Zeta berjalan tergesa-gesa menuju lift, setelah kejadian tadi dirinya langsung pergi menuju kantor Albi. Untuk Hilda, perempuan itu sudah dijemput oleh supirnya membuat Zeta bernafas lega. Dan juga Zeta kesini diantar oleh Hilda, selama dimobil tadi mereka bercerita. Ternyata Hilda orang baik, dirinya pikir Hilda orang jahat karena telah menelantarkan twins.
Bukankah kita tak boleh menilai orang di covernya saja?. Mungkin Hilda mempunyai alasan tersendiri mengapa dia meninggalkan twins yang masih bayi dan akhirnya dirawat oleh Albi seorang diri. Kini Zeta sudah berada didepan ruangan Albi, langsung saja ia masuk. Dirinya melihat Albi yang duduk disofa, dimeja juga ada kapas yang berwarna merah.
"Apa lukamu sudah sembuh?" tanya Zeta, ia melihat luka Albi yang kini sudah tertutup oleh hansaplast. Sedangkan Albi hanya menanggapinya dengan deheman saja, kini lelaki itu sibuk melihat kearah hpnya.
Zeta duduk
Setelah menjemput twins Albi mengajak mereka makan siang, tentunya bersama dengan Zeta sekretarisnya. Mobil yang Albi kendarai berhenti tepat di depan sebauh restaurant, dari depan restaurantnya bagus dan juga ada beberapa lampu yang menghiasinya.Zeta turun lalu melepaskan sabuk pengaman Syika, begitu juga Albi yang melepaskan sabuk pengaman yang Nathan kenakan. Lalu mereka masuk dengan Syika yang berada digendongan Zeta. Sesampainya didalam Zeta tersenyum ramah kepada pelayan yang mengantarkan mereka kekursi yang masih kotor."Mau pesan apa?" tanya Zeta kepada twins yang asik bermain dengan mainannya. Kini mereka sudah duduk dikursi, dengan posisi berhadapan dengan twins."Bagimana kalau mie goleng?" usul Zeta."Mie goreng?" beo Albi.Syika mengangguk, "Mie yang belada didalam kemasan dan juga lasanya sangat enak. Ada kliuk-kliuknya," ujarnya. 
Derap langkah kaki terdengar ditelinga beberapa orang yang berada di ruangan itu. Disana Zio berjalan dengan gagahnya menuju meja dimana terdapat beberapa orang berdiri. Zio duduk di meja paling ujung dan seketika orang yang berada disana kembali duduk.Kali ini Zio akan meeting dengan kliennya, sekitar ada 5 orang laki-laki dan perempuan disini. Mejanya tak terlalu besar dan jarak mereka hanya satu lengan saja. Masing-masing dari mereka membawa laptop, dan juga diada beberapa berkas yang bertumpik apik sana."Bisa kita mulai meetingnya?" ucap salah satu diantara mereka. Zio mengangguk sekilas tanpa ekspresi membuat beberapa orang menelan ludah kasar, berhadapan dengan Zio harus berhati-hati. Jika tidak katakan selamat tinggal kepada perusahaan mereka.Beberapa orang mulai berbicara bergantian. 1 jam kemudian meeting selesai, Zio bersalaman dengan mereka dan pamit untuk pergi terlebih dahulu. Kini Zio d
Zeta dan Zio berada di sebuah pantai yang sangat indah, hanya ada beberapa pengunjung disini karena letaknya sangat jauh dan juga berada di tengah hutan. Udara disini sangat enak, air lautnya berwarna biru kehijauan-hijauan. Mungkin batu karangnya bisa terlihat jika kita mendekat.Saat ini Zeta duduk di tebing melihat keindahan laut dari atas. Cuaca tak terlalu panas jadi sangat cocok untuk berada disini. Mereka duduk bersebelahan, menikmati semilir angin yang sedikit membuat rambut Zeta berantakan."Dari mana kau tau tempat ini?" tanya Zeta heran, pasalnya Zio orangnya sibuk dan jarang untuk berlibur dipantai seperti ini."Aku suka kesini jika rindu dengan mama dan papa," jawab Zio sendu. Walapun dia tak tau bagaimana wajah kedua orang tuanya, namun Zio suka berada disini dan membayangkan jika ia dan kedua orang tuanya tengah bermain di pantai ini."Mama sama papa udah bahagi
