Hari ini Caca dan Dafa benar-benar pergi ke kebun binatang.
"Tuh lihat, mirip kamu kan?" Telunjuk Dafa mengarah pada singa.
Mata Caca memicing disertai wajah datar. Lelaki disampingnya ini suka ngawur kalau bicara. Mirip dari mananya coba? Tidak mungkin 'kan kalau dari rupa.
Tangannya tergerak memukul punggung Dafa, membuat lelaki itu seketika mengaduh sambil tertawa, aneh memang.
"Gak usah ngarang deh, dilihat dari sisi manapun wajahku nggak mungkin mirip singa," kata Caca dengan ketus.
"Lagian siapa yang bilang wajahmu mirip singa?"
"Lah kamu tadi ngomong gitu."
Dafa berdecak kesal lalu menyentil kening gadis di sampingnya.
"Maksudku mirip dari sifat, bukan wajah."
"Aku nggak kayak gitu ya, enak aja!" Balas Caca dengan geram.
Sambil meringis, tangannya mengusap kening yang terasa agak sakit.
"Kamunya aja yang nggak nyadar. Coba diingat kalau marah kayak gimana?"
"Pokoknya nggak kayak singa!"
Semua berjalan normal hingga 2 bulan kemudian Caca diberitahu salah satu temannya bahwa seminggu yang lalu Dafa telah menjalin hubungan dengan seorang perempuan yang berada di kampus yang sama dengan laki-laki itu.Setelah Caca menyelidiki ternyata pacar baru Dafa bernama Fara, perempuan berhijab yang dulu berada di SMA yang sama dengannya."Gue nggak habis pikir sama Dafa ini, plin-plan banget jadi cowok. Seenaknya deketin lo seolah ngasih harapan dengan nyatain cinta, tapi dengan bebasnya dia malah pacaran sama cewek lain!" Kata Kiara dengan geram."Egois banget sih dia ini, kalau lihat lo deket sama cowok lain aja nggak suka, giliran dirinya sendiri asik-asikan sama banyak cewek," sahut Naya tak kalah geramnya."Definisi nggak tau diri, berkali-kali dikasih kesempatan tapi nggak pernah mau berubah," dengus Fey.Caca pun berpikir demikian, dan karena itulah dia tidak langsung menerima pernyataan cinta Dafa."Mungkin kalau lo pacaran
"Makasih, Kak," ucap Caca dengan suara serak saat turun dari mobil Kiara.Kiara mengangguk."Roti lo tadi ada sama Naya, Nay ...."Pintu belakang mobil terbuka, Naya keluar sambil membawa pesanan Caca."Makasih." Sekali lagi Caca mengucap hal yang sama."Sama-sama, makan terus istirahat aja. Jangan mikirin baj*ngan itu lagi," kata Naya sambil tersenyum manis.Caca mengangguk."Kalian beneran nggak mau mampir dulu?""Enggak deh, Ca. Kayaknya lo butuh waktu buat nenangin diri," sahut Fey dari dalam mobil."Yaudah, hati-hati dijalan."Dia melambaikan tangan ketika mobil yang dikendarai ketiga temannya mulai menjauh.Setelah mobil Kiara benar-bemar sudah keluar dari gerbang, dia segera masuk ke dalam. Sepi, berarti kedua abangnya belum pulang.Dengan lesu dia berjalan menuju elevator.Sesampainya di kamar Caca langsung meletakan roti-rotinya di atas meja lalu duduk di pinggir ranjang. Pandangannya
Berbeda dengan Dafa yang seketika jantungnya seperti berhenti berdetak. Dia memang membawa Fara ke rumah, tapi itu semua berawal dari ketidaksengajaan mereka tadi yang bertemu Fenti di toko bunga.Ya, setelah dari toko kue dan bertemu Caca, Dafa menemani pacarnya ke toko bunga lalu tidak sengaja bertemu bundanya."Kamu ... tau?"Caca mengangguk, matanya sudah tidak terlalu bengkak karena tadi sempat dikompres dengan es."Satu lagi. Sesuai ucapanku dulu, kamu gagal maka aku pergi."Netra Dafa melebar. Pergi kemana? Dia kira Caca tidak serius seperti sebelum-sebelumnya."Kamu mau pergi kemana, ikut Bang Dev atau nyusul orang tuamu?" Tanyanya dengan panik."Kamu nggak perlu tau, karna itu nggak penting juga buat kamu. Udah ya, aku pergi.""Ca ...." Dafa mencoba meraih lengan Caca, namun dengan gerakan gesit gadis itu menarik tangannya lebih dulu."Oh iya, kayaknya pacarmu yang sekarang itu perempuan baik-baik, jadi ja
Dafa langsung menolak dengan tegas ucapan bundanya barusan.Menikah? Tidak, tidak! Bukan ini yang dia inginkan. Dia tidak pernah serius ketika mendekati dan berpacaran dengan perempuan manapun."Kenapa nggak? Sekarang kamu mau bilang kalau cinta sama Caca, terus kenapa dulu pas mau dijodohin kamu tolak?"Memang benar kalau dulu orang tuanya berniat menjodohkan dirinya dengan Caca, bertunangan dulu, namun Dafa langsung menolak karena masih mau bebas. Itu dulu, saat pertama masuk SMA, namun sekarang Dafa baru menyesalinya."Gak bisa jawab kan? Anak Bunda itu cuma kamu, harapan Bunda berarti cuma kamu, tapi sifat kamu bener-bener bikin Bunda kecewa," cetus Fenti sebelum pergi ke kamarnya.Kini tinggallah Dafa sendiri di ruang keluarga. Suasana hening membuat otaknya kembali memutar memori kebersamaannya dengan Caca, tak terkecuali tatapan sedih Caca ketika mengetahui bila dirinya memiliki pacar lagi.Karena pikirannya semakin semraw
