Waktu makan siang tlah tiba, Zeta bangkit dari duduknya menuju kearah dapur. Dikantor Albi setiap makan siang akan ada orang yang mengantarkan makanan untuk para karyawan. Karena Zeta malas keluar jadi lebih baik ia ikut makan nasi kotak bersama dengan yang lain. Zeta mengambil 1 buah nasi kotak dan air mineral yang berada didalam botol.
Di kursi terlihat beberapa karyawan yang tengah makan dengan candaan ringan. Zeta ingin gabung namun dirinya belum mengenal mereka dan juga malu. Sampai akhirnya Zeta memilih untuk duduk dikursi paling pojok, setiap meja terdapat 3 kursi. Meja yang Zeta duduki sama sekali tak ada siapa-siapa.
"Boleh gabung?" Suara seseorang mengagetkan Zeta, ternyata ada karyawan perempuan berdiri didepannya.
"Boleh," balas Zeta tersenyum. Lalu perempuan itu duduk, mereka berdua makan diselingi keheningan. Percayalah, Zeta tengah canggung berada di situasi seperti ini. Dirinya takut jik
Zeta tampak sibuk melihat berkas-berkas yang harus Albi tanda tangani. Jika sedang sibuk begini, ia akan menyiapkan secangkir teh hangat gunamenemaninya. Lira dan Reni? Sepertinya mereka sudah kapok, buktinya sekarang mereka hanya diam walapun masih menatapnya sinis."MAMA!"Zeta terperanjat kaget mendengar teriakan itu, dirinya menoleh kearah pintu. Disana terdapat Syika yang tersenyum kearahnya, langsung saja ia mendorong kursinya dan berdiri bertumpuan dengan lututnya. Syika yang melihat langsung berlari memeluk dirinya erat."Kok ngak ganti baju sih," ucap Zeta seraya menjauhkan tubuh Syika darinya."Lupa," balas Syika cengengesan.Zeta melihat pakaian Syika sampai bawah rok anak kecil itu kotor, sepertinya Syika sehabis makan coklat. Tak lama Nathan datang dan menicum pipinya, dengan senang hati ia mencium balik pipi Nathan. 
Di mansion Lixston terdengar suara canda tawa disana semua orang tengah berkumpul, termasuk kedua kakek dan nenek Zio. Mereka tertawa bersama, disana juga ada Feli dan Ratna tentunya. Hari ini Feli membuka banyak hadiah dari kakeknya. Jika di kediaman Lixston, Feli akan menjadi seperti ratu dan keinginan akan terwujud."Terima kasih kakek," ucap Feli memeluk Abraham, kakeknya."Sama-sama. Kakek akan memberikan apapun untuk cucu kakek yang paling cantik ini," ucap Abraham sembari mengelus kepala Feli. Sedangkan Feli tersenyum. Tanpa mereka sadari, perlakuan yang seperti ini menjadikan Feli anak manja dan tak mau mengalah.Tiba-tiba saja terdengar suara bel berbunyi, Feli pamit untuk membuka pintu. Feli berjalan dengan langkah biasa, lalu dirinya membuka pintu. Mengapa tak ada siapa-siapa? Saat ingin berbalik badan, matanya tak sengaja melihat sesuatu berada dibawah. Dirinya berjongkok dan mengambil sebua
Suara itu membuat Zeta membuka mata. Di depannya terdapat Albi yang kini tengah memegang pergelangan tangan Leni. Beberapa detik kemudian, Albi menghempaskan tangan Leni hingga membuat dia mundur beberapa langkah."Berani-beraninya kau mendorong istri saya!" ujar Abraham marah, sedangkan Albi nampak santai seperti tak ada masalah apapun.Albi berdiri disebelah Zeta dan melepaskan jasnya, lalu dirinya taruh kepundak Zeta. Sementara Zeta tak menolaknya, ia menerima jas dari Albi. Bajunya basah dan mungkin dalamannya terlihat dikarenakan ia memakai baju yang lumayan tipis."Mengapa kamu membela dia? Kamu akan menjadi calon suami cucu saya!" ucap Abraham marah kepada Albi."Saya tak sudi menjadi suami wanita seperti dia," balas Albi dengan senyum smirknya."Awas kamu!" peringat Abraham kepada Zeta, setelahnya ia pergi dari sana dan disusul oleh keluargan
