‘Cinta adalah bunga yang tumbuh tanpa bantuan musim’.Selina menggumamkan sebuah syair cinta dari penyair Lebanon, Kahlil Gibran. Dia memejamkan matanya dan mengasah intuisi yang menganak sungai di pikirannya. Pikirannya yang kalut justru menjadi sebuah jembatan untuknya mengelola emosi dan mengekspresikannya melalui sebuah tulisan, prosa. Lalu dia meraih sebuah buku kecil dan pena. Jemarinya menari-nari di atas lembaran kosong untuk membuat sebuah sajak-sajak indah.Seseorang tiba-tiba mengusiknya.“Ngapain Bu di sini? Kesal ya soalnya izin cutinya gak di-ACC? Ya ampun sampe nangis berdarah-darah,”Ruri menghampiri Selina yang semenjak kepergian Shiza dan Aqsa masih duduk di bangku taman sembari menulis sebuah sajak.“Ada apa Ruri?” sahut Selina lebih tenang. Dia langsung merapikan buku kecilnya yang selalu dia bawa kemana-mana. Lalu dia masukan ke dalam saku bajunya.“Telinga Ibu bermasalah ya sampai gak bisa denger aku ngomong?”“Tidak, telinga Ibu sehat. Bahkan Ibu rajin memeriksa
Adam tidak tinggal diam meskipun dia sibuk dengan usaha lampu hias milik keluarga yang secara turun temurun diwariskan, dia meluangkan waktunya untuk mencari tahu keberadaan ibu kandung Selina. Dia hanya ingin memenuhi keinginan sang adik. Adam lebih dulu curi start karena tak ingin Selina merasa lelah karena harus ikut ke sana kemari mencari alamat ibunya yang belum jelas keberadaannya. Keinginan Adam ialah Selina bertemu ibunya langsung ketika lokasinya sudah pasti. Itu saja yang Adam harapkan, selebihnya dia tak mau Selina berhubungan terlalu dekat dengan ibunya yang notabenenya hidup dalam dunia gemerlap malam. Dia takut kehilangan Selina. Lebih jauh lagi Selina ikut bersama ibunya dan terjerembab dalam dunia itu. “Maaf, Abah, aku ganggu sebentar, sibuk gak?” ucap Adam menghampiri Ustaz Bashor yang sibuk memberi contoh pada para pekerja dalam mematri kaca dan kuningan untuk menghias lampu gentur. Secara turun temurun keluarga Ustaz Bashor menekuni usaha lampu gentur yang diwaris
Oh hoAdam langsung terbatuk kaget saat melihat penampilan Selina dari ujung kepala hingga ujung kaki. Bahkan dia sampai menumpahkan bandrek dalam cangkir seng ke atas meja.“Kamu niat banget Dek …”Adam terkekeh. Selina terlihat masih sangat muda dan masih seperti anak mahasiswi. Dia memakai pakaian kasual sehelai kaos putih panjang dengan pashmina yang menutup dada berwarna senada dan rok berbahan denim light blue sama dengan jaketnya. Pun, dilengkapi sepatu boots, topi dan tas ransel meskipun tetap terlihat sederhana tanpa riasan, hanya lip balm agar bibirnya tidak kering.“Hem bagaimana penampilanku, Aa? Apakah Aa sudah menemukan gadis secantik diriku?” ucap Selina penuh semangat. Mendadak, dia terlihat kembali ceria.“Seperti biasa, adikku, gadis tercantik di dunia. Aa juga belum menemukan gadis yang sepertimu,” kata Adam tersenyum pada adiknya.“Let’s go!”Selina menggandeng tangan sang kakak. Pencarian pun dimulai.Ditemani seorang asisten, Adam dan Selina berangkat pagi hari k
