“Sus, kakakku baik-baik saja kan?” tanya Selina lagi.“Doakan saja Mbak …” ucap perawat itu dengan wajah tak kalah cemas.Selina pun akhirnya mengangguk dan menunggu bersama Arman di luar ruangan IGD.“Sabar ya Selin, insyaallah Adam baik-baik saja. Dia segera dapat pertolongan insyaallah dia akan selamat,” tukas Arman berusaha menenangkan Selina. Karena usianya sudah matang, berusia kepala tiga, dia lebih tenang dalam menyikapi sesuatu. Lalu dia meraih ponselnya untuk menghubungi pesantren, Ustaz Bashor dan Ummi Sarah.“Jangan, Kang! Jangan telepon pesantren dulu!” ucap Selina tiba-tiba. Dia melarang Arman menghubungi kedua orang tuanya.“Kenapa gak boleh?” tanya Arman penasaran.“Aku takut reaksi Ummi dan Abah, Kang … mereka pasti bersedih dan shocked. Tunggu Aa Adam sadar dulu saja barulah telepon …” ucap Selina sembari menghela nafas panjang. Dia menyesal atas semua yang terjadi karena demi memenuhi keinginannya Adam malah celaka.“Ya, udah, kita tunggu dulu …” ucap Arman mengenya
Ummi Sarah buru-buru mencuci jarinya dengan air bersih dan mengobatinya dengan betadin dan membungkusnya dengan plester luka.Ceu Sari yang melihatnya terkejut. “Ummi … harusnya sama saya Ummi. Ummi istirahat saja. Masak ‘kan bagian saya …”“Gak apa-apa. Kamu juga tadi bantuin capek,”Suara telepon pun berdering. Sebenarnya yang diharapkan yang menghubunginya Adam atau Selina tetapi yang menelpon Arman. Mungkin ponsel Adam dan Selina habis baterainya, pikirnya.“Assalamualaikum, Kang Arman. Ada apa?” tanya Ummi Sarah.“Ummi, waalaikumsalam. Ummi, Adam di rumah sakit sekarang,” ucap Arman. Arman segera menghubungi Ummi Sarah karena dia sendiri merasa khawatir akan terjadi sesuatu pada Adam dan tentu dia pasti disalahkan karena tidak bisa menjaga Adam dengan baik meskipun itu kecelakaan yang tak terduga. Sebelum itu terjadi dia segera menghubungi Ummi Sarah.“Ap-pa? Kenapa Adam di rumah sakit?” cerocos Ummi Sarah.“Adam terluka tadi ada orang jahat tiba-tiba menusuk Adam,” jelas Arman.
“Astaga! Cepat cek lagi di BDRS!” pekik dokter bedah.Para perawat pun kelabakan mencari darah untuk Adam. Salah satu perawat mengabari Selina.“Pasien butuh darah AB rhesus negatif,”“Ap-pa?”“Dia kehilangan banyak darah, harus segera transfusi …”“Golongan darahku B, argh, aku bahkan tak bisa menyelamatkan nyawa kakakku,”“Golongan darah AB dengan rhesus negatif bisa menerima donor dari AB, A, B, dan O rhesus negatif. PMI terdekat stock habis,”“Aku akan mencarinya Sus. Mudah-mudahan keluarga ada yang bergolongan darah sama dengan Aa Adam,” sahut Selina.“Akang akan menghubungi teman-teman barangkali ada yang bergolongan darah sama dengan Adam,”Selina pun mengangguk.Selina pun meraih ponselnya untuk mengabari Ustaz Bashor dan Ummi Sarah, mengingat kondisi Adam dalam keadaan kritis, membutuhkan transfusi darah.Namun tanpa diduga Selina, Ustaz Bashor sudah berada di belakang Selina. Saking fokus memencet nomor telepon dia tidak mendengar suara langkah kaki ke arahnya.“Selina …” ser
