Langit Bergetar, Tanah BerdarahAngin malam membawa aroma darah yang mulai meresap ke dalam tanah. Pasukan Penjelajah Malam bergerak tanpa suara, bayangan mereka menyatu dengan kegelapan. Dalam hitungan detik, mereka melintasi dimensi melalui formasi teleportasi, meninggalkan dunia yang satu dan muncul di dunia lain.Saat cahaya teleportasi meredup, mereka telah berdiri di gerbang Sekte Pedang Langit. Suasana di sana penuh ketegangan. Anggota mereka yang lebih dulu tiba kini terdesak, berusaha bertahan dari serangan murid-murid sekte yang terlatih dalam seni pedang.Teriakan pertempuran menggema di udara. Dentingan senjata bertemu dalam kilatan cahaya. Tanah yang tadinya bersih kini ternoda darah.Seorang anggota Penjelajah Malam menyapu pandangannya ke medan pertempuran. Rahangnya mengeras saat melihat bagaimana rekannya mulai tumbang satu per satu."Kita datang tepat waktu," gumamnya, suaranya nyaris tenggelam dalam kegaduhan.Tetapi, harapan itu segera sirna. Sekte Pedang Langit bu
Para anggota Alam Bayangan bergerak cepat di antara reruntuhan, menyelinap dalam kegelapan. Di antara bayang-bayang yang berjatuhan akibat pertempuran, Shu Jin berdiri tegap. Napasnya memburu, keringat mengalir di pelipisnya, tetapi ia tetap mengangkat pedangnya, bersiap menghadapi mereka.Ia tidak bisa membiarkan mereka menemukan tempat yang sebenarnya."Kalian tidak akan menemukannya," ujarnya, suaranya tegas meskipun dadanya naik-turun karena lelah. "Pergilah sebelum semuanya berakhir lebih buruk untuk kalian."Ketua Alam Bayangan, sosok berwibawa dengan mata tajam, mengangkat tangan, memberi isyarat pada dua anak buahnya untuk maju."Jaga dia," perintahnya dingin. "Aku akan mencari sendiri."Dua anggota Alam Bayangan langsung bergerak, yang satu membawa belati melengkung, yang lain dengan rantai besi yang berkilat di bawah sinar bulan.Shu Jin mengepalkan gagang pedangnya lebih erat. Otot-ototnya sudah kaku, energi spiritualnya mulai menipis, tetapi melihat pemimpin mereka bergera
Di antara reruntuhan Sekte Pedang Langit, udara terasa berat. Suara angin yang biasanya lembut kini berubah menjadi bisikan-bisikan kelam yang menusuk telinga. Semua orang terdiam, pandangan mereka terpaku ke langit yang diselimuti kabut gelap.Kemudian, sosok itu muncul.Langkahnya pelan, tapi setiap gerakannya seolah membawa tekanan yang tak kasatmata. Aura kegelapan yang menyelimutinya begitu pekat, berputar seperti kabut hitam yang menari di sekeliling tubuhnya.Di antara orang-orang yang masih tersisa, Ketua Alam Bayangan menyipitkan mata. Suaranya terdengar dingin saat ia angkat bicara,"Siapa yang berani mengganggu urusan kami?"Tak ada jawaban.Shu Jin, yang masih berlutut dengan tubuh lemah dan luka yang menganga, merasakan dadanya bergetar hebat. Napasnya tersengal saat sosok itu semakin jelas di balik kabut. Dan ketika akhirnya bayangan hitam itu tersingkap sepenuhnya, matanya membelalak.Han Sheng.Para murid Sekte Pedang Langit yang tersisa pun tersentak."Senior Han Shen
