanmu, Sayang? Menurut Bunda, sebaiknya kamu pulang dan fokus pada anak-anak. Biarkan kami yang menjaga suamimu. Kamu cukup di rumah dan doakan suamimu, anak-anak lebih membutuhkanmu, Sayang,” bujuk Amirah lembut sambil mengusap lengan sang menan
Afikah merasa sedikit tenang setelah dinasihati Amirah. Wanita muda cantik itu sudah tidak sehisteris tadi.“Bunda, Kak Rayyan pasti bangun ‘kan dari komanya?” tanya lirih.“Insyaallah, kamu harus yakin itu. Operasinya berhasil, kondisinya juga mulai normal, hanya memang ada kondisi seperti ini pasca operasi sistem yang ada di tubuhnya belum bekerja dengan sempurna. Cedera kepala yang dialami Kakak juga dapat menyebabkan pembengkakan otak. Saat otak membengkak akibat trauma, cairan pada otak otomatis mendorong ke atas ke tengkorak. Hal itu bisa terjadi juga karena operasi yang dijalani pasien,” ucap Amirah menjelaskan.Afikah dan Renata hanya bisa mendengarkan penjelasan Amirah. “Aku dan anak-anak akan selalu setia menunggumu, Kak. Kamu harus cepat sembuh, aku mencintaimu,” ucap Afikah lirih sambil membelai lembut lengan Rayyan.Hari demi hari Afikah lalui tanpa Rayyan. Sudah dua minggu Rayyan terbujur lemah di atas brankar. Entah, kapan dia akan bangun dari komanya. Fawwas yang usia
Renata menunggu hasil sidang Kevin sambil menemani Afikah di rumah sakit. Gadis cantik itu sejak tadi terlihat gelisah. Sungguh, ia berharap Kevin mendapatkan hukuman yang setimpal.Afikah masih mengaji di samping brankar sang suami. Sesekali wanita muda cantik itu mengajak sang suami mengobrol. Hal itu ia lakukan setiap hari.“Kak, sudah satu bulan lebih tiga hari Kakak di sini, berbaring lemah di atas brankar. Aku dan anak-anak sangat merindukanmu. Fawwas rewel, dia selalu menanyakanmu. Berulang kali menanyakan janji Kakak untuk mengajaknya liburan. Aqila pun sama, meskipun belum begitu mengerti seperti Fawwas,” ucap Afikah bercerita. Mengingat semua itu membuatnya kembali meneteskan air mata. “Kak, aku mencintaimu, anak-anak juga. Kami mencintaimu dan sangat merindukanmu,” ujarnya lagi.Mendengar isakan sang kakak ipar, Renata mendekat. Gadis cantik itu mengenyahkan ego dan kegelisahannya yang sangat ingin tahu bagaimana jalannya sidang. Renata mendekat untuk menenangkan sang kak
Melihat sang mertua, Arka, dan Renata masuk, Afikah segera mengurai pelukannya. Malu rasanya dilihat mereka. Rayyan bukan saja miliknya, keluarga Adinata pun juga ingin melihat kondisi putra kebanggaan keluarga itu.Renata langsung menghambur memeluk sang kakak dengan berurai air mata. “Kakak ...,” pekiknya. “Semua orang mengkhawatirkan kondisimu. Aku adalah orang yang bertanggung jawab atas semua yang terjadi akad Kakak. Kakak begini karena menyelamatkan aku,” ucapnya lirih sambil terus berurai air mata.“Siapa yang bilang begitu, hah!” tanya Rayyan kesal. Laki-laki tampan itu menyeka kasar air mata Renata dengan tangan kanannya.“Dasar gadis polos. Semua kakak yang sayang pada adiknya pasti akan melakukan hal yang sama yang seperti aku lakukan,” ucap Rayyan tersenyum tulus dan manis.Usai Dokter Putra menceritakan apa yang ia alami, Rayyan mencoba mengingat apa yang terjadi padanya dan menyebabkannya koma. Ia masih ingat betul kejadian hari itu dan semua ini terjadi gara-gara Kevin.