Manusia hanya bisa berikhtiar dan berdoa tetapi hasil tentu Allah yang menentukan. Lantunan zikir tak pernah karam di bibir sang ustaz. Dia terus merapalkan doa dan zikir untuk kesembuhan sang putra. Begitupula dengan doa sang istri dan anak yang terus melangit dengan penuh kepasrahan.Di depan ruang operasi Ummi Sarah dan Selina duduk menanti pertolongan datang sedangkan Shiza dan Aqsa masih berada di perjalanan menuju ke sana. Sebetulnya Ummi Sarah keberatan jika harus berurusan lagi dengan keluarga Aqsa. Namun Selina berhasil membujuknya demi keselamatan Adam.Selina bersandar pada bahu sang ibu yang terus berlinangan air mata. Pantas saja sedari tadi perasaan Ummi Sarah tidak enak rupanya terjadi kontak batin dengan sang anak.“Ya ampun, Selin, ini sampai gak ngeh, kerudungmu kotor kena darah Nak. Bajumu juga. Bagaimana tadi kamu sholat dalam kondisi seperti ini?”Ummi Sarah menggelengkan kepalanya saat melihat pasmina yang dipakai Selina.Selina mengangkat kepalanya. “Ummi benar,
“Makasih sudah datang kemari Nak Aqsa dan Nak Shiza,” ucap Ustaz Bashor, menyelipkan tasbihnya ke balik jaket yang dipakainya.“Iya, Ustaz, sama-sama. Bagaimana kondisi Adam saat ini?” tanya Aqsa setelah berpikir ulang percakapan yang akan dia bahas dengan calon mertuanya yang gagal. Mungkin baru bakal calon mertua. Dia merasa rikuh gegara kejadian waktu itu. Bagaimanapun dia masih merasa bersalah dengan sikap kedua orang tuanya.“Adam mengalami luka tusuk di bagian perut dan pendarahan hebat karena ususnya terluka. Dia kekurangan darah,” jawabnya singkat.“Oh begitu. Saya turut prihatin dengan apa yang menimpa Adam. Mudah-mudah darah Shiza bisa jadi pendonor,”“Amin. Semoga saja. Soalnya meskipun saya kalau dari segi golongan darah bisa mendonorkan darah, tetapi tidak memenuhi kriteria karena saya hipertensi,”“Shiza cukup menjaga pola makan, mudah-mudahan saja bisa Ustaz,”Shiza disambut perawat dan melakukan serangkaian prosedur donor darah. Setelah dicek ulang memang benar Shiza b
“Argh aku di mana?”Adam mengedarkan pandangannya. Kepalanya masih terasa pusing efek obat bius.“Rumah sakit Mas,” ucap perawat sembari mengecek dan memantau terus tekanan darah Adam.“Ah iya aku terluka …” lirih Adam sangat pelan.“Bagaimana perasaanmu Adam?” tanya dokter bedah.“Perutku sakit,” jawab Adam sembari meringis.“Butuh beberapa bulan untuk pulih kembali. Kamu terkena luka tusuk hingga mengenai usus. Karena luka serius kamu mengalami hipovolemik dan kamu hampir kehilangan seperlima darah dalam tubuhmu sehingga kami harus mencarikanmu donor darah AB Rh negatif … golongan darah yang cukup langka …”Dokter bedah terkekeh.“Begitu Dok?”Adam melirik dengan ekor matanya pada dokter yang berada di sampingnya.“Wah, aku merepotkan ya dok,”Adam tersenyum.“Enggak. Sudah kewajiban kami menolong pasien yang sakit. Untunglah bukan golongan darah Rh-Null yang sangat langka … cuman ada di novel-novel romance…”Dokter itu terkekeh lagi.Adam yang mendengar hal itu terkekeh pelan meski
Setelah memastikan Shiza pulih, kini giliran Selina menjenguk Adam. Shiza dan Aqsa pun ikut tak ketinggalan.“Aa …,” ucap Selina bahkan tanpa salam saat memasuki ruang di mana Adam dirawat. Adam langsung tersenyum lebar melihat adik kesayangannya. Selina langsung menghambur memeluknya dengan erat sehingga Adam meringis.“Ups, sorry Aa …” ucap Selina menyadari pelukannya membuat sang kakak kesakitan.“Gak apa-apa Selin!” sahut Adam dengan suara yang pelan. Dia mencoba meraba pashmina adiknya. “Ganti dulu gih, kamu kucel banget,”“Biarin, kucel juga tetep adik Aa Adam yang paling cantik …”Senyum tak henti mengembang di bibirnya yang manis.Beberapa saat kemudian Adam melirik sekilas pada Shiza yang berdiri di belakang Aqsa.“Gimana Bro?” tanya Aqsa menghampiri Adam dan Selina beringsut mundur untuk memberi jalan pada Aqsa. Selina duduk bersama Shiza di sofa tak jauh dari ranjang itu.“Alhamdulillah, aku kira aku sudah mati …”Adam terkekeh. “Makasih Shiza …” ucapnya melirik dengan ekor