Kini Zeta berada di hotel, tempat Bea menginap. Tadi setelah dari restaurant ia menyuruh Zio mengantarkan dirinya dan Bea kesini. Sekarang Bea dan Zeta duduk bersender dikasur. Disana juga ada Bia, kembaran Bea. Sedangkan kedua temannya yang lain tak ikut kesini, mereka mendapat pekerjaan diluar negeri.Zeta sedih bercampur senang, sedih karena tak bisa mengantar Ais dan Lisa ke bandara. Namun disisi lain ia senang karena mereka berdua mendapatkan pekerjaan dinegara yang paling mereka impikan. Beberapa menit yang lalu Zeta menceritakan tentang Zio kepada Bia dan Bea. Yang paling semangat mendengarkan ialah Bea."Bia! Tadi dia lap bibir aku," ucap Bea dengan ekspresi yang terkesan lebay."Jangan lebay!" Bia menoyor jidat kembarannya. Dirinya muak mendengar cerita dari Bea, menurutnya kembarannya seperti orang gila. Namun dirinya merasa malu, mengapa Bea tak ada jaim-jaimnya jadi perempuan.&
Zeta turun diikuti oleh Zio, perempuan itu berjalan memutari mobil dan belari kedepan tepatnya di bangku yang ada di pohon. Jaraknya dari mobil mereka sekitar 3 meter saja. Zeta berdiri disamping orang itu yang sama sekali tak menyadari keberadaanya. Zeta melihat wajah orang itu dengan saksama namun tak bisa dikarenakan orang itu menghadap kebawah, tepatnya pada layar HP."Bea!" pekik Zeta, seketika orang itu mendongak menatap Zeta. Hening selama beberapa saat, tanpa berlama-lama lagi mereka berpelukan dengan erat."Kamu kemana aja, aku sama yang lain cari kamu!" ucap seseorang itu yang tak lain ialah Bea, sahabat Zeta sewaktu dikampung dulu. Zeta tak menyangka akan bertemu dengan Bea di Jakarta."Maaf selama beberapa bulan ini ngak kasih kabar," ucap Zeta dengan tetap memeluk erat leher Bea. Dirinya sangat rindu dengan Bea, juga tentunya sahabatnya yang lain.Mereka melepaska
Beberapa hari kemudian Zeta sudah mulai kembali bekerja. Selama libur ia menghabiskan waktu dengan Bea dan Bia, kini waktunya untuk kembali bekerja begitu juga dengan teman-temannya itu. Saat ini Zeta berada didalam taksi, dirinya tak sabar bertemu dengan twins.Selama Albi liburan ia tak diperbolehkan untuk menelfon twins, tentu saja Albi lah yang melarang dirinya. Sekarang ditangan Zeta terdapat kantung kresek yang berisikan kotak bekal untuk twins, dirinya memasak itu semua sejak pukul 5 pagi. Karena twins masuk pukul 8 pagi dirinya berangkat kerumah Albi sejak pukul 7 pagi.Baru pertama kali Zeta membuatkan twins bekal, dan juga 2 kali ini Zeta berkunjung kerumah Albi. Beberapa menit kemudian Zeta sampai di depan rumah mewah dan megah. Langsung saja perempuan itu turun dan masuk kedalam, tak lupa mengucapkan terimakasih kepada supir taksinya."Pak?" panggil Zeta kepada satpam yang berjaga.
