75. Misteri dan Jawabannya Kelam menaikkan satu alisnya, bingung mendapati ke-enam murid yang tampak tergesa-gesa dilihat dari dada mereka yang naik turun seraya berkeringat. Ditambah lagi seragam sekolah masih melekat di tubuh mereka. Diletakkannya buku diary milik Kejora yang baru saja dia dapatkan dari Pita. Setelah bertemu dengan sosok Kelabu yang tiba-tiba mendatanginya seraya mengucapkan buku diary kepadanya, membuatnya dibuat penasaran. Tetapi, belum sempat dia membuka buku tersebut. Pintu ruang inap terbuka lebar, menampilkan teman-temannya. Dia masih diam, menunggu para teman-temannya untuk membuka suaranya. "Gue tahu lo pintar, Lam." Iqbal bersuara mengawali teman-temannya yang tampak kelelahan. Seharian ini mereka benar-benar disibukkan dengan teka-teki yang menimpa mereka. Kelam tidak menjawab. Dia masih setia memandangi satu persatu teman-temannya. Tanpa bertanya pun dia sudah bisa menebak apa yang baru saja mereka alami hingga terlihat begitu lelah dan kacau seperti
76. Benang Merah"Maksud lo apa anjing?!" Risky yang kepalang kesal sekaligus terkejut dengan apa yang diucapkan sahabatnya itu sontak menarik kuat kerah Kelam. Sedangkan Kelam hanya tersenyum kecil mendapati aksi sang sahabat. Dia mengerti dengan kekhawatiran para sahabatnya. Tapi, hanya dia yang bisa melakukan ini. Dia tidak mau mengambil resiko yang cukup besar untuk mengajak mereka untuk membantunya menjemput Kejora. Seperti yang hendak dikatakan Dion, kedatangannya nanti sudah dipastikan akan mengundang sang malaikat maut untuk mengejarnya. Memangnya, manusia mana yang akan melanggar hukum kecuali Kelam. Manusia sehat dan sadar seperti Kelam yang hendak pergi ke alam lain tentu melanggar hukum alam. Karenanya, sang malaikat maut akan menjadi hantu bagi mereka yang dengan berani melanggar hukum alam seperti yang akan dilakukan oleh Kelam. Sesuai dengan mimpi Dion di mana Kelam dan Kejora akan dikejar habis-habisan oleh sang malaikat maut membuat mereka semakin takut kehilangan
77. PerjuanganKelam menegakkan tubuhnya, suasana yang mulai berubah telah dia rasakan. Mata elangnya mengedar, mencoba melihat ancaman yang sedang mengawasinya. Tidak tahu apa yang sedang mengawasinya, Kelam memilih mempercepat langkahnya. Sesekali ia melirik ke arah jam tangan yang ada di pergelangan tangannya. Pukul delapan malam telah ia lewati yang menandakan bahwa ia telah cukup lama berada di alam itu. "Manusia tempatmu bukan di sini." Bisikan penuh penekanan itu membuat langkah Kelam terhenti seketika. Dia berbalik, mendapati sosok laki-laki dengan jubah hitamnya yang menutupi separuh wajahnya. Tidak lupa sosok itu juga membawa sebuah tongkat sabit yang terlihat begitu menyeramkan. Terlihat mengkilap seakan tidak sabar menyantap darah dari sang korban. Ialah sang maut.Kelam mengepaltan kedua tangannya, mencoba untuk tidak gentar. Tatapannya semakin menajam, mengamati gerak-gerik sosok itu dari jarak yang cukup jauh. Degup jantungnya begitu cepat nan keras, hingga ia begitu m
78. Tawaran Pertukaran Jiwa"Apa yang bisa kau tawarkan kepadaku, wahai manusia?"Kelam mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuhnya. Tatapannya menghunus ke depan, menatap tajam wanita cantik yang kini tersenyum miring ke arahnya. Sedangkan gadis yang dia cintai tampak terduduk lemas di bawah pohon bawah sadar, terikat tak berdaya. Tatapan sayu itu membuat emosi Kelam semakin tersulut, apalagi ketika mendengar bisikan lemah dari bibir pucat gadis itu."Kelabu, jangan pergi hanya kamu satu-satunya yang kupunya," bisik Kejora dengan tatapan sayu yang terlihat kosong. Bulir bening bahkan sudah merembes keluar dari kedua matanya. Kejora, gadis itu berhasil terhasut dalam permainan Sang Imaji. Kesadaran gadis itu perlahan memudar tergantikan dengan ilusi yang memainkan akal sehatnya. Terus menyebut nama "Kelabu", sosok ciptaan Sang Imaji untuk menjeratnya. Sedangkan sosok asli Kelabu tampak berdiam diri di samping Sang Imaji. Menatap datar kepada Kelam.Kelam menoleh, menatap intens kepa