“Kamu diam berarti kamu tidak memaafkanku dan kedua orangtuaku,” cetus Aqsa.“Tidak begitu …”Selina terpaksa menyahut mau tak mau.“Jadi, kamu memaafkanku dan kedua orangtuaku?”“Sebetulnya aku tidak tahu kata maaf Mas itu untuk apa. Mas tidak salah dan kedua orangtua Mas juga tidak salah. Bukankah meminta maaf itu kalau kita ada salah? Berarti kalau tidak ada salah Mas tidak perlu meminta maaf,”Selina akhirnya menoleh meskipun menunduk.“Mas dan keluarga Mas sudah bikin salah sama kamu. Pertama, proses taaruf tidak berjalan sesuai harapan karena sikap respon kedua orangtua Mas berlebihan. Kesalahan kedua, Ustaz Bashor dan Ummi Sarah begitu baik menyambut kami, bahkan menceritakan jati dirimu sebenarnya hanya pada keluarga kami. Namun kedua orang tuaku bersikap kurang bijaksana dan terkesan merendahkan, maaf, ibumu …” jelas Aqsa penuh penyesalan.Saat mendengar perkataan Aqsa, Selina tak mampu lagi menahan tangisnya. Apalagi saat mendengar kata ‘ibumu’. Terdengar isak yang pelan.“S
Sebulan kemudian Hari paling bahagia telah tiba. Pernikahan Dave dan Selina berlangsung meriah, dilaksanakan di sebuah resort milik Meliani di mana memiliki konsep nature atau alam. Selina sangat menyukai pemandangan alam sehingga dia memilih mengadakan acara walimah dan resepsi di ruangan outdoor atau terbuka. Ada banyak pepohonan pinus yang rimbun dan hijau. Dekorasi didominasi warna putih dengan aneka bunga mawar warna-warni di mana-mana. Sebuah lantunan sholawat syahdu dan merdu terdengar. Acara ijab qabul dilaksanakan terpisah. Hanya dihadiri oleh penghulu, calon mempelai lelaki Davendra Diraya,wali Selina yang tak lain Rayyan Sanjaya, saksi yaitu Ustaz Bashor dan Adam serta kerabat. “Qobiltu Nikahaha Wa Tazwijaha Hafla Selina Almaqhvira binti Rayyan Sanjaya Alal Mahril wa madzkuur ala radhiitu bihi wallahu waliyyu taufiq,” Dave mengucapkan kalimat ijab kabul dalam bahasa Arab dengan lantang. Dia mengucapkan puji syukur karena lancar membaca ijab qabul. Terlihat dia begitu bah
Selina memasukkan surat tersebut ke dalam amplopnya lagi. Selepas sekolah dia meremas surat tersebut lalu membuangnya ke tempat sampah. Tidak ada waktu meladeninya.Jika Selina mau membuktikan foto tersebut dia hanya perlu meminta bantuan Dave dan Arman. Dave akan menjelaskan soal foto-foto tersebut dengan lebih gamlang. Mungkin di resort milik ibunya Dave ada CCTV yang akan menampilkan sosok orang yang diam-diam menguntitnya dan mencuri foto dirinya dengan angle yang menyudutkan posisi Selina.Adapun Arman akan menjelaskan soal foto dirinya saat keluar dari dokter kandungan. Selina hanya mengantar Nunik Nirmala dan Arman mengetahui hal tersebut.Selina merasa tidak terima perlakuan Ummi Sarah yang seolah meragukannya. Hatinya perih saat diinterogasi olehnya. Jalan yang terbaik adalah Selina ingin keluar dari kehidupan ke dua orang tua asuhnya dan menjalani kehidupannya sendiri. Dia tak ingin menjadi beban keluarga apalagi mereka adalah keluarga agamis.Sudah beberapa hari Selina tin
