Share

Bab 31. Oliver

Penulis: Lia Lintang
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-18 23:39:40

Hari ini adalah hari paling menyedihkan bagi pria bernama Oliver. Bagaimana tidak? Ia resah setelah menerima undangan saudara tirinya—Damian.

Sepanjang hari ia merasa hidupnya tertekan karena bersaing dengan saudara tirinya dan juga perselisihan yang tak kunjung berakhir.

Dengan wajah kesal ia menghampiri Eric yang sedang bercengkerama dengan beberapa model.

"Eric, pergi ke ruanganku, sekarang!" perintah Oliver.

Selama ini, pria penggoda wanita itu nyaris tidak pernah menunjukkan sikap tegasnya. Terlebih kepada Eric, Oliver nyaris tidak berani menunjukkan kemarahannya. Bukan tanpa sebab, tanpa Eric agency itu tidak akan berjalan. Ya. Eric memang Manager agency yang bisa diandalkan.

Mendengar nada suara Oliver yang ditekan, Eric langsung bangkit dan berjalan cepat menuju ruangan seorang teman sekaligus bosnya itu.

"Ada masalah apa? Kenapa kamu? Damian lagi? Sudahlah, jangan bersaing dengannya. Hiduplah dengan damai," ujar Eric berusaha menenangkan.

Tak sekedar menenangkan, Eric juga
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Takdir Cinta Perempuan Malam   Bab 32. Rumah Sakit Jiwa

    Mentari pagi menyeruak masuk melewati celah jendela. Pagi ini tak seperti biasanya. Merry masih terlelap bergelung selimut putih miliknya. Sedangkan Damian sudah rapi.Pria tampan itu tampak tergesa meninggalkan kamar, tanpa memberi tahu istrinya. Suara pintu berderit membuat Merry yang terkejut seketika membuka mata. Hal pertama yang ia lakukan adalah memeriksa kondisi tubuhnya. Matanya melotot ke arah dalam selimut. "Pakaianku masih lengkap. Astaga, apa yang kupikirkan. Kami bahkan sudah menikah," lirih Merry kemudian beranjak menuruni ranjang. Kini, sorot matanya tertuju pada sofa yang terletak di sudut kamar. Berantakan. Ada selimut menjuntai dan juga bantal di sana. Merry menelan ludah ketika menyadari ternyata suaminya tak tidur seranjang dengannya semalam. Karena tak mau pikirannya terus berputar memikirkan Damian, akhirnya Merry segera melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. *****Kini Merry tampak cantik dengan pakaian santai berwarna senada, ia melenggang

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-19
  • Takdir Cinta Perempuan Malam   Bab 33. Korban Sebastian

    Merry membuka matanya perlahan. Terkejut. Seketika ia membenarkan posisi tubuhnya dengan beranjak duduk. "Damian," panggilnya dengan suara lirih. Sementara tepat di samping Damian, ada seorang wanita yang sedang menggenggam erat seikat bunga mawar merah pemberian Damian. Merry tak berani menatap, hanya mengamati dari sudut matanya saja. Dan di sebelah Damian lainnya tampak Tuan Sameer, salah seorang maid dan juga seorang suster. "Bayi laki-laki, oh ... apakah dia bayiku?" Perempuan dengan pakaian putih itu menunjuk ke arah Dave, membuat mata Merry terbelalak. "Jangan sentuh!" teriak Merry. Merry bahkan langsung beranjak dan memeluk Dave, siapa sangka jika perempuan yang membuat Merry pingsan itu justru berusaha memeluk Dave kecil. "Bayiku, oh ... anakku sayang. Ke mana saja kamu?""Jangan sentuh anakku! Damian, tolong hentikan dia!" Merry berteriak sambil menarik-narik kemeja yang dikenakan oleh Damian. Bukannya membantu, tapi Damian justru memeluk dan mengelus punggung Merry.

