Pagi ini Afikah membuat bubur ayam cukup banyak. Ia mengajak Rayyan bersama dua buah cintanya untuk sarapan bersama keluarga besar mereka. Afikah sudah menempatkan ke dalam wadah yang sudah ia siapkan.“Sudah siap, Sayang?” tanya Rayyan lembut pada sang istri. Laki -laki tampan itu menggendong putri kecilnya, Aqila. Sedangkan Fawwas yang usianya sudah satu tahun lebih berjalan sambil dituntunnya.“Sebentar, Sayang. Tinggal sedikit ini,” ujar wanita cantik dengan hijab instan rumahan dan daster ala kadarnya itu. Meskipun penampilannya seperti itu Afikah tetap cantik, Rayyan bahkan semakin mencintainya. “Aku bawa anak-anak ke dalam mobil dulu, ya, Sayang.”“Iya, nanti kalau aku kesulitan bawa aku panggil kamu.”“Oke siap, Sayang.” Sebelum menggendong Aqila tadi Rayyan sudah rapi dengan kemeja navy, celana bahanya, dan sepatu. Setelah sarapan di rumah keluarganya ia akan langsung berangkat bekerja, sedangkan Afikah dan kedua buah hatinya akan ia tinggal di sana sampai ia menjemputnya na
Saat ini keduanya sudah berada di salah satu mall terbesar di Jakarta. Afikah meletakkan Aqilah di baby strollernya, sedangkan Fawwas sudah tidak mau. Bocah tampan berusia hampir tiga tahun itu lebih memilih jalan sendiri di gandeng sang aunty.“Kita kemana dulu, Dek?” tanya Afikah. “Terserah Kakak saja, aku mah manut,” ujarnya.“Ya sudah kita belanja kebutuhan anak-anak dulu aja, ya,” ucap Afikah.“Menurutku belanjanya terakhir aja, kak. Biar Kakak enggak capek bawa belanjaan sambil gendong bocil. Kita kan masih lama di sini,” ujar Renata.“Iya, Dek. Siap! Aku setuju banget.” “Kita ke wahana permainan aja dulu, Kak!” ajak Renata.“Auncy, Awwas au es klim duyu,” ucap Fawwas dengan bahasa cadelnya.“Kak, Fawwas minta beli es krim.”“Ya sudah, kita belikan dulu. Biar dia tidak rewel nantinya.”“Ini uangnya, Dek. Kamu ajak sekalian Fawwas. Kakak nunggu di wahana permainan anak sana Aqila,” ujar Afikah sambil menyerahkan selembar uang seratus ribuan. “Enggak usah, Kak. Pakai uangku sa
Keharmonisan sebuah keluarga terletak pada tanggung jawab juga terbangunnya komunikasi sehat di antara keluarga. Dengan begitu kita akan mendapatkan kenyamanan di sana.(Untaian Cinta Renata)Renata dan Afikah sampai di rumah terlebih dulu. Mereka langsung masuk dan ikut bergabung setelah mengucap salam pada anggota keluarga yang bersantai di ruang keluarga. “Ya Allah, Dek. Kamu pasti nyusain Kak Afikah, ya?” tanya Amirah sambil mengambil alih sang cucu, Aqila. Sedangkan Fawwas di pangku Vika.“Enggak, kok, Bun. Aku enggak nyusain,” ujarnya.“Iya, enggak nyusain, tapi bikin kelelahan istriku, Bun. Afikah harus nunggu dia sampai ketiduran di sofa ruang tunggu bersama anak-anak,” sergah Rayyan yang baru saja datang. Afikah tersenyum geleng kepala. Renata langsung mencibir.“Iya, Sayang. Kamu bikin kelelahan Kak Afikah?” tanya Amirah lagi.“Enggak, Bun. Renata malah selalu gantiin aku jaga anak-anak. Kak Rayyan cuma godain Renata aja,” ujar Afikah ikut menimpali.Gadis cantik bermata