“Tentu saja Dokter. Saya akan memberi restu. Andra sudah menceritakan segalanya. Saya ingin Anda menjaganya dan menyayanginya dengan tulus. Saya merasa menyesal karena terlambat mengetahuinya. Nasi sudah menjadi bubur. Mungkin ini hukuman dunia bagi saya karena telah menyia-nyiakan orang yang mencintai saya dengan tulus,”Rayyan menunduk lesu.“Sabar ya Pak Rayyan, Anda sudah bertindak benar. Menyadari kesalahan dan ingin memperbaikinya. Yang terpenting sudah berusaha.”“Kamu masih muda, terlihat dewasa cara berpikirnya,”Dave menaikkan alisnya sebelah. “Masih muda? Yang benar saja Pak. Saya sudah kepala tiga,”Beberapa orang sering mengatakan hal serupa.“Serius?”“Iya, covernya saja terlihat dua puluh,”Akhirnya ke dua pemuda tampan yang berbeda usia tersebut tertawa bersama untuk pertama kalinya. Mereka berjalan beriringan keluar dari lobi apartemen sembari terus berbincang.“Ngomong-ngomong, apa hubungan Pak Rayyan dengan Andra?”“Andra anak teman saya, Darius. Saya, Darius dan Di
Mahendra mengunjungi Dave di apartemennya. Dia ingin mempertemukan seseorang padanya.“Seseorang ingin bertemu denganmu,” ucap Mahendra merangkul pundak sahabatnya.“Siapa? Sejak kapan kamu bikin penasaran,”“Ayah kandung Selina,” bisik Mahendra ke telinga Dave. Dave terkejut sekali mendengar perkataan temannya. “Bela-belain langsung terbang dari Singapura. Padahal kakinya masih sakit akibat kecelakaan.”“Jangan bercanda, Andra!”Dave tertawa renyah.“Kalian bisa mengobrol empat mata,”“Baiklah,”Dave melirik sekilas pada lelaki paruh baya yang sangat tampan di belakang Mahendra. Dia berjalan dengan langkah lamban seperti tengah kesakitan. Dave mengulurkan tangannya terlebih dahulu padanya dan memperkenalkan diri.“Saya Davendra Diraya. Biasa dipanggil Dave,” ucap Dave dengan menampilkan senyum terbaiknya.“Saya Rayyan Sanjaya,” ucapnya dengan penuh wibawa.Dave seketika tertegun melihat penampilan Rayyan dan cara bicaranya. Dia bukan lelaki biasa. Dari penampilannya saja terlihat ber
Dave merasa bersalah karena telah membuat Selina menunggu kabar darinya. Mendadak, dia memiliki urusan penting di mana dia harus menangani pasien yang ternyata salah satu karyawan sang ibu-yang tengah berusaha mengakhiri hidupnya akibat depresi dengan meloncat dari rooftop gedung. Dengan kemampuannya Dave berhasil membujuk karyawan tersebut untuk mengurungkan niatnya. Padahal masalahnya sepele. Lelaki yang baru berusia dua puluh lima tahun itu baru saja memergoki kekasihnya selingkuh.Setelah semua masalahnya usai, Dave langsung memencet nomor Selina. Namun Selina tidak mengangkat teleponnya sebab dia tidak mengaktifkannya.‘Pasti my Selin marah,’ gumamnya.Tak menyerah, kali ini Dave benar-benar nekad. Dia mengirim voice note.[Assalamualaikum Sel, maaf aku baru bisa menghubungimu sebab ada urusan yang harus aku selesaikan.Sel, maaf, aku tak bisa bertemu apalagi berbincang denganmu langsung. Suatu hal yang sulit sebab aku tahu kamu begitu menjaga jarak dengan lawan jenis. Maaf, aku
“Ummi, ada lagi yang bisa saya bantu?” tanya Rois.“Tidak ada, makasih Kang! Tolong jangan sampe bocor ya!” Sekali lagi Ummi Sarah menegaskan. Dia masih tidak percaya dengan foto-foto yang menampilkan wajah putri cantiknya.“Iya, Ummi, tenang aja. Seperti yang Ustaz katakan, jika kita menutup aib orang lain kelak di akhirat Allah akan menutup aib kita, Ummi,” ucapnya dengan begitu sopan.“Masyaallah, betul Kang,”Ummi Sarah kagum dengan respon Rois tersebut. Sempat terpikir ingin menjodohkan Selina dengan pemuda itu tetapi usianya jauh di bawah Selina.Selepas ashar, Ummi Sarah langsung menghampiri Selina yang baru saja pulang mengajar. Selina terlihat sudah mandi dan tengah duduk seperti biasa di meja belajar sembari memainkan kelopak bunga mawar warna-warni dalam vas bunga kaca.“Ummi boleh masuk?” ujar Ummi Sarah di ambang pintu kamarnya.“Ya,” jawab Selina singkat.“Ummi ingin bicara denganmu,”“Ya, bicaralah!” “Ummi percaya padamu. Tapi Ummi hanya ingin kamu menjelaskan soal fo
