Share

Ga jelas

Author: Svaandin
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

     Hari ini Adila dan ke-dua saudaranya berada di kantin, yang kebanyakan adalah siswa-siswi kelas Adila. Sudah 3 hari yang lalu kejadian di mana Aqia tidak sengaja ketahuan memotret Raden, tetapi sampai saat ini dirinya masih di jadikan bualan oleh yang lain.

     "Fi, Fi pose dong,"  ucap Adila dan membentuk tangannya seperti kamera.

     Ya seperti Adila tadi contohnya, tetapi yang terparah adalah...

Flashback.

     "Kak Raden, Dedek Aqia nya malu-malu tapi mau nih!!!" teriak Adila, belum lagi Afia yang tiba-tiba menyahuti.

     "Kak Raden. Dedek Aqia nya mau panggil Mas, boleh enggak?" teriak Afia menyahuti.

     "Mas Raden!!!" bukan Aqia yang memanggil, tetapi Adila yang berteriak tepat di depan kelas Raden—lebih tepatnya mereka sejak tadi berteriak-teriak di depan kelas Raden.

     "Woi. Den, itu ada Dedek gemes yang naksir," ucap Erchan yang baru saja melihat keluar jendela karena mendengar keributan.

     Dan mulai hari itu Aqia benar-benar menyumpah serapahi ke-dua saudaranya yang rasa malunya entah tertinggal di mana.

*****

     Dengan senyum jahil, Adila mengambil sapu dan berdiri di atas kursi, "Jantungku berdetak saat kau..." nyanyi Adila saat Raden  dan teman-temannya memasuki kantin

     "Mati!!!" sahut Afia yang menunjuk Raden, yang membuat mereka tertawa. Berbeda dengan Raden yang terkejut karena tiba-tiba di tunjuk.

     "Bercanda...serius ajeh hidupnya!!!" ucap Adila yang membuat Raden menghembuskan napas lega.

     "Dengan mu..." lanjut Adila

     "Aku, bukanlah..." teriak Afia menyahuti.

     "Udinnn!" teriak teman-teman mereka yang membuat Aqia dan beberapa orang lainnya geleng-geleng kepala.

     Tiba-tiba angin bertiup kencang dan membuat rambut Jovan yang lebat berkibar.

     "Om, kepalanya terbang om!!!" heboh Adila sambil menunjuk Jovan. Dengan refleks Jovan memegang kepalanya dengan ekspresi yang membuat mereka tertawa.

     Jovan bersiap-siap melemparkan jas yang dia gunakan kearah Adila, tetapi terhenti karena ternyata mereka belum selesai.

     "Perdamaian-perdamaian"

     "Langit bumi bersaksi" lanjut Afia.

     "Ih, kayak monyet" Akhirnya yang di tunggu-tunggu bersuara. Dedek Aqia yang sedari tadi diam membisu, akhirnya bersuara yang membuat mereka kembali heboh.

     "Cepat putuskan samsoll!!!" teriak mereka menunjuk kearah Raden.

     "Salah gue apa sih. Baru juga mau masuk" dengan uring-uringan Raden berjalan melewati mereka.

     "Hati hancur berantakan" teriak mereka bersamaan.

     "Kiss jaman now" sahut Adila.

     "Emang generasi micin"

     "Ini kepala sekolah mungut anak modelan kek mereka dimana sih? Lama-lama ini sekolah jadi kebun binatang lag-" ucapan Erchan terhenti saat ingat sesuatu.

     Dirinya segera berdiri dan menatap siswa-siswi di sekitar yang juga menatapnya, "uuaa uu aa uuu aaa uuaa" teriaknya.

     Secara serempak mereka juga mengikuti dan membuat sekolah seperti kandang monyet seketika, "UUAA UU AA UUU AAA UUAA!!!"

     "Monyetnya terlatih ya Bund," Marvin terkekeh melihat kegilaan teman dan adik kelasnya.

     "Belum," ucap Revano singkat.

     Mereka yang merasa heran pun menatap Revano, dan yang di tatap mengarahkan pandangannya kearah meja Adila. Dan ternyata di sana sedang menanggap topeng monyet— siapa lagi jika bukan Adila dan Afia yang berusaha membuat Aqia tertawa.

     "Uuu aa" panggil Adila

     "Uuuu" sahut Afia.

     "Wawawa wawa uuuaaa" teriak Adila

     "Uauauaa"

     Aqia menggebrak meja dengan kencang yang membuat Adila dan Afia berpelukan karena terkejut, "Gue mau resign aja deh jadi saudara kalian"

     "Uauauaa"

     "Uuuuuwawawa"

     "Gue prustasi bang***"

     Dengan tiba-tiba Adila dan Afia tertawa sendiri melihat kegilaan mereka.