Tanyakan pada hatimu. Apa benar itu cinta? Kamu hidup karena suatu alasan jadi jangan pernah menyerah. Kalau kamu menyerah berarti kamu gagal menemukan cinta sejatimu.***Setelah mengetahui kebenaran tentang sang adik dan sang sahabat yang membuatnya menahan emosi, Rayyan mengajak Afikah pulang. Ia sudah tenang karena Afikah dan keluarganya berhasil menenangkannya.Renata memeluk sang bunda dan sang ayah yang duduk mengapitnya“Terima kasih, Ayah. Terima kasih, Bunda. Aku lega bisa melanjutkan hidupku dengan tenang tanpa ada ikatan taaruf yang membelengguku. Aku juga terbebas dari mantan-mantan Kak Kevin yang tingkahnya bar-bar dan membuatku malu saja,” ungkapnya tersenyum cantik.“Alhamdulillah, Sayang. Bunda dan Ayah juga lega. Masalahmu terselesaikan, kami juga sudah tenang tidak menutupinya dari Kakak. Kakak juga enggak marah dan terlihat tenang, meskipun Bunda tahu dia susah payah menahan kemarahannya,” ujar Amirah sambil menghela napasnya lega. “Iya, Ayah sangat bangga padamu,
Kesetiaan sangat dibutuhkan dalam menjalin sebuah hubungan, maka jaga kesetiaanmu jangan pernah sekali-kali mengkhianatinya.(Renata)Saat ini Renata dan Edel sedang berada di kantin fakultas kedokteran. Mereka menunggu Visya yang berbeda fakultas dengan mereka. “Maaf, nunggu lama, ya? Kelasku baru selesai. Banyak banget tugas. Bete banget pokonya. Dosennya killer lagi gantiin Pak Kevin pagi ini,” ucap Visya.“Emang kenapa Pak Kevin?” tanya Edel penasaran.“Pak Kevin sakit. Emang kamu enggak tahu, Ren?” Renata menggeleng. “Aku dan keluargaku sudah memutus proses taaruf dengannya,” ucapnya lirih.“Beneran, Ren?” tanya keduanya bersamaan.“Iya, benar. Dan sekarang aku bebas udah enggak ada yang membelengguku. Aku juga enggak perlu takut dan kesal bila dilabrak sama mantan-mantannya Pak Kevin.“Alhamdulillah. Akhirnya ... kami turut senang, Ren. Beneran deh,” ucap Edel tulus.“Iya, aku juga. Semoga kamu dapat pengganti yang lebih baik dari dosen playboy itu,” ujar Visya sedikit berbisi
Menolong orang yang sudah menyakiti hatiku adalah hal yang sulit, tetapi dengan keikhlasan dan kelapangan dada. Aku akan mudah untuk melakukannya. (Renata)Saat ini Renata, Edel, dan Visyah sudah berada di kafe milik Afikah. Tiga gadis cantik itu memilih duduk di saung paling ujung. Kafe bernuansa perdesaan itu benar-benar membuat pengunjung merasakan berada di perdesaan yang masih asri. Kafe yang dihadiahkan Rayyan pada sang istri saat dua tahun anniversary pernikahan mereka itu tidak pernah sepi pengunjung. “Kalau pesan sepuasnya, aku yang akan membayarnya,” ujar Renata saat ketiganya sudah duduk. Edel dan Visyah segera memanggil pelayan kafe dan memesan apa yang mereka inginkan.“Kak Afikah ada enggak di kafe, Ren?” tanya Edel celingak-celinguk mencari keberadaan Afikah.“Sepertinya enggak ada, deh. Mungkin masih repot urus kedua bocilnya,” ujar Renta setelah memastikan keberadaan sang kakak ipar.Di saat ketiga gadis cantik itu mengobrol, tiba-tiba ponsel Renata berdering. Tert
Rayyan mengajak sang adik menuju ruang UGD di mana Kevin dirawat. Semua itu ia lakukan setelah mendapatkan persetujuan gadis cantik itu untuk membantu Kevin.Di depan ruang UGD Renata melihat kedua orang tua Kevin dengan gurat lelahnya. Melihat kedatangan Renata dan Rayyan, suami istri itu berdiri.“Nak Renata,” sapa Herlina. Wanita paruh baya itu langsung memeluk gadis cantik itu.“Yang sabar, ya, Tan. Kak Kevin pasti sembuh,” ujar Renata menguatkan.“Terima kasih, Nak. Sebenarnya kami malu, putra kami sudah sangat menyakitimu,” isaknya sambil tetap memeluk Renata.“Lupakan, Tan. Saya sudah berusaha melupakan hal itu, Kak Kevin pun pasti akan bisa melupakan semua ini dan memulai hidupnya lagi,” ucap Renata tulus.“Semoga, Nak. Jujur, kami masih berharap gadis baik sepertimulah yang akan menjadi menantu kami, tapi semua itu hanya tinggal harapan. Kamu berhak bahagia, Nak. Terima kasih, sekali lagi sudah mau memaafkan putra kami,” ujar Herlina masih terisak.“Sama-sama, Tan. Aku melaku