“Menurut informasi yang Akang peroleh alamatnya sudah benar, rumahnya bercat kuning. Cuman masalahnya di sini ada banyak rumah yang berwarna kuning dan modelnya sama,”Arman menghentikan mobil sejenak.“Mana aku lihat?”Selina meminta Arman memperlihatkan foto rumah paman dan bibi ibunya.“Kang, kayaknya bukan di sini deh, salah kali,” protes Selina. “Rumah-rumah di sini bahkan gak ada nomornya,”“Eh, iya bener Neng Selina mah awas lihatnya,”Arman menepuk jidatnya. Mereka pun melajukan kembali kendaraan dan turun lagi beberapa ratus meter dari sana.Selina turun dari mobil dan melangkah lebih dulu. Ada banyak pasang mata melihat Selina dengan takjub. Seperti biasa kecantikan Selina selalu mencuri atensi. Tidak hanya cantik tapi Selina memiliki daya tarik seperti magnet membuat setiap orang yang melihatnya merasa tertarik. Seolah inner beauty yang dia miliki terpancar.“Assalamualaikum, Pak! Saya mau tanya apa Bapak tahu rumah Bu Esih?” tanya Selina pada seorang pria paruh baya yang s
Selina tampak sedih. Wajahnya yang semula ceria kentara sekali berubah seketika tatkala mendengar kabar itu. Seolah harapan untuk berjumpa dengan sang ibu kandung pupus sudah. Padahal dia baru saja memulai pencarian.“Mungkin tetangga di sebelah punya nomornya, Neng,” ucap wanita bernama Sukaesih.Selina dengan pikiran kalutnya tak terpikirkan hal itu.“Ah. Iya, benar, Bu! Aku sampai gak kepikiran,” sahut Selina dengan senyuman hambar.“Biar, Aa yang temui para tetangga,” ucap Adam. Melihat tingkah Adam pada Selina membuat Sukaesih tersenyum dan mengira kalau mereka adalah pasangan muda. Adam begitu menyayangi Selina sehingga dia bersikap protektif padanya.“Ayo, Aa!” ujar Selina pada Adam. “Makasih ya Bu,”Mereka pun menanyai satu per satu tetangga bahkan hingga ketua RT, meminta informasi soal Sukaesih dan Endang suaminya. Sebagian mereka bahkan tidak tahu kalau Sukaesih dan Endang sudah pindah rumah.“Punten Aa, emang Aa siapanya Bu Sukaesih dan Pak Endang?” tanya kepala RT yang me
“Ibu dan Bapak, begini saja seandainya saya sudah menemukan Bu Sukaesih dan Pak Endang, insyaallah nanti kita bahas soal hutang,” pungkas Selina. Dia memang gadis yang baik dan cerdik. Tentu saja dia akan membantu setiap orang yang mengalami kesulitan tapi dia juga tidak mau kalau dimanfaatkan atau ditipu begitu saja oleh orang asing.Pak RT dan Bu RT pun saling lirik dan mengangguk.“Baiklah, saya minta nomor kalian,” pinta Bu RT yang langsung dijawab oleh Adam. “Ini kartu nama saya, hubungi nomor yang ada di sini aja,”Adam menyerahkan secarik kartu nama pada Bu RT. Adam terlihat lebih sopan pada Bu RT karena dia bersikap sopan pula tak seperti Pak RT.‘Wah, ternyata bukan orang biasa, pemilik lampu hias terkenal di Cianjur,’ batin Bu RT.“Tolong kabari kami jika ada kabar tentang Bu Sukaesih dan Pak Endang sesegera mungkin …” ujar Adam dengan tegas.“Apa imbalan bagi kami?” tanya Pak RT. “Apakah kalian akan membayar hutang mereka?”“Kami akan pertimbangkan hal itu …” sahut Adam sin
Adam yang memiliki sifat waspada terhadap orang asing tentu langsung bereaksi dan menangkis tangan pria itu dengan baik. Mungkin sangat baik sehingga pria yang hanya mencoba mengancam dan belum siap untuk bertarung seketika terpelanting ke belakang.Selina yang melihatnya buru-buru berlari ke arah Adam. Dia sembunyi di balik punggung sang kakak.“Aa …!” lirih Selina dengan suara yang gemetar. Dia menyesal tertinggal di belakang dan tak mendengarkan perkataan kakaknya untuk segera pulang.Ke dua pria itu menyerang Adam dan pertarungan pun terjadi. Beruntunglah Adam memiliki kemampuan bela diri yang baik. Di pesantren dia diajarkan silat sehingga dia mampu melawan ke dua orang asing itu. Namun mereka memiliki senjata sehingga dia sedikit kesulitan dan hampir beberapa kali tertusuk jika dia sedikit lengah saja.Selina melihat itu ketakutan lalu dia meraih ponselnya menelepon Arman. Namun Arman tidak mengangkat teleponnya karena suara musik yang dinyalakan di dalam mobil begitu keras sehi
