Qing Peng menarik napas panjang. Aura naga yang mengelilinginya perlahan surut, kekuatan yang tadi menggetarkan tanah mulai mengendap dalam aliran darahnya. Ia menahan diri.Ia bukan pembunuh gila. Tidak semua pantas mati.Namun ketika kekuatannya tinggal separuh, serangan tiba dari arah belakang, tanpa suara, tanpa aura. Kilatan cahaya perak melesat ke arah punggungnya. Sedikit saja terlambat, jantung Qing Peng akan tertusuk habis.Tapi ia selamat.Gelombang energi gelap menyapu dari samping dan membungkus tubuh penyerang dalam pusaran hitam pekat. Pria itu terangkat ke udara, tubuhnya melilit seakan dicekik oleh bayangan hidup. Energi spiritual yang ia keluarkan justru diserap paksa, membuatnya mengerang seperti binatang yang terjerat.Xuan Li berdiri diam di sisi Qing Peng, mata hitamnya berkilat. Ia tidak perlu berkata-kata. Senyum tipis menyeringai di bibirnya.“Terima kasih, Tuan Wu Yu,” ujar Qing Peng dengan suara rendah.Xuan Li mengayunkan lengan dan melempar tubuh pria itu
Yi Qing berdiri kaku di hadapan Xuan Li. Matanya memancarkan keteguhan, meski tubuhnya masih menahan gemetar karena tekanan spiritual yang mencekik udara di sekeliling.Xuan Li menatapnya dalam diam, lalu perlahan melangkah maju.“Ulurkan tanganmu,” ujarnya tenang.Yi Qing ragu sejenak. Namun pada akhirnya ia mengangkat tangan, memperlihatkan telapak yang putih pucat dan lembut.Jari-jari Xuan Li menyentuh pergelangan tangan Yi Qing. Dalam sekejap, kilatan hitam seperti tinta menyelubungi lengannya, lalu menyusup masuk ke titik-titik meridian.Mata Xuan Li sedikit menyipit.'Benar... Ini tubuh roh suci...'Pusat dantian Yi Qing memancarkan kilau cahaya putih murni, namun di balik kemurnian itu tersembunyi riak energi yang tidak stabil, seperti dimensi kecil yang belum tersentuh dunia luar. Sebuah anomali langka dalam sistem kultivasi.'Tubuh yang mampu menjadi saluran sempurna untuk sinkronisasi jiwa. Tubuh ini bisa menjadi tungku penyatuan bagi dua eksistensi yang terjebak didalam la
Qing Peng berjalan di depan, tubuhnya tegak meski sorot matanya masih mengandung tanya. Di belakangnya, Xuan Li dan Yi Qing melangkah perlahan. Lorong-lorong istana naga ular dilapisi batu giok hijau gelap, setiap langkah bergema pelan di dinding-dinding berusia ribuan tahun.Ketika mereka tiba di aula dalam, barisan pelayan dan tetua istana menyambut mereka dengan hormat.“Selamat datang, Pangeran Qing Peng. Kami menyambut kembalinya darah naga murni,” ujar salah satu tetua dengan suara rendah.Qing Peng hanya mengangguk. Ia tidak terbiasa dengan penghormatan seperti ini. Dulu, ia hanya manusia biasa yang hidup di dunia fana. Sekarang, ia adalah penerus darah naga. Dunia berubah terlalu cepat.Wen Huyui sendiri turun tangan memberi mereka sambutan.“Wu Yu, kau akan tinggal di kamar terhormat, di sisi timur istana, tepat di samping cucuku. Anggap ini tanda penghormatanku,” ucapnya dengan nada bijak, meski matanya masih menyimpan sorotan tajam. “Dan putri Yi Zenzen itu...”“Dia akan
