"Sayang sekali, aku bukan penyuka barang bekas. Apalagi bekas Bai Wuxin sialan itu!" hina Bai Ruyu seraya menampar wajah Qiao Zhi Jing dengan kasar.'Dasar pria berengsek! beraninya kau menghinaku! siapa yang kau bilang barang bekas, hah?! asal kau tahu, aku belum pernah menyerahkan mahkotaku kepada siapa pun! Manusia hina! pria terburuk di dunia!' hardik Qiao Zhi Jing dalam batinnya. Hanya bisa bergumam dalam hati, karena mulutnya masih terekat rapat.Rasa panas dan perih menjalari pipinya. Tamparan Bai Ruyu sungguh membuat harga diri Qiao Zhi Jing terluka. Ingin segera dia membalaskan dendamnya. Namun, dia tanpa daya. Sungguh, Qiao Zhi Jing ingin menangisi nasibnya yang sial. Tak pernah ada hari baik sejak dia datang ke dunia asing yang aneh ini.'Dia? mungkinkah ... dia juga terlibat?' batin Qiao Zhi Jing tatkala pandangannya menatap ke arah sosok gadis yang berdiri di samping Bai Ruyu.Siapa lagi jika bukan Bai Qian Qian yang juga menjadi salah satu dalangnya. Guratan senyum terlu
Terjatuh dari ketinggian sekitar 5 meter, rasa nyeri di sekujur tubuh Qiao Zhi Jing terasa sangat menyiksa. Tampaknya, tulang rusuk dan pergelangan kakinya patah. Entah bagaimana cara mendeskripsikan rasa sakit yang diderita Qiao Zhi Jing saat ini. Karena terlalu fokus mendramatisir rasa sakitnya, Qiao Zhi Jing hingga tak sadar jika posisinya saat ini tengah berada di arena kandang harimau peliharaan Bai Ruyu. Qiao Zhi Jing baru tersadar tatkala mendengar suara auman yang menggelegar.Reflek Qiao Zhi Jing mengangkat kepalanya. Kabut tebal menyelimuti pandangannya. Samar-samar dia mencermati sosok harimau berukuran besar yang berjalan menghampirinya. Siap untuk menerkamnya dan menjadikannya santapan kapan saja."Apa aku akan mati sebentar lagi? Siapa pun, tolong aku. Tuhan memang tidak adil," lirih Qiao Zhi Jing. Volume suaranya terlalu lemah dan rendah. Pada akhirnya, dia dapat bersuara dan menggerakkan tubuhnya tatkala terjatuh ke bawah. Titik akupuntur yang mengunci tubuhnya pun a
"Bagaimana kondisinya?" tanya Bai Wuxin saat seorang tabib baru saja keluar dari kamar Qiao Zhi Jing.Tabib itu menghela napas sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Reaksi tabib itu semakin membuat Bai Wuxin semakin cemas. Bukan hanya Bai Wuxin saja, termasuk Hua Rong yang hanya diam pun dapat terpampang jelas dari wajahnya."Pergelangan kaki kirinya patah, namun masih bisa tersambung jika menjalani terapi dan perawatan rutin. Selain itu, tulang ada 3 tulang rusuknya yang patah membengkak. Untuk saat ini, saya hanya bisa meresepkan obat luar, karena obat dalam menolak masuk, sebab kondisi Tuan Putri sedang koma. Entah kapan beliau bisa siuman kembali. Serahkan saja kepada takdir," jelaskan sang Tabib.Kata serahkan pada takdir sungguh membawa pengaruh negatif. Jika menyerahkan segalanya kepada takdir, maka Qiao Zhi Jing tidak akan terluka hingga seperti saat ini. Takdirnya selalu buruk sejak jiwa lain mengambil alih tubuhnya, seolah itu adalah hukuman atas kejahatan yang pernah dila