Zeta dan Vio berlari menyusuri lorong rumah sakit. Mereka mencari ruangan Manda, dan mata Zeta melihat Rey dan Manda yang duduk di depan kursi tunggu ruang ICU. Langsung saja ia dan Vio menghampiri mereka. Zeta langsung bertanya tentang apa yang terjadi, namun mereka sama-sama bungkam.Tangisan Bela terdengar begitu pilu, Zeta duduk disebelah Bela dan mengelus punggung Bela yang bergetar. Mungkin mereka masih belum siap untuk bercerita kepadanya. Vio turut duduk disebelah Zeta, ia bingung dengan ini semua. Siapa mereka? Vio sama sekali tak mengenal mereka."Mama Ze," lirih Bela."Tante Manda pasti baik-baik aja," balas Zeta, walau hatinya turut gelisah. Namun ia tak boleh menangis, jika dirinya menangis siapa yang akan menguatkan mereka berdua?. Tak lama dokter keluar, langsung saja mereka semua berdiri."Bagaimana keadaan mama saya?" tanya Rey tak sabaran.
Bea asik makan dengan lahap, ia mendengar ada yang memanggil dirinya. Langsung saja Bea menengok kebelakang dan mendapati saudra kembar Zeta. Langsung saja ia berteriak memanggil Zio ganteng, lalu paha ayamnya jatuh dengan sendirinya."Kamu ngapain kesini?" tanya Bea basa-basi, percayalah ia tengah gerogi sekarang."Kamu sendiri ngapain?" Zio malah balik nanya."Makan," jawab Bea seraya mengangkat mangkuknya membuat Zio tertawa kecil."Kamu mau pesen disini juga?" tanya Bea.Zio menggeleng, "Sebenarnya saya ingin pulang, tapi tak sengaja melihat kamu jadi saya kesini sebentar."Jawaban Zio membuat Bea menganggukan kepalanya, "Bagaimana kalau kita jalan-jalan?" tanya Bea, sudah dibilang Bea itu tak tau malu. Biasanya laki-laki yang mengajak jalan, namun sekarang Bea sendiri yang mengajaknya."Boleh," jaw
Zeta dan Albi berada dilapangan yang sangat luas. Mereka memakai helm khusus untuk melindungi kepala mereka. Saat ini mereka tengah melihat proyek pembangunan hotel. Dibeberapa tempat banyak sekali alat-alat berat, setiap yang masuk kesini harus mengenakan helm dan rompi khusus.Tanahnya masih becek, jadi mereka harus hati-hati dalam berjalan. Bahkan Zeta hampir tergelincir, untung saja ada Albi yang menahan tubuhnya supaya tak jatuh. Mereka berjalan ditemani oleh pengurus proyek ini."Bagaimana perkembangan proyek ini?" tanya Albi."Berjalan dengan normal, pak Albi tak perlu khawatir.""Jangan sampai proyek ini gagal, kerugian yang ditanggung perusahaan akan sangat besar nantinya," ucap Albi dan mendapatkan anggukan dari lawan bicaranya.Setelah selesai, Albi pergi dari sana diikuti oleh Zeta. Mereka berjalan menuju dimana mobil mereka terparkir. Mereka m
