Renata memilih langsung pulang ke rumah. Gadis cantik itu ikhlas sudah menolong Kevin, tetapi ia tidak habis pikir laki-laki itu tanpa malu memintanya kembali. Renata pikir saat baru sadar Kevin terlihat sangat menyesali perbuatannya, tetapi saat ia dan Rayyan sudah mengikhlaskan, malah ucapannya melantur. Setelah berkendara dua puluh menit, Renata sampai di rumahnya. Ia mengusap kasar wajahnya sambil menghela napas panjang sebelum keluar dari mobil dan merapikan hijabnya. “Assalamualaikum, semuanya,” sapa gadis cantik itu pada anggota keluarganya yang saat ini sedang berada di ruang makan.“Wa’alaikumussalam,” jawab semuanya serentak.“Ayo makan dulu, Dek! Kamu terlihat lelah sekali, Sayang,” ujar Amirah perhatian.“O iya, bagaimana kondisinya Nak Kevin?” tanya Amirah lagi saat sang putri sudah duduk di kursi sampingnya.“Sudah membaik, Bun,” jawab Renata tak bersemangat.“Kenapa, Sayang? Apa ada masalah lagi?” tanya Amirah khawatir melihat sang putri terlihat kesal.“Bagaimana tid
Perasaan Afikah tidak enak, dia takut terjadi sesuatu pada Bu Panti karena jarang sekali Bu Ranti menghubunginya.Dengan ragu Afikah segera mengangkat panggilan itu. “Assalamualaikum, Bu.”“Wa’alaikumussalam, Nak Afikah. Apa Nak Afikah bisa datang ke sini hari ini? Kalau bisa secepatnya,” ucap Bu Ranti terdengar khawatir.“Iya, Bu, tapi ada apa, ya?” tanya Afikah turut khawatir.“Bu Panti jatuh dari kamar mandi, saat ini tidak sadarkan diri, Nak,” ungkap Bu Ranti lirih.“Astagfirullah, baik, Bu. Saya akan segera ke sana. Kebetulan saya ada di dekat jalan menuju panti,” ujar Afikah khawatir. Setelah mengucapkan salam Afikah segera mematikan sambungan telepon itu. Renata yang sudah ikut mendengarkan apa yang dikatakan Bu Ranti tadi pun ikut khawatir. “Sebaiknya Kakak ngabarin Kak Rayyan kalau kita langsung ke panti. “Iya, Ren. Terima kasih.”Afikah langsung menekan nomor sang suami. Namun, hingga tiga kali ponsel itu tidak diangkat. “Kakakmu pasti. Sibuk ngurusin Aqila dan Fawwas. Seb
Setelah meminum obat yang dibawa Rayyan, Bu Panti segera beristirahat. Sebelum beristirahat beliau meminta Afikah pulang karena merasa tidak enak hati Afikah meninggalkan buah hatinya cukup lama hanya karena dirinya. “Tidak apa, Bu. Aku akan menunggu ibu di sini bersama Renata. Nanti anak-anak biar dijemput Kak Rayyan,” tolak Afikah saat Bu Panti memintanya pulang.“Ibu sudah tidak apa-apa, Nak. Kamu pulang saja. Kasihan mereka, meskipun ada Bu Amirah, tetap saja mereka akan mencarimu. Besok kalau kamu mau datang lagi, ibu tidak akan menghalangimu,” ujar Bu Panti.“Ibu yakin sudah tidak apa-paa?” tanya Afikah memastikan. “Kalau kamu tidak percaya suruh suamimu atau Nak Renata memeriksa ibu lagi. Mereka kan dokter. Tensinya sudah normal juga, kok. Setelah minum obat sudah enggak puyeng lagi,” ungkapnya jujur. Renata tersenyum manis pada Bu Panti begitu juga Rayyan saat namanya disangkut pautkan. Afikah tidak bisa memaksakan kehendaknya, mau tidak mau dia memilih pamit pulang.“Ibu i