“Dasar tidak berguna!”DUAAKK!!! “Bangun!” titahnya. Pemuda yang menerima tendangan itu bergegas bangkit, tanpa memprotes sedikit pun. DUAAKK!!! Tendangan keras menghantam untuk kedua kalinya. “Berani sekali kau mengkhianatiku! Yang satunya memusuhiku, satunya lagi mengkhianatiku. Tak ada satu pun yang memihakku. Kalian anak durhaka!” hardiknya. DUAKKK!!!BUKK!!!BUKK!!!BUKK!!!Tendangan keras menghantam dada seorang pemuda yang berlutut di hadapan seorang pria paruh baya. Emosi yang telah menguasainya telah mengendalikan dirinya untuk berbuat kasar terhadap putranya sendiri. Pria paruh baya itu adalah Kaisar Bai. Sedangkan pemuda yang dilukainya adalah anak pertamanya, Bai Ruyu. Setelah mendengar pernyataan dari Bai Wuxin, beserta bukti-bukti konkret yang dijadikan bukti, seketika saat itu juga Kaisar Bai amat murka. Tak disangka, ternyata putranya sendiri mengkhianatinya, termasuk mengkhianati negaranya sendiri. Berkolusi dengan Negara musuh adalah kejahatan be
Sepontan mereka tertegun menatap dalam wajah Qiao Zhi Jing. Tak menyangka bahwa Qiao Zhi Jing telah melontarkan perkataan ambigu. Sementara Qiao Zhi Jing tetap memasang sikap santai dengan wajah polosnya. Seolah-olah tak tahu apa pun."Nona, apa yang salah dengan Anda?" Ban Xia menangis histeris kala menyadari ada yang tidak beres lagi dengan ingatan Qiao Zhi Jing."Eh, Ban Xia. Kenapa kau menangis? Jangan menangis," bujuk Qiao Zhi Jing."Qiao Zhi Jing, jangan bercanda. Apa kau tidak mengenalku?" timpal pria yang dibuat heran karena tingkah Qiao Zhi Jing.Jenak Qiao Zhi Jing mencermati wajah pria di hadapannya sembari mengernyitkan kedua alis. "Memangnya kau siapa? apa kau terkenal?" tanya Qiao Zhi Jing dengan santainya.Pria yang tak dikenali Qiao Zhi Jing itu pun menggeleng-gelengkan kepalanya, tak menyangka. Tentu saja, pria itu adalah Bai Wuxin."Nona, untung saja Anda mengingatku. Tapi kenapa Anda bisa sampai melupakan suami Anda sendiri? Pangeran Bai Wuxin, suami Anda." Ban Xia
"Nona!" panggil Ban Xia dengan semangat. Sepanjang jalan, ia berlarian menuju kamar Qiao Zhi Jing karena tak sabar menyampaikan kabar gembira."Ban Xia, tenanglah. Kenapa berlarian? itu tidak pantas," tegur Qiao Zhi Jing. Sejak siuman, Qiao Zhi Jing berubah menjadi orang yang berbeda. Sifatnya menjadi lebih anggun dan beretika. Ia pun tidak mengerti. Rasanya seperti ada semacam dorongan yang menjadikan jiwanya lebih ke-feminim.Setelah kondisinya membaik, tabib menyarankan agar Qiao Zhi Jing menjalani terapi demi mengembalikan ingatannya. Namun, Qiao Zhi Jing menolak. Dia merasa, ada baiknya jika banyak hal yang telah terlupakan. Jika banyak yang terlupa, maka itu tidak buruk. Setidaknya, ada beberapa kenangan tidak menyenangkan yang seharusnya tak perlu diingat-ingat.Sedangkan Ban Xia yang kelelahan berlari, kini kesulitan mengatur napasnya. Setelah merasa sedikit lebih tenang, selanjutnya Ban Xia bicara kembali."Maaf, Nona. Saya tidak akan mengulanginya. Nona, jangan kaget ya. Saya
"Jendral," tegur Nyonya Zhu Yan sembari mencubit kecil lengan Jenderal Qiao."Apa aku salah?" balasnya karena merasa tak ada yang salah dengan perkataannya."Tentu saja salah. 18 tahun kita belum pernah bertemu dengan putri kita. Bukannya mengatakan perkataan baik, kau malah menyinggungnya seperti itu," cibir Nyonya Zhu Yan.Melihat tingkah laku mereka, Qiao Zhi Jing justru merasa bahagia. Layaknya keluarga, pasti ada perdebatan kecil semacam itu.Qiao Zhi Jing tersenyum kecil seraya berkata, "Ayah, Ibu, jangan bertengkar lagi. Aku benar-benar sudah membaik. Hanya pergelangan kaki dan 3 tulang rusuk yang patah tidak perlu dilebih-lebihkan," kata Qiao Zhi Jing meringankan."Apa?!!" Keduanya terkejut tatkala mendengar pernyataan Qiao Zhi Jing."3 tulang rusuk patah bukan hal yang sepele! ini tidak bisa dibiarkan!" Emosi Jendral Qiao memuncak seketika. Jika tahu ayahnya akan merespon demikian, seharusnya Qiao Zhi Jing menyembunykkan kondisinya. Ia menyesal karena telah berterus terang m
