Share

Mengembalikan Uang

last update Last Updated: 2023-06-23 09:38:48

Aku terpaksa menutup kedua telinga ini karena mendengar suara teriakan Bang Rahmat yang menggelegar, mungkin tetangga kiri kanan dapat mendengar suara teriakannya, Bang Rahmat pun berjalan tergesa ke arah kamar, lalu kembali terdengar teriakannya. 

"Istri dajal kau, Salma! Sini Kau!"

Aku berusaha tetap tenang walau tidak dapat dipungkiri jantung ini ikut bertalu-talu, bismillah saja. 

"Apa, Bang?"

"Apa, kau bilang? Apa? Dasar gila kau Salma! Bisa-bisanya kau mengambil isi celengan untuk Mamakku, istri durhaka kau! Ga akan kau mencium wangi surga! Dajal kau, Salma!" 

"Kau lah yang dajal, Bang! Lebih kau pentingkan Mamak mu ketimbang anak dan istrimu, udah capek aku sabar selama ini, Bang!"

"Capek kau bilang? Aku yang lebih capek punya istri macam kau, Salma! Istri ga bersyukur, istri yang terlalu banyak menuntut, untung aja aku bekerja sebagai satpam,  coba kalau levelku lebih tinggi lagi, bisa-bisa korupsi aku karena tuntunan mu itu, aku ga mau tau, balikan uang itu, sekarang!" Bang Rahmat berteriak sampai urat lehernya terlihat dengan wajahnya yang memerah. 

"Uangnya sudah habis," ujarku pelan. 

"Habis? Astaghfirullahaladzim, habis kau bilang! Ya Allah, maafkan hamba ya Allah karena tidak bisa mendidik istri hamba dengan benar, maafkan ya Allah kalau karena karena istri dajal ini, hamba gagal menjadi anak yang berbakti pada orang tua, terutama ibuku," ujar Bang Rahmat sambil menengadahkan tangannya. 

Aku sadar memang aku salah karena mengambil uang itu tanpa sepengetahuan Bang Rahmat, tapi hatiku belum seperti malaikat yang bisa ikhlas dengan ketidak adilan semua ini, beberapa teman menyarankan aku untuk pergi dan meminta cerai pada suamiku. Tapi, kemana aku membawa kedua anakku setelah bercerai? Sedangkan kedua orang tuaku masih mengontrak di sebuah kontrakan kecil yang ada di Belawan sana, bukankah aku menyusahkan mereka jika aku dan kedua anakku ikut tinggal bersama mereka? Sedangkan untuk makan sehari-hari saja mereka masih kesusahan. 

Seharusnya yang butuh dibantu itu kedua orang tuaku yang memang benar susah, bukan Ibu mertua yang bisa dikatakan cukup, memiliki rumah dan pensiunan almarhum bapak mertua, tapi Bang Rahmat pernah berkata kalau orang tuaku bukan merupakan tanggungannya, setelah dia berucap seperti itu, aku pun sadar diri dan tidak berani lagi mengungkit masalah orang tuaku, jika aku ada uang lebih dari hasil membantu berjualan, baru aku berbagi sedikit rezeki kepada ibu bapakku, bahkan sebaliknya, ibu dan bapakku malah yang sering memberi jajan untuk kedua anakku, kalau Ibu mertua, boro-boro, yang dia ingat hanya anaknya Yuni, dan Bang Burhan–Abang iparku yang merupakan seorang PNS, foto-foto anak mereka saja yang selalu menghiasi story mertuaku, mungkin mertua malu memiliki cucu seperti anakku yang hanya anak seorang satpam.

"Bang, mungkin sesekali engkau wajib berkonsultasi pada pemuka agama setempat, wajar atau tidak sikapmu selama ini, terhadapku."

"Oh, sudah mulai pintar kau menjawab ya  Salma. Aku ga mau tau, kembalikan uang itu, lebaran sepuluh hari lagi, tiga hari sebelum lebaran uang itu mau aku transfer ke Mamakku  dan kau harus kembalikan uang itu."

"Udah aku belikan baju lebaran untuk anakmu."

"Siapa suruh kau belikan mereka baju lebaran," ujar Bang Rahmat dengan entengnya. Ya Allah, teganya seorang ayah berkata seperti itu, dia tidak melihat wajah bahagia anaknya saat dibelikan baju lebaran tadi. 