Saat ini Renata dan Edel sedang ada di kantin. Formasi mereka tidak lengkap karena Visyah tidak masuk karena sedang sakit. “Bagaimana kalau kita nanti jengukin Visyah, Ren? Pasti sakitnya sedikit parah, secara Visyah enggak pernah bolos kuliah, meskipun sakit,” ucap Edel memberi saran.“Boleh. Sehabis kelas ini kita langsung pulang dan jengukin Visyah.” Renata mengiyakan saran Edel. Toh, rumah Visyah juga searah dengan panti asuhan Afikah. Renata tidak perlu putar balik untuk ke tempat itu. Setelah mengisi perut. Renata dan Edel kembali ke kelas mereka. Ada satu kelas lagi yang harus mereka ikuti. “O iya, Del. Bagaimana izinnya? Apa yokap dan bokopmu udah ngizinin kamu ikut berpetualang.“Itulah, Ren. Papa dan mamaku masih diam tidak merespons. Boro-boro ngasih izin, mereka sama sekali enggak jawab.”“Hadeh, kok gitu, sih. Apa perlu aku turun tangan membujuk mereka, Del. Kalau kamu enggak ikut pasti hidupmu bete banget di rumah. Petualangan kita pun kurang asyik. Apalagi enggak ada
Kevin langsung mencengkeram erat bahu Renata, membuat gadis cantik itu kesakitan dibuatnya.“Lepas, Kak. Kakak sudah menyakitiku. Apa salahku?” tanyanya, semua pertanyaannya diacuhkan laki-laki tampan itu.“Salahmu adalah menolakku dan memutus Taaruf,” jawab Kevin masih tetap mencengkeram tangan itu.“Lepaskan! Sakit, Kak,” pintanya memohon dengan berteriak.“Aku akan melepasmu setelah kita bersenang-senang. Tenanglah, Sayang. Aku pastikan kamu akan menyukai sentuhanku,” ujar Kevin disertai tawa menyeramkan.“Kakak hanya menakutiku, aku enggak percaya Kak Kevin akan melakukan itu padaku. Kak Kevin pasti akan menjagaku, tidak akan menyakitiku,” ucap Renata sambil geleng kepala. Ia berusaha untuk menenangkan hati Kevin. Ia begitu naif mengatakan hal itu, padahal laki-laki di depannya memandangnya sejak tadi penuh dengan nafsu.“Hahaha, kamu itu pura-pura bodoh, polos, atau memang bodoh!” tawa Kevin menggema.“Aku akan membuatmu tidak pernah melupakan malam ini, Sayang. Kamu dan aku meny
Sudah beberapa tempat berhasil Arka dan Rayyan datangi, tetapi hasilnya nihil. Kevin tidak ada di tempat itu. Yang membuat Rayyan berulang kali memukul tangannya ke setir mobil karena ia kesal tidak bisa menghubungi laki-laki itu.“Kak, perasaanku tidak enak. Kita harus secepatnya menemukan Renata. Aku takut Kak Kevin berbuat yang tidak-tidak. Antara cinta, nafsu , dan obsesi itu tipis.” Arka panik dan gelisah.“Tidak akan aku biarkan dia hidup tenang bila sampai menyentuh adikku, walau hanya seujung rambutnya,” jawab Rayyan geram.“Kita akan menuju ke mana lagi, Kak. Indekos milik Kak Kevin, semua kamarnya penuh. Apartemennya juga,” ujar Arka sambil mengusap kasar wajahnya.“Kalau harus mendatangi vilanya di Bogor aku tidak masalah, tapi kita datangi dulu apartemen mewah milik keluarga Kevin. Kita harus memastikan tempat itu,” ujar Rayyan. Mobilnya sudah melaju di atas tata-rata, berulang kali Arka memintanya untuk konsentrasi, kalau tidak mereka akan menabrak pengendara lain.~~~~R
Arka semakin cepat melajukan mobilnya setelah Renata berteriak kala darah sang kakak keluar semakin banyak.Pemuda tampan itu panik, takut terjadi sesuatu pada Rayyan. Tidak lama mereka sampai di rumah sakit. Arka langsung keluar dari mobil tanpa memarkirkan mobilnya. Ia meminta bantuan perawat lelaki untuk segera membantunya membawa Rayyan.“Tolong Kakakku. Tolong selamatkan dia!” pinta Renata. Pakaian dan hijab yang berantakan membuat beberapa pasang mata yang melintas melihat ke arahnya.Renata terduduk lemas di kursi panjang depan ruang UGD. Tidak lama sang ayah, sang bunda, sang paman, dan kakak iparnya datang. Amirah langsung memeluk sang putri dan menciuminya penuh kasih sayang. “Adek baik-baik saja, ‘kan? Tidak ada yang terluka, ‘kan? Nak Kevin tidak menyakitimu, ‘kan?” Berbagai pertanyaan terucap dari bibir Amirah. Wanita cantik usia 46 tahun itu terlihat sangat mengkhawatirkan kondisi sang putri yang berantakan. Sedangkan Kenzo langsung menghampiri Arka menanyakan Rayya
