"Jadi ke cafe?" Tanya Caca tanpa mengindahkan pertanyaan ketiga temannya.
"Jawab dulu kek Ca," ucap Naya dengan muka ditekuk.
Caca menggeleng.
"Kalo gak jadi, gue pulang aja deh," ucapnya kemudian.
Ketiganya buru-buru melangkah menuju mobil karena takut dengan ancaman Caca yang tidak pernah main-main.
***
Mereka sampai di Cafe Cemara, cafe baru dengan nuansa alam yang memberikan ketenangan tersendiri bagi para pengunjungnya.
"Suasananya enak ya," ucap Fey.
"Hmm ... nyaman banget," sahut Kiara.
"Eh, itu anak UKS kan ya? Gil* produk unggul semua," kata Naya terkagum-kagum.
"Wah, iya. Duduk deket sana aja yuk, siapa tau gue dapat pengganti Rendi."
"Heh, Nay. Pacar lo itu masih empat, udah mau nambah aja. Gak inget kalo kencan kudu ngumpet-ngumpet?" Kiara mengingatkan.
"Kak Kia tobat deh, sebelum kena karma," ucap Caca ikut gemas dengan tingkah salah satu teman akrabnya itu.
Mereka berempat
"Daf, kamu tau nggak?" Caca menolehkan kepalanya menghadap Dafa.Dafa berdehem namun tatapannya masih fokus pada gadgetnya."Aku tadi ketemu cowok, ganteng banget ...," Kata Caca menggoyang-goyangkan lengan sahabatnya."Siapa?" Tanya lelaki itu tanpa minat."Fahry, anggota UKS."Sontak saja Dafa terkejut, netranya langsung menatap sang sahabat."Bukannya aku udah bilang, jangan deket-deket anak UKS! Bahaya, kok kamu ngeyel sih," ucap Dafa menatap tajam Caca."Aku gak sengaja ketemu tadi. Lagian bahaya kenapa coba, orang mereka baik gitu kok," Caca menatap sebal laki-laki di sampingnya.Kalau dipikir-pikir, anggota UKS yang ditemuinya tidak terlalu berbahaya seperti yang diucapkan Dafa, atau mungkin dia belum melihat?"Kalau mereka gak bahaya, mungkin dari dulu abang mu udah ngenalin kamu sama mereka.""Mereka gak ngenalin itu karna emang aku yang minta, bukan abang-abang ku yang sengaja nyembunyiin!"
"Eh, ada anak kesayangan dosen nih guys." Vania bersama kedua temannya, Ela dan Angel duduk di bangku taman yang ada di kampus, tepat bersebelahan dengan Caca dan Naya."Awas loh, dengar ngamuk nanti," ujar Ela cekikikan."Gue curiga, jangan-jangan mereka dapat nilai bagus karna ngerayu tuh dosen," ucap Angel pura-pura terkejut tidak menyangka."Maksud lo jadi pelacur gitu?" Tanya Vania membuat ketiganya tertawa.Naya membanting bukunya di bangku dan berdiri, "heh, maksud lo apa ngomong gitu? Sesuci apa kalian sampai berani ngomong kita pelacur?!""Kita tadi gak nyebut nama loh, kok lo marah? Kesindir ya?" Kata Angel dengan wajah angkuhnya seolah mengejek."Gak nyebut nama juga gue udah tau pasti, nggak berguna banget sih jadi orang, bisanya cuma iri aja!"Vania dan teman-temannya mendelik marah. Dia hendak menjambak rambut Naya, Caca segera berdiri dan memelintir tangannya. Pekikan Vania menarik perhatian beberapa orang yang ad
Caca sedang berada di sebuah danau buatan di belakang rumahnya, pandangannya fokus pada lukisan yang sedang ia buat.Tiba-tiba ada suara disamping telinganya, "bagus."Sontak gadis itu berjingkat, kuas di tangannya juga terlempar ke danau."Dafa! Ngagetin aja deh."Dafa tertawa lalu duduk disampingnya. Tangannya membuka tutup dari salah satu botol minuman yang tadi dia bawa dan meletakkan disamping Caca."Kuasku kemana coba?! Kamu sih," kata Caca kesal. Dia berdiri dan mencari-cari kuasnya di rerumputan."Nyemplung di danau itu loh," ujar Dafa disertai senyum tak berdosa andalannya, jari telunjuknya mengarah ke danau."Gimana ngambilnya coba? Udah ke tengah lagi." Caca melepas sandalnya lalu berjalan di pinggiran danau, untung saja memakai celana pendek jadi tidak takut basah.Dafa berdecak, "gak usah diambil sih Ca, di rumahmu kan masih banyak."Caca menoleh ke arahnya, matanya menatap tajam."Gara-gara kam