Di antara bayang-bayang yang membungkus Sekte Pedang Langit, seorang pria berdiri dengan penuh percaya diri. Matanya memancarkan rasa puas, bibirnya melengkung dalam senyum kemenangan. Ia adalah anggota Alam Bayangan, yakin bahwa akhirnya Han Sheng akan bergabung dengannya."Kita bisa bekerja sama," katanya dengan nada meyakinkan. "Bayangkan jika kita menyerahkan pecahan Lonceng Pengubah Takdir kepada pemimpin, imbalannya akan luar biasa. Kau tidak perlu bekerja sendirian."Ia berbicara dengan nada santai, seolah-olah segalanya telah ditentukan. Ia berpikir bahwa Han Sheng masih memiliki sisi kompromi.Betapa naifnya.Han Sheng menatap pria itu tanpa ekspresi. Dalam pikirannya, kata-kata orang itu hanya terdengar seperti dengungan nyamuk yang mengganggu. Kerja sama? Berbagi kejayaan? Tidak ada hal seperti itu dalam kamus Han Sheng.Alam Bayangan dan kelompok Penjelajah Malam memang berada di kubu yang sama dengannya, tetapi mereka hanyalah sekutu sementara. Mereka hanyalah alat yang b
Jejak energi yang tertinggal di Sekte Pedang Langit masih samar, seperti kabut tipis yang menyelimuti tempat itu. Bagi orang biasa, sekte ini tampak seperti biasa, tenang dan tidak ada tanda-tanda pertempuran. Namun, bagi mereka yang peka terhadap perubahan energi, atmosfer di tempat ini telah berubah.Kegelapan yang menguar dari sekte ini begitu halus, menyatu dengan udara seolah menjadi bagian dari lingkungan. Tidak ada bangunan yang rusak, tidak ada darah yang mengering di tanah, tetapi sesuatu terasa berbeda.Beberapa kultivator dari sekte-sekte lain datang untuk menyelidiki, tertarik oleh rumor yang beredar. Namun, begitu mereka menginjakkan kaki di halaman sekte, yang mereka temukan hanyalah murid-murid Sekte Pedang Langit yang beraktivitas seperti biasa. Tidak ada yang tampak mencurigakan.Seorang pria tua dengan jubah biru, seorang tetua dari Sekte Awan Berbisik, menyipitkan matanya. Ia merasakan sesuatu yang aneh tetapi tidak bisa menunjukinya secara langsung."Apa benar hany
Pria tua itu melangkah dengan tenang, tubuhnya tegak meskipun rambutnya telah memutih. Jubahnya yang sederhana bergoyang tertiup angin. Di sampingnya, Xuan Li berjalan tanpa suara, matanya tajam meneliti sekeliling.Penduduk desa yang mereka lewati hanya melirik sekilas sebelum buru-buru mengalihkan pandangan. Langkah mereka terlalu teratur, terlalu kaku. Wajah mereka kosong, seolah hanya mengikuti rutinitas tanpa benar-benar hidup.Xuan Li memperhatikan lebih dalam. Ini bukan sekadar desa terpencil yang terjebak dalam kesunyian. Ada sesuatu yang tidak wajar di sini, bukan kabut, bukan bayangan, tetapi keheningan yang terasa berat, seperti sesuatu yang menyusup ke dalam darah dan tulang setiap orang.Pria tua itu berhenti di depan sebuah rumah sederhana. "Ini tempatku," katanya, suaranya datar dan tak berintonasi.Xuan Li mengamati rumah itu sejenak sebelum melangkah masuk. Suasana di dalamnya tidak jauh berbeda dari yang ia rasakan di luar. Segalanya tampak bersih dan teratur, teta
Setelah urusan Tetua Ye selesai, mereka pun kembali pulang ke rumah Tetua Ye. Xuan Li melanjutkan pemeriksaan Shen Tang yang tertunda.Di dalam kamar yang remang, Shen Tang terbaring lemah di atas ranjang. Cahaya lentera yang berkelip-kelip memperlihatkan wajahnya yang semakin pucat, bibir membiru, dan napasnya yang tersengal-sengal. Keringat dingin membasahi dahinya.Xuan Li duduk di tepi ranjang, meletakkan dua jarinya di pergelangan tangan wanita itu. Saat ia mengerahkan kekuatan spiritualnya untuk memeriksa, hawa dingin merayap naik melalui jarinya. Sensasi itu bukan sekadar penyakit biasa, ini lebih dari itu.‘Bukan sekadar penyakit… ini formasi penyerap kehidupan.’Tatapan matanya berubah tajam. Ia bergerak cepat, menekan beberapa titik akupuntur di sepanjang lengan Shen Tang. Tubuh wanita itu tersentak, punggungnya melengkung menahan rasa sakit, sebelum akhirnya napasnya mulai lebih stabil.Xuan Li menarik tangannya kembali. Suaranya tenang, tapi ada ketegangan di dalamnya. "A