"Tega kau, Bang!"

"Kau lah yang, tega!"

"Kenapa kau nikahi aku kalau hanya buat aku kecewa, Bang!"

"Halah, bahasamu udah kayak sinetron ikan terbang saja, aku ga mau tau ya Salma, aku kasi kau waktu enam hari untuk mengembalikan uang enam juta, udah, aku mau ngopi dulu tempat Kak Miah, kunci taro di ventilasi, aku pulang agak larut, mau mendinginkan kepalaku yang mau pecah karena tingkahmu."

"Seharusnya kepalaku yang mau pecah karena sikapmu, Bang."

"Jangan banyak cincong kau, Salma, lebih baik kau merenung dengan dosa yang telah kau perbuat, dan satu lagi yang perlu kau ingat, kalau sempat uang itu dalam enam hari ga kau kembalikan, aku akan berbuat sesuatu yang membuat air matamu terus mengalir, istri macam kau memang wajib di tegasin dan diarahkan agar selalu berada di jalan yang benar,  ancamanku ini tidak main-main, Salma."

Setelahnya Bang Rahmat pun pergi, sakit sekali rasanya hati ini, kenapa bisa ya aku menikah sama orang seperti itu. Tapi, saat pacaran dia tidak seperti itu, awal menikah juga, empat tahun terakhir ini sikapnya berubah dan memberi THR sebanyak enam juta sebulan sudah menjadi kewajiban baginya, tidak peduli carut marutnya perekonomian kami, apakah ini tuntutan Ibu Mertua? Ah, sepertinya tidak karena setahuku Bu Mega–mertuaku itu orang yang berkecukupan. 

Tadinya aku sempat berfikir tidak mengembalikan uang tersebut, tapi karena Bang Rahmat mengancam, ada sedikit perasaan takut yang menjalar. 

"Bunda, tadi berantem sama, Ayah? Pasti karena baju lebaran ya Bunda?" tanya Vita setelah pulang tarawih dengan raut wajah khawatir. 

"Tidak apa-apa, cuma berdebat saja," ucapku menenangkan kedua anakku. 

"Tapi kata Kak Dina, suara teriakan Ayah melengking, Ibu tidak apa-apa, Kan?"

"Alhamdulillah tidak apa-apa, ya sudah kalian tidur saja, biar nanti sahur ga terlalu mengantuk."

Setelah kedua anakku masuk kamar dan Bang Rahmat juga sedang ngopi di warung Kak Miah, aku membongkar belanjaan untuk daganganku tadi, setelah menghitung laba keuntungan, jika daster batik ini laku semua terjual, aku mendapatkan keuntungan sekitar satu juta lima ratus, aku bisa mengembalikan uang Bang Rahmat, setelah ini aku akan bekerja lebih giat lagi agar tidak seperti pengemis lagi padanya, mungkin jika waktunya sudah tepat, dia mau pergi dari hidup ini juga tidak masalah. 

Siapa yang tahan jika memiliki suami yang sikapnya seperti itu, aku hanya perlu mengumpulkan sedikit uang buat bekal siapa tau dikemudian hari, jodohku dan Bang Rahmat berakhir, tidak ada terlintas dalam benakku untuk mencari suami yang lain, aku hanya ingin fokus membesarkan kedua anakku, itu saja. 

Suara kunci seperti diputar terdengar, itu berarti Bang Rahmat telah pulang, gawat, aku harus cepat membereskan daster dangangganku agar tidak ketahuan sama Bang Rahmat. 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Miris banget.punya suami macam Rahmat
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • THR 6 Juta Untuk Mertua   Ketahuan

    Karena situasi yang mendesak, barang dagangan tadi aku masukan ke bawah kursi untuk sementara, karena gerakan itulah cara yang tercepat agar tidak terlihat oleh Bang Rahmat. "Loh, katanya mau pulang larut?""Ga tenang pikiranku di warung kopi itu, penasaran aku, apa aja yang kau beli tadi sampe THR untuk Mamaku langsung habis? Paling masih ada sisa kan? Sini, mana uangnya?""Udah abis, Bang," ucapku beralasan, aku tidak ingin dia tau kalau aku hendak berdagang, bisa-bisa modal dan keuntungannya, diminta sama Bang Rahmat. "Jangan bohong kau Salma, kau itu terlahir dari keluarga miskin, bukan hobimu belanja, paling kau belikan baju lebaran Kia dan Vita saja, pasti masih ada sisa, sekarang aku minta baik-baik sama mu, mana sisanya?" tanya Bang Rahmat dengan wajah mulai tegang, ini sudah pukul sepuluh malam, jika aku terus berbohong, pasti terjadi keributan dan kedua anakku yang mungkin sudah tidur di kamarnya, pasti kaget saat mendengar pertengkaran kami. Jujur aku tidak suka karena bi