Kondisi Rayyan semakin hari semakin membaik. Afikah dan Renata masih bergiliran menunggu Rayyan. Bukan saja Afikah dan Renata, Alika dan Devina yang baru datang dari Kanada juga ikut menemani menunggu Rayyan. Di rumah keluarga Adinata. Sejak Rayyan mengalami koma, kedua buah hati Rayyan dan Afikah tinggal kembali di rumah keluarga Adinata. Awalnya Afikah menolak dengan alasan rumahnya pasti lama tidak di tempati. Namun, Amirah, Revi, dan Vika tetap bersih keras.Rumah Rayyan dan Afikah hanya ditinggali Bik Asih, pembantu rumah tangga mereka karena Afikah hanya pulang untuk ganti pakaian dan langsung kembali ke rumah utama, rumah keluarga Adinata.Hari ini Fawwas kembali rewel, sejak bangun bocah itu sudah tidak bisa dibujuk lagi. Rasa rindunya pada Rayyan membuatnya sejak pagi menangis. Amirah dan Vika tidak bisa lagi menenangkan bocah tampan itu.“Akak mau Ayah, Oma. Akak mau Ayah,” ucapnya gelisah. Bocah tampan duplikat Rayyan waktu kecil itu matanya sudah berkaca-kaca.“Iya, Saya
Sesampainya di Lombok, mereka langsung di jemput oleh pihak resort yang mereka sewa karena itu semua sudah bagian dari paket bulan madu yang mereka ambil.Sesampainya di resort, mereka segera di tunjukkan kamar mereka. Renata langsung berlari menuju balkon. Ia menatap indahnya pantai di balkon resort yang mereka tempati. Arka memeluk tubuh Renata dari belakang, membuat wanita cantik itu terkejut.“Bagaimana, suka?” tanyanya sambilencium leher Renata.“Iya, suka,” jawabnya.Arka langsung mencium bibir Renata dan Renata pun membalasnya. Ciuman itu semakin dalam membuat Renata mendesah. Arka semakin tertantang, jemarinya sudah menyusuri setiap inci tubuh Renata. Renata pasrah, wanita cantik itu menikmati setiap sentuhan sang suami. Detik berikutnya, Arka menggendong tubuh Renata dan membawanya ke dalam. Pengacara tampan itu membaringkan tubuh sang istri dan kembali melakukan aksinya. Renata dan Arka saling menikmati, mereka kembali menyatu dalam ikatan suci pernikahan.Hari-hari mereka
Pukul 07.30 Renata dan Arka sudah sampai di tempat acara. Sebelumnya, mereka akan di rias terlebih dulu di ruang yang berbeda.Rayyan dan Afikah beserta kedua buah hatinya sudah sampai lebih dulu karena ini adalah bagian dari tugasnya.“Gimana rasanya malam pertama?” bisik Rayyan menggoda Arka yang sedang berada di ruangan yang berbeda dengan Renata. Kebetulan di sana hanya ada mereka berdua, sehingga Rayyan merasa mempunyai banyak kesempatan untuk menggoda Arka. Pengacara tampan itu hanya mencebik menanggapi godaan sang kakak ipar.“Enak enggak? Jangan bilang kalau kalian belum melakukannya. Dilihat dari tampangmu itu kamu terlihat liar dan enggak sabaran?” cibir Rayyan semakin suka menggoda. Apalagi melihat ekspresi yang ditunjukkan Arka padanya, seolah pengacara tampan itu ingin memakannya.“Emang gimana tampang aku, Kak?” Akhirnya Arka buka suara.“Tampang-tampang liar di ranjang. Awas aja kalau adikku kesakitan,” godanya sekaligus sedikit memberi ancaman.“Sakit-sakit nikmat, Kak