Renata memilih langsung pulang ke rumah. Gadis cantik itu ikhlas sudah menolong Kevin, tetapi ia tidak habis pikir laki-laki itu tanpa malu memintanya kembali. Renata pikir saat baru sadar Kevin terlihat sangat menyesali perbuatannya, tetapi saat ia dan Rayyan sudah mengikhlaskan, malah ucapannya melantur. Setelah berkendara dua puluh menit, Renata sampai di rumahnya. Ia mengusap kasar wajahnya sambil menghela napas panjang sebelum keluar dari mobil dan merapikan hijabnya. “Assalamualaikum, semuanya,” sapa gadis cantik itu pada anggota keluarganya yang saat ini sedang berada di ruang makan.“Wa’alaikumussalam,” jawab semuanya serentak.“Ayo makan dulu, Dek! Kamu terlihat lelah sekali, Sayang,” ujar Amirah perhatian.“O iya, bagaimana kondisinya Nak Kevin?” tanya Amirah lagi saat sang putri sudah duduk di kursi sampingnya.“Sudah membaik, Bun,” jawab Renata tak bersemangat.“Kenapa, Sayang? Apa ada masalah lagi?” tanya Amirah khawatir melihat sang putri terlihat kesal.“Bagaimana tid
Sesampainya di Lombok, mereka langsung di jemput oleh pihak resort yang mereka sewa karena itu semua sudah bagian dari paket bulan madu yang mereka ambil.Sesampainya di resort, mereka segera di tunjukkan kamar mereka. Renata langsung berlari menuju balkon. Ia menatap indahnya pantai di balkon resort yang mereka tempati. Arka memeluk tubuh Renata dari belakang, membuat wanita cantik itu terkejut.“Bagaimana, suka?” tanyanya sambilencium leher Renata.“Iya, suka,” jawabnya.Arka langsung mencium bibir Renata dan Renata pun membalasnya. Ciuman itu semakin dalam membuat Renata mendesah. Arka semakin tertantang, jemarinya sudah menyusuri setiap inci tubuh Renata. Renata pasrah, wanita cantik itu menikmati setiap sentuhan sang suami. Detik berikutnya, Arka menggendong tubuh Renata dan membawanya ke dalam. Pengacara tampan itu membaringkan tubuh sang istri dan kembali melakukan aksinya. Renata dan Arka saling menikmati, mereka kembali menyatu dalam ikatan suci pernikahan.Hari-hari mereka
Pukul 07.30 Renata dan Arka sudah sampai di tempat acara. Sebelumnya, mereka akan di rias terlebih dulu di ruang yang berbeda.Rayyan dan Afikah beserta kedua buah hatinya sudah sampai lebih dulu karena ini adalah bagian dari tugasnya.“Gimana rasanya malam pertama?” bisik Rayyan menggoda Arka yang sedang berada di ruangan yang berbeda dengan Renata. Kebetulan di sana hanya ada mereka berdua, sehingga Rayyan merasa mempunyai banyak kesempatan untuk menggoda Arka. Pengacara tampan itu hanya mencebik menanggapi godaan sang kakak ipar.“Enak enggak? Jangan bilang kalau kalian belum melakukannya. Dilihat dari tampangmu itu kamu terlihat liar dan enggak sabaran?” cibir Rayyan semakin suka menggoda. Apalagi melihat ekspresi yang ditunjukkan Arka padanya, seolah pengacara tampan itu ingin memakannya.“Emang gimana tampang aku, Kak?” Akhirnya Arka buka suara.“Tampang-tampang liar di ranjang. Awas aja kalau adikku kesakitan,” godanya sekaligus sedikit memberi ancaman.“Sakit-sakit nikmat, Kak