“Sus, kakakku baik-baik saja kan?” tanya Selina lagi.“Doakan saja Mbak …” ucap perawat itu dengan wajah tak kalah cemas.Selina pun akhirnya mengangguk dan menunggu bersama Arman di luar ruangan IGD.“Sabar ya Selin, insyaallah Adam baik-baik saja. Dia segera dapat pertolongan insyaallah dia akan selamat,” tukas Arman berusaha menenangkan Selina. Karena usianya sudah matang, berusia kepala tiga, dia lebih tenang dalam menyikapi sesuatu. Lalu dia meraih ponselnya untuk menghubungi pesantren, Ustaz Bashor dan Ummi Sarah.“Jangan, Kang! Jangan telepon pesantren dulu!” ucap Selina tiba-tiba. Dia melarang Arman menghubungi kedua orang tuanya.“Kenapa gak boleh?” tanya Arman penasaran.“Aku takut reaksi Ummi dan Abah, Kang … mereka pasti bersedih dan shocked. Tunggu Aa Adam sadar dulu saja barulah telepon …” ucap Selina sembari menghela nafas panjang. Dia menyesal atas semua yang terjadi karena demi memenuhi keinginannya Adam malah celaka.“Ya, udah, kita tunggu dulu …” ucap Arman mengenya
Sebulan kemudian Hari paling bahagia telah tiba. Pernikahan Dave dan Selina berlangsung meriah, dilaksanakan di sebuah resort milik Meliani di mana memiliki konsep nature atau alam. Selina sangat menyukai pemandangan alam sehingga dia memilih mengadakan acara walimah dan resepsi di ruangan outdoor atau terbuka. Ada banyak pepohonan pinus yang rimbun dan hijau. Dekorasi didominasi warna putih dengan aneka bunga mawar warna-warni di mana-mana. Sebuah lantunan sholawat syahdu dan merdu terdengar. Acara ijab qabul dilaksanakan terpisah. Hanya dihadiri oleh penghulu, calon mempelai lelaki Davendra Diraya,wali Selina yang tak lain Rayyan Sanjaya, saksi yaitu Ustaz Bashor dan Adam serta kerabat. “Qobiltu Nikahaha Wa Tazwijaha Hafla Selina Almaqhvira binti Rayyan Sanjaya Alal Mahril wa madzkuur ala radhiitu bihi wallahu waliyyu taufiq,” Dave mengucapkan kalimat ijab kabul dalam bahasa Arab dengan lantang. Dia mengucapkan puji syukur karena lancar membaca ijab qabul. Terlihat dia begitu bah
Selina memasukkan surat tersebut ke dalam amplopnya lagi. Selepas sekolah dia meremas surat tersebut lalu membuangnya ke tempat sampah. Tidak ada waktu meladeninya.Jika Selina mau membuktikan foto tersebut dia hanya perlu meminta bantuan Dave dan Arman. Dave akan menjelaskan soal foto-foto tersebut dengan lebih gamlang. Mungkin di resort milik ibunya Dave ada CCTV yang akan menampilkan sosok orang yang diam-diam menguntitnya dan mencuri foto dirinya dengan angle yang menyudutkan posisi Selina.Adapun Arman akan menjelaskan soal foto dirinya saat keluar dari dokter kandungan. Selina hanya mengantar Nunik Nirmala dan Arman mengetahui hal tersebut.Selina merasa tidak terima perlakuan Ummi Sarah yang seolah meragukannya. Hatinya perih saat diinterogasi olehnya. Jalan yang terbaik adalah Selina ingin keluar dari kehidupan ke dua orang tua asuhnya dan menjalani kehidupannya sendiri. Dia tak ingin menjadi beban keluarga apalagi mereka adalah keluarga agamis.Sudah beberapa hari Selina tin