Usai bersih-bersih, Renata segera mengajak Arka kembali ke rumah sakit. Namun, sebelum ke sana, Renata ingin melihat kondisi kedua keponakannya yang saat ini masih tertidur pulas di kamar.“Sayang, yang sabar, ya!” ujar Revi sambil memeluk Renata yang langsung menghambur padanya. “Iya, Aunty. Doakan Kak Rayyan selamat dan baik-baik saja,” ucap Renata mengurai pelukan Revi. Gadis itu langsung berjalan ke arah ranjang yang terdapat kedua keponakannya. Ia menciumi kening dua bocah tampan dan cantik itu.“Aunty, aku harus kembali ke rumah sakit. Tolong jaga mereka, ya,” pintanya.Revi tersenyum membelai lembut kepala berbalut hijab itu. “Tanpa kamu minta, Aunty akan menjaganya. Mereka juga cucuku. Nanti siang Oma Vika dan Opa Revan datang dari Singapura.” “Aku tinggal dulu,” pamit Renata sambil menyalami tangan Revi.Renata melihat Arka sudah ganti baju dan terlihat lebih segar sedang duduk di ruang keluarga menunggunya. Gadis itu segera mendekat.“Apa ini, Bang?” tanya Renata. Ia melih
Sesampainya di Lombok, mereka langsung di jemput oleh pihak resort yang mereka sewa karena itu semua sudah bagian dari paket bulan madu yang mereka ambil.Sesampainya di resort, mereka segera di tunjukkan kamar mereka. Renata langsung berlari menuju balkon. Ia menatap indahnya pantai di balkon resort yang mereka tempati. Arka memeluk tubuh Renata dari belakang, membuat wanita cantik itu terkejut.“Bagaimana, suka?” tanyanya sambilencium leher Renata.“Iya, suka,” jawabnya.Arka langsung mencium bibir Renata dan Renata pun membalasnya. Ciuman itu semakin dalam membuat Renata mendesah. Arka semakin tertantang, jemarinya sudah menyusuri setiap inci tubuh Renata. Renata pasrah, wanita cantik itu menikmati setiap sentuhan sang suami. Detik berikutnya, Arka menggendong tubuh Renata dan membawanya ke dalam. Pengacara tampan itu membaringkan tubuh sang istri dan kembali melakukan aksinya. Renata dan Arka saling menikmati, mereka kembali menyatu dalam ikatan suci pernikahan.Hari-hari mereka
Pukul 07.30 Renata dan Arka sudah sampai di tempat acara. Sebelumnya, mereka akan di rias terlebih dulu di ruang yang berbeda.Rayyan dan Afikah beserta kedua buah hatinya sudah sampai lebih dulu karena ini adalah bagian dari tugasnya.“Gimana rasanya malam pertama?” bisik Rayyan menggoda Arka yang sedang berada di ruangan yang berbeda dengan Renata. Kebetulan di sana hanya ada mereka berdua, sehingga Rayyan merasa mempunyai banyak kesempatan untuk menggoda Arka. Pengacara tampan itu hanya mencebik menanggapi godaan sang kakak ipar.“Enak enggak? Jangan bilang kalau kalian belum melakukannya. Dilihat dari tampangmu itu kamu terlihat liar dan enggak sabaran?” cibir Rayyan semakin suka menggoda. Apalagi melihat ekspresi yang ditunjukkan Arka padanya, seolah pengacara tampan itu ingin memakannya.“Emang gimana tampang aku, Kak?” Akhirnya Arka buka suara.“Tampang-tampang liar di ranjang. Awas aja kalau adikku kesakitan,” godanya sekaligus sedikit memberi ancaman.“Sakit-sakit nikmat, Kak