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-20
  • Takdir Cinta Perempuan Malam   Bab 34. Sandiwara Cinta

    Damian dan Merry duduk berdua di sebuah taman pusat kota. Keduanya duduk di salah satu kursi panjang berwarna putih. Suasana di sana sangat ramai oleh pengunjung taman. Meski begitu Damian merasa sangat nyaman. Setidaknya tak seorangpun yang ia kenal ikut serta bersama mereka. "Merry, apa kau sudah siap mendengarkan semuanya?" tanya Damian berusaha memastikan. "Siap, hanya saja aku masih memikirkan kondisi Ayah. Bagaimanapun, aku belum sekalipun menjenguknya. Anak macam apa aku ini? Menjengkelkan," rutuknya. Damian tersenyum samar, "Besok aku akan mengantarkan kamu menemui Ayahmu. Tapi tidak untuk hari ini. Tenanglah, Sameer sudah membawa seseorang yang bisa merawatnya."Sejenak keduanya sama-sama terdiam. Perlahan buku jemari Damian menggenggam erat tangan Merry begitu erat. "Merry, aku tahu mengembalikan trauma yang kutinggalkan tidak mudah. Itu sebabnya aku membuat kesepakatan ini. Begini, selama pernikahan ini, aku tidak akan menyentuhmu, kecuali kau yang meminta atau kau send

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-22
  • Takdir Cinta Perempuan Malam   Bab 35. Pelaku Kejahatan

    Damian melempar nyaris seluruh isi kamar tidurnya. Barang-barang itu tak lain milik Oliver. Sementara Sebastian hanya bisa pasrah menyaksikan kemarahan putranya. Sebelumnya, Damian memilih diam. Ia bahkan terlihat seperti pecundang. Entah mengapa, mendadak semangatnya kembali menggebu?"Tolong kemasi barang-barangku," pinta Oliver. Pemuda yang sudah tidak punya daya itu, kali ini terlihat berbicara dengan nada sopan. Entah apa yang sedang ia rencanakan sebenarnya. Para maid itu mengangguk bersamaan, lalu mereka mengerjakan apa yang baru saja diperintahkan oleh Damian. "Ayah, aku akan tinggal di apartemen mulai malam ini," ujar Oliver kemudian. Mungkinkah ia telah putus asa hingga harus mengalah? Entah. Tadinya Oliver melangkah melewati Merry, tentu saja niatnya akan menuruni tangga. Menunggu di lantai dasar, mungkin lebih baik baginya. Atau justru ia ingin menghindari Damian?Namun, baru beberapa langkah ia berjalan, tepat ketika melintas di depan Merry kakinya tercekat. "Aku m

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-23
  • Takdir Cinta Perempuan Malam   Bab 36. Sisi Lain Oliver

    POV MerryHari ini aku sangat kesal sekali. Kesal karena ternyata hidupku penuh drama yang menyedihkan. Pertama kalinya aku kembali bekerja menekuni profesiku sebagai model pasca menikah, bukanlah hal yang mudah. Terlebih, aku bekerja di perusahaan yang toxic. Pemiliknya saling berseteru. Seperti saat ini, aku dihadapkan dengan pria yang selama ini kupanggil Pria cabul. Ya, namanya Oliver. Pagi ini aku sangat terkejut, bahkan seketika membeku setelah melihatnya berbeda, tak seperti biasanya. Rambutnya acak-acakan. Biasanya, dia selalu wangi dan rapi untuk memikat para gadis di sekitarnya. Sungguh. Ini rasanya bukan dia. "Oh, apa kau sudah siap? Kau sudah datang ya, maaf ya aku baru bangun. Tunggu aku bersiap," ujarnya. "Ya, aku akan menunggu. Oh ya, aku menemui Eric lebih dulu," sahutku kemudian.Ia hanya mengangguk sembari menutupi sebagian wajahnya dengan tangan. Sepertinya ia sangat malu karena kutemukan dalam kondisi berantakan. Setelahnya, aku melangkah menyusuri lorong se