“Tentu saja Dokter. Saya akan memberi restu. Andra sudah menceritakan segalanya. Saya ingin Anda menjaganya dan menyayanginya dengan tulus. Saya merasa menyesal karena terlambat mengetahuinya. Nasi sudah menjadi bubur. Mungkin ini hukuman dunia bagi saya karena telah menyia-nyiakan orang yang mencintai saya dengan tulus,”Rayyan menunduk lesu.“Sabar ya Pak Rayyan, Anda sudah bertindak benar. Menyadari kesalahan dan ingin memperbaikinya. Yang terpenting sudah berusaha.”“Kamu masih muda, terlihat dewasa cara berpikirnya,”Dave menaikkan alisnya sebelah. “Masih muda? Yang benar saja Pak. Saya sudah kepala tiga,”Beberapa orang sering mengatakan hal serupa.“Serius?”“Iya, covernya saja terlihat dua puluh,”Akhirnya ke dua pemuda tampan yang berbeda usia tersebut tertawa bersama untuk pertama kalinya. Mereka berjalan beriringan keluar dari lobi apartemen sembari terus berbincang.“Ngomong-ngomong, apa hubungan Pak Rayyan dengan Andra?”“Andra anak teman saya, Darius. Saya, Darius dan Di
Mahendra mengunjungi Dave di apartemennya. Dia ingin mempertemukan seseorang padanya.“Seseorang ingin bertemu denganmu,” ucap Mahendra merangkul pundak sahabatnya.“Siapa? Sejak kapan kamu bikin penasaran,”“Ayah kandung Selina,” bisik Mahendra ke telinga Dave. Dave terkejut sekali mendengar perkataan temannya. “Bela-belain langsung terbang dari Singapura. Padahal kakinya masih sakit akibat kecelakaan.”“Jangan bercanda, Andra!”Dave tertawa renyah.“Kalian bisa mengobrol empat mata,”“Baiklah,”Dave melirik sekilas pada lelaki paruh baya yang sangat tampan di belakang Mahendra. Dia berjalan dengan langkah lamban seperti tengah kesakitan. Dave mengulurkan tangannya terlebih dahulu padanya dan memperkenalkan diri.“Saya Davendra Diraya. Biasa dipanggil Dave,” ucap Dave dengan menampilkan senyum terbaiknya.“Saya Rayyan Sanjaya,” ucapnya dengan penuh wibawa.Dave seketika tertegun melihat penampilan Rayyan dan cara bicaranya. Dia bukan lelaki biasa. Dari penampilannya saja terlihat ber
Dave merasa bersalah karena telah membuat Selina menunggu kabar darinya. Mendadak, dia memiliki urusan penting di mana dia harus menangani pasien yang ternyata salah satu karyawan sang ibu-yang tengah berusaha mengakhiri hidupnya akibat depresi dengan meloncat dari rooftop gedung. Dengan kemampuannya Dave berhasil membujuk karyawan tersebut untuk mengurungkan niatnya. Padahal masalahnya sepele. Lelaki yang baru berusia dua puluh lima tahun itu baru saja memergoki kekasihnya selingkuh.Setelah semua masalahnya usai, Dave langsung memencet nomor Selina. Namun Selina tidak mengangkat teleponnya sebab dia tidak mengaktifkannya.‘Pasti my Selin marah,’ gumamnya.Tak menyerah, kali ini Dave benar-benar nekad. Dia mengirim voice note.[Assalamualaikum Sel, maaf aku baru bisa menghubungimu sebab ada urusan yang harus aku selesaikan.Sel, maaf, aku tak bisa bertemu apalagi berbincang denganmu langsung. Suatu hal yang sulit sebab aku tahu kamu begitu menjaga jarak dengan lawan jenis. Maaf, aku
“Ummi, ada lagi yang bisa saya bantu?” tanya Rois.“Tidak ada, makasih Kang! Tolong jangan sampe bocor ya!” Sekali lagi Ummi Sarah menegaskan. Dia masih tidak percaya dengan foto-foto yang menampilkan wajah putri cantiknya.“Iya, Ummi, tenang aja. Seperti yang Ustaz katakan, jika kita menutup aib orang lain kelak di akhirat Allah akan menutup aib kita, Ummi,” ucapnya dengan begitu sopan.“Masyaallah, betul Kang,”Ummi Sarah kagum dengan respon Rois tersebut. Sempat terpikir ingin menjodohkan Selina dengan pemuda itu tetapi usianya jauh di bawah Selina.Selepas ashar, Ummi Sarah langsung menghampiri Selina yang baru saja pulang mengajar. Selina terlihat sudah mandi dan tengah duduk seperti biasa di meja belajar sembari memainkan kelopak bunga mawar warna-warni dalam vas bunga kaca.“Ummi boleh masuk?” ujar Ummi Sarah di ambang pintu kamarnya.“Ya,” jawab Selina singkat.“Ummi ingin bicara denganmu,”“Ya, bicaralah!” “Ummi percaya padamu. Tapi Ummi hanya ingin kamu menjelaskan soal fo