Berkali-kali Dafa menelfon Caca, namun tak pernah dijawab. Kini, setelah 3 bulan laki-laki itu baru mengetahui kalau sang sahabat berada di Negeri Ginseng.2 bulan pertama benar-benar tidak ada kabar mengenai Caca, bahkan semua akun sosial medianya pun tidak aktif. Namun 1 bulan terakhir ini, akun gadis itu mulai aktif kembali, beberapa kali Caca memposting foto dengan beberapa teman barunya, dan diantara semua orang di foto itu ada satu yang membuat Dafa terbakar api cemburu.Lelaki memakai kaos hitam dan celana hitam yang dipadu dengan jas bermotif kotak-kotak hitam dan putih di foto tersebut tampak merangkul pundak Caca dengan akrab. Kalau dilihat dari wajahnya sepertinya laki-laki tersebut bukan asli orang Korea."Apa gue minta buat dijodohin lagi ya? Ah, tapi keluarga Caca pasti nggak setuju," monolognya sembari mengacak rambut dengan frustasi.Dulu, 2 hari setelah Caca pindah sekaligus hari dimana dia dimarahi Fenti habis-habisan, Dafa langsun
Benar. Memangnya kalau ketemu terus Caca masih mau sama dia? Dafa termenung, perasaannya jadi was-was tatkala memikirkan kejadian-kejadian buruk yang mungkin akan terjadi.Ucapan Abizar tadi terus menghantuinya. Tanpa sadar tangan Dafa menarik gas lebih dalam, dan dalam waktu singkat dia telah sampai di rumah.Baru membuka pintu dia langsung melihat bundanya yang sedang serius mengetik di laptop."Bun ...." Dengan lesu dia mendekati Fenti dan duduk di sebelahnya.Wanita itu melirik sekilas lalu kembali menatap laptop."Apa?" Tanyanya."Gimana kalau besok Caca nggak mau ketemu aku, nggak mau pulang juga?""Ya dirayu.""Kalau nggak mempan?""Usaha dong, Dafa ... masa semuanya kamu tanya, semua hal yang terjadi antara kamu dan Caca ujung-ujungnya Bunda yang mikir jalan keluarnya. Kamu itu udah cukup dewasa lho, kalau masih ragu mending nggak usah nyusul Caca!" Tegas Fenti.Dafa meringis."Iya, iya ... ng
Benar apa yang dikatakan Kiara tadi bahwa Dafa akan menyusulnya. Sejak tadi laki-laki itu berdiri di depan gerbang karena tidak diperbolehkan masuk oleh Devan. Ada rasa kasihan yan tiba-tiba menyelusup ke relung hati Caca, jauh-jauh datang kemari taunya tidak mendapat izin bertemu, namun setelahnya perempuan itu kembali sadar. Perbuatan Dafa yang katanya hanya bermain-main terlanjur membuat dia muak. Jadi, mungkin memang begini lebih baik. Setelah berdiam diri cukup lama akhirnya Dafa pergi, mungkin akan mencari penginapan karena sepertinya sebentar lagi akan hujan. "Apa dia udah berubah?" Tanya Caca pada dirinya sendiri dengan pelan. Setelah berucap demikian gadis tersebut kembali masuk ke kamarnya, sedaritadi dia hanya melihat Dafa dari balkon. Berbagai pikiran berkecamuk di benaknya. Kenapa Fenti bisa mengininkan Dafa untuk menyusulnya? Apakah ini yang disebut kasih ibu sepanjang masa, jadi meski anaknya salah akan tetap dibela? Ah, p
3 tahun telah berlalu.Banyak hal yang sudah terjadi, termasuk Devan yang menikah dengan Lily satu tahun setelah kedatangan Caca ke Korea.Kini, Caca kembali ke Indonesia untuk menghadiri pernikahan Arga. Apa kalian tau lelaki itu akan menikah dengan siapa?Yap, dengan Fey! Salah satu teman dekatnya.Tidak kaget sih, sejak dulu juga Caca sudah menebak hal ini akan terjadi. Naya sendiri sudah menikah paling awal, tepatnya 1 tahun yang lalu. Yang tidak disangka-sangka ternyata dia menikah dengan Rendi, laki-laki yang dulu perempuan itu anggap sebagai mantan paling menyebalkan."Duh, calon adik ipar cantik banget. Sayangnya masih jomblo," goda Fey yang duduk di depan meja rias.Perempuan itu tampak sangat menawan dalam balutan kebaya putih, sedangkan Caca pun terlihat tak kalah cantik dengan pakaian bridesmaid berwarna dusty blue.Daripada hadir bersama keluarganya, dia justru memilih menemani Fey."Yaelah, Kak. Masih