“Pangeran Pertama, mohon redakan emosi Anda dan dengarkan penjelasan saya lebih dulu. Coba pikirkan saja, jika kita bisa memutarbalikkan keadaan, semua ini bisa bencana bagi Pangeran Kedua. Selain itu, dia adalah menantu Jenderal Qiao. Semakin besar kekuasaan dan dukungan seseorang, maka bahaya yang akan menimpa akan semakin meningkat. Saat ini, semua orang mengagung-agungkan nama Jenderal Qiao sebagai pahlawan dewa. Sedangkan rakyat seolah melupakan Kaisar Bai karena terlalu mengagung-agungkan nama Jenderal Qiao,” bujuk Ming Tian. Masih dengan tekad kuat merencanakan segala hal dengan otak liciknya. Sepontan emosi Bai Ruyu mereda. Setelah dipikir-pikir, perkataan Ming Tian tidak salah. Semakin tinggi seekor burung terbang, ketika tak sanggup mencapai medan angkasa, maka dia tetap akan terjatuh. Menilai sifat ayahnya yang cemburuan ketika orang lain lebih bersinar dibandingkan dirinya, sejenak saja Bai Ruyu terpikirkan sebuah ide untuk menjatuhkan dua burung dengan satu batu. Bena
Para tetua Negara Tang membawa kavalerinya untuk memerangi tentara Negara Qing yang menjaga di perbatasan. Sebelum berangkat ke Ibu Kota, Bai Wuxin sempat menitipkan perbatasan kepada Ling Yi untuk berjaga-jaga. Sesuai dengan prediksi, ternyata masih ada sisa-sia prajurit Negara Tang yang tidak terima dengan perjanjian perdamaian. Namun, melihat Kaisar Wan yang tampak baik-baik saja, seketika para tetua menghentikan para prajuritnya. Setelah itu, Kaisar Wan sendiri yang mencetuskan dekret bahwa Negara Qing dan Negara Tang telah menjanjikan perdamaian. Jika ada yang berani melawan dekret tersebut, maka dialah yang akan dicap sebagai pemberontak.Seketika para tetua dan segenap prajurit Negara Tang menerima dekret tersebut tanpa melawan. Sejak saat itu, Negara Qing dan Negara Tang akhirnya damai setelah berperang selama puluhan tahun. Rakyat menjadi lebih makmur, aman, dan tentram, sementara kursi singgasana Negara Qing masih dibiarkan kosong karena Bai Wuxin menolak posisi tersebut."P
"Jadi, namamu Qiao Zhi Jing?" Entah sejak kapan dia berdiri di sana, lalu tiba-tiba mencekal lengan Qiao Zhi Jing, lalu memojokkannya ke dinding.Hua Rongzhou sudah lama menunggu Qiao Zhi Jing keluar dari toilet. Mana kala pada saat itu, kelas tengah berlangsung dan Qiao Zhi Jing meminta izin untuk pergi ke toilet. Selang setalah 5 menit berlalu, giliran Hua Rongzhou yang turut meminta izin pergi ke toilet. Tak disangka, ternyata izin Hua Rongzhou hanyalah alasan agar dia dapat berbicara dengan Qiao Zhi Jing.Qiao Zhi Jing reflek mengernyitkan kedua alisnya seraya berontak dari cekalan Hua Rongzhou yang begitu kuat mencengkram lengannya. Tak hanya satu lengannya saja, kini Hua Rongzhou bahkan dengan beraninya mencengkram kedua lengan Qiao Zhi Jing dan mengangkatnya ke atas."Hei, apa yang kaulakukan?" protes Qiao Zhi Jing karena tak dapat menahan emosinya, apalagi melawan tenaga Hua Rongzhou yang jauh lebih besar dibandingkan tenaganya."Jawab aku! apa namamu Qiao Zhi Jing?" Nada suar