Ummi Sarah menarik nafas dalam setelah melihat foto-foto Selina yang dia peroleh dari tangan Ceu Sari. Dilihatnya lekat-lekat foto tersebut satu per satu. Betul memang foto tersebut foto-foto Selina. Namun lelaki yang bersamanya tidak terlihat wajahnya. Hanya terlihat saja tubuhnya yang menjulang tinggi.“Bagaimana Ummi? Foto itu fitnah bukan?” seru wanita yang melempar foto tersebut ke arahnya. Lalu dia pergi meninggalkan kerumunan.“Sepertinya telah terjadi kesalahpahaman. Silahkan bubar kalian semua!” seru Ummi Sarah pasrah pada para orang tua santri. Mereka tidak bisa diajak kompromi lagi terlebih adanya foto-foto tersebut yang semakin membuat spekulasi yang di luar kendali. Ummi Sarah langsung melambaikan tangannya pada Rois, menyuruhnya untuk membubarkan mereka setelah membawa anak mereka.Beberapa anak menolak dijemput oleh ke dua orang tua mereka. Bahkan ada yang sampai menangis tak ingin pulang karena sudah betah tinggal di pesantren. Mereka berlarian pada Ummi Sarah, mencium
“Ceu, Ummi mau mendatangi mereka saja,” ucap Ummi Sarah seraya merapikan kerudungnya. Perlahan, Ummi Sarah menggerakan tangannya untuk menarik knop pintu rumah. Saat pintu terbuka tampaklah pemandangan para orang tua murid santri kelas tsanawiyah atau setingkat SMP tengah berkerumun di halaman rumah. Mereka langsung mendelik pada pintu dan menatap Ummi Sarah dengan tatapan yang tajam. “Ummi, saya mau mencabut anak saya dari pondok. Namanya Syamsul Hamid,” seru salah satu ayah santri. “Saya juga mau menjemput anak saya, Putri Annisa Lavina,” “Sebentar, sebentar, mohon maaf Ayah dan Bunda. Mari masuk terlebih dahulu. Kita bicara di dalam,” tawar Ummi Sarah bersikap sopan. Yang benar saja, mereka mengobrol masih di halaman itu pun dalam keadaan berdiri. “Tidak! Kami tidak sudi masuk ke rumah Anda, Ummi,” pekik salah satu orang tua murid yang lain. “Iya, jangan banyak basa-basi! Sudahlah jangan munafik kalau jadi orang! Saya sebagai orang tua murid sangat kecewa pada Ummi dan Ustaz
Sambungan telepon dari Davendra Diraya kembali terdengar di telinga Selina. Gegas, Selina menyambar ponselnya dengan kecepatan sepersekian detik. Terlihat sangat bersemangat. Tanpa ba-bi-bu Dave berucap salam lalu mengatakan maksud pembicaraannya yang tertunda.[Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku … suka sama kamu, Sel! Aku jatuh cinta padamu. Aku ingin melamarmu,] ucap Dave dengan serius.[Apa?]Selina yang mendengar perkataan Dave via telepon benar-benar terkejut. Tak percaya jika memang dokter yang menjelma guardian angel yang selalu menolongnya tersebut menyatakan cinta padanya. Dia mengipasi wajahnya yang bersemu merah beberapa kali.[Maukah kamu menerima cintaku? Kamu tidak perlu menjawab sekarang. Aku bersedia menunggu. Jika kamu bersedia, aku akan merasa menjadi seorang lelaki yang paling beruntung di dunia ini. Aku akan melamarmu langsung pada Abahmu, kalau perlu hari ini juga,] katanya begitu bersemangat.[Um … ][Baiklah, kamu pasti syok aku menembakmu melalui sambungan te