Masih ditempat yang sama, Zeta berdiri berhadapan dengan Albi. Sedangkan lelaki itu terdiam setelah mendengarkan kata yang terlontar dari mulut Zeta, dihina? Jadi itu sebabnya Zeta menghindari dirinya. Namun siapa yang melakukan hal itu, tak ada dibenak Albi jika selama ini Zeta tertekan berada di dekatnya."Mereka bilang aku pelakor dan wanita menjijikkan. Apakah kau tau seberapa sakitnya hatiku? Sakit sekali. Kita dekat seperti seorang yang mempunyai hubungan, namun nyatanya hubungan kita hanya sebatas karyawan dan bos saja.""Kita kenal karena ketidak sengajaan, dulu aku pikir mengenal dirimu akan membuat hidupku lebih baik. Namun kenyataannya tidak, aku tertekan dan banyak sekali yang menerorku. Bukan hanya keluarga Lixston yang membenciku, namun masih banyak orang yang termakan akan gosip itu.""Kau dan Feli bukan orang sembarangan, sedangkan aku hanya seorang anak desa yang berada disini. Kakek dan nenekku sa
Hari ini Zeta memutuskan untuk tak berangkat kerja dengan alasan sakti. Dirinya memang kecapean namun tak sampai sakit. Sekarang ia duduk bersender diatas kasur dengan membawa sebuah kotak pemberian tante Manda. Sebelum keluar kota, Rey sempat memberikan ini kepadanya.Zeta membuka kotak itu, didalamnya terdapat beberapa barang mulai dari boneka, foto-foto kecil, dan juga kertas yang digulung-gulung memanjang. Sampai akhirnya, ia mengambil suratnya dan membuka pita yang menghiasi kertas itu."Hai Zeta, gimana kabar kamu? Maaf tante ngak bisa tanya kabar kamu secara langsung. Tante merasa akan pergi jauh, sangat jauh makannya tante buat surat ini untuk kamu, Rey dan Bela. Tante hanya ingin memberitahu kamu satu hal, sebenarnya Ratna menantu di keluarga tante.""Nasib tante sama kayak mama kamu yang diusir dari rumah. Namun tak apa, tante udah ikhlas dengan semuanya termasuk warisan yang seharusnya buat tante m
"Mama mana sepatu kakak?""Mama? Mana koas kaki Syika? Syika mau berangkat sekolah mama, nanti telat.""Sayang kamu ke mana? Ke sini dong, jangan di kamar twins terus, bantuin aku pakai dasi dong."1 minggu berlalu setelah pernikahan Zeta dan Albi, beginilah kegiatan Zeta setiap paginya. Suara twins dan Albi yang saling bersahutan, kamarnya dengan twins bersebelahan. Jadi jika satu teriak semuanya terdengar, Zeta harus bolak-balik ke kamar Albi dan twins karena mereka terus saja memanggilnya.Saat ini Zeta berada di kamar twins, hari ini mereka kembali bersekolah setelah 1 minggu ambil cuti. Ia memakaikan mereka sepatu dan merapikan rambut mereka. Bahkan ia tak peduli dengan teriakan Albi yang terus memanggilnya, twins lebih penting dari apapun. Biarlah Albi marah-marah karena dirinya tak kunjung ke kamar."Kalian udah selesai, udah wangi, udah pakai sepatu. Ada lagi
3 bulan berlalu, hari ini adalah hari di mana Zeta dan Albi menikah. Mereka berdiri di atas panggung menyaksikan para tamu undangan, Zeta cukup cantik dengan dress berwarna putih yang memperlihatkan lengan putihnya. Di tangan Zeta sudah ada bunga Lily, yang mana itu merupakan bunga kesukaannya. Bisa dibilang dekorasi di sini sangat indah dan mewah.Dipenuhi dengan bunga Lily yang harganya tak main-main, Zeta sudah resmi menjadi istri Albi. Sementara Albi sendiri terpesona melihat kecantikan Zeta. Istrinya itu menjadi pusat perhatian semua orang, teman-teman Zeta pun semuanya hadir di sini dan mereka telah menikmati hidangan yang telah disediakan."Twins di mana?" tanya Zeta sembari melihat ke arah Albi."Dia bersama dengan Cakra, di sini banyak sekali kue, coklat, dan es krim. Itu semua kesukaan twins, mana mungkin mereka tak pergi makan ke sana," sahut Albi malas. Zeta tertawa kecil, karena dirinya lah