Renata tersenyum samar melihat ekspresi Arka saat ia mengatakan dipingit, tetapi ia tidak bisa melakukan apa-apa. Memang itu yang dikatakan sang bunda dua hari yang lalu dan ia belum sempat mengatakannya pada Arka.“Pokoknya aku akan protes sama mereka semua. Aku enggak mau ada proses pingit. Aku tidak bisa tidak melihatmu barang sedetik saja, Ren. Lha, ini malah seminggu. Mereka sama saja membunuh semangat hidupku. Apalagi dalam minggu ini aku harus bolak-balik ke pengadilan untuk menangani beberapa kasus klienku. Aku enggak akan semangat bila tidak melihatmu,” ucapnya lirih. Ada perasaan takut, kecewa, dan marah. Ia tidak mau hal itu benar-benar terjadi.“Aku sendiri tidak bisa berbuat apa-apa, Bang. Itu sudah keputusan mereka. Aku mah nurut aja,” balas Renata.“Nurut kalau tidak dipertemukan aku? Apa kamu sanggup, Ren? Aku jujur enggak sanggup,” ujarnya lirih dengan tatapan menelisik menghadap Renata.“Iya, aku tahu itu. Aku enggak akan sanggup juga, tapi aku harus bagaimana?” jawa
Satu minggu berlalu. Saat ini Renata sedang dirias di salah satu kamar di hotel bintang tujuh milik keluarga Adinata.Hari ini adakah hari pertunangan Renata dan Arka. Rayyan sengaja membuat pesta pertunangan ini dengan mewah. Awalnya Renata dan Arka menolak dengan alasan ingin bertunangan secara sederhana dan dihadiri keluarga inti saja, tetapi Rayyan sedikit memaksa sehingga mau tak mau mereka menurutinya.Acara terlaksana dengan lancar. Bukan hanya keluarga inti. Namun, juga beberapa staf rumah sakit dan kolega dari perusahaan Adinata. Devan dan Vika yang sibuk mengurus perusahaan di Singapura bersama Niken pun harus pulang ke Indonesia. Mereka berkumpul di acara itu.Upacara penyematan cincin pertunangan terlaksana, hingga acara terakhir yaitu doa bersama menurut kepercayaan masing-masing yang dipimpin Abah Syaifuddin karena tamu undangan bukan berasal dari agama Islam semua. Setelahnya acara dilanjutkan dengan ramah tamah. Semua tamu undangan berangsur pulang setelah acara ramah
Desy dan Ratna dengan cepat mengulurkan tangan pada Renata sambil tersenyum manis. Membuat Renata merasa canggung. Namun, ia pun segera membalas uluran tangan itu.“Ini, ya yang namanya Renata? Ternyata benar apa yang dikatakan Arka, kamu cantik banget pantas adik kami klepek-klepek sama kamu, bucin lagi,” ucap Desy antusias, membuat Renata mengernyit heran ke arah Arka yang hanya bisa garuk tengkuk.“Arka sudah banyak cerita tentang kami pada kami. Ternyata tipe Arka the best juga, dari segi fisiknya dapat semua, good looking.” Ratna ikut menimpali dengan memuji. Renata makin canggung, gadis cantik itu serba salah. “O iya, kenalkan, kami ini kakak sepupunya Arka yang tinggal di Kanada. Kebetulan Pak Nugraha adalah teman bisnis papa kami. Sehingga kami sekalian pulang kampung saat dapat undangan ini,” ucap Desy menjelaskan. Wajah cantik yang awalnya canggung, cemburu, kesal, dan keheranan pun terlihat lega.Renata mengembuskan napasnya perlahan, ia harus menjaga hatinya supaya tak t
Minggu ini Amirah, Afikah, dan Renata disibukkan dengan persiapan acara pernikahan Alika, putri Abizar dan Devina.Mereka harus bolak-balik datang ke rumah Ambar karena Devina meminta mereka membantu sampai tuntas acara pernikahan sang putri.Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Hari Pernikahan Alika dan Aiman. Renata sengaja tidur di sana karena Alika memintanya untuk menemani gadis itu.Pagi ini Alika dirias oleh MUA langganan Devina. Gadis cantik itu sudah bersiap sejak selesai salat Subuh. Renata masih setia menemani dan menenangkan Alika. Gadis cantik putri Abizar adik seayah dengan Rayyan yang sudah Renata anggap adiknya juga. Ya, sebelum menikah dengan Kenzo, Amirah pernah menikah dengan Abizar sahabat Kenzo. Kisah masa lalu yang sangat kelam dan penuh air mata dilalui Amirah, hingga Abizar sadar telah mencampakkan berlian seperti Amirah. Abizar pun bertaubat dan memilih meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan studinya di Kanada. Di sana Abizar yang sudah berubah menjadi baik p