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-25
  • Takdir Cinta Perempuan Malam   Bab 37. Kecurigaan Merry

    Jantungnya berdegup kencang, ketika Merry menyadari suaminya tak berada di mansion milik Sebastian. Langkahnya bahkan sempat terhenti di tengah anak tangga saat ia tahu si empunya mansion sedang berdiri menunggu tepat di depan dasar anak tangga.Sebastian menatap Merry dengan pandangan tajam, bibirnya menegang dalam ekspresi kemarahan yang sulit disembunyikan. "Apa maksudmu dengan tinggal di sini, Merry?" desisnya, suaranya dipenuhi dengan kebencian yang menyengat.Merry menelan ludah, mencoba menemukan keberanian untuk menjawab. "Ini rumah Damian juga, bukan hanya milikmu, Sebastian," ucapnya, mencoba menegaskan haknya."Tidak peduli apa yang kamu pikirkan!" Sebastian menghentakkan kakinya ke lantai kayu dengan keras. "Kamu tidak pantas tinggal di sini. Ini bukan tempatmu!"Merry menatap Sebastian dengan tatapan tajam."Ini bukan pilihanku. Damian adalah putramu juga, ingatkan itu," jawabnya dengan mantap, meskipun hatinya berdebar-debar.Sebastian menatap Merry seolah ingin menusukn

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-27
  • Takdir Cinta Perempuan Malam   Bab 38. Rencana Oliver

    Oliver memarkirkan mobilnya di pinggir jalanan sepi, ia bahkan sengaja menempatkan mobilnya tepat di bawah pepohonan rimbun di sebuah halaman kosong.Oliver memarkirkan mobilnya di pinggir jalanan sepi, memastikan agar tidak menarik perhatian siapa pun.Ia bahkan sengaja menempatkan mobilnya tepat di bawah pepohonan rimbun di sebuah halaman kosong, menciptakan bayangan yang cukup untuk menyembunyikan kendaraan mereka. Dengan hati-hati, ia mematikan mesin mobil dan menoleh ke arah Merry dengan ekspresi serius."Merry, kita harus hati-hati," bisik Oliver dengan suara yang rendah.Merry mengangguk, wajahnya pucat karena ketegangan. "Aku siap," jawabnya dengan suara gemetar.Mereka berdua keluar dari mobil dengan hati-hati, menghindari perhatian orang-orang di sekitar mereka.Oliver memimpin langkah mereka, melangkah dengan langkah ringan dan cepat. Mereka menuju ke arah gedung kosong di seberang jalan, tempat Damian dan Sameer terakhir kali mereka lihat.Saat mereka mendekati gedung itu,

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-27
  • Takdir Cinta Perempuan Malam   Bab 39. Pelaku Sebenarnya

    Jantung Merry semakin berdebar keras saat keduanya mulai membuka topeng mereka.Oliver, yang paham dengan situasi itu, langsung memeluk Merry, seolah memberikan efek tenang pada wanita itu.Merry merasakan kehangatan tubuh Oliver, dan itu membuatnya sedikit merasa lega di tengah ketegangan yang menyelimuti mereka.Mata Merry memperhatikan dengan tegang ketika kedua pria itu akhirnya mengungkapkan wajah mereka.Namun, apa yang dia lihat membuatnya terkejut. Kedua orang di balik topeng-topeng itu adalah suaminya sendiri—Damian, dan bodyguard setianya—Tuan Sameer. Air matanya seketika tumpah begitu menyadari identitas mereka.Merry menatap Damian dengan mata penuh kekecewaan dan kesedihan. Dia tidak pernah membayangkan bahwa suaminya akan terlibat dalam rencana jahat seperti ini.Sedangkan Tuan Sameer, sosok yang selama ini dianggapnya sebagai pelindung, kini menjadi bagian dari segala kejahatan yang terjadi.Perasaan campur aduk memenuhi pikiran Merry. Kekecewaan, rasa sakit, dan juga r