Zeta berjalan di lorong rumah sakit bersama dengan Albi, mereka akan pergi menuju ke ruang rawat Hilda. Di tangan Zeta sudah ada parsel buah, ia tak sabar bertemu dengan Hilda. Karena sudah lama sekali ia tak bertemu dengan Hilda. Sesampainya di depan pintu, mereka pun masuk ke dalam.Namun anehnya pintu dikunci dari luar, di sini juga sepi karena bodyguard Albi sudah tak lagi berjaga di depan sini. Lantas Zeta pun menghubungi perawat yang biasanya menjaga Hilda di sini, ia pun menyuruh perawat itu datang ke sini. Tak butuh waktu lama perawat itu datang dan langsung menghampiri dirinya."Mengapa ruangan ini di kunci dari luar? Di mana keberadaan Hilda? Dia baik-baik saja bukan?" tanya Zeta beruntun."Apakah anda tidak tau kabar tentang pasien yang sebelumnya menempati ruangan ini?"Dengan kompak Zeta dan Albi menggeleng. "Apa yang terjadi? Tidak ada sesuatu buruk 'kan?" tanya Zeta y
Zeta berada di sebuah taman bersama dengan Albi, mereka hanya berdua di sini menghabiskan waktu setelah kejadian yang menguras air mata. Twins sendiri sengaja tidak mereka ajak, karena mereka ingin di sini berdua saja. Di depan mereka sudah ada danau yang sangat indah, mereka berdiri berjejer.Tiba-tiba saja ada bodyguard Albi yang datang menghampiri mereka berdua dengan tergesa-gesa. Tentu saja hal itu membuat Albi dan Zeta terkejut, mereka berbalik badan dan menatap 1 bodyguard yang baru saja datang itu. Dia tampak mengatur nafasnya terengah-engah."Ada apa?" tanya Albi."Ada wanita tua yang memaksa ingin bertemu dengan nona Zeta."Merasa namanya dipanggil membuat alis Zeta berkerut. "Siapa yang mencari saya?" tanyanya."Saya tidak tak pasti siapa namanya, dia mengaku sebagai nenek anda. Apakah anda memiliki seorang nenek di sini?""
Hari ini Zeta sudah diperbolehkan untuk pulang, keadaannya sudah stabil. Zeta sendiri tengah duduk dan menyaksikan Zio memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Ia di rawat 1 minggu, dan 3 hari lalu ia terakhir bertemu dengan Albi. Sebenarnya Albi masih ada di rumah sakit, tapi Zio melarang dirinya untuk bertemu dengan Albi sampai dirinya benar-benar sembuh.Jadi sekarang ia baru bisa melihat keadaan Albi, tentu saja bersama dengan Zio. Tak lama kemudian Zio sudah selesai memasukkan barang-barangnya dan menyerahkan tas itu kepada bodyguard agar di bawah keluar. Zio menghampiri Zeta dan tersenyum ke arah Zeta, Zeta pun balik tersenyum ke arah Zio."Terima kasih, kakak udah jaga aku di sini," ujar Zeta."Itu sudah menjadi tugas kakak. Mau ketemu sama dia sekarang?" tanya Zio di akhir."Dia juga punya nama kak, namanya Albi. Masak dari dulu kakak panggil dia dia terus sih,"