"Baiklah. Hua Rongzhou, silakan duduk di kuris kosong sebelah Qiao Zhi Jing," himbau Guru Fang."Apa?!" Reflek Qiao Zhi Jing bangkit dari posisinya dan mengejutkan seisi kelas. Mata memandang tertuju kepadanya. Untuk pertama kalinya, Qiao Zhi Jing dijadikan sorotan oleh seluruh teman kelasnya."Ada masalah apa, Qiao Zhi Jing?" tanya Guru Fang."Ah ... itu ... maaf, maaf, saya hanya terkejut." Qiao Zhi Jing dengan sungkan dan canggung kembali duduk di kurisinya.Selang kemudian, murid pindahan bernama Hua Rongzhou melangkah menuju kursi kosong yang terletak di samping kanan Qiao Zhi Jing. Sedangkan Qiao Zhi Jing sengaja memalingkan wajahnya ke arah lain sembari menutupinya dengan buku. Ia terlalu enggan menatap siswa pindahan bernama Hua Rongzhou yang sempat beradu konflik dengannya pada pagi tadi."Aissshh ... sial! kenapa dia malah muncul di sini?" gerutunya kesal. "Tidak! untuk apa juga aku bersembunyi seperti ini? jelas-jelas dia yang salah karena menabrakku lebih dulu, bahkan perg
"Aisshh ... dasar bocah arogan! kuharap kau jatuh terpeleset," decak Qiao Zhi Jing karena kesal mendengar respon dari siswa tampan.SLERET ... "Och ... sialan! siapa orang yang masih membuang kulit pisang di trotoar," umpatnya selepas terlepet dan jatuh karena menginjak kulit pisang.Netra Qiao Zhi Jing membola tatkala menyaksikan pemandangan di hadapannya. Tercengang karena tak menyangka harapannya langsung dikabulkan hanya dengan menunggu satu detik saja. Bingung bercampur puas menjadi satu rasa berkecamuk dalam hatinya. Namun, perasaan puas yang memenangkan peraduan. Seulas senyum terukir jelas di garis bibir Qiao Zhi Jing. Kemudian, dia pun tertawa lepas."Hahaha. Dia memang pantas mendapatkannya," ucap Qiao Zhi Jing. "Ouch ... sakit sekali," rintihnya kesakitan tatkala menggerakkan kakinya guna beranjak dari tempatnya. "Bocah tengik! sudah membuatku seperti ini, malah langsung pergi. Awas saja jika kita bertemu lagi. Aku pasti akan langsung menendang lututmu!" cetusnya.***"Hei
Sama seperti biasanya, Qiao Zhi Jing kembali menjalani hari-hari normal sebagai siswa yang datang ke sekolah setiap pagi. Pagi hari, sekitar pukul 06.00 pagi, dia sudah berangkat menuju sekolah. Namun, entah mengapa tanpa sadar langkahnya menuntun dirinya menuju perpustakaan Kota."Ada apa denganku? Kenapa aku malah pergi ke sini?" Ketika terbangun dari alam bawah sadarnya, Qiao Zhi Jing akhirnya tersadar bahwa dirinya saat ini tengah berada di depan perpustakaan Kota yang masih belum beroperasi. Ia menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tidak gatal. BRUK! Namun, tiba-tiba saja seseorang menabaraknya hingga dia kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur."Ouch. Sakit sekali," pekiknya kesakitan sembari memegangi lututnya yang memar, namun tidak berdarah."Maaf, maaf sekali. Aku tidak sengaja. Biar kubantu." Sosok yang baru saja menabrak Qiao Zhi Jing tak pergi begitu saja sebelum bertanggung jawab karena tidak sengaja menabrak Qiao Zhi Jing. Dia bergegas mengulurkan tangannya guna
"Hei, Bai Wuxin sialan! Keluarkan aku dari sini! Hei!!!" umpat Bai Ruyu seraya memberontak dengan cara menghantam-hantamkan tinjunya ke sel penjara. Alhasil, Bai Wuxin menyisakan nyawa Bai Ruyu dan memutuskan untuk mengurungnya di penjara. "Berisik sekali!!! Yo, lihatlah siapa ini? Bukankah ini Pangeran Pertama, Bai Ruyu? Apa kau masih mengingat siapa aku?" salah seorang narapidana berperawakan kekar, perlahan berjalan menghampiri Bai Ruyu seraya melemparkan senyum tersungging penuh makna tersirat.Reflek Bai Ruyu menoleh ke arah sumber suara. Sepontan, tubuhnya menegang kala menatap sang narapidana berotot yang berjalan menghampirinya."S-siapa kau?" tanya Bai Ruyu dengan nada bicara gagap. Kini, Bai Ruyu tak dapat menyembunyikan rasa takutnya lagi."Ternyata kau sungguh telah melupakanku. Auhh ... Jujur saja, aku merasa sakit hati. Kalau begitu, apa kau mengingat siapa Ketua Chen?" tanyanya guna menguji."Ada banyak orang bermarga Chen. Bagaimana aku tahu? Apa nama itu sepenting i