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-27

Bab terbaru

  • Takdir Cinta Perempuan Malam   Bab 91. Akhir Sebuah Cerita

    Beberapa hari telah berlalu sejak pemakaman Oliver. Kediaman Merry menjadi sunyi dan hening, hanya menyisakan kenangan yang menghantui setiap sudut rumah. Merry duduk di dekat jendela, tatapannya kosong menatap ke arah luar. Dia belum bisa sepenuhnya menerima kenyataan bahwa Oliver telah pergi selamanya. Setiap hari terasa seperti mimpi buruk yang tidak pernah berakhir.Damian kembali datang. Dia tampak kusut dan lelah, matanya menunjukkan rasa bersalah yang mendalam. Setiap hari, dia datang ke rumah Merry, berharap bisa mendapatkan pengampunan. Tetapi Merry selalu diam, menolak untuk berbicara dengannya.Hari itu tidak berbeda. Damian mengetuk pintu dan masuk tanpa menunggu jawaban. Dia menemukan Merry di tempat yang sama seperti kemarin, duduk di dekat jendela dengan tatapan kosong."Merry," kata Damian dengan suara serak, "tolong dengarkan aku. Aku tahu aku telah melakukan kesalahan besar. Aku benar-benar menyesal."Merry tidak mengalihkan pandangannya dari jendela. Diamnya te

  • Takdir Cinta Perempuan Malam   Bab 90. Duka Ini Karenamu

    Damian berjalan gontai keluar dari kamar rumah sakit tempat Nyonya Lady Eleanor terbaring kaku. Pakaian lusuhnya berlumuran darah kering, bekas dari tindakannya yang keji terhadap Oliver. Langkahnya terasa berat, seolah setiap langkah menariknya lebih dalam ke dalam pusaran kegelapan dan keputusasaan. Dengan pikiran kacau, dia tahu bahwa satu-satunya orang yang bisa memberinya jawaban atau bahkan sedikit pengertian adalah Merry.Damian menyalakan mesin mobilnya dan mengemudi tanpa tujuan yang jelas, hanya mengikuti insting yang membawanya ke rumah sakit tempat Oliver dirawat. Sesampainya di sana, dia melihat kerumunan orang berkumpul di depan ruang ICU. Di tengah kerumunan itu, Damian melihat Merry, yang sedang menangis histeris, bahunya bergetar hebat.Hati Damian mencelos. Meski dalam keadaan mabuk dan penuh kebencian, pemandangan Merry yang berduka membuatnya merasakan tusukan rasa bersalah yang mendalam. Dengan langkah limbung, dia mendekati Merry, mencoba menyusun kata-kata

  • Takdir Cinta Perempuan Malam   Bab 89. Ditikam Menikam

    Senja mulai turun ketika Damian berkendara tanpa tujuan di jalanan kota. Kepalanya berat akibat terlalu banyak minum alkohol, dan pikirannya dipenuhi oleh kebencian dan kepahitan. Dalam keadaan mabuk, Damian tidak bisa berhenti memikirkan kekalahan dan penghinaan yang dia rasakan sejak mengetahui bahwa dia hanya anak angkat Sebastian Herrington. Semua itu diperparah oleh rasa dendamnya terhadap Oliver, yang menurutnya telah merebut segalanya, termasuk Merry.Dengan kemarahan yang membara di dalam dadanya, Damian menggenggam belati yang disembunyikannya di dalam jaket. Di dalam benaknya, dia merasa hanya ada satu cara untuk menyelesaikan semua ini: menghabisi Oliver.Secara kebetulan, ketika dia berbelok ke sebuah jalan sepi, Damian melihat sosok yang sangat dikenalnya. Oliver sedang berdiri di tepi jalan, tampaknya sedang menunggu seseorang. Hati Damian semakin gelap, dan dia memutuskan inilah saatnya untuk menyelesaikan semuanya.Damian menghentikan mobilnya dengan kasar, menyeba

