Ani menatap Sandi gemetar. Ia hampir saja menyerahkan mahkota terindahnya sebelum waktunya. Walaupun ia mencintai Sandi tapi ia tak mau membuang sia-sia kemurniannya."Maafkan aku Sandi. Aku memang mencintaimu tapi aku tak mau kemurnian yang aku miliki terbuang sia-sia," balas Ani."Ani aku sangat mengerti apa yang kamu pikirkan. Aku sangat menyukai kamu yang gigih melindungi kemurnianmu, rasanya aku semakin ingin menikahimu," ucap Sandi menyunggingkan senyuman.Sandi sangat senang sekali karena Ani memiliki keinginan yang kuat. Tidak ada wanita yang sekuat Ani dalam mempertahankan prinsipnya. Sandi semakin tidak ingin melepaskan Ani karena Ani wanita yang spesial baginya."Sandi lebih baik kita harus menjaga jarak dulu. Nggak usah terlalu sering bertemu," pinta Ani."Aku nggak mau jarang bertemu denganmu. Karena aku pasti akan merindukanmu jika sedetik saja nggak bertemu denganmu," balas Sandi.Ani merasa geli melihat Sandi yang kekanakan seperti itu. Ia memeluknya gemas sekali pria
Sandi tak memungkiri karena memang dia begitu mendambakan Ani berada di sisinya. Dia tidak bisa menyembunyikan perasaannya saat Ani terbaring lemah di rumah sakit karena menyelamatkan keluarganya."Jerri jangan sembarangan bicara. Aku memang mengkhawatirkan Ani tapi kamu jangan mengatakan hal yang menjatuhkan wibawaku," ucap Sandi dengan malu-malu."Bos kalau begitu aku akan segera pergi bekerja. Tapi aku akan bekerja di ruangan sebelah agat tidak mengganggumu," balas Jerri.Ani melihat Sandi yang sangat lucu. Dia sangat senang melihat pria tampan itu drngan wajah malu-malunya. Tidak seperti biasanya yang sangat garang."Apa yang kamu tertawakan Ani?" tanya Sandi heran."Aku menertawakan wajahmu yang sangat lucu itu, begitu menggemaskan," jawab Ani.Jika itu bukan Ani yang mengatakan mungkin Sandi akan marah. Tapi Ani berbeda di depannya Sandi bisa bertingkah seperti seorang anak kecil. Menunjukkan sisi lain dari dirinya yang sangat dingin, garang dan berwibawa. "Ani jika itu membuat
"Apa yang kamu inginkan Velope? Katakan saja!" seru Martin yang sudah tahu apa tujuan Velope. Biasanya kalau bersikap manis dan manja seperti ini ada yang ingin dia pinta darinya."Sayangku, kenapa bertanya seperti itu. Aku hanya ingin menemuimu saja karena rindu," balas Velope.Martin menyalakan rokoknya dan hanya mengangguk. Menatap Velope sebentar lalu menuangkan wiski untuk di nikmati."Karena sudah berkumpul semua mari kita bersulang," ucap Martin."Bersulang untuk kita semua. Semoga semakin kompak saja," sahut Sandi.Mereka bersulang dengan gembira menikmati masa yang sedang tenang ini. Velope melihat ke arah Sandi dan Ani yang begitu mesra. Dia sangat iri kenapa bisa harus Ani yang berada di sisi Sandi. Apakah pengorbanannya selama ini tak berguna. Ia harus segera mengatur siasat untuk menyingkirkan Ani secepat mungkin."Nona Velope, kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Ani sambil bersandar di pundak Sandi."Jangan kepedean nona Ani. Aku sama sekali tak menatapmu," jawab V
Velope merasa jijik dengan Ani yang mengatakan itu. Seharusnya yang bisa sombong itu adalah dia menanyakan hal itu padanya. Karena sudah dibuat malu seperti ini. Tak ada pilihan lain selain bersandiwara."Ani, aku hanya menyapa karena tak sengaja bertemu saat makan siang. Aku hanya mengatakan apa yang aku tahu saja tentang Sandi. Karena sejak kecil kami bersama. Ternyata kamu menilaiku seperti itu," ucap Velope panjang lebar serta bersandiwara mengeluarkan air mata."Nona Velope. Aku mengatakan itu karena sebagai seorang kekasih merasa risih, atas kehadiranmu yang seperti lalat," balas Ani.Velope berdiri dari bangkunya. Ia mengusap air matanya lalu pergi meninggalkan Ani dan Sandi. Berharap Sandi akan mencegahnya pergi seperti sebuah sinetron yang biasa di perankannya."Ani, aku tak tahu ternyata kamu bisa begitu kejam pada sahabat kekasihmu sejak kecil," ucap Velope sambil mengusap air matanya dan lari."Nona Ani. Jika terjadi apa-apa dengan nonaku. Aku tak akan memaafkanmu," imbuh