    Last Updated : 2023-06-23
  • THR 6 Juta Untuk Mertua   Melecehkan

    "Lepaskan, Bang!""Mau jadi istri durhaka? Sudah kewajibanmu melayani suami!"Semakin aku memberontak, Bang Rahmat semakin keras memaksa, aku tau ini memang sudah kewajiban seorang istri melayani suami, tapi tidak seperti ini caranya dengan cara memaksa apalagi Bang Rahmat tidak memakai alat kontrasepsi saat ini dan aku pun baru lepas KB, sudah setahun ini aku lepas dan memakai alat kontrasepsi saja saat pencampuran kami, tapi saat ini Bang Rahmat melakukan itu semua tanpa pelindung sama sekali. "Mampus kau, Salma!" pekiknya saat ia telah selesai menuntaskan semuanya, rasanya sakit sekali hati ini, ya Allah, kenapa Bang Rahmat semakin hari semakin dzolim terhadapku, ku dorong dengan kasar tubuhnya, ia pun melempar senyum sinisnya, kegiatan ini sudah sering kami lakukan, tapi bukan dengan cara seperti ini. Tergopoh diri ini menuju kamar mandi, aku membersihkan diri yang terasa kotor dengan isakan tangis. "Jangan sok anak perawan kau, Salma. Gitu aja pake nangis, padahal sudah longga

    Last Updated : 2023-06-23
  • THR 6 Juta Untuk Mertua   Halu

    "Oalah Tina, punya harga diri dikitlah jadi wanita, terang-terangan mengatakan kalau mau jadi istri kedua.""Ya, namanya juga usaha Kak, siapa juga yang ga mau dimanjakan suami dengan hidup berkecukupan," ucapnya sambil memilin-milin ujung rambutnya, kasihan si Tina ini, seolah-olah tidak ada lagi lelaki lain sampai minta jadi istri kedua, kalau saja dia mengetahui fakta yang sebenarnya, bisa sawan mungkin dia saat minta jadi istri kedua Bang Rahmat. "Kalau berkecukupan, mana mungkin aku dagang keliling begini, Tina, sebaiknya kau kau pikir-pikir lagi jika ingin menjadi istri kedua Bang Rahmat.""Cemburu ya Kak? Hahaha, paling Kak Salma yang ga bisa mengatur keuangan, wajar sih, kata Bang Rahmat Kak Salma ini terkejut badan, karena dulu dari keluarga miskin yang ga biasa megang duit banyak. Tapi sekarang dapat suami yang bisa memanjakan Kak Salma dengan uang, jadinya Kak Salma lupa diri." Matahari yang mulai terik membuat cuaca semakin panas, ditambah mendengar celotehan Tina yang

    Last Updated : 2023-06-23
  • THR 6 Juta Untuk Mertua   Tukar Tambah

    "Kenapa kau? Bunting kau sampe mual begitu?" tanya Bang Rahmat saat melihat wajahku yang seperti orang ingin muntah. "Nggak Bang, aku mual karena perkataan Abang itu, ya udahlah, lanjut saja makannya Bang.""Besok-besok kalau mau jualan, jangan di lingkungan ini ya, agak jauh sedikit, biar ga malu aku," ucap Bang Rahmat sambil menyomot tempe goreng. "Di lingkungan terdekat dulu Bang, baru nanti melebar ke tempat lain.""Dikasih tau suami, membangkang terus kau Salma. Kalau ku bilang agak jauh, ya agak jauh.""Makan dulu Bang, ga baik berdebat saat makan.""Kau yang ngajak berdebat, aku mana ada."Hening. Lebih baik tidak perlu aku tanggapi ucapan Bang Rahmat ini, diam dan fokus pada makanan yang terhidang di meja makan, setelah ini aku ingin ikut tarawih bersama Vita dan Kia. Ramadhan akan segera berakhir, aku tidak tau, masih dikasih umur atau tidak bertemu di ramadhan berikutnya, maka dari itu aku ingin memanfaatkan di hari-hari terakhir ramadhan ini sembari memohon dan berdoa a

    Last Updated : 2023-06-23
  • THR 6 Juta Untuk Mertua   Pengagum Rahasia.