Keesokan harinya,Langit di atas istana naga ular dipenuhi kabut spiritual. Ribuan lentera naga melayang di udara, menyala dengan api dari inti laut dalam. Hari ini, penobatan Qing Peng akan dilangsungkan.Gong lonceng naga dibunyikan tiga kali. Para tetua, jenderal, dan bangsawan naga berkumpul di pelataran agung. Pilar batu giok menjulang di sisi kanan dan kiri. Aura naga kuno terasa menekan, menggugah darah keturunan naga siapa pun yang hadir.Namun, sebelum upacara dimulai, Xuan Li duduk bersama Qing Peng di salah satu paviliun kecil, menghadap ke kolam teratai hitam.“Tenangkan pikiranmu,” ucap Xuan Li singkat.Qing Peng menarik napas. Jubah upacaranya terasa berat. Tapi bukan karena bahan atau simbol di atasnya, melainkan karena peran yang menunggu.“Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan,” gumamnya. “Aku bahkan tidak tahu siapa sebenarnya aku...”“Kau akan tahu,” Xuan Li menoleh ke belakang. “Dia datang.”Langkah berat bergema dari sisi aula. Wen Huyui muncul, mengenakan jubah
Menjadi penguasa ras naga ular bukanlah kehormatan semata. Itu adalah beban. Qing Peng mengetahuinya sejak hari pertama ia duduk di tahta. Ritual penobatan telah usai, para tetua membungkuk hormat, dan suara seruling ritual masih bergema di kejauhan.Namun tidak ada waktu untuk bernafas dengan bebas.Wen Huyui berdiri di samping cucunya, wajahnya datar. “Kau tidak akan mendapat waktu bersantai. Mulai hari ini, kau harus mempelajari aturan, sejarah, dan rahasia garis keturunan kita. Aku akan mengajarimu sendiri.”Qing Peng mengangguk tanpa banyak bicara. Tidak ada keberatan. Ia tahu siapa dirinya sekarang.Di sisi lain, Xuan Li berdiri dalam diam di tepi panggung upacara, jubah hitamnya berkibar ditiup angin gurun. Tatapannya menembus kejauhan, seolah semua yang terjadi di belakangnya hanyalah riak dalam kolam yang tenang.Qing Peng menghampirinya saat hari mulai senja. “Apakah kau akan pergi, Tuan?”Xuan Li tidak menoleh. “Sudah saatnya aku pergi.”“Setidaknya tinggal beberapa har
Setelah kepergian Xuan Li, sunyi menggantung di udara. Formasi teleportasi yang sebelumnya memancarkan cahaya terang kini hanya menyisakan bayangan melingkar di atas tanah. Angin gurun Qiuqi berembus pelan, membawa debu halus yang menyapu ujung jubah para tetua naga ular.Semua pandangan akhirnya tertuju pada satu sosok: Yi Qing.Gadis muda itu masih terduduk di tanah, tubuhnya lemas. Darah kering menempel di sudut bibir dan hidungnya. Napasnya belum stabil. Namun lebih dari luka fisik, sorot matanya mencerminkan pergolakan batin yang tak mudah dimengerti.Wen Huyui melangkah maju. Wajahnya tampak tenang, tapi matanya mengandung amarah yang ditahan.“Petaka darah... pada tubuh seperti dia?” gumamnya pelan namun tajam. “Itu bukan sesuatu yang muncul tanpa alasan.”Yi Qing menunduk. Bahunya sedikit gemetar. Ia tidak berani membalas tatapan itu.“Siapa kau sebenarnya?” Wen Huyui bertanya lagi. Suaranya tidak meninggi, tapi tekanannya membuat udara terasa berat.Langkah kaki terdengar dar
Langkah Xuan Li mantap menapaki jalan berbatu yang mengarah ke perbukitan tandus di perbatasan timur Kekaisaran Bulan Perak. Udara kering berhembus pelan, menyapu ujung jubah hitamnya. Sejak meninggalkan wilayah naga ular, pikirannya tak pernah benar-benar tenang.Ia tahu apa yang sedang dirasakan Yi Qing. Ikatan darah yang pernah ditanamkan padanya masih aktif, menghubungkan kesadaran mereka secara samar. Luka-luka, kegelisahan, rasa sakit, semuanya terpantul dalam benaknya bagai riak di permukaan air. Tapi Xuan Li tak berniat mencampuri lagi. Ia sudah meletakkan dasar. Selebihnya, terserah pada tekad gadis itu."Kalau kau ingin hidup, maka bertahanlah. Kalau kau ingin menjadi kuat, jangan menunggu diselamatkan," gumamnya pelan.Tujuannya kali ini adalah gua kecil yang terletak di kaki Gunung Menara Langit. Tempat itu dulunya hanya sarang binatang buas, tapi kini menjadi tempat tinggal dua orang yang pernah ia beri petunjuk latihan: Lin Gong dan Jian Cheng.Sudah beberapa bulan berla