"Dasar jal*ng! Gue udah bilang, jangan deketin Irfan lagi!"Kiara diam saja ketika wanita di depannya memaki bahkan menyiram segelas jus jambu ke wajahnya. Sebenarnya bukan dia yang salah, tapi Irfan lah yang terus mengganggunya. Lelaki itu terus menemuinya. Kiara ingin menjelaskan, tapi percuma, orang yang sedang marah tidak akan mau mendengar penjelasan apapun.Caca datang dan menahan tangan Jenna yang hendak menampar Kiara. Caca langsung mengambil jus alpukat dan menumpahkan diatas kepala Jenna, membuat wanita itu memekik marah."Brengs*k! Siapa datang-datang sok jagoan ...." Ucapan Jenna terhenti seketika saat melihat siapa yang menyiramnya.Dulu, saat masih SMA Caca pernah tergabung dalam grup vocal and dance cover. Jumlahnya 8 orang dengan Caca, 4 laki-laki dan 4 perempuan. Caca sangat dekat dengan Gavin, pasangan dalam grupnya.Entah kenapa, waktu itu ada penambahan 2 anggota, salah satunya Jenna. Awalnya gadis itu terlihat polos, namu
Kiara diam saja, membiarkan Satria yang meladeni mantan gebetan yang sudah membuat hidupnya susah."Ya, saya Satria, pacarnya Kiara."Pipi Kiara bersemu merah, dia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat agar tidak tersenyum. Meski yang dikatakan Satria hanya kebohongan, tapi Kiara sudah senang, setidaknya lelaki ini mempunyai rasa perduli dibalik sifat dinginnya.***"Dek, abang denger tadi kamu berantem di Caffe bang Gema?" Tanya Arga sembari duduk di samping Caca yang sedang makan.Tak lama, Gara menyusul. Lelaki itu duduk didepan Caca."Iya.""Kata Bang Gama, sama perempuan yang dulu fitnah kamu, sama temen-temenmu yang dulu juga.""Mantan temen," ucap Caca meralat ucapan Gara."Ya ... itulah maksudnya.""Kamu gak kenapa-napa kan?" Tanya Arga mengelus surai lembut adiknya."Gak pa-pa kok, tapi dia aku tampar.""Bagus dong, perempuan kayak gitu emang pantes dikasih pelajaran," kata Gara antusias.
Dafa datang ke rumah Caca saat mendengar sahabatnya sakit. Dia mengetuk pintu kamar gadis itu, ditangannya terdapat semangkuk bubur buatan sang bunda.Karena tidak ada tanggapan dia pun membuka pintu sendiri, toh biasanya juga begitu."Ca, kamu sakit apa?" Ucapnya mendekati sang sahabat yang sedang berbaring memunggunginya.Khawatir, jelas. Gadis bar-bar itu biasanya meski sakit tidak akan mengurung diri di kamar seperti saat ini.Pandangannya tertuju pada wajah pucat sahabatnya, juga kantung mata yang besar, jelas gadis itu habis menangis. Apa terjadi sesuatu padanya? Kenapa Caca tidak memberitahunya?"Ca ...." Tangan Dafa mengusap pipi Caca membuat gadis itu mengerjap pelan.Sambil mengucek-ucek matanya, dia berkata dengan tidak yakin, "Dafa ....""Iya, ini aku. Makan dulu ya, kata Bik Ani kamu belum makan dari pagi, ini tadi bunda buatin bubur.""Gak nafsu."Dafa berdecak kesal, "sok-sokan gak nafsu, bias