79. Perjuangan 2Kelam tersenyum lega ketika tawaran yang dia berikan disetujui oleh Sang Imaji. Kelam mendekat ke arah Kejora, sejak tadi dia begitu gatal untuk segera merengkuh gadis itu. Tetapi baru saja ia hendak melepas jeratan sulur yang mengikat tubuh Kejora, suara Sang Imaji kembali terdengar. Membuat niat Kelam terurung."Waktumu hanya satu jam untuk membawanya pergi dari alam ini, jika kau gagal maka jiwanya pun akan menjadi milikku," ujar Sang Imaji membuat Kelam mengepalkan kedua tangannya.Makhluk licik akan selamanya begitu, benar bukan? Kelam harusnya tahu bahwa Imaji tidak akan melepaskan Kejora semudah itu. Tanpa membalas, Kelam dengan segera menarik paksa sulur yang melilit Kejora. Tanpa membuang waktu dibawanya Kejora di gendongannya. Berlari cepat menuju ke gerbang perbatasan alam. Meninggalkan sosok Kelam yang tertawa nyaring, merasa senang mendapatkan hiburan baru.Tawanya baru mereda ketika mendapati sosok Sang Maut yang tiba-tiba muncul di hadapannya dengan aur
80. Kembali PulangKelam mendongak ketika melihat uluran tangan di depannya. Dia sedikit terkejut ketika mendapati Kelabu yang menatapnya datar tetapi setelahnya makhluk itu melirik sendu ke arah Kejora. Denyut jantung gadis itu terlihat melemah dari gerakan naik-turun dadanya. Hal itu lah yang membuatnya khawatir. Karenanya dia memutuskan untuk turun tangan membantu Kelam. "Pergi, biar gue yang tangani Sang Maut," ucapnya datar. Kelam mengangguk. Cowok itu menerima uluran tangan Kelabu. Untuk sesaat dia membiarkan Kelabu memberikan kecupan singkat di dahi Kejora. Setelah dirasa cukup dia bergegas berjalan tertatih-tatih menuju ke gerbang dunia. Sedangkan Kelambu berdiri gagah di hadapan Sang Maut. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Kelabu hanyalah makhluk buatan tidak ada emosi takut di wajahnya. Hanya ekspresi datar yang berhasil membuat Sang Maut murka. Sedangkan Sang Imaji yang baru menyadari makhluk ciptaannya membantu permainannya terkejut. Dengan segera dia pergi sebelum San
81. Kesempatan Kedua"Ini sebuah keajaiban, keadaan pasien jauh lebih baik." Ucapan sang dokter membuat Pita menghela napas lega. Ketika mendengar kabar putrinya telah tersadar dari komanya membuat Pita langsung datang menuju ke rumah sakit. Senyum lega tidak bisa dia sembunyikan, netra sayunya terlihat bersinar. Kabar akan kondisi Kejora berhasil membuat jiwa wanita itu perlahan pulih."Kalau begitu saya permisi," pamit sang dokter setelah Pita mengucapkan terima kasih. "Mama."Suara Kejora yang memanggilnya ketika dia membuka pintu ruangan membuat dada Pita berdesir hangat. Dia sangat bersyukur Tuhan masih mempercayainya untuk menjaga buah hatinya. Ia mendekat mengusap lembut surai putrinya."Kejora minta maaf kalau selama ini belum bisa menjadi anak yang baik seperti yang mama harapkan." Ucapan Kejora membuat Pita mengembuskan napas panjang."Kamu sudah menjadi putri terbaik mama," ucap Pita lembut membuat Kejora terisak pelan. Dengan segera didekapnya tubuh mungil putrinya dengan
82. Penjelasan Kejora termenung ketika mendengar penjelasan dari sang mama. Sudah dua minggu setelah dia siuman, kini dia harus mendapat fakta mengejutkan pada dirinya sendiri. Ucapan sang mama yang mencoba menjelaskan kepadanya dengan hati-hati dan wajah sendu itu membuat Kejora termenung hingga sekarang. Kini dia duduk di jendela, melipat kedua kakinya dengan tatapan jauh melayang ke sang rembulan yang tengah memancarkan sinarnya. Sepertinya dia tidak terpikirkan jika saja ada orang iseng mengagetkannya maka dia akan terjun bebas dari lantai dua karena posisinya sekarang. Hembusan napas panjang kembali terdengar. Semilir angin malam menabrak tubuhnya, membuatnya sedikit menggigil karenanya. Walau begitu ia enggan beranjak dari sana. Pikirannya berkecamuk. Pikiran dan hatinya tengah berperang hebat sekarang. Apakah benar selama ini sosok Kelabu yang sering dia lihat, sering bersamanya hanyalah sebuah ilusi yang dia buat sendiri? "Gila, sepertinya aku sudah gila," gumam Kejora liri