Xuan Li melihat sosok pria itu yang berjalan perlahan mendekatinya. Mata pria itu tenang, tidak menyimpan tekanan, tidak menyembunyikan niat. Tapi Xuan Li tidak menurunkan kewaspadaannya. Energi spiritual terkumpul di telapak tangannya siap untuk dilepaskan.Rambut panjang pria itu berwarna perak seperti rambut seorang yang telah renta. Tapi wajahnya begitu muda terlihat seumuran dengan Xuan Li.‘Aneh,’ pikir Xuan Li. Ia mengernyit.Pakaian yang dikenakan pria itu sangat mirip dengan pakaian yang pernah dikenalinya, bukan itu saja, ada aroma herbal samar yang menguar dari tubuhnya.'Aroma ini...seharusnya hanya muncul ketika aku membuat pil penerobosan tingkat tinggi,' gumam Xuan Li dalam hati.Mata Xuan Li menyipit. Ia hanya mengenal satu orang yang cocok dengan petunjuk itu.Jian Cheng.Tapi Jian Cheng adalah lelaki tua dengan tubuh yang rapuh karena luka dalam. Beberapa kali Xuan Li menyelamatkannya dari kematian. Tetapi, Xuan Li bisa merasakan kali ini tidak ada jejak luka sedikit
Xuan Li berdiri diam, namun matanya menajam. Ia mencium aroma samar dari tubuh Gu Ziyan, lembut, manis, namun bukan wangi bunga biasa. Aromanya menenangkan, seolah membawa ketenangan yang mengikis riak kegelisahan dalam hatinya. Sejenak, pikirannya yang tajam dan penuh perhitungan itu terhenti. Hatinya diam-diam terusik.Gu Ziyan menyadari Xuan Li tak bergerak, tak juga menjauh. Itu cukup baginya sebagai isyarat.Ia mendekat tanpa ragu. Langkahnya ringan namun penuh maksud. Tubuhnya menyentuh dada Xuan Li, dan ia menatap langsung ke matanya tanpa malu-malu."Aku tahu kamu bukan orang biasa," bisik Gu Ziyan dengan senyum kecil di sudut bibirnya. "Tapi entah kenapa... aku ingin membuatmu terusik."Xuan Li menatap balik. Matanya gelap, namun tak ada kemarahan di sana. Hanya kehati-hatian.Tangannya bergerak, menahan pinggang Gu Ziyan. Ia menarik tubuh gadis itu ke pelukannya, bukan dengan kasar, tetapi tegas."Aku bukan pria yang bisa kau jadikan mainan," ucap Xuan Li datar. Suaranya da
Gu Ziyan melangkah cepat keluar dari ruang kerja ayahnya. Raut wajahnya cemberut. Ia menahan kekesalan yang membakar di dadanya.“Ayah benar-benar berubah... hanya karena satu orang asing,” gumamnya pelan, hampir seperti dengusan.Langkahnya membawa dia ke taman bagian timur Istana Bunga, tempat sebuah kolam teratai terhampar tenang. Ia duduk di atas sebongkah batu, menyilangkan kaki dan memungut kerikil kecil. Dengan gerakan cepat, dilemparkannya kerikil itu ke tengah kolam. Riak air melingkar pelan, namun tak mampu meredakan amarah dalam hatinya.Beberapa saat kemudian, langkah ringan terdengar mendekat.“Putri Ziyan,” suara lembut seorang pelayan perempuan memanggil. Ia membungkuk dalam, lalu berdiri di sisi sang putri.“Aku tidak butuh hiburan, Alin. Jangan coba-coba menghiburku dengan kata-kata kosong,” kata Gu Ziyan tanpa menoleh.Alin, pelayan pribadinya sejak kecil, mengenal betul perubahan suasana hati tuannya. Ia tak berkata apa-apa lagi, hanya berdiri menemani dari belakan