"Daf ...."Dafa menoleh, menatap wajah sang sahabat yang saat ini duduk di sampingnya. Malam ini, mereka berada di rumah pohon, melihat bintang-bintang seperti yang biasa mereka lakukan sejak kecil, namun jarang mereka lakukan akhir-akhir ini."Jangan pacaran dulu, ya.""Kenapa?"Gadis itu tersenyum tipis."Kebiasaan kamu jadi kacang lupa kulit kalo udah ada pacar," jawabnya sembari menatap wajah sang sahabat.Entah kenapa, malam ini wajah lelaki itu terlihat lebih tampan. Sejak dulu, Caca ingin melarang Dafa pacaran, tapi tidak berani. Dia takut Dafa marah lalu menjauhinya."Maaf ya, aku juga gak tau kenapa bisa sejahat ini sama kamu."Tangan lelaki itu terulur mengelus surai gadis disebelahnya."Aku belum siap pisah sama kamu, mungkin sekitar dua tahun lagi gak pa-pa. Tapi gak mungkin 'kan kamu mau ngejomblo selama itu."Mendengar kata-kata gadis itu membuat hatinya tiba-tiba tidak senang. Dia segera memel
"Pelan-pelan Ca," lirih Arga saat pipinya dikompres Caca.Karena masih kesal Caca justru semakin menekan kompresannya pada lebam itu hingga menimbulkan ringisan dari bibir abangnya."Sakit?."Arga diam, begitupun Gara yang sudah selesai diobati."Lain kali diulangi."Gara tersenyum, "kalo diulangi nanti kamu obati lagi Ca?"Caca menempelkan plaster di pelipis Arga lalu menatap tajam abangnya yang selalu banyak tanya."Enggak, nanti aku minta tolong ke Dafa buat ngobatin kalian.""Bukannya sembuh malah masuk rumah sakit," cibir Gara.Ia masih ingat ketika dulu dirinya dan Arga terluka lalu Caca meminta tolong Dafa agar mengobati keduanya karena adik perempuannya itu ada jadwal les. Bukannya sembuh, dia dan Arga justru berakhir menginap di klinik terdekat, rasanya pun bukan seperti diobati melainkan seperti dihajar dua kali.Malas menyahut, Caca segera membereskan isi kotak P3K lalu berjalan ke meja dekat TV,
Dio berjalan tergesa bersama mantan calon besannya, yaitu Hansa dan Hesti.Setelah bertanya pada resepsionis, mereka langsung menuju ruangan dimana Dafa dan yang lain berada.Kriet ....Orang yang didalam seketika menoleh.Dio langsung mendekati anaknya. Pergelangan tangan Dafa yang tadi sempat tergores pisau kini sudah diperban, juga beberapa luka goresan lain sudah diobati. Disebelahnya ada Caca yang dahi dan tangannya yang sempat terluka tadi telah diobati."Maafin Ayah," ucap Dio dengan nada penyesalan.Dafa diam, rasanya dia masih kesal dengan laki-laki yang selama ini menjadi penutannya."Ayah lagi ngomong tuh lho, kok nggak dijawab sih," omel Caca membuat Dafa menjawab dengan malas-malasan."Iya.""Perjodohannya batal sesuai keinginan kamu," kata Dio lagi.Gara yang duduk disebelah Kiara menyimak semua omongan Dio dengan perasaan tak menentu. Senang karena akhirnya gadis pujaannya batal dijodohkan, bi
Tin ... tin ....Perempuan dengan kaos putih dipadukan rok span dan flat shoes yang hendak berlari menyeberang jalan segera menghindar, namun sayangnya terlambat. Meski tidak tertabrak, namun tubuhnya tetap terserempet mobil a*anza yang hendak melintas."Aww ...!" Pekik Caca."Woy! Hati-hati dong kalau nyeberang, gue nggak siap masuk penjara tau," ketus supir mobil yang ternyata seorang perempuan muda.Walau tubuhnya lecet-lecet dan sakit, perlahan Caca berdiri dan meminta maaf hingga pengendara tersebut kembali melajukan mobilnya menjauh.Sebenarnya jarak antara kafe dan rumahnya tidak terlalu jauh, namun entah kenapa kali ini rasanya berbeda. Caca berlari sudah cukup lama tapi tidak sampai juga.Dia terus berlari dengan tertatih-tatih, tanpa memperdulikan jidat dan tangan yang sempat tergores batu dan mengeluarkan darah.Sekitar 10 menit barulah perempuan itu sampai, dia segera menuju kamar Dafa."Daf!" Serunya sa