Allah selalu memberikan senyum di balik kesedihan. Allah selalu memberikan harapan di balik keputusasaan. Mencintaimu dengan sungguh-sungguh memberikan kebahagiaan di hatiku. Namun mencintai karena Allah kita mendapat nilai ibadah dan kebahagiaan yang lebih. Maka cintai aku karena Allah.(Aiman – Sang Penjaga Hati)***Devina dan Abizar membawa sang putri pulang, setelah gadis cantik itu sedikit tenang. “Nak Aiman, Ayah percaya padamu. Seperti yang kamu mau kami akan menerima keputusan itu dan menunggumu datang untuk Alika,” ucap Abizar sebelum keluar dari restoran.“Iya, Ayah. Aku berjanji, insya Allah tidak akan merusak kepercayaan kalian semua,” ucapnya sopan.***“Sayang, ayo sarapan dulu!” teriak Devina memanggil sang putri sambil mengetuk pintu.“Aku enggak lapar, Ma.”“Sayang, jangan seperti ini nanti kamu sakit. Ayo buka pintunya!” bujuk Devina sambil terus mengetuk.“Ma, biarkan Alika sendiri. Alika mau nenangin diri!” ucap Alika berteriak.“Sayang, Mama enggak mau kamu sa
Jika kita mengharap kebahagiaan atas apa yang tengah diperjuangkan, maka teruslah berusaha bersabar dan berusaha.(Aiman – Sang Penjaga Hati)Dua tahun lebih tiga bulan sudah Aiman dan Alika terpisahkan oleh jarak. Namun, jarak yang memisahkan tidak membuat hubungan mereka renggang. Bahkan hubungan Alika dan Aiman malah semakin dekat.Setiap hari hampir tak terlewatkan Aiman menghubungi Alika. Kalau pun bukan Aiman yang menghubungi dulu, Alika yang akan menghubungi pemuda tampan itu.Setelah pamit pada Gus Arsya, Aiman mengambil barang-barangnya yang ada di kantor Madrasah Diniyah. Suka duka ia rasakan selama dua tahun ini bersama para santri tahfiz. Bahagia ia rasakan karena bisa mengamalkan ilmunya untuk para penghafal Alquran yang ada di pesantren itu.Setelah pamit pada Ustaz dan Ustazah juga para santri-santrinya dengan penuh keharuan, ia pun pulang ke rumah sang kakek untuk mengambil barang-barangnya yang sudah ia siapkan.“Kek, Nek. Aku kembali ke Jakarta hari ini juga. Kakek d
***Cinta tidak hanya membutuhkan tuntutan dan harapan. Namun cukup dengan ketulusan dan kepercayaan. Sedangkan janji membuat hubunganmu lebih kuat. Karena akan menunjukkan seberapa banyak yang dapat kamu lakukan untuk cintamu.(Aiman – Sang Penjaga Hati)Alika masih terdiam. Ia berusaha meredam gejolak di hatinya. Mendengar gombalan yang baru saja Aiman lontarkan. Ia tidak menyangka Aiman bisa melakukan itu. Jujur hati siapa yang tidak berbunga, diperlakukan istimewa dengan kata manis oleh laki-laki pujaan hatinya yang sangat ia cintai.“Alika Putri Abizar Alfatikh, kok malah diem sih? Asal kamu tahu, aku enggak perlu diminta oleh Ayah atau pun Bunda untuk membujuk permaisuri hatiku. Calon makmumku,” ucapnya sambil melihat wajah Alika yang semakin merona menahan gejolak.“Ka-kalau Kakak hanya berniat menjatuhkanku, enggak usah melambungkan hatiku. Kakak tahu ‘kan jatuh itu sakit?” ujarnya sambil menunduk.“Aku enggak melambungkanmu. Karena aku mengatakan ini sesuai dengan isi hati