Chu Niu Niu menatap Xuan Li yang berdiri diam di lorong panjang Istana Bunga. Wajah pemuda itu tetap datar, tapi sorot matanya menggelap, seperti menyimpan banyak hal yang tak bisa ia ucapkan begitu saja.Chu Niu Niu ingin bertanya, namun ragu. Ia tahu saat seperti ini bukan waktu yang tepat untuk menyentuh sesuatu yang mungkin akan memicu ledakan di dalam hati Xuan Li.Setelah mengantar mereka ke kamar tamu yang telah disiapkan, Chu Niu Niu berpamitan."Aku harus kembali bertugas. Istana ini tak bisa ditinggal terlalu lama," katanya singkat.Xuan Li hanya mengangguk tanpa banyak bicara. Ia tahu, Chu Niu Niu bukan tipe yang suka mengeluh, apalagi dalam keadaan genting seperti sekarang. Sebagai panglima penjaga istana, tugasnya tidak ringan. Setiap hari ia harus mengelilingi istana, memastikan keamanan tetap terjaga, terutama sejak ancaman dari makhluk-makhluk spiritual kian sering muncul belakangan ini.Begitu Chu Niu Niu menghilang di balik lorong, Xuan Li masuk ke dalam kamar dan d
Xuan Li berhenti melangkah. Hawa aneh menyusup perlahan di balik udara, samar tapi terasa nyata. Seperti napas makhluk yang bersembunyi di kegelapan, menahan diri untuk tak terendus.Tanpa berkata, ia menarik seutas jarum perak dari lengan bajunya. Satu aliran energi spiritual mengalir tajam ke ujung jarum. Ia melemparkan jarum itu ke salah satu sudut lorong yang terlihat kosong.Zreet!Terdengar suara mencicit seperti logam yang menggores daging, lalu teriakan melengking menggema di dinding batu.Bayangan hitam yang sebelumnya tak tampak kini perlahan muncul dari udara tipis. Bentuknya kabur, namun mata merahnya menyorot ke arah mereka dengan penuh kebencian. Gigi-giginya panjang dan rapat, kulitnya berdenyut seperti daging busuk.Chu Niu Niu tertegun. “Apa itu...?”Xuan Li menjawab datar. “Iblis Hati.”Makhluk itu mendesis. “Heh... jadi kau bisa menciumku, manusia... atau... bukan?”Xuan Li tidak menanggapi. Jarinya bergerak cepat, membentuk segel.Makhluk itu bergetar, lalu tertawa
"Chu Niu Niu!"Di ujung lorong, seorang gadis bergaun merah menyala melangkah santai. Di matanya yang sipit, tampak binar nakal. Bibirnya tersenyum, namun auranya membawa tekanan samar yang menusuk kulit.Gu Ziyan.Putri tunggal Gu Nangrong.Orang yang paling tidak ingin ditemui Chu Niu Niu saat ini.Chu Niu Niu segera membungkuk hormat, suaranya kaku. "Salam hormat, Putri."Gu Ziyan hanya mengangkat alis, tidak terlalu peduli. Matanya langsung mengarah pada Xuan Li.Tatapannya terang-terangan, seolah menguliti pemuda itu dari kepala hingga kaki."Ini yang katanya tamu baru itu?" gumamnya, suaranya ringan, tapi penuh rasa ingin tahu.Xuan Li menatapnya sekilas.Dalam sekejap, dia merasakan ada sesuatu yang salah. Aura Gu Ziyan dipenuhi energi iblis, tapi bukan berasal dari darahnya. Itu seperti racun spiritual yang meresap diam-diam ke dalam tubuh.Matanya menyipit.Gangguan dari luar?Berbahaya kalau dibiarkan.Gu Ziyan melangkah lebih dekat, jaraknya hanya beberapa langkah dari Xuan
Langkah kaki Xuan Li bergema pelan di lorong batu, diapit oleh Chu Niu Niu di satu sisi dan Mo Xiang di sisi lain. Tubuh Mo Xiang masih lemah, tetapi auranya perlahan stabil.Chu Niu Niu memimpin mereka tanpa banyak bicara. Tujuannya jelas: membawa mereka ke hadapan Raja Gu Nangrong, pemimpin Istana Bunga.Udara di sepanjang jalan terasa berat, seolah ada banyak tatapan tersembunyi mengawasi. Setiap mereka melangkah, bayangan-bayangan di balik pilar dan koridor bergerak. Para penghuni istana bunga bermunculan, memperhatikan mereka dengan berbagai ekspresi.Sebagian hanya mengangguk sopan kepada Chu Niu Niu, memberi hormat singkat. Namun lebih banyak lagi yang melirik dengan tatapan mencibir, seolah keberadaan Xuan Li dan Mo Xiang adalah noda dalam kemuliaan istana ini.Xuan Li menatap mereka sekilas. Mata hitamnya tetap tenang, tidak memperlihatkan sedikit pun reaksi. Dalam hatinya, ia sudah terbiasa dengan pemandangan seperti ini.‘Kuat, maka dihormati. Lemah, maka diinjak.’Aturan d