    Setelah berbuka, Tina, janda muda pemilik body nan aduhai itu berniat bertandang ke warung Kak Mia, hatinya masih penasaran, kenapa, Salma, istri Bang Rahmat yang merupakan lelaki incarannya itu berdagang keliling, karena setahu Tina, Rahmat tipe lelaki idaman yang selalu memanjakan dan setia pada istri, belum lagi tampangnya yang rupawan dengan postur tubuh yang gagah. Tidak jarang Tina selalu membayangkan yang tidak-tidak saat melihat Rahmat memakai seragam satpam yang pres body, panas dingin rasa hati Tina melihatnya. "Kak, Bang Rahmat sudah kesini," tanya Tina saat sudah sampai di warung Kak Miah. "Ngapain kau nanya si Rahmat?""Kayak ga tau aja lah Kak Mia ini, terpesona aku sama Bang Rahmat.""Kok ada ya, terpesona sama laki orang.""Cinta itu tidak memandang status Kak, namanya juga terpesona ya terpesona, Bang Rahmat sangat beda dengan mantan suamiku yang kasar itu, aku dulu abis dipukulin Bang Zali, suka mabuk, judi dan main perempuan, yang buat aku nelangsa, dia ga pernah

    Last Updated : 2023-06-24
  • THR 6 Juta Untuk Mertua   Jatuh Pingsan

    Di saat diri ini dalam keadaan bingung bagaimana caranya mendapatkan uang enam juta, aku masuk ke dalam kamar membuka lemari untuk melihat apa ada sesuatu yang bisa dijual untuk mengembalikan uang yang telah aku ambil, sibuk tangan ini membolak balik baju dalam lemari, apalah yang hendak dijual jika yang tersimpan hanya baju-baju lama, perhiasan tidak punya, cincin kawin sudah terjual untuk biaya lahiran Vita, sedangkan cincin kawin Bang Rahmat terjual untuk biaya lahiran Kia, kota perhiasan isinya hanya bros jilbab harga sepuluh ribuan dan jarum pentul, ya Allah, kenapa aku bisa jadi sekalut ini dengan ancaman Bang Rahmat. Percuma aku bernegosiasi dengan Bang Rahmat, dia pasti tidak mau mendengarkan, ngasi THR enam juta untuk mamaknya, sudah harga mati yang tidak bisa ditawar, teringat lagi postingan Yuni–adik iparku yang anaknya dibelikan baju lebaran, teringat juga sama postingan Bu Mega–mertuaku yang sedang belanja, apa aku telepon saja mertuaku ya, cerita padanya tentang kesusa

    Last Updated : 2023-06-24
  • THR 6 Juta Untuk Mertua   Bersujud Minta Maaf

    "Ini sudah malam Bang, kalau kita ke sana, bagaimana Vita dan Kia?""Ya kita ajaklah, masa ditinggal.""Tapi, macam mana caranya?""Makanya kalau ada otak itu diasah biar nggak tumpul, ya naik motor lah, bonceng tiga, demi Mamakku, apapun aku lakukan agar bisa melihat keadaannya." "Ini udah malam Bang, kasihan anak-anak, bisa masuk angin mereka, lagian kenapa nggak nunggu besok aja, atau begini saja, Abang berangkat sekarang, besok pagi kami menyusul naik angkutan umum.""Salma, gak ada rasa khawatirmu, padahal Mamakku sakit karena kau, entah apa-apa sumpah serapah kau lontarkan sama Mamakku, bukannya merasa bersalah, malah santai muka mu itu kayak orang ga berdosa." Rahmat geleng-geleng kepala seolah Salma telah melakukan dosa besar. "Bang, aku cuma bilang sama Mamak, kalau sebenarnya ngasi THR 6 juta memberatkan bagi keluarga kita, ada Vita dan Kia yang masih membutuhkan biaya.""Apa kau bilang? Enteng sekali mulutmu itu ya Salma, lagian itu uangku, nggak ada hak kau mengaturnya,