Hazel terus mengoceh menyudutkan Ani. Dia sangat kesal karena Ani sekarang tak seperti dulu. Mungkin sekarang akan menjadi nyonya Sandi Brawijaya makanya bertindak seenaknya."Apa yang kamu katakan. Sudah jelas Meli menangis karenamu," bentak Hazel."Tenanglah kawan. Biarkan dia mengatakan apa yang terjadi. Kenapa kamu menjadi menggebu-gebu seperti ini," sahut Leon.Hazel melengos saja. Lalu Meli memberikan kesaksian yang membuat Hazel malu. Dia sangat tidak enak pada Ani dan meminta maaf."Maafkan aku Nona Ani. Ini salahku tidak mendengar penjelasan lebih lanjut," ucap Hazel."Tidak apa-apa. Tapi aku sangat penasaran apa kamu ada hubungannya dengan Meli? Aku lihat kamu tampak khawatir padanya!" tegas Ani.Leon maupun Jerri juga penasaran. Jika diantara mereka tidak ada apa-apa mana mungkin Hazel sangat mengkhawatirkan Meli begitu."Nona Ani. kami berpacaran," jawab Hazel."Apa? Pacaran?" ucap mereka bertiga penasaran.Meli maupun Hazel sama-sama malu dan memerah wajahnya. Timbul pert
Ani tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. Baginya tak ada gunanya marah karena berita itu benar adanya. Sandi dahulunya terkenal sebagai seorang lelaki yang gemar bermain wanita."Itu memang benar. Buat apa aku marah tapi sekarang dia sudah sadar, 'kan?" jawab Ani."Ani, aku senang kamu menerimaku apa adanya. Semoga kita dapat menua bersama," balas Sandi senang Mereka makan malam hari ini sambil bersuka cita. Di tempat yang jauh di sana seseorang sedang mendapatkan informasi jika Sandi, Ani dan yang lainnya bergembira bersama membuatnya kesal."Kurang ajar, kepala pelayan itu semakin hari semakin lengket saja dengan Sandi," geram Velope."Nona, marah tidak akan menyelesaikan masalah. Bagaimana kalau kita bertindak, besok?" tanya sang asisten."Maksud kamu? Jangan membuatku semakin kesal saja karena harus memikirkan hal yang aku tak mengerti!" seru sang asisten.Asisten Velope membisikkan sesuatu yang membuat velope senang. Ia segera mengutus orang yang dimintai tolong untuk melapor
"Sandi, apa kamu yakin ada musuh yang memanfaatkan aku untuk menyerangmu?" tanya Ani."Bisa saja seperti ini. Makanya aku meminta Jerri untuk menyelidiki siapa pelaku di balik teror terhadapmu," jawab Sandi.Semua sahabat Sandi ada di sini, termasuk seorang Martin yang sibuk dengan berbagai macam kasus. Ani menghela nafas panjangnya. Apakah benar hal ini perbuatan musuh Sandi?"Aku mengucapkan terima kasih kepada kalian semua yang telah ada di sini, untuk menjagaku," ucap Ani dengan senyuman."Setelah ini, aku tak akan membiarkanmu berada jauh dariku lagi," ucap Sandi sambil menggenggam erat tangan Ani."Sandi kamu tidak perlu berbuat seperti ini, jangan biarkan musuh tahu kelemahanmu," balas Ani."Aku tidak bisa membiarkanmu mendapatkan teror lagi seperti ini," ucap Sandi mengepalkan tangannya.Ani memeluk Sandi, mengatakan tidak usah terlalu mecolok memanjakannya. Jangan sampai membuat jalan seorang musuhnya menemukan kelemahan yang mungkin akan membuatnya hancur. Ia meminta untuk b
Nyonya Lusi menggelengkan kepalanya. Di sisi Ani ada pengawal itu tidak berlebihan tapi demi keselamatan dirinya sendiri."Aku rasa tidak. Aku tak mau terjadi hal seperti ini lagi," jawab nyonya Lusi."Ani, aku mohon terimalah nasihat Mami, semua ini karena kami sayang padamu," imbuh Sonia.Mendengar permohonan kedua wanita yang disayangi Sandi. Ani mengangguk setuju, mereka sangat peduli padanya. Jadi dia sangat berterima kasih atas kepedulian mereka."Aku seruju tapi asal jangan terlalu mencolok saja di depan umum," ucap Ani."Aku akan meminta pengawal tidak mencolok sesuai dengan permintaanmu," balas nyonya Lusi.***Di sebuah rumah yang ditinggali Velope, terdapat bunyi bantingan barang-barang karena dia melampiaskan kemarahannya. Ia kesal karena Ani selamat dari tabrakan beruntun yang ia siapkan sebelumnya untuk mencelakai Ani."Sial! Lagi-lagi wanita jalang itu selamat dari bahaya!" teriak Velope."Nona, tolong tenangkan dirimu, aku tahu kamu sedang marah. Tapi tidak baik melamp