"Hahaha. Bai Wuxin, kau masih saja menyalahkanku atas segalanya. Sampai saat ini, ternyata kau masih saja belum mengerti. Semua ini terjadi karenamu!" tunjuk Bai Ruyu dengan wajah murka ke arah Bai Wuxin."Bai Ruyu, aku rasa kau yang tidak pernah mengerti. Sampai kapan kau akan bersikap egois hingga menghalalkan segala cara hanya untuk menyaingiku? Menyerahlah. Semua ini sudah berakhir. Sampai kapan pun, kau tidak akan pernah bisa mengalahkanku," cetus Bai Wuxin.SREEKK!CRING!Dengan sigap, Bai Ruyu bangkit dari singgasanya seraya menyerang Bai Wuxin dengan pedangnya. Sedangkan Bai Wuxin yang lebih cekatan langsung menangkis serangan dari Bai Ruyu. Pedang mereka saling beradu dengan gesitnya, bersamaan dengan sorot mata tajam bak ujung bilah pedang yang siap terhunuskan. Namun, di tengah pertarungan, penyakit Bai Ruyu tiba-tiba kambuh. Pada detik itu, Bai Wuxin tak menyia-nyiakan kesempatan untuk menjatuhkan lawan dengan sekali serang. Pada akhirnya, Bai Wuxinlah yang berhasil memena
"Siswa? Siswa?" Seorang petugas perpustakaan berusaha menggugah Qiao Zhi Jing dari lelapnya."Hah?!!" Sepontan Qiao Zhi Jing terhenyak tatkala bangun dari lelapnya. Qiao Zhi Jing mengedarkan pandangannya ke sekeliling dengan netra terbelalak saking antusiasnya. "Apa yang terjadi? Di mana aku?" Qiao Zhi Jing bergumam dengan wajah ling lung."Siswa, apa kau baik-baik saja?" tanya sang petugas perpistakaan."Eh? Ah?" Tanggapan Qiao Zhi Jing gelagapan, tersadar kala mendapati di hadapannya berdiri seorang petugas perpustakaan yang sejak tadi berusaha keras membangunkan Qiao Zhi Jing dari lelapnya."Maaf, sudah larut malam. Sudah waktunya kami tutup," kata sang petugas perpustakaan."Tutup? apa maksudnya?" Qiao Zhi Jing bertanya-tanya keheranan. Entah mengapa, Qiao Zhi Jing merasa amat kesulitan memahami dirinya sendiri, layaknya baru terbangun dari tidur yang cukup panjang. Entah apa yang telah terjadi kepadanya, yang jelas isi pikirannya sangat berantakan saat ini."Sudah larut malam. Pe
"TIDAAAAKKK!!!" teriak Bai Wuxin dengan lantang kala menyaksikan wanita yang dicintainya terluka. Tanpa banyak berpikir, Bai Wuxin bergegas berlari tergopoh-gopoh menuju istana demi menghampiri Qiao Zhi Jing.Setelah Ming Tian berhasil menargetkan Qiao Zhi Jing, Hua Rong yang berdiri di dekatnya takkan tinggal diam. Hua Rong turut memungut satu pedang yang tersisa dari lantai, lalu menebas leher Ming Tian. Tak puas hanya dengan satu kali tebasan, Hua Rong yang dikuasai dendam dan kemurkaan, ia menusuk-nusuk tubuh Ming Tian, lalu memutilasinya hingga tubuh Ming Tian terpisah menjadi beberapa bagian."Aaaarrrggghhh!!! kenapa kau membunuhnya? kenapa? kenapa? kenapa!!! aku harus membunuhmu! matilah! matilah!!!" Hua Rong telah kehilangan kendali atas dirinya."H-Hua Rong ... jangan. Be ... berhentilah," lirih Qiao Zhi Jing. Dia berusaha menghentikan Hua Rong. Pandangannya berkunang-kunang, tubuh Qiao Zhi Jing melemah dan meluruh. Setelah itu ...HAP!"Qiao Zhi Jing, bertahanlah ... ." Hua