    Last Updated : 2023-06-25
  • THR 6 Juta Untuk Mertua   Rekaman Video

    "Mak, bukan begitu maksud Salma, ya Allah, macam mana cara Salma menjelaskan nya pada Mamak, lihat lah cucu Maka, Vita dan Kia, sedikit saja pengertian–""Sudah gila kau, Salma, sudah gila, aku suruh minta maaf bukan malah mengajak Mamakku berdebat, Ya Allah, Ya Rabbi, benar-benar istri durhaka kau Salma," ucap Bang Rahmat menahan emosi. "Itulah istri sholeha pilihan Abang tu, padahal dulu dah bagus dijodohin sama si Murni, malah milih perempuan yang tak punya adab dan sopan santun pada orang tua," tukas Yuni yang sudah berdiri di depan pintu. "Udahlah Yuni, jangan membahas yang lalu, ini teguran bagiku karena melawan perjodohan Mamak waktu itu, jadi beginilah nasibku, kukira yang aku perjuangkan itu batu berlian, ternyata batu empang.""Dari mana jalannya dapat batu berlian, orang Abang mungut di tumpukan ikan asin di Belawan sana," sindir Yuni. Salma diam mematung sambil menelan saliva kering, ia benci pada dirinya saat ini, kenapa tidak pergi saja membawa anak-anaknya dari pa

    Last Updated : 2023-06-25

Latest chapter

  • THR 6 Juta Untuk Mertua   Part 54

    "Keluar kau dari rumah ini! Keluar! Ga sudi aku punya istri macam kau, seribu perempuan macam kau bisa kudapatkan!""Ooo, berani kau mengusirku? Enak saja, aku baru pergi setelah kau bayar semua biaya tidur sama aku, itu semua ga gratis, sudah berapa kali kita bercinta, bayar itu Bang! Bayar!""Helleh, kau yang menawarkan diri, kita melakukannya suka sama suka, bahkan saat aku belum cerai kau obral tempikmu itu sama aku.""Aku ga mau tau, pokoknya bayar!" teriak Tina, tapi Rahmat tidak peduli, dia mendorong tubuh Tina keluar, tidak ia pedulikan teriakan dan makian Tina. Keesokan harinya. "Mat, ada yang nyariin kau, tuh, cewek sexy," ucap Ucok pada siang itu, rekan kerjanya satu profesi dengan Rahmat. "Cewek? Siapa?" tanya Rahmat yang tengah menyeduh kopi di pantry kantor. "Meneketehe, kau lihatlah sendiri," ujar Ucok lagi. Dengan penasaran Rahmat berjalan ke arah gerbang kantor, setelah ia melihat siapa yang datang, gegas Rahmat balik badan. "Bang! Bang Rahmat! Jangan kabur, kau

  • THR 6 Juta Untuk Mertua   Part 53

    "Oke, baiklah, dengan senang hati, pantes saja dari tadi mereka menangis dan ga mau diantar ke rumah ini, ternyata keluarga ini keluarga setan, hahaha, ayo Kia, Vita, kalian kuantarkan saja ke Belawan, enak saja mau menguasai gaji Bang Rahmat, aku ga sudi, preeettt," ucap Tina dengan raut wajah mengejek ke arah Yuni. "Wih, wanita apa yang dinikahi Bang Rahmat ini, kirain batu berlian rupanya sama saja kayak Kak Salma, batu empang," ujar Yuni. "Kalau aku batu empang, kau batu apa? Kau itu batu WC, batu taik, hahaha.""Pergi kau dari rumah ini! Pergi! Kau itu masih nikah siri sama Rahmat, secepatnya akan kusuruh anakku menceraikanmu, berani-beraninya kau bicara begitu sama kami! Mulutmu itu kayak comberan! Pergi kau!" hardik Bu Mega dengan emosi. "Ishh, ga usah disuruh aku juga mau pergi dari sini, orangnya ga waras semua," ucap Tina lalu mengajak Vita dan Kia pergi. "Dasar wanita sinting!" Bu Mega berteriak di depan pintu. "Kau itu sudah tua tapi kelakuanmu macam dajjal," ucap Ti