Renata tersenyum samar melihat ekspresi Arka saat ia mengatakan dipingit, tetapi ia tidak bisa melakukan apa-apa. Memang itu yang dikatakan sang bunda dua hari yang lalu dan ia belum sempat mengatakannya pada Arka.“Pokoknya aku akan protes sama mereka semua. Aku enggak mau ada proses pingit. Aku tidak bisa tidak melihatmu barang sedetik saja, Ren. Lha, ini malah seminggu. Mereka sama saja membunuh semangat hidupku. Apalagi dalam minggu ini aku harus bolak-balik ke pengadilan untuk menangani beberapa kasus klienku. Aku enggak akan semangat bila tidak melihatmu,” ucapnya lirih. Ada perasaan takut, kecewa, dan marah. Ia tidak mau hal itu benar-benar terjadi.“Aku sendiri tidak bisa berbuat apa-apa, Bang. Itu sudah keputusan mereka. Aku mah nurut aja,” balas Renata.“Nurut kalau tidak dipertemukan aku? Apa kamu sanggup, Ren? Aku jujur enggak sanggup,” ujarnya lirih dengan tatapan menelisik menghadap Renata.“Iya, aku tahu itu. Aku enggak akan sanggup juga, tapi aku harus bagaimana?” jawa
Satu minggu berlalu. Saat ini Renata sedang dirias di salah satu kamar di hotel bintang tujuh milik keluarga Adinata.Hari ini adakah hari pertunangan Renata dan Arka. Rayyan sengaja membuat pesta pertunangan ini dengan mewah. Awalnya Renata dan Arka menolak dengan alasan ingin bertunangan secara sederhana dan dihadiri keluarga inti saja, tetapi Rayyan sedikit memaksa sehingga mau tak mau mereka menurutinya.Acara terlaksana dengan lancar. Bukan hanya keluarga inti. Namun, juga beberapa staf rumah sakit dan kolega dari perusahaan Adinata. Devan dan Vika yang sibuk mengurus perusahaan di Singapura bersama Niken pun harus pulang ke Indonesia. Mereka berkumpul di acara itu.Upacara penyematan cincin pertunangan terlaksana, hingga acara terakhir yaitu doa bersama menurut kepercayaan masing-masing yang dipimpin Abah Syaifuddin karena tamu undangan bukan berasal dari agama Islam semua. Setelahnya acara dilanjutkan dengan ramah tamah. Semua tamu undangan berangsur pulang setelah acara ramah
Desy dan Ratna dengan cepat mengulurkan tangan pada Renata sambil tersenyum manis. Membuat Renata merasa canggung. Namun, ia pun segera membalas uluran tangan itu.“Ini, ya yang namanya Renata? Ternyata benar apa yang dikatakan Arka, kamu cantik banget pantas adik kami klepek-klepek sama kamu, bucin lagi,” ucap Desy antusias, membuat Renata mengernyit heran ke arah Arka yang hanya bisa garuk tengkuk.“Arka sudah banyak cerita tentang kami pada kami. Ternyata tipe Arka the best juga, dari segi fisiknya dapat semua, good looking.” Ratna ikut menimpali dengan memuji. Renata makin canggung, gadis cantik itu serba salah. “O iya, kenalkan, kami ini kakak sepupunya Arka yang tinggal di Kanada. Kebetulan Pak Nugraha adalah teman bisnis papa kami. Sehingga kami sekalian pulang kampung saat dapat undangan ini,” ucap Desy menjelaskan. Wajah cantik yang awalnya canggung, cemburu, kesal, dan keheranan pun terlihat lega.Renata mengembuskan napasnya perlahan, ia harus menjaga hatinya supaya tak t
Minggu ini Amirah, Afikah, dan Renata disibukkan dengan persiapan acara pernikahan Alika, putri Abizar dan Devina.Mereka harus bolak-balik datang ke rumah Ambar karena Devina meminta mereka membantu sampai tuntas acara pernikahan sang putri.Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Hari Pernikahan Alika dan Aiman. Renata sengaja tidur di sana karena Alika memintanya untuk menemani gadis itu.Pagi ini Alika dirias oleh MUA langganan Devina. Gadis cantik itu sudah bersiap sejak selesai salat Subuh. Renata masih setia menemani dan menenangkan Alika. Gadis cantik putri Abizar adik seayah dengan Rayyan yang sudah Renata anggap adiknya juga. Ya, sebelum menikah dengan Kenzo, Amirah pernah menikah dengan Abizar sahabat Kenzo. Kisah masa lalu yang sangat kelam dan penuh air mata dilalui Amirah, hingga Abizar sadar telah mencampakkan berlian seperti Amirah. Abizar pun bertaubat dan memilih meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan studinya di Kanada. Di sana Abizar yang sudah berubah menjadi baik p