Rasa sakit mengoyak dadanya, membuat napasnya tersengal-sengal. Kakinya gemetar, hampir tak mampu menopang tubuhnya saat ia bersandar pada batang pohon tua itu. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, merembes ke leher dan punggungnya.Namun, yang lebih mengganggunya bukanlah luka fisik, melainkan suara yang menggema dalam benaknya."Takdirmu telah menunggu."Suara itu bukan sekadar bisikan samar, melainkan sesuatu yang terasa akrab, seolah berasal dari bagian terdalam jiwanya sendiri.Xuan Li mengepalkan tangan."Takdir?"Ia menegakkan kepala, menatap langit malam yang gelap dan tak berbintang. Seumur hidupnya, ia telah berjalan sendiri, menempuh jalan yang penuh darah dan pengkhianatan. Ia tidak pernah tunduk pada siapa pun. Tidak kepada klan, tidak kepada guru, tidak kepada dewa sekalipun.Jadi, jika ada yang mengira dirinya akan menyerah pada sesuatu yang disebut ‘takdir’…"Aku tidak percaya pada takdir."Mata Xuan Li berkilat. Namun, ketika ia mencoba bangkit, sesuatu menghantamn
Xuan Li berdiri diam, namun matanya menajam. Ia mencium aroma samar dari tubuh Gu Ziyan, lembut, manis, namun bukan wangi bunga biasa. Aromanya menenangkan, seolah membawa ketenangan yang mengikis riak kegelisahan dalam hatinya. Sejenak, pikirannya yang tajam dan penuh perhitungan itu terhenti. Hatinya diam-diam terusik.Gu Ziyan menyadari Xuan Li tak bergerak, tak juga menjauh. Itu cukup baginya sebagai isyarat.Ia mendekat tanpa ragu. Langkahnya ringan namun penuh maksud. Tubuhnya menyentuh dada Xuan Li, dan ia menatap langsung ke matanya tanpa malu-malu."Aku tahu kamu bukan orang biasa," bisik Gu Ziyan dengan senyum kecil di sudut bibirnya. "Tapi entah kenapa... aku ingin membuatmu terusik."Xuan Li menatap balik. Matanya gelap, namun tak ada kemarahan di sana. Hanya kehati-hatian.Tangannya bergerak, menahan pinggang Gu Ziyan. Ia menarik tubuh gadis itu ke pelukannya, bukan dengan kasar, tetapi tegas."Aku bukan pria yang bisa kau jadikan mainan," ucap Xuan Li datar. Suaranya da
Gu Ziyan melangkah cepat keluar dari ruang kerja ayahnya. Raut wajahnya cemberut. Ia menahan kekesalan yang membakar di dadanya.“Ayah benar-benar berubah... hanya karena satu orang asing,” gumamnya pelan, hampir seperti dengusan.Langkahnya membawa dia ke taman bagian timur Istana Bunga, tempat sebuah kolam teratai terhampar tenang. Ia duduk di atas sebongkah batu, menyilangkan kaki dan memungut kerikil kecil. Dengan gerakan cepat, dilemparkannya kerikil itu ke tengah kolam. Riak air melingkar pelan, namun tak mampu meredakan amarah dalam hatinya.Beberapa saat kemudian, langkah ringan terdengar mendekat.“Putri Ziyan,” suara lembut seorang pelayan perempuan memanggil. Ia membungkuk dalam, lalu berdiri di sisi sang putri.“Aku tidak butuh hiburan, Alin. Jangan coba-coba menghiburku dengan kata-kata kosong,” kata Gu Ziyan tanpa menoleh.Alin, pelayan pribadinya sejak kecil, mengenal betul perubahan suasana hati tuannya. Ia tak berkata apa-apa lagi, hanya berdiri menemani dari belakan