  • THR 6 Juta Untuk Mertua   Part 52

    "Udah jangan nangis, seharusnya kalian bersyukur, karena Bapak kalian masih mau bertanggung jawab sama kalian," ucap Tina saat Vita dan Kia sudah sampai di rumah Rahmat, rencananya besok kedua anak itu akan diantar ke Binjai. "Kami mau mau tinggal sama Bunda," ucap Kia dibalik isak tangisnya. "Bunda kalian itu miskin! Mau dikasih makan apa kalian kalau tinggal sama dia? Sudah, diam! Jangan menangis lagi, habiskan makannya, setelah ini tidur, besok kalian Tante antarkan ke Binjai."Kia dan Vita masih menangis, Rahmat tidak peduli perasaan kedua anaknya, Rahmat cuma pengen melihat kehancuran Salma. Keesokan harinya. Setelah berangkat kerja, Tina menyuruh Vita dan Kia siap-siap karena sebentar lagi Tina akan mengantarkan kedua anak itu ke Binjai, sesuai perjanjian Yuni dan rahmat tempo hari bahwa Yuni akan merawat Vita dan dia dengan syarat Rahmat memberi uang sebanyak 3 juta perbulan.Tiina sudah memesan taksi online, wanita sexi itu sudah menunggu di teras bersama Vita dan Kia, ke

  • THR 6 Juta Untuk Mertua   Part 51

    "Yuni juga senang Mak, karena sebentar lagi akan dapat uang dari Bang Rahmat tiap bulan, Mamak tau sendiri kan, Bang Ari selingkuh, dan Yuni juga mau cerai, apalagi sekarang ada Bang Husein yang mampu membuat Yuni jatuh cinta, semakin membuat Yuni semangat untuk mau minta cerai dari Bang Ari, biar cepat jadi istri Bang Husein.""Oiya, mengenai Husein, Mamak udah dapat alamatnya, kau mainlah ke rumahnya, bawa buah tangan buat ibunya, intinya kau harus bisa masuk dan berbaur sama keluarga mereka, pasti si Husein itu jatuh hati sama kau.""Aman itu Mak, serahkan sama Yuni," ujar Yuni sambil mengacungkan jempolnya. " Jangan lupa kau pakai itu pupur perindu yang kita dapat dari Jeng Ami, supaya urusanmu dalam mendekati Husein berjalan dengan lancar, karena si Salma itu pasti pakai guna-guna dan kita juga jangan mau kalah sama dia." "Ya jelas menang Yuni lah, Mak. Secara wajah body dan penampilan, Yuni lebih oke, modis dan stylish, sangat jauh dengan Kak Salma yang dekil itu, apalagi Yu

  • THR 6 Juta Untuk Mertua   Part 50

    Rahmat segera mengurus hak asuh anak agar jatuh ke tangannya, dia memberikan bukti pada pengadilan agama kalau Salma tidak berpenghasilan dan kedua anaknya akan sengsara jika hak asuh jatuh ke tangan ibunya, tentunya pengadilan membutuhkan penyelidikan, tetapi setelah melakukan berbagai pertimbangan, hak asuh jatuh ke tangan Rahmat, karena Rahmat yang dianggap mumpuni untuk memberikan kehidupan yang layak untuk Vita dan Kia. Ketuk palu sebagai tanda berakhirnya perceraian Rahmat dan Salma diakhiri dengan isak tangis Salma, bahkan ibu dua anak itu sempat protes, bagaimana tidak, moment seharusnya dia merasa lega karena bisa lepas dari dari pernikahan toxic, malah berbalik menjadi duka karena pengadilan memutuskan hak asuh jatuh ke tangan Rahmat. "Selamat menikmati hidup yang penuh dengan kesengsaraan, Salma," ucap Rahmat diselingi dengan tawa yang mengejek. "Sebenarnya apa maumu, Bang? Kenapa kau tega memisahkan aku sama Vita dan Kia, padahal selama ini kau tidak begitu dekat denga

  • THR 6 Juta Untuk Mertua   Part 49

    "Salma, kau jangan takut ya, aku murni hanya ingin membantumu," ucap Husein meyakinkan, Salma melihat ketulusan yang terpancar dari raut wajah lelaki yang ada di depannya itu, perasaan sungkan dan khawatir yang tadi menyapa perlahan hilang. "Terima-kasih Husein.""Iya Salma, oiya, aku mau balik ke rumah uwakku, sebaiknya kau balik Salma, terlalu bahaya kalau kau sendirian di sini," ucap Husein memberi saran. Salma melihat sekitar, benar apa yang dikatakan teman masa kecilnya itu, tempat itu begitu sepi, kalau hari biasa masih ada satu dua orang yang berada di sana atau terlihat lampu-lampu dari sampan atau boat nelayan, tapi malam ini memang begitu sepi."Mungkin karena masih dalam suasana lebaran, jadi sebagian warga kampung sini masih berlebaran di rumah saudara mereka, baiklah aku juga hendak pulang, sekali lagi terima-kasih Husein." Salma juga memutuskan untuk pulang karena dia pun sudah merasa baik-baik saja setelah berbicara dengan Husein. Saat Salma sampai di rumah kontrak

