Bang Rendi melirik jam yang melingkar di salah satu tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 10 tepat.Bang Rendi berusaha untuk tetap tenang karena sebentar lagi dia akan mengucapkan ijab qobul.Inilah awal baru babak hidupnya dengan Humairah, wanita yang selama ini dia cintai dengan segenap hatinya. Abah Malik mempersilahkan seorang penghulu dan juga beberapa orang petugas KUA, sebagai saksi pernikahan antara Humairah dan Rendi Hermawan untuk mengambil tempat yang telah di sediakan di tengah tengah ruangan ini. "Pak... silahkan kita ke depan,ini sudah jam 10 sudah waktunya ijab qobul..." "Baik Pak...." "Nak Rendi ayo...kita juga kedepan ini sudah waktunya Nak Rendi mengucapkan ijab qobul..." "Iya Abah..."Bang Rendi melangkah dengan tenang terlihat sedikit santai, tidak terlihat seperti calon pengantin pada umumnya yang tegang dan nervous. Bang Rendi langsung duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Pak penghulu yang akan menikahkan diri dengan Humairah. "Saudara Rendi Her
Semua orang yang bersama dengan Bang Rendi tadi ikut masuk kedalam tempat Humairah istirahat. Sejenak Pak penghulu tadi tertegun, melihat kondisi Humairah, bukan hanya dia tapi sebagian orang yang bersama Bang Rendi tadi,mereka juga ikut terhenyak. 'Pantas saja istrinya tidak dapat menghampiri suaminya, ternyata kondisi tubuh istrinya seperti ini.'batin Pak penghulu. Begitu aku melihat Bang Rendi sudah berjalan masuk dan mendekat kearahku, tiba tiba saja jantungku berdetak lebih kencang,aku gugup sekali. "Assalamualaikum...baby...."Bang Rendi menyapaku dengan sangat lembut, mungkin orang yang mendengarkan suara Bang Rendi barusan tidak percaya kalau dia bisa selembut itu, karena taunya orang di luar sana Bang Rendi itu orang sangat cuek dan dingin. "Waallaikum salam Bang..."ku jawab salam sambil aku mencium tangannya Bang Rendi secara bolak-balik, menandakan sebagai baktiku sebagai istri kepada Bang Rendi. Bang Rendi juga mengecup keningku penuh kasih sayang cup... "Baby kamu c
Kini gilirannya Papi Yuda dan Mommy Meta yang datang menghampiri aku dan Bang Rendi. "Nak Rendi... terimakasih banyak sudah mau menerima dan menyayangi ketiga cucu saya dengan tulus, bimbinglah mereka menjadi anak-anak yang Sholeh dan Sholehah...dan apabila di kemudian hari Nak Rendi sudah tidak menyayangi mereka lagi...maka kembalikanlah mereka bertiga kepada saya....tolong jangan sakiti hati mereka... karena mereka bertiga adalah harta yang paling berharga yang ditinggalkan oleh almarhum Brian putra semata wayang saya...."Papi Yuda dan Mommy Meta memeluk kami berdua secara bergantian dengan penuh kasih sayang. "Insya Allah Rendi akan menjaga dan menyayangi Almeera, Al Jazair dan Al Keenan dengan tulus seperti anak kandung saya Pi...." "Terimakasih banyak Nak... Papi punya satu permohonan Nak Rendi...tolong jangan halangi Papi dan Mommy untuk menemui mereka bertiga...." "Sama sama Pi... kapan saja Papi dan Mommy mau menemui Almeera, Al Jazair dan Al Keenan silahkan... Rendi tidak
"Rendi.....mana Cincinnya...masa tidak di pakaikan ke jari manis istrimu...."teriakan Tante membuat heboh seisi ruangan ini. "Maaf...lupa."Bang Rendi langsung cengar-cengir sambil mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku jas yang dia kenakan. "Astagfirullah.... dasar anak tidak tau adab..."Tante Inda masih mengomeli Bang Rendi. Aku hanya senyum senyum saja, melihat muka Bang Rendi yang cemberut karena di omeli Mama Inda. Ku sodorkan tangan kananku kedepan Bang Rendi,tanpa menunggu aba-aba Bang Rendi langsung menyematkan sebuah cincin sangat indah kelihatannya sederhana tapi sangat elegan di jari manisku.Aku juga menyematkan cincin yang sama kepada jari manisnya Bang Rendi. Tiba saatnya untuk sesi foto bersama.Rupanya Bang Rendi sudah menyiapkan seorang fotografer profesional untuk mengabadikan kenangan indah kami hari ini.Yang pertama dari dua orang tuanya Bang Rendi, dilanjutkan dengan yang lainnya semuanya kebagian tidak ada yang ketinggalan. Bang Rendi mendekati sang fotogra