Chu Niu Niu menatap Xuan Li yang berdiri diam di lorong panjang Istana Bunga. Wajah pemuda itu tetap datar, tapi sorot matanya menggelap, seperti menyimpan banyak hal yang tak bisa ia ucapkan begitu saja.Chu Niu Niu ingin bertanya, namun ragu. Ia tahu saat seperti ini bukan waktu yang tepat untuk menyentuh sesuatu yang mungkin akan memicu ledakan di dalam hati Xuan Li.Setelah mengantar mereka ke kamar tamu yang telah disiapkan, Chu Niu Niu berpamitan."Aku harus kembali bertugas. Istana ini tak bisa ditinggal terlalu lama," katanya singkat.Xuan Li hanya mengangguk tanpa banyak bicara. Ia tahu, Chu Niu Niu bukan tipe yang suka mengeluh, apalagi dalam keadaan genting seperti sekarang. Sebagai panglima penjaga istana, tugasnya tidak ringan. Setiap hari ia harus mengelilingi istana, memastikan keamanan tetap terjaga, terutama sejak ancaman dari makhluk-makhluk spiritual kian sering muncul belakangan ini.Begitu Chu Niu Niu menghilang di balik lorong, Xuan Li masuk ke dalam kamar dan d
Xuan Li berhenti melangkah. Hawa aneh menyusup perlahan di balik udara, samar tapi terasa nyata. Seperti napas makhluk yang bersembunyi di kegelapan, menahan diri untuk tak terendus.Tanpa berkata, ia menarik seutas jarum perak dari lengan bajunya. Satu aliran energi spiritual mengalir tajam ke ujung jarum. Ia melemparkan jarum itu ke salah satu sudut lorong yang terlihat kosong.Zreet!Terdengar suara mencicit seperti logam yang menggores daging, lalu teriakan melengking menggema di dinding batu.Bayangan hitam yang sebelumnya tak tampak kini perlahan muncul dari udara tipis. Bentuknya kabur, namun mata merahnya menyorot ke arah mereka dengan penuh kebencian. Gigi-giginya panjang dan rapat, kulitnya berdenyut seperti daging busuk.Chu Niu Niu tertegun. “Apa itu...?”Xuan Li menjawab datar. “Iblis Hati.”Makhluk itu mendesis. “Heh... jadi kau bisa menciumku, manusia... atau... bukan?”Xuan Li tidak menanggapi. Jarinya bergerak cepat, membentuk segel.Makhluk itu bergetar, lalu tertawa
"Chu Niu Niu!"Di ujung lorong, seorang gadis bergaun merah menyala melangkah santai. Di matanya yang sipit, tampak binar nakal. Bibirnya tersenyum, namun auranya membawa tekanan samar yang menusuk kulit.Gu Ziyan.Putri tunggal Gu Nangrong.Orang yang paling tidak ingin ditemui Chu Niu Niu saat ini.Chu Niu Niu segera membungkuk hormat, suaranya kaku. "Salam hormat, Putri."Gu Ziyan hanya mengangkat alis, tidak terlalu peduli. Matanya langsung mengarah pada Xuan Li.Tatapannya terang-terangan, seolah menguliti pemuda itu dari kepala hingga kaki."Ini yang katanya tamu baru itu?" gumamnya, suaranya ringan, tapi penuh rasa ingin tahu.Xuan Li menatapnya sekilas.Dalam sekejap, dia merasakan ada sesuatu yang salah. Aura Gu Ziyan dipenuhi energi iblis, tapi bukan berasal dari darahnya. Itu seperti racun spiritual yang meresap diam-diam ke dalam tubuh.Matanya menyipit.Gangguan dari luar?Berbahaya kalau dibiarkan.Gu Ziyan melangkah lebih dekat, jaraknya hanya beberapa langkah dari Xuan
Langkah kaki Xuan Li bergema pelan di lorong batu, diapit oleh Chu Niu Niu di satu sisi dan Mo Xiang di sisi lain. Tubuh Mo Xiang masih lemah, tetapi auranya perlahan stabil.Chu Niu Niu memimpin mereka tanpa banyak bicara. Tujuannya jelas: membawa mereka ke hadapan Raja Gu Nangrong, pemimpin Istana Bunga.Udara di sepanjang jalan terasa berat, seolah ada banyak tatapan tersembunyi mengawasi. Setiap mereka melangkah, bayangan-bayangan di balik pilar dan koridor bergerak. Para penghuni istana bunga bermunculan, memperhatikan mereka dengan berbagai ekspresi.Sebagian hanya mengangguk sopan kepada Chu Niu Niu, memberi hormat singkat. Namun lebih banyak lagi yang melirik dengan tatapan mencibir, seolah keberadaan Xuan Li dan Mo Xiang adalah noda dalam kemuliaan istana ini.Xuan Li menatap mereka sekilas. Mata hitamnya tetap tenang, tidak memperlihatkan sedikit pun reaksi. Dalam hatinya, ia sudah terbiasa dengan pemandangan seperti ini.‘Kuat, maka dihormati. Lemah, maka diinjak.’Aturan d