Allah selalu memberikan senyum di balik kesedihan. Allah selalu memberikan harapan di balik keputusasaan. Mencintaimu dengan sungguh-sungguh memberikan kebahagiaan di hatiku. Namun mencintai karena Allah kita mendapat nilai ibadah dan kebahagiaan yang lebih. Maka cintai aku karena Allah.(Aiman – Sang Penjaga Hati)***Devina dan Abizar membawa sang putri pulang, setelah gadis cantik itu sedikit tenang. “Nak Aiman, Ayah percaya padamu. Seperti yang kamu mau kami akan menerima keputusan itu dan menunggumu datang untuk Alika,” ucap Abizar sebelum keluar dari restoran.“Iya, Ayah. Aku berjanji, insya Allah tidak akan merusak kepercayaan kalian semua,” ucapnya sopan.***“Sayang, ayo sarapan dulu!” teriak Devina memanggil sang putri sambil mengetuk pintu.“Aku enggak lapar, Ma.”“Sayang, jangan seperti ini nanti kamu sakit. Ayo buka pintunya!” bujuk Devina sambil terus mengetuk.“Ma, biarkan Alika sendiri. Alika mau nenangin diri!” ucap Alika berteriak.“Sayang, Mama enggak mau kamu sa
Jika kita mengharap kebahagiaan atas apa yang tengah diperjuangkan, maka teruslah berusaha bersabar dan berusaha.(Aiman – Sang Penjaga Hati)Dua tahun lebih tiga bulan sudah Aiman dan Alika terpisahkan oleh jarak. Namun, jarak yang memisahkan tidak membuat hubungan mereka renggang. Bahkan hubungan Alika dan Aiman malah semakin dekat.Setiap hari hampir tak terlewatkan Aiman menghubungi Alika. Kalau pun bukan Aiman yang menghubungi dulu, Alika yang akan menghubungi pemuda tampan itu.Setelah pamit pada Gus Arsya, Aiman mengambil barang-barangnya yang ada di kantor Madrasah Diniyah. Suka duka ia rasakan selama dua tahun ini bersama para santri tahfiz. Bahagia ia rasakan karena bisa mengamalkan ilmunya untuk para penghafal Alquran yang ada di pesantren itu.Setelah pamit pada Ustaz dan Ustazah juga para santri-santrinya dengan penuh keharuan, ia pun pulang ke rumah sang kakek untuk mengambil barang-barangnya yang sudah ia siapkan.“Kek, Nek. Aku kembali ke Jakarta hari ini juga. Kakek d
***Cinta tidak hanya membutuhkan tuntutan dan harapan. Namun cukup dengan ketulusan dan kepercayaan. Sedangkan janji membuat hubunganmu lebih kuat. Karena akan menunjukkan seberapa banyak yang dapat kamu lakukan untuk cintamu.(Aiman – Sang Penjaga Hati)Alika masih terdiam. Ia berusaha meredam gejolak di hatinya. Mendengar gombalan yang baru saja Aiman lontarkan. Ia tidak menyangka Aiman bisa melakukan itu. Jujur hati siapa yang tidak berbunga, diperlakukan istimewa dengan kata manis oleh laki-laki pujaan hatinya yang sangat ia cintai.“Alika Putri Abizar Alfatikh, kok malah diem sih? Asal kamu tahu, aku enggak perlu diminta oleh Ayah atau pun Bunda untuk membujuk permaisuri hatiku. Calon makmumku,” ucapnya sambil melihat wajah Alika yang semakin merona menahan gejolak.“Ka-kalau Kakak hanya berniat menjatuhkanku, enggak usah melambungkan hatiku. Kakak tahu ‘kan jatuh itu sakit?” ujarnya sambil menunduk.“Aku enggak melambungkanmu. Karena aku mengatakan ini sesuai dengan isi hati