"Ayo.... semuanya kita keruangan sebelah...ada sedikit jamuan yang telah kami siapkan... semoga memuaskan..."Papi Yuda menyuruh semua yang hadir pada acara pernikahan kami untuk menikmati suguhan yang telah di sediakan oleh pihak hotel Shangrila. "Terimakasih banyak Pak...." Papi Yuda mendahului mereka semua menuju ruangan yang bersebelahan dengan tempatku berada sekarang ini.Yang terakhir keluar adalah Winda sahabat karibku. Aku perhatikan tatapan mata Winda tidak lepas dari wajah Alma, sepertinya tengah menyimpan sebuah pertanyaan. "Aku tau kamu ingin menanyakan sesuatu kepadaku.... keluarlah ikut bersama mereka ke ruangan sebelah, nanti aku jelaskan... setelah ini..." "Baiklah... seharusnya begitu...saya tinggal dulu ya... Bang titip sahabatku ya...awas saja kalau Abang macam-macam... " "Iya...aman..." Kini tinggal aku sama Bang Rendi, suasana hening seketika. "Baby.... apakah kamu bahagia dengan pernikahan ini, jawab Abang dengan jujur..."mata hazel Bang Rendi menghujam pe
Semua orang yang datang menghadiri acara pernikahan aku dan Bang Rendi Sud menyelesaikan acara makan siang yang telah di siapkan oleh Papi Yuda. Winda sedari tadi sudah memperhatikan gerak gerik Alma sambil mengingat kembali peristiwa beberapa bulan yang lalu di mana Humairah jatuh pingsan di rumahnya. Winda terlihat sedang menahan emosi karena kehadiran Alma dalam rumah tangganya Humairah hingga berujung maut. "Gimana kabarnya Pak Airlangga dan Bu Rima..."Winda sengaja memancing reaksi Alma dengan kata katanya barusan. Mommy Meta dan juga Pak Hermawan yang duduk bersebelahan dengan Alma sangat kaget dengan perkataan Winda barusan. "Nak.. maksud kamu apa...kenapa kamu menanyakan orang yang telah membunuh putra saya kepada Alma..."Mommy Meta merasa ada yang janggal, sengaja di tutup tutupi. Papi Yuda segera menghentikan aksi Mommy Meta,kerana kalau sampai ini di teruskan bisa berakibat fatal, apalagi ada kedua orang tuanya Bang Rendi,dan juga Almeera dan Al Jazair yang mendengark
Abah Malik dan Ummi Salamah cukup kaget juga mendengar perkataan Winda barusan karena selama kepergiannya Mas Brian, Humairah tidak menceritakan secara mendetailkan perihal rumah tangganya.Yang mereka tau kalau Mas Brian menikahi Alma demi melindungi nyawa Humairah dan anak anaknya. "Pak Hermawan, Pak Afandi... mohon maaf saya harus kedalamnya, saya takut Al Jazair menekan Humairah dengan beberapa pertanyaan, saya khawatir kondisi Humairah belum pulih total jangan sampai dia drop lagi..."Abah Malik pamit kepada keluarganya Bang Rendi untuk masuk ke tempat Humairah istirahat mengikuti Al Jazair. "Silahkan Pak... tidak apa-apa, saya sangat paham dengan situasi dan kondisi Nak Humairah saat ini." "Terimakasih banyak Pak...." Abah Malik dan Ummi Salamah masuk kedalam ruangan tempat Humairah istirahat dengan sangat terburu-buru, benar dugaan mereka berdua Al Jazair sedang memberondong Humairah dengan beberapa pertanyaan yang sangat tajam dan sensitif. Bukan hanya Abah Malik dan Ummi S
"Pi... Humairah bisa minta tolong nggak...tapi kalau Papi keberatan nanti Humairah hubungi Mang Udin saja untuk mengantarkan Almeera dan Al Jazair membeli apa yang tadi mereka sebut."aku minta tolong kepada Papi Yuda agar bisa mengantar Almeera dan Al Jazair keluar, agar perhatian Al Jazair teralihkan."Bisa... Nak, Papi tidak keberatan, yang ada Papi sangat senang karena sudah lama juga Papi tidak mengantar mereka jalan jalan.""Terimakasih banyak ya Pi...."Semua orang yang tadi berada di ruangan sebelah sudah berada di ruangan yang aku tempati sekarang ini.Aku bukannya tidak perduli dengan keadaan di sekitarku, tapi saat ini prioritas utamaku adalah Al Jazair,aku tidak mau dia memikirkan secara terus menerus apa yang dia dengarkan tadi."Mas tolong ambilkan tas Bunda dong...""Iya Bunda...."Al Jazair mendekati nakas tempat aku meletakkan tas yang biasa aku gunakan kalau lagi keluar.Entah bagaimana tiba tiba saja semua isinya tumpah keluar, Al Jazair terlihat sangat gugup, mungkin d