Renata tersenyum samar melihat ekspresi Arka saat ia mengatakan dipingit, tetapi ia tidak bisa melakukan apa-apa. Memang itu yang dikatakan sang bunda dua hari yang lalu dan ia belum sempat mengatakannya pada Arka.“Pokoknya aku akan protes sama mereka semua. Aku enggak mau ada proses pingit. Aku tidak bisa tidak melihatmu barang sedetik saja, Ren. Lha, ini malah seminggu. Mereka sama saja membunuh semangat hidupku. Apalagi dalam minggu ini aku harus bolak-balik ke pengadilan untuk menangani beberapa kasus klienku. Aku enggak akan semangat bila tidak melihatmu,” ucapnya lirih. Ada perasaan takut, kecewa, dan marah. Ia tidak mau hal itu benar-benar terjadi.“Aku sendiri tidak bisa berbuat apa-apa, Bang. Itu sudah keputusan mereka. Aku mah nurut aja,” balas Renata.“Nurut kalau tidak dipertemukan aku? Apa kamu sanggup, Ren? Aku jujur enggak sanggup,” ujarnya lirih dengan tatapan menelisik menghadap Renata.“Iya, aku tahu itu. Aku enggak akan sanggup juga, tapi aku harus bagaimana?” jawa
Satu minggu berlalu. Saat ini Renata sedang dirias di salah satu kamar di hotel bintang tujuh milik keluarga Adinata.Hari ini adakah hari pertunangan Renata dan Arka. Rayyan sengaja membuat pesta pertunangan ini dengan mewah. Awalnya Renata dan Arka menolak dengan alasan ingin bertunangan secara sederhana dan dihadiri keluarga inti saja, tetapi Rayyan sedikit memaksa sehingga mau tak mau mereka menurutinya.Acara terlaksana dengan lancar. Bukan hanya keluarga inti. Namun, juga beberapa staf rumah sakit dan kolega dari perusahaan Adinata. Devan dan Vika yang sibuk mengurus perusahaan di Singapura bersama Niken pun harus pulang ke Indonesia. Mereka berkumpul di acara itu.Upacara penyematan cincin pertunangan terlaksana, hingga acara terakhir yaitu doa bersama menurut kepercayaan masing-masing yang dipimpin Abah Syaifuddin karena tamu undangan bukan berasal dari agama Islam semua. Setelahnya acara dilanjutkan dengan ramah tamah. Semua tamu undangan berangsur pulang setelah acara ramah
Desy dan Ratna dengan cepat mengulurkan tangan pada Renata sambil tersenyum manis. Membuat Renata merasa canggung. Namun, ia pun segera membalas uluran tangan itu.“Ini, ya yang namanya Renata? Ternyata benar apa yang dikatakan Arka, kamu cantik banget pantas adik kami klepek-klepek sama kamu, bucin lagi,” ucap Desy antusias, membuat Renata mengernyit heran ke arah Arka yang hanya bisa garuk tengkuk.“Arka sudah banyak cerita tentang kami pada kami. Ternyata tipe Arka the best juga, dari segi fisiknya dapat semua, good looking.” Ratna ikut menimpali dengan memuji. Renata makin canggung, gadis cantik itu serba salah. “O iya, kenalkan, kami ini kakak sepupunya Arka yang tinggal di Kanada. Kebetulan Pak Nugraha adalah teman bisnis papa kami. Sehingga kami sekalian pulang kampung saat dapat undangan ini,” ucap Desy menjelaskan. Wajah cantik yang awalnya canggung, cemburu, kesal, dan keheranan pun terlihat lega.Renata mengembuskan napasnya perlahan, ia harus menjaga hatinya supaya tak t
Minggu ini Amirah, Afikah, dan Renata disibukkan dengan persiapan acara pernikahan Alika, putri Abizar dan Devina.Mereka harus bolak-balik datang ke rumah Ambar karena Devina meminta mereka membantu sampai tuntas acara pernikahan sang putri.Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Hari Pernikahan Alika dan Aiman. Renata sengaja tidur di sana karena Alika memintanya untuk menemani gadis itu.Pagi ini Alika dirias oleh MUA langganan Devina. Gadis cantik itu sudah bersiap sejak selesai salat Subuh. Renata masih setia menemani dan menenangkan Alika. Gadis cantik putri Abizar adik seayah dengan Rayyan yang sudah Renata anggap adiknya juga. Ya, sebelum menikah dengan Kenzo, Amirah pernah menikah dengan Abizar sahabat Kenzo. Kisah masa lalu yang sangat kelam dan penuh air mata dilalui Amirah, hingga Abizar sadar telah mencampakkan berlian seperti Amirah. Abizar pun bertaubat dan memilih meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan studinya di Kanada. Di sana Abizar yang sudah berubah menjadi baik p