Waktu makan siang tlah tiba, Zeta bangkit dari duduknya menuju kearah dapur. Dikantor Albi setiap makan siang akan ada orang yang mengantarkan makanan untuk para karyawan. Karena Zeta malas keluar jadi lebih baik ia ikut makan nasi kotak bersama dengan yang lain. Zeta mengambil 1 buah nasi kotak dan air mineral yang berada didalam botol.Di kursi terlihat beberapa karyawan yang tengah makan dengan candaan ringan. Zeta ingin gabung namun dirinya belum mengenal mereka dan juga malu. Sampai akhirnya Zeta memilih untuk duduk dikursi paling pojok, setiap meja terdapat 3 kursi. Meja yang Zeta duduki sama sekali tak ada siapa-siapa."Boleh gabung?" Suara seseorang mengagetkan Zeta, ternyata ada karyawan perempuan berdiri didepannya."Boleh," balas Zeta tersenyum. Lalu perempuan itu duduk, mereka berdua makan diselingi keheningan. Percayalah, Zeta tengah canggung berada di situasi seperti ini. Dirinya takut jik
Zeta tampak sibuk melihat berkas-berkas yang harus Albi tanda tangani. Jika sedang sibuk begini, ia akan menyiapkan secangkir teh hangat gunamenemaninya. Lira dan Reni? Sepertinya mereka sudah kapok, buktinya sekarang mereka hanya diam walapun masih menatapnya sinis."MAMA!"Zeta terperanjat kaget mendengar teriakan itu, dirinya menoleh kearah pintu. Disana terdapat Syika yang tersenyum kearahnya, langsung saja ia mendorong kursinya dan berdiri bertumpuan dengan lututnya. Syika yang melihat langsung berlari memeluk dirinya erat."Kok ngak ganti baju sih," ucap Zeta seraya menjauhkan tubuh Syika darinya."Lupa," balas Syika cengengesan.Zeta melihat pakaian Syika sampai bawah rok anak kecil itu kotor, sepertinya Syika sehabis makan coklat. Tak lama Nathan datang dan menicum pipinya, dengan senang hati ia mencium balik pipi Nathan. 
"Mama mana sepatu kakak?""Mama? Mana koas kaki Syika? Syika mau berangkat sekolah mama, nanti telat.""Sayang kamu ke mana? Ke sini dong, jangan di kamar twins terus, bantuin aku pakai dasi dong."1 minggu berlalu setelah pernikahan Zeta dan Albi, beginilah kegiatan Zeta setiap paginya. Suara twins dan Albi yang saling bersahutan, kamarnya dengan twins bersebelahan. Jadi jika satu teriak semuanya terdengar, Zeta harus bolak-balik ke kamar Albi dan twins karena mereka terus saja memanggilnya.Saat ini Zeta berada di kamar twins, hari ini mereka kembali bersekolah setelah 1 minggu ambil cuti. Ia memakaikan mereka sepatu dan merapikan rambut mereka. Bahkan ia tak peduli dengan teriakan Albi yang terus memanggilnya, twins lebih penting dari apapun. Biarlah Albi marah-marah karena dirinya tak kunjung ke kamar."Kalian udah selesai, udah wangi, udah pakai sepatu. Ada lagi
3 bulan berlalu, hari ini adalah hari di mana Zeta dan Albi menikah. Mereka berdiri di atas panggung menyaksikan para tamu undangan, Zeta cukup cantik dengan dress berwarna putih yang memperlihatkan lengan putihnya. Di tangan Zeta sudah ada bunga Lily, yang mana itu merupakan bunga kesukaannya. Bisa dibilang dekorasi di sini sangat indah dan mewah.Dipenuhi dengan bunga Lily yang harganya tak main-main, Zeta sudah resmi menjadi istri Albi. Sementara Albi sendiri terpesona melihat kecantikan Zeta. Istrinya itu menjadi pusat perhatian semua orang, teman-teman Zeta pun semuanya hadir di sini dan mereka telah menikmati hidangan yang telah disediakan."Twins di mana?" tanya Zeta sembari melihat ke arah Albi."Dia bersama dengan Cakra, di sini banyak sekali kue, coklat, dan es krim. Itu semua kesukaan twins, mana mungkin mereka tak pergi makan ke sana," sahut Albi malas. Zeta tertawa kecil, karena dirinya lah