Ummi Sarah menarik nafas dalam setelah melihat foto-foto Selina yang dia peroleh dari tangan Ceu Sari. Dilihatnya lekat-lekat foto tersebut satu per satu. Betul memang foto tersebut foto-foto Selina. Namun lelaki yang bersamanya tidak terlihat wajahnya. Hanya terlihat saja tubuhnya yang menjulang tinggi.“Bagaimana Ummi? Foto itu fitnah bukan?” seru wanita yang melempar foto tersebut ke arahnya. Lalu dia pergi meninggalkan kerumunan.“Sepertinya telah terjadi kesalahpahaman. Silahkan bubar kalian semua!” seru Ummi Sarah pasrah pada para orang tua santri. Mereka tidak bisa diajak kompromi lagi terlebih adanya foto-foto tersebut yang semakin membuat spekulasi yang di luar kendali. Ummi Sarah langsung melambaikan tangannya pada Rois, menyuruhnya untuk membubarkan mereka setelah membawa anak mereka.Beberapa anak menolak dijemput oleh ke dua orang tua mereka. Bahkan ada yang sampai menangis tak ingin pulang karena sudah betah tinggal di pesantren. Mereka berlarian pada Ummi Sarah, mencium
“Ceu, Ummi mau mendatangi mereka saja,” ucap Ummi Sarah seraya merapikan kerudungnya. Perlahan, Ummi Sarah menggerakan tangannya untuk menarik knop pintu rumah. Saat pintu terbuka tampaklah pemandangan para orang tua murid santri kelas tsanawiyah atau setingkat SMP tengah berkerumun di halaman rumah. Mereka langsung mendelik pada pintu dan menatap Ummi Sarah dengan tatapan yang tajam. “Ummi, saya mau mencabut anak saya dari pondok. Namanya Syamsul Hamid,” seru salah satu ayah santri. “Saya juga mau menjemput anak saya, Putri Annisa Lavina,” “Sebentar, sebentar, mohon maaf Ayah dan Bunda. Mari masuk terlebih dahulu. Kita bicara di dalam,” tawar Ummi Sarah bersikap sopan. Yang benar saja, mereka mengobrol masih di halaman itu pun dalam keadaan berdiri. “Tidak! Kami tidak sudi masuk ke rumah Anda, Ummi,” pekik salah satu orang tua murid yang lain. “Iya, jangan banyak basa-basi! Sudahlah jangan munafik kalau jadi orang! Saya sebagai orang tua murid sangat kecewa pada Ummi dan Ustaz
Sambungan telepon dari Davendra Diraya kembali terdengar di telinga Selina. Gegas, Selina menyambar ponselnya dengan kecepatan sepersekian detik. Terlihat sangat bersemangat. Tanpa ba-bi-bu Dave berucap salam lalu mengatakan maksud pembicaraannya yang tertunda.[Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku … suka sama kamu, Sel! Aku jatuh cinta padamu. Aku ingin melamarmu,] ucap Dave dengan serius.[Apa?]Selina yang mendengar perkataan Dave via telepon benar-benar terkejut. Tak percaya jika memang dokter yang menjelma guardian angel yang selalu menolongnya tersebut menyatakan cinta padanya. Dia mengipasi wajahnya yang bersemu merah beberapa kali.[Maukah kamu menerima cintaku? Kamu tidak perlu menjawab sekarang. Aku bersedia menunggu. Jika kamu bersedia, aku akan merasa menjadi seorang lelaki yang paling beruntung di dunia ini. Aku akan melamarmu langsung pada Abahmu, kalau perlu hari ini juga,] katanya begitu bersemangat.[Um … ][Baiklah, kamu pasti syok aku menembakmu melalui sambungan te