Allah selalu memberikan senyum di balik kesedihan. Allah selalu memberikan harapan di balik keputusasaan. Mencintaimu dengan sungguh-sungguh memberikan kebahagiaan di hatiku. Namun mencintai karena Allah kita mendapat nilai ibadah dan kebahagiaan yang lebih. Maka cintai aku karena Allah.(Aiman – Sang Penjaga Hati)***Devina dan Abizar membawa sang putri pulang, setelah gadis cantik itu sedikit tenang. “Nak Aiman, Ayah percaya padamu. Seperti yang kamu mau kami akan menerima keputusan itu dan menunggumu datang untuk Alika,” ucap Abizar sebelum keluar dari restoran.“Iya, Ayah. Aku berjanji, insya Allah tidak akan merusak kepercayaan kalian semua,” ucapnya sopan.***“Sayang, ayo sarapan dulu!” teriak Devina memanggil sang putri sambil mengetuk pintu.“Aku enggak lapar, Ma.”“Sayang, jangan seperti ini nanti kamu sakit. Ayo buka pintunya!” bujuk Devina sambil terus mengetuk.“Ma, biarkan Alika sendiri. Alika mau nenangin diri!” ucap Alika berteriak.“Sayang, Mama enggak mau kamu sa
Jika kita mengharap kebahagiaan atas apa yang tengah diperjuangkan, maka teruslah berusaha bersabar dan berusaha.(Aiman – Sang Penjaga Hati)Dua tahun lebih tiga bulan sudah Aiman dan Alika terpisahkan oleh jarak. Namun, jarak yang memisahkan tidak membuat hubungan mereka renggang. Bahkan hubungan Alika dan Aiman malah semakin dekat.Setiap hari hampir tak terlewatkan Aiman menghubungi Alika. Kalau pun bukan Aiman yang menghubungi dulu, Alika yang akan menghubungi pemuda tampan itu.Setelah pamit pada Gus Arsya, Aiman mengambil barang-barangnya yang ada di kantor Madrasah Diniyah. Suka duka ia rasakan selama dua tahun ini bersama para santri tahfiz. Bahagia ia rasakan karena bisa mengamalkan ilmunya untuk para penghafal Alquran yang ada di pesantren itu.Setelah pamit pada Ustaz dan Ustazah juga para santri-santrinya dengan penuh keharuan, ia pun pulang ke rumah sang kakek untuk mengambil barang-barangnya yang sudah ia siapkan.“Kek, Nek. Aku kembali ke Jakarta hari ini juga. Kakek d
***Cinta tidak hanya membutuhkan tuntutan dan harapan. Namun cukup dengan ketulusan dan kepercayaan. Sedangkan janji membuat hubunganmu lebih kuat. Karena akan menunjukkan seberapa banyak yang dapat kamu lakukan untuk cintamu.(Aiman – Sang Penjaga Hati)Alika masih terdiam. Ia berusaha meredam gejolak di hatinya. Mendengar gombalan yang baru saja Aiman lontarkan. Ia tidak menyangka Aiman bisa melakukan itu. Jujur hati siapa yang tidak berbunga, diperlakukan istimewa dengan kata manis oleh laki-laki pujaan hatinya yang sangat ia cintai.“Alika Putri Abizar Alfatikh, kok malah diem sih? Asal kamu tahu, aku enggak perlu diminta oleh Ayah atau pun Bunda untuk membujuk permaisuri hatiku. Calon makmumku,” ucapnya sambil melihat wajah Alika yang semakin merona menahan gejolak.“Ka-kalau Kakak hanya berniat menjatuhkanku, enggak usah melambungkan hatiku. Kakak tahu ‘kan jatuh itu sakit?” ujarnya sambil menunduk.“Aku enggak melambungkanmu. Karena aku mengatakan ini sesuai dengan isi hati