Hari ini Dafa kembali mengurung diri di dalam kamar. Berkali-kali Fenti memanggilnya namun tidak ada sahutan, wanita itu jelas khawatir dan berpikiran yang tidak-tidak. Bagaimana kalau anaknya nekat melakukan hal buruk?"Udahlah, Bun, biarin aja. Nanti juga keluar sendiri," ucap Dio yang jengah dengan sikap anaknya yang menurutnya sangat pembangkang dan gampang marah."Ini udah sore dan Dafa belum keluar juga, tapi kamu tenang-tenang aja!" Bentak Fenti yang tersulut emosi.Suaminya ini kenapa tidak khawatir sama sekali, padahal Dafa adalah anak tunggal mereka.Dio berdecak, bukannya tidak khawatir. Dia hanya tidak ingin memanjakan Dafa, apa salah kalau dia ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya itu?"Coba kamu diemin, nanti juga juga bakal keluar sendiri kalau udah lapar.""Kalau segampang itu aku nggak akan sekhawatir ini, tapi coba kamu ingat, kemarin-kemarin bahkan Dafa betah nggak keluar selama seminggu.""Daf, ayo buka
Berkali-kali Dafa melirik ayahnya yang duduk di depannya."Ayah tadi udah bicara sama Caca supaya menjauh dari kamu," celetuk Dio membuat anaknya seketika mengangkat wajah dengan netra melebar."Maksud Ayah?""Ayah minta kamu juga menjauh, jaga perasaan calon istrimu."Calon istri? Ketemu saja belum. Dafa benar-benar tak habis pikir kenapa ayahnya sekarang jadi suka mengatur seperti ini."Ayah bisa nggak sih kalau mau bikin keputusan tuh ngomong dulu? Apa yang Ayah putuskan belum tentu aku mau," balas Dafa dengan kesal.Dio melepas kaca mata bacanya lalu menatap sang anak."Pendapat kamu itu nggak penting. Kalau kamu nggak setuju maka siap-siap Ayah kirim ke Singapura untuk melanjutkan pendidikan."Dafa menggenggam sendok dengan erat."Aku bukan anak kecil lagi, aku bisa menentukan pilihanku sendiri. Yang akan menjalani rumah tangga itu aku, kalau kayak gini kenapa nggak Ayah aja yang nikahin dia!""Dafa!" S
[Ini terakhir, Ca. Aku bakalan dijodohin nggak tau sama siapa, mungkin setelah ini kita nggak bisa ketemu lagi]Caca kembali membaca pesan itu dengan tangan gemetar. Apa ini? Apa Dafa sudah lelah membujuknya hingga menerima saat dijodohkan dengan perempuan yang bahkan belum dikenal?Bergegas perempuan itu keluar dari kamar dan berlari menuju rumah pohon. Untung saja dia sudah berganti pakaian dan sempat mencepol asal rambutnya."Daf!" Serunya ketika baru masuk ke rumah pohon.Lelaki di pojok sana menoleh dengan pandangan sendu. Rambut gondrongnya acak-acakan, Caca menggeleng pelan, penampilan Dafa kali ini benar-benar tak terurus.Perempuan itu mendekat lalu duduk di samping Dafa yang sedari tadi menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Merasa tak tega, Caca langsung memeluknya."Ca ... aku nggak mau dijodohin, bertahun-tahun aku nunggu kamu. Aku cuma mau kamu ...," kata Dafa sambil terisak.Caca dapat merasakan kalau pundaknya pun