  • THR 6 Juta Untuk Mertua   Part 48

    Berulang kali Salma mengucap istighfar, dadanya terasa sesak, belum hilang rasa shock saat melihat sendiri perselingkuhan Rahmat, ditambah ancaman Rahmat yang mengatakan akan mengambil hak asuh Vita dan Kia, kini tambah satu masalah lagi, rasanya tidak berkesudahan masalah yang datang pada Salma. Sambungan telepon ditutup secara sepihak oleh Bu Mega, Salma diam mematung dengan perasaan sakit yang teramat sangat menghujam jantungnya, netranya kian memanas dalam hitungan detik jatuh tak terbendung membasahi pipinya yang tirus. Dalam keadaan menangis seperti ini, tidak mungkin Salma masuk ke dalam, ia takut ibunya semakin khawatir, begitu juga jika dilihat oleh Vita dan Kia, Salma harus tetap terlihat tegar dan kuat agar orang-orang yang ia sayang tidak merasa khawatir, karena masih dalam suasana lebaran jadi kampung tempat orang tuanya tinggal terlihat sepi, Salma ingin berjalan-jalan sebentar di sekitar kampung untuk menenangkan hatinya. Cukup sepuluh menit berjalan, Salma sudah sam

  • THR 6 Juta Untuk Mertua   Part 47

    "Perempuan gila!' teriak Rahmat saat Salma dan bapaknya sudah tidak terlihat lagi, lalu lelaki itupun memaki sepuas hatinya dan setelahnya ia pun masuk ke dalam rumah dan membanting daun pintu dengan sangat kencang. " Kenapa marah-marah seperti itu, Abang? Seharusnya Abang bahagia, karena sebentar lagi Abang akan bebas dari wanita jelek itu dan ada aku yang yang siap jadi pengganti wanita itu, aku janji akan menjadi istri yang menyenangkan bagi Abang. Adek siap melayani Abang, kapan pun Abang mau," ucap Tina setelah keluar kamar dan menghampiri Rahmat. "Argggh! Kau pulang dulu lah sekarang, aku ingin sendirian," ucap Rahmat sambil menghempaskan bobot tubuhnya di sofa sambil sesekali menyugar rambut karena frustasi, Rahmat sangat ingin membuat hidup Salma menderita, wanita yang selama ini selalu dalam genggamannya, apapun perlakuan Rahmat, Salma selalu menurut, tetapi sekarang Salma terang-terangan ingin minta cerai, ego Rahmat semakin menjadi dan keinginannya saat ini hanya ingin me

  • THR 6 Juta Untuk Mertua   Part 46

    "Jangan kau videokan!" Seru Rahmat ingin meraih ponsel dalam genggaman Salma, dengan cepat Salma mengelak membuat Rhahmat semakin murka dan ingin merebut ponsel itu lagi. "Jangan berani macam-macam kau Rahmat!" teriak Pak Nurdin yang kini sudah membenci menantunya itu, Rahmat tidak mengindahkan ucapan Pak Nurdin, ia terus saja berusaha merebut ponsel Salma, Pak Nurdin yang melihat pun jadi ikutan emosi lalu menghadang Rahmat. "Tua bangka! Minggir kau!" Dengan emosi Rahmat mendorong tubuh Pak Nurdin. "Ya, Allah, Bapak!" pekik Salma saat melihat bapaknya tersungkur ke lantai karena dorongan kasar Rahmat, Salma berlari menghampiri bapaknya sedangkan Rahmat seolah tidak peduli, ia tampak masih bernafsu mengincar benda pipih yang masih dalam genggaman Salma, tidak peduli pada kondisi Pak Nurdin yang terkulai lemas. "Tolong! Tolong!" teriak Salma saat Rahmat dengan penuh nafsu ingin merebut ponsel dalam genggaman Salma, sambil kakinya menendang Salma beberapa kali dan mengenai bagian ba

DMCA.com Protection Status