Zeta berjalan di lorong rumah sakit bersama dengan Albi, mereka akan pergi menuju ke ruang rawat Hilda. Di tangan Zeta sudah ada parsel buah, ia tak sabar bertemu dengan Hilda. Karena sudah lama sekali ia tak bertemu dengan Hilda. Sesampainya di depan pintu, mereka pun masuk ke dalam.Namun anehnya pintu dikunci dari luar, di sini juga sepi karena bodyguard Albi sudah tak lagi berjaga di depan sini. Lantas Zeta pun menghubungi perawat yang biasanya menjaga Hilda di sini, ia pun menyuruh perawat itu datang ke sini. Tak butuh waktu lama perawat itu datang dan langsung menghampiri dirinya."Mengapa ruangan ini di kunci dari luar? Di mana keberadaan Hilda? Dia baik-baik saja bukan?" tanya Zeta beruntun."Apakah anda tidak tau kabar tentang pasien yang sebelumnya menempati ruangan ini?"Dengan kompak Zeta dan Albi menggeleng. "Apa yang terjadi? Tidak ada sesuatu buruk 'kan?" tanya Zeta y
Zeta berada di sebuah taman bersama dengan Albi, mereka hanya berdua di sini menghabiskan waktu setelah kejadian yang menguras air mata. Twins sendiri sengaja tidak mereka ajak, karena mereka ingin di sini berdua saja. Di depan mereka sudah ada danau yang sangat indah, mereka berdiri berjejer.Tiba-tiba saja ada bodyguard Albi yang datang menghampiri mereka berdua dengan tergesa-gesa. Tentu saja hal itu membuat Albi dan Zeta terkejut, mereka berbalik badan dan menatap 1 bodyguard yang baru saja datang itu. Dia tampak mengatur nafasnya terengah-engah."Ada apa?" tanya Albi."Ada wanita tua yang memaksa ingin bertemu dengan nona Zeta."Merasa namanya dipanggil membuat alis Zeta berkerut. "Siapa yang mencari saya?" tanyanya."Saya tidak tak pasti siapa namanya, dia mengaku sebagai nenek anda. Apakah anda memiliki seorang nenek di sini?""
Hari ini Zeta sudah diperbolehkan untuk pulang, keadaannya sudah stabil. Zeta sendiri tengah duduk dan menyaksikan Zio memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Ia di rawat 1 minggu, dan 3 hari lalu ia terakhir bertemu dengan Albi. Sebenarnya Albi masih ada di rumah sakit, tapi Zio melarang dirinya untuk bertemu dengan Albi sampai dirinya benar-benar sembuh.Jadi sekarang ia baru bisa melihat keadaan Albi, tentu saja bersama dengan Zio. Tak lama kemudian Zio sudah selesai memasukkan barang-barangnya dan menyerahkan tas itu kepada bodyguard agar di bawah keluar. Zio menghampiri Zeta dan tersenyum ke arah Zeta, Zeta pun balik tersenyum ke arah Zio."Terima kasih, kakak udah jaga aku di sini," ujar Zeta."Itu sudah menjadi tugas kakak. Mau ketemu sama dia sekarang?" tanya Zio di akhir."Dia juga punya nama kak, namanya Albi. Masak dari dulu kakak panggil dia dia terus sih,"