  • Takdir Cinta Perempuan Malam   Bab 88. Benci Jadi Dendam

    Di dalam ruangan yang mewah namun terasa sesak oleh ketegangan, Damian berdiri dengan amarah yang membara di matanya. Berhadapan dengan ibunya, Lady Eleanor, dia tidak bisa menahan kemarahan yang telah membara dalam dirinya sejak mengetahui kebenaran yang menghancurkan dunianya."Bagaimana mungkin, Ibu?" suara Damian menggema di seluruh ruangan, penuh dengan kemarahan dan kekecewaan. "Selama ini aku percaya bahwa aku adalah pewaris sah dari segala harta dan kekuasaan Sebastian Herrington. Kenyataannya, aku hanyalah anak angkat?"Lady Eleanor, meskipun terlihat tenang di luar, sebenarnya merasakan beban berat di dalam hatinya. Dia tahu hari ini akan datang, tapi tidak pernah membayangkan seberapa keras dampaknya bagi Damian. Dia menatap putranya yang marah dengan mata yang penuh dengan campuran kasih sayang dan rasa bersalah."Damian, dengarkan aku," kata Lady Eleanor dengan suara tenang namun tegas. "Keputusan untuk mengadopsimu adalah keputusan yang kami buat dengan cinta. Sebast

  • Takdir Cinta Perempuan Malam   Bab 87. Melawan Simpanan

    Dengan tekad yang kuat untuk melindungi Merry dari segala ancaman yang mungkin datang, Oliver semakin mempersiapkan dirinya untuk masa depan bersama Merry. Dia ingin memberikan Merry kehidupan yang tenang dan aman, tanpa rasa cemas yang menghantui.Maka, Oliver mengajukan sebuah rencana yang mengejutkan kepada Merry. Dia ingin Merry bertemu dengan Elena, mantan simpanannya, untuk menyelesaikan segala macam hubungan yang masih tersisa di antara mereka. Meskipun awalnya terkejut dan takut, Merry akhirnya setuju setelah dipastikan oleh Oliver bahwa ia akan selalu berada di sampingnya, bersama dengan para pengawal yang siap mengawasi dari jarak yang jauh.Ketika hari pertemuan tiba, suasana di sekitar Merry terasa tegang dan penuh ketegangan. Dia mencari-cari Elena dengan hati yang berdebar-debar, terus memeriksa sekelilingnya dengan pandangan waspada.Tiba-tiba, Merry melihat sosok Elena yang berdiri di ujung jalan, menunggunya dengan senyuman yang dingin dan penuh arti. Hatinya berdeg

  • Takdir Cinta Perempuan Malam   Bab 86. Rencana Busuk

    Merry memandang sekitar ruangan yang luas dan mewah dengan sedikit rasa cemas. Tempat yang tertera di alamat itu terasa sunyi dan aneh. Suasana yang seharusnya ramai dengan aktivitas pemotretan, kini hanya diisi dengan hening yang menakutkan. Dengan gaun indah yang menghiasi tubuhnya, ia melangkah masuk dengan hati-hati, tali gaunnya menggantung di lehernya dengan anggun.Di tengah ruangan, seorang pria duduk dengan punggungnya menghadap ke arah Merry. Tubuhnya terbungkus dalam jas hitam yang elegan, memberinya aura misterius yang mengintimidasi. Merry merasakan detak jantungnya semakin cepat, dan ia menahan nafasnya saat pria itu mulai memutar kursi.Ketika kursi itu berputar, Merry menahan teriakan terkejutnya. Tidak disangka-sangka, pria itu adalah Damian, mantan suaminya sendiri. Mata Damian terlihat dingin dan penuh dengan kejahatan, membuat Merry merasa takut."D-Damian?" desis Merry, mencoba mengatasi kebingungannya.Damian tersenyum sinis, menatap Merry dengan pandangan t