Tubuh Xuan Li perlahan membangkitkan napas baru.Tubuh giok miliknya bukan tubuh biasa. Ia lahir untuk menyerap energi spiritual dalam jumlah besar, lebih banyak daripada tubuh kultivator biasa mana pun.Saat ia bermeditasi di tepi kolam spiritual, air berkilau di hadapannya bergetar, lalu surut drastis. Energi murni di dalam kolam itu seperti sungai yang kehilangan hulunya, mengalir deras ke dalam tubuh Xuan Li.Tak butuh waktu lama, permukaan air di kolam mulai surut, warnanya memucat.Xuan Li membuka matanya sedikit."Aku sudah menyerap seluruh kolam ini..." pikirnya dalam hati.Namun rasa lapar pada tubuh gioknya belum sepenuhnya terpuaskan.Tanpa banyak pertimbangan, ia melangkah ke kolam kecil lain di sebelahnya. Aura kolam itu serupa, murni, kaya, dan berbahaya bagi siapa pun yang tidak siap.Ia duduk bersila lagi.Tubuhnya secara alami mulai menarik energi spiritual, seperti pusaran air di tengah badai. Kali ini, lebih rakus daripada sebelumnya.Di sudut lain lembah, di tempat
"Bantu aku memperbaiki segel," ucap wanita itu dengan nada datar. "Sebagai gantinya, aku memberimu tempat berlindung... dan perlindungan."Xuan Li menatap lurus ke matanya.Yang ia lihat bukan kehangatan, bukan ketulusan, melainkan ketenangan liar, seperti binatang buas yang sudah lama berdamai dengan bau kematian.Ia tahu tawaran ini berbahaya.Namun di belakangnya, makhluk pengisap jiwa masih mengelilingi. Menunda berarti mengantar diri ke kematian dan Mo Xiang tidak akan bertahan."Baik," jawab Xuan Li pendek.Wanita itu mengangguk ringan, lalu berbalik."Ikuti aku."Riak formasi di depannya mengembang, membuka jalan seperti air yang terbelah.Xuan Li menyesuaikan beban Mo Xiang di punggungnya, lalu melangkah masuk.Begitu melewati batas formasi, hawa berat dan tekanan jiwa dari luar lenyap seperti kabut yang tersapu angin.Pemandangan berubah drastis.Tanah tandus berganti dengan padang luas berselimut kabut tipis. Pohon-pohon asing tumbuh di mana-mana, akarnya menancap kuat pada
Xuan Li belum jauh meninggalkan platform batu ketika suara jeritan maut menghantam telinganya.Ia menoleh sekilas.Salah satu anggota Alam Bayangan yang sebelumnya masih hidup kini menggeliat dalam cengkeraman makhluk hitam raksasa. Tubuh makhluk itu berbentuk kabut pekat, menggumpal seperti asap, dengan kilatan merah samar di dalamnya.Dalam sekejap, tubuh anggota Alam Bayangan itu mengering. Energi hidup dan seluruh kultivasinya diserap bersih, meninggalkan kulit keriput yang hancur menjadi debu.Makhluk itu tidak berhenti.Ia membungkuk, menyapu tubuh satunya yang sudah mati. Sisa energi spiritual yang belum sepenuhnya lepas ikut tersedot habis. Tidak ada yang tersisa. Hanya darah dan debu yang perlahan menghilang terbawa angin.Xuan Li mengeraskan ekspresi.Ia mempercepat langkah, tubuhnya berubah menjadi bayangan kabur. Setiap langkahnya ringan, seperti menginjak udara.Namun...Makhluk itu mengangkat kepalanya. Dua titik merah pekat, seperti mata tanpa bentuk, berkedip di dalam