3 tahun telah berlalu.Banyak hal yang sudah terjadi, termasuk Devan yang menikah dengan Lily satu tahun setelah kedatangan Caca ke Korea.Kini, Caca kembali ke Indonesia untuk menghadiri pernikahan Arga. Apa kalian tau lelaki itu akan menikah dengan siapa?Yap, dengan Fey! Salah satu teman dekatnya.Tidak kaget sih, sejak dulu juga Caca sudah menebak hal ini akan terjadi. Naya sendiri sudah menikah paling awal, tepatnya 1 tahun yang lalu. Yang tidak disangka-sangka ternyata dia menikah dengan Rendi, laki-laki yang dulu perempuan itu anggap sebagai mantan paling menyebalkan."Duh, calon adik ipar cantik banget. Sayangnya masih jomblo," goda Fey yang duduk di depan meja rias.Perempuan itu tampak sangat menawan dalam balutan kebaya putih, sedangkan Caca pun terlihat tak kalah cantik dengan pakaian bridesmaid berwarna dusty blue.Daripada hadir bersama keluarganya, dia justru memilih menemani Fey."Yaelah, Kak. Masih
Benar apa yang dikatakan Kiara tadi bahwa Dafa akan menyusulnya. Sejak tadi laki-laki itu berdiri di depan gerbang karena tidak diperbolehkan masuk oleh Devan. Ada rasa kasihan yan tiba-tiba menyelusup ke relung hati Caca, jauh-jauh datang kemari taunya tidak mendapat izin bertemu, namun setelahnya perempuan itu kembali sadar. Perbuatan Dafa yang katanya hanya bermain-main terlanjur membuat dia muak. Jadi, mungkin memang begini lebih baik. Setelah berdiam diri cukup lama akhirnya Dafa pergi, mungkin akan mencari penginapan karena sepertinya sebentar lagi akan hujan. "Apa dia udah berubah?" Tanya Caca pada dirinya sendiri dengan pelan. Setelah berucap demikian gadis tersebut kembali masuk ke kamarnya, sedaritadi dia hanya melihat Dafa dari balkon. Berbagai pikiran berkecamuk di benaknya. Kenapa Fenti bisa mengininkan Dafa untuk menyusulnya? Apakah ini yang disebut kasih ibu sepanjang masa, jadi meski anaknya salah akan tetap dibela? Ah, p
Benar. Memangnya kalau ketemu terus Caca masih mau sama dia? Dafa termenung, perasaannya jadi was-was tatkala memikirkan kejadian-kejadian buruk yang mungkin akan terjadi.Ucapan Abizar tadi terus menghantuinya. Tanpa sadar tangan Dafa menarik gas lebih dalam, dan dalam waktu singkat dia telah sampai di rumah.Baru membuka pintu dia langsung melihat bundanya yang sedang serius mengetik di laptop."Bun ...." Dengan lesu dia mendekati Fenti dan duduk di sebelahnya.Wanita itu melirik sekilas lalu kembali menatap laptop."Apa?" Tanyanya."Gimana kalau besok Caca nggak mau ketemu aku, nggak mau pulang juga?""Ya dirayu.""Kalau nggak mempan?""Usaha dong, Dafa ... masa semuanya kamu tanya, semua hal yang terjadi antara kamu dan Caca ujung-ujungnya Bunda yang mikir jalan keluarnya. Kamu itu udah cukup dewasa lho, kalau masih ragu mending nggak usah nyusul Caca!" Tegas Fenti.Dafa meringis."Iya, iya ... ng
Berkali-kali Dafa menelfon Caca, namun tak pernah dijawab. Kini, setelah 3 bulan laki-laki itu baru mengetahui kalau sang sahabat berada di Negeri Ginseng.2 bulan pertama benar-benar tidak ada kabar mengenai Caca, bahkan semua akun sosial medianya pun tidak aktif. Namun 1 bulan terakhir ini, akun gadis itu mulai aktif kembali, beberapa kali Caca memposting foto dengan beberapa teman barunya, dan diantara semua orang di foto itu ada satu yang membuat Dafa terbakar api cemburu.Lelaki memakai kaos hitam dan celana hitam yang dipadu dengan jas bermotif kotak-kotak hitam dan putih di foto tersebut tampak merangkul pundak Caca dengan akrab. Kalau dilihat dari wajahnya sepertinya laki-laki tersebut bukan asli orang Korea."Apa gue minta buat dijodohin lagi ya? Ah, tapi keluarga Caca pasti nggak setuju," monolognya sembari mengacak rambut dengan frustasi.Dulu, 2 hari setelah Caca pindah sekaligus hari dimana dia dimarahi Fenti habis-habisan, Dafa langsun