  • Takdir Cinta Perempuan Malam   Bab 85. Pewaris Rahasia

    Keesokan harinya, Oliver—masih dengan identitas sebagai Adam—melangkah memasuki ruang rapat besar di lantai tertinggi gedung perusahaan. Ruangan itu dipenuhi para pemegang saham, eksekutif, dan pengacara. Atmosfer terasa tegang, semua mata tertuju pada meja di depan di mana Damian duduk dengan penuh percaya diri.Oliver mengambil tempat duduk di sisi belakang ruangan, memastikan tidak ada yang memperhatikannya terlalu dekat. Saat semua orang sudah berkumpul, Damian berdiri dan membuka pertemuan."Selamat pagi, semua. Terima kasih sudah datang ke pertemuan pemegang saham hari ini. Seperti yang kalian tahu, kita di sini untuk membahas penjualan sebagian besar saham perusahaan ini."Merry, yang duduk di samping Oliver, merasa jantungnya berdegup kencang. Ini adalah momen yang telah mereka persiapkan dengan hati-hati. Oliver menatap Damian dengan mata tajam, bersiap untuk konfrontasi.Damian melanjutkan, "Sebastian Herrington, ayah saya, telah meninggalkan perusahaan ini dalam kondisi ya

  • Takdir Cinta Perempuan Malam   Bab 84. Menyelinap

    Keesokan harinya, di kedai roti milik Merry, suasana terasa lebih tegang dari biasanya. Merry tak bisa berhenti memikirkan kejadian di taman bunga kemarin. Ketika pintu kedai berdering menandakan seorang pelanggan masuk, Merry mengangkat wajahnya dan melihat Adam, atau Oliver, berdiri di sana dengan tatapan serius."Adam... atau Oliver," kata Merry dengan suara pelan, mencoba menyesuaikan diri dengan kenyataan baru.Oliver mendekat dengan langkah mantap. "Panggil aku Adam di sini, Merry. Untuk sekarang, kita harus menjaga rahasia ini."Merry mengernyit, rasa penasaran jelas terlihat di wajahnya. "Tapi kenapa? Jika kau adalah Oliver, semua orang berhak tahu. Ini adalah kebenaran yang telah lama kita cari."Oliver duduk di salah satu kursi, menatap Merry dengan intens. "Merry, tolong dengarkan aku. Ada alasan mengapa aku meminta ini. Aku ingin menyelesaikan masalah keluargaku dengan caraku sendiri. Mengungkap identitasku sekarang hanya akan menambah kerumitan."Merry menatapnya den

  • Takdir Cinta Perempuan Malam   Bab 83. Mencari Oliver

    Merry merasa semakin penasaran dengan jawaban Adam. Tatapannya memandang Adam dengan intens, mencari petunjuk dalam ekspresi wajahnya. Namun, Adam tetap misterius."Aku mengerti, Adam. Tapi, aku merasa ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku," ujar Merry dengan hati-hati.Adam mengangguk, tetapi senyumnya tetap terukir di bibirnya. "Mungkin suatu hari nanti, Merry. Sekarang, yang penting adalah kita menikmati waktu bersama."Meskipun tidak sepenuhnya puas dengan jawaban itu, Merry memilih untuk menuruti permintaan Adam. Setidaknya untuk saat ini.Mereka melanjutkan obrolan mereka dengan topik yang lebih ringan, berbagi cerita tentang kehidupan mereka masing-masing.Tak terasa waktu berlalu dengan cepat. Suasana kedai roti terasa hangat dan nyaman, diiringi aroma kopi yang menyegarkan dan tawa pelanggan yang riang.Merry bahkan melupakan sejenak segala permasalahan yang mengganggu pikirannya, terpesona dengan kehadiran Adam yang membuatnya merasa tenang.Namun, saat Adam menyebutkan

DMCA.com Protection Status