Tubuh Xuan Li perlahan membangkitkan napas baru.Tubuh giok miliknya bukan tubuh biasa. Ia lahir untuk menyerap energi spiritual dalam jumlah besar, lebih banyak daripada tubuh kultivator biasa mana pun.Saat ia bermeditasi di tepi kolam spiritual, air berkilau di hadapannya bergetar, lalu surut drastis. Energi murni di dalam kolam itu seperti sungai yang kehilangan hulunya, mengalir deras ke dalam tubuh Xuan Li.Tak butuh waktu lama, permukaan air di kolam mulai surut, warnanya memucat.Xuan Li membuka matanya sedikit."Aku sudah menyerap seluruh kolam ini..." pikirnya dalam hati.Namun rasa lapar pada tubuh gioknya belum sepenuhnya terpuaskan.Tanpa banyak pertimbangan, ia melangkah ke kolam kecil lain di sebelahnya. Aura kolam itu serupa, murni, kaya, dan berbahaya bagi siapa pun yang tidak siap.Ia duduk bersila lagi.Tubuhnya secara alami mulai menarik energi spiritual, seperti pusaran air di tengah badai. Kali ini, lebih rakus daripada sebelumnya.Di sudut lain lembah, di tempat
"Bantu aku memperbaiki segel," ucap wanita itu dengan nada datar. "Sebagai gantinya, aku memberimu tempat berlindung... dan perlindungan."Xuan Li menatap lurus ke matanya.Yang ia lihat bukan kehangatan, bukan ketulusan, melainkan ketenangan liar, seperti binatang buas yang sudah lama berdamai dengan bau kematian.Ia tahu tawaran ini berbahaya.Namun di belakangnya, makhluk pengisap jiwa masih mengelilingi. Menunda berarti mengantar diri ke kematian dan Mo Xiang tidak akan bertahan."Baik," jawab Xuan Li pendek.Wanita itu mengangguk ringan, lalu berbalik."Ikuti aku."Riak formasi di depannya mengembang, membuka jalan seperti air yang terbelah.Xuan Li menyesuaikan beban Mo Xiang di punggungnya, lalu melangkah masuk.Begitu melewati batas formasi, hawa berat dan tekanan jiwa dari luar lenyap seperti kabut yang tersapu angin.Pemandangan berubah drastis.Tanah tandus berganti dengan padang luas berselimut kabut tipis. Pohon-pohon asing tumbuh di mana-mana, akarnya menancap kuat pada
Xuan Li belum jauh meninggalkan platform batu ketika suara jeritan maut menghantam telinganya.Ia menoleh sekilas.Salah satu anggota Alam Bayangan yang sebelumnya masih hidup kini menggeliat dalam cengkeraman makhluk hitam raksasa. Tubuh makhluk itu berbentuk kabut pekat, menggumpal seperti asap, dengan kilatan merah samar di dalamnya.Dalam sekejap, tubuh anggota Alam Bayangan itu mengering. Energi hidup dan seluruh kultivasinya diserap bersih, meninggalkan kulit keriput yang hancur menjadi debu.Makhluk itu tidak berhenti.Ia membungkuk, menyapu tubuh satunya yang sudah mati. Sisa energi spiritual yang belum sepenuhnya lepas ikut tersedot habis. Tidak ada yang tersisa. Hanya darah dan debu yang perlahan menghilang terbawa angin.Xuan Li mengeraskan ekspresi.Ia mempercepat langkah, tubuhnya berubah menjadi bayangan kabur. Setiap langkahnya ringan, seperti menginjak udara.Namun...Makhluk itu mengangkat kepalanya. Dua titik merah pekat, seperti mata tanpa bentuk, berkedip di dalam