Hari sudah mulai malam, Zeta sendiri tak bisa tenang karena terus memikirkan keadaan Albi. Di ruang rawatnya hanya ada Zio, dia sibuk berkutat dengan laptopnya. Sementara Bea dan Bia sudah kembali pulang sejak sore tadi. Zio sama sekali tak mengizinkan dirinya untuk keluar. Ia bingung sekali, sampai pada akhirnya ia memiliki sebuah rencana.Ia beranjak dari tempat tidur ini, dengan langkah tertatih ia menghampiri Zio. Ia pun berjalan sembari mendorong tiang infusnya, sepertinya Zio tak sadar dengan keberadaannya di sini. Sampai akhirnya ia berdehem dan membuat Zio menyadari keberadaan dirinya di depannya."Kamu jangan jalan-jalan dulu, bukankah aku sudah menyuruhmu untuk tidur?" tanya Zio."Aku mau bertemu dengan Albi, aku enggak bisa tidur sebelum bertemu sama dia," jawab Zeta."Enggak sekarang Zeta, besok abang janji untuk membawa kamu bertemu sama dia," ujar Zio mencoba unt
Sementara di sebuah ruang rawat terdapat Albi yang belum kunjung bangun dari tidur panjangnya setelah kejadian penembakan itu. Untung saja Albi bisa di selamatkan dan itu membuat semuanya bernafas lega. Di sini ada Cakra dan kedua orang tua Albi, mereka menunggu Albi bangun. Syika berada di dalam gendongan Cakra.Sampai akhirnya Cakra memuaskan untuk mengajak Syika keluar dari ruangan ini dan mendapatkan izin dari kedua orang tua Albi. Ia berjalan menyusuri lorong demi lorong rumah sakit. Ia baru saja mendapatkan informasi bahwa Zeta juga di rawat di sini, dan dirinya juga belum menjenguk Zeta karena tak tau ruangannya di mana."Mama di mana om?" tanya Syika dalam gendongan Cakra."Kamu rindu dengan Zeta?" tanya Cakra balik."Iya, Syi mau ketemu mama. Syi mau aduin ke mama kalau papa enggak mau bangun," jawab Syika polos."Syika turun dulu, om mau te
Hari ini tepat 3 hari setelah kejadian di mana Zeta di culik oleh Feli dan juga Ratna, Zeta sendiri sempat tak sadar selama dua hari karena ada luka serius di beberapa bagian tubuhnya. Saat ini Zio berada di ruang rawat Zeta, selama tiga hari Zio tetap menemani dan menunggu adiknya itu bangun.Zio sendiri tak mengalami luka serius, hanya tinggal menyembuhkan luka luar di wajahnya. Zeta sendiri sudah bangun, dia hanya bersandar di ujung kasur tanpa mengucapkan sepatah kata lagi. Hal itu membuat Zio khawatir, tapi dokter bilang Zeta hanya trauma saja dan dia akan kembali seperti semula."Zeta, bicara sama kakak. Tolong jangan diam saja," ujar Zio yang mulai frustasi."Kenapa aku masih hidup? Aku enggak mau hidup kalau hanya menyusahkan kalian, kenapa papa dan mama melarang ku untuk ikut bersama dengan mereka?" tanya Zeta dengan pandangan kosong."Enggak, kamu enggak pergi. Tolon
Polisi benar-benar datang, mereka berdiri di pinggir dengan posisi melingkar. Albi, Zeta, Ratna dan juga Feli berada di tengah-tengah. Polisi itu membawa pistol semua, tentu saja itu di arahkan kepada Feli dan Ratna. Bahkan bodyguard Zio dan Albi yang masih tersisa turut berada di sini. Zeta masih dalam posisi bersandar, kesadarannya benar-benar menipis.Tiba-tiba saja Ratna berlari ke arah Albi dan dengan gerakan singkat dia mengunci tangan Albi ke belakang. Tentu saja Albi tak siap dengan serangan yang tiba-tiba itu, polisi ingin mendekat tapi Albi menggeleng dan memberikan kode mata agar polisi tetap dalam tempatnya. Satu tangan Ratna memegang tangan Albi, sementara satu tangannya yang lain mencekik leher Albi dengan sikutnya"Kalian semua pergi dari sini atau dia yang mati?" tanya Ratna menatap satu persatu dari polisi itu. Ratna menyuruh Feli untuk berjalan ke arah Zeta dan langsung dituruti oleh Feli.