Hari sudah mulai malam, Zeta sendiri tak bisa tenang karena terus memikirkan keadaan Albi. Di ruang rawatnya hanya ada Zio, dia sibuk berkutat dengan laptopnya. Sementara Bea dan Bia sudah kembali pulang sejak sore tadi. Zio sama sekali tak mengizinkan dirinya untuk keluar. Ia bingung sekali, sampai pada akhirnya ia memiliki sebuah rencana.Ia beranjak dari tempat tidur ini, dengan langkah tertatih ia menghampiri Zio. Ia pun berjalan sembari mendorong tiang infusnya, sepertinya Zio tak sadar dengan keberadaannya di sini. Sampai akhirnya ia berdehem dan membuat Zio menyadari keberadaan dirinya di depannya."Kamu jangan jalan-jalan dulu, bukankah aku sudah menyuruhmu untuk tidur?" tanya Zio."Aku mau bertemu dengan Albi, aku enggak bisa tidur sebelum bertemu sama dia," jawab Zeta."Enggak sekarang Zeta, besok abang janji untuk membawa kamu bertemu sama dia," ujar Zio mencoba unt
Sementara di sebuah ruang rawat terdapat Albi yang belum kunjung bangun dari tidur panjangnya setelah kejadian penembakan itu. Untung saja Albi bisa di selamatkan dan itu membuat semuanya bernafas lega. Di sini ada Cakra dan kedua orang tua Albi, mereka menunggu Albi bangun. Syika berada di dalam gendongan Cakra.Sampai akhirnya Cakra memuaskan untuk mengajak Syika keluar dari ruangan ini dan mendapatkan izin dari kedua orang tua Albi. Ia berjalan menyusuri lorong demi lorong rumah sakit. Ia baru saja mendapatkan informasi bahwa Zeta juga di rawat di sini, dan dirinya juga belum menjenguk Zeta karena tak tau ruangannya di mana."Mama di mana om?" tanya Syika dalam gendongan Cakra."Kamu rindu dengan Zeta?" tanya Cakra balik."Iya, Syi mau ketemu mama. Syi mau aduin ke mama kalau papa enggak mau bangun," jawab Syika polos."Syika turun dulu, om mau te
Hari ini tepat 3 hari setelah kejadian di mana Zeta di culik oleh Feli dan juga Ratna, Zeta sendiri sempat tak sadar selama dua hari karena ada luka serius di beberapa bagian tubuhnya. Saat ini Zio berada di ruang rawat Zeta, selama tiga hari Zio tetap menemani dan menunggu adiknya itu bangun.Zio sendiri tak mengalami luka serius, hanya tinggal menyembuhkan luka luar di wajahnya. Zeta sendiri sudah bangun, dia hanya bersandar di ujung kasur tanpa mengucapkan sepatah kata lagi. Hal itu membuat Zio khawatir, tapi dokter bilang Zeta hanya trauma saja dan dia akan kembali seperti semula."Zeta, bicara sama kakak. Tolong jangan diam saja," ujar Zio yang mulai frustasi."Kenapa aku masih hidup? Aku enggak mau hidup kalau hanya menyusahkan kalian, kenapa papa dan mama melarang ku untuk ikut bersama dengan mereka?" tanya Zeta dengan pandangan kosong."Enggak, kamu enggak pergi. Tolon
Polisi benar-benar datang, mereka berdiri di pinggir dengan posisi melingkar. Albi, Zeta, Ratna dan juga Feli berada di tengah-tengah. Polisi itu membawa pistol semua, tentu saja itu di arahkan kepada Feli dan Ratna. Bahkan bodyguard Zio dan Albi yang masih tersisa turut berada di sini. Zeta masih dalam posisi bersandar, kesadarannya benar-benar menipis.Tiba-tiba saja Ratna berlari ke arah Albi dan dengan gerakan singkat dia mengunci tangan Albi ke belakang. Tentu saja Albi tak siap dengan serangan yang tiba-tiba itu, polisi ingin mendekat tapi Albi menggeleng dan memberikan kode mata agar polisi tetap dalam tempatnya. Satu tangan Ratna memegang tangan Albi, sementara satu tangannya yang lain mencekik leher Albi dengan sikutnya"Kalian semua pergi dari sini atau dia yang mati?" tanya Ratna menatap satu persatu dari polisi itu. Ratna menyuruh Feli untuk berjalan ke arah Zeta dan langsung dituruti oleh Feli.