     "Udah. Gue capek, mau tidur"

     Dan berakhirlah acara mereka hari ini. Ini semua berawal mereka yang tidak tahu ingin melakukan apa di jam kosong, dan berakhir kejadian absurd itu.

Related chapters

  • THE SIBLING'S   12

    Di halte bus, Adila sedang menunggu seseorang yang sudah dia tunggu selama 30 menit yang lalu. Hari ini adalah hari rabu, sekolah sudah di pulangkan sejak tadi. Saat ini pasti siswa-siswi yang lain sedang merasakan nikmatnya kasur di rumah mereka. Hanya Adila yang masih di area sekolah, dan beberapa siswa-siswi yang masih ada jam mapel kejuruan. Saat ini Adila benar-benar menyesali perbuatannya yang menyuruh ke-dua Saudara untuk pulang terlebih dahulu, seharusnya tadi dia meminta mereka untuk menemaninya, jadi dirinya tidak seperti anak hilang.Flashback. "Kalian duluan aja, gue pulangnya nanti" ucap Adila kepada ke-dua saudranya yang sudah menunggu di depan pintu kelasnya. "Mau kemana lo?" tanya Aqia

  • THE SIBLING'S   13

    Afia sedang berada di perjalanan menuju ke supermarket terdekat. Dirinya berniat membeli makanan ringan untuk dia dan ke-dua saudranya. Saat ini dirinya sedang menunggu sang adik yang entah pergi kemana. Dengan perasaan kesal, Afia membeli mie dan menyeduh nya di supermarket. Saat sedang menikmati mie panas dengan rasa pedas yang menggiurkan. Tiba-tiba ada orang yang duduk di depannya, tepat di depan wajahnya. Bahkan jika dia bergerak maju, maka hidung mereka akan bersentuhan. Uhuk uhuk. Afia tersedak kuah mie nya sendiri. Tenggorokan nya terasa perih dan panas, Jovan—orang yang membuat Afia tersedak kuah mie pedas itu. Jovan mengambil air minum di depannya, dan memberikan air itu kepada Afia setelah membuka tutup botolnya. Jovan mengusap kepala Afia dengan gemas, "Makanya, pelan

  • THE SIBLING'S   14

    "Terus? Kalian pisah jalan gitu aja? Gaada adegan-adegan pelukan kayak di drakor gitu?" tanya Aqia heboh. Dirinya terkejut Revano tiba-tiba mengajak saudaranya untuk berangkat bersama. Afia memukul kepala Aqia, "Drakor mulu. Pikirin tuh doi lu yang ga peka-peka" "Dia peka kok, cuman kurang pinter aja" sahut Aqia yang tiba-tiba teringat Raden. "La...terus lukanya Kak Revano?" tanya Afia yang penasaran. "Ya nggak gue obatin lah, dianya aja enggak mau" Penjelasan Adila barusan membuat seseorang menghela napasnya lega.***** Pagi ini, seperti janji Revano kemarin, mereka berangkat bersama. Revano sudah menunggu Adila di depan rumahnya, sedangkan yang di tunggu masih sibuk marah-marah karena berangkat terlalu pagi. "Kak, kalau enggak niat j

  • THE SIBLING'S   15

    Saat ini siswa-siswi sedang menikmati makan siang di kantin sekolah. Begitu pun dengan Adila dan saudara-saudaranya, seperti janji Revano untuk menjemput Adila, dirinya bahkan sudah menunggu Adila 1 menit sebelum bel istirahat. Adila bahkan terkejut melihat Revano yang bersander di pintu kelasnya, dia pikir ucapan Revano pagi tadi hanya bercanda.Flashback. Saat Adila keluar dari kelasnya dirinya terkejut melihat manusia es sudah standby di kelasnya. Bahkan Adila hampir terjungkal kebelakang saking kagetnya. "Loh Kak, ngapain di sini?" tanya Adila bingung. "Jemput lo" Revano berjalan pergi mendahului Adila yang membuat darah tinggi nya naik seketika. Dengan kesal dirinya mengejek Revano yang membu

  • THE SIBLING'S   16

    "Lo kenapa sih, Kak!" Teriak Adila frustrasi melihat Revano yang dengan tenang bersender di tembok. Saat ini mereka berada di rooftop, entah di mulai dari siapa, tiba-tiba pagi ini dirinya di kejutkan dengan status barunya 'pacar seorang Revano Bagaskara' Adila yang awalnya memiliki mood yang baik, tiba-tiba di rusak dengan caci maki dari siswa-siswi sekolah. Dirinya yang tidak tahu kenapa dia di hujat pun menghampiri salah satu siswi yang terlihat sangat membencinya. Flashback. "Jadi dia, ceweknya Revano?" "Dekat nya sama Raden, jadian nya sama Revano. Bukan maen!" "Cih, cantikan juga gue" "Lo tahu enggak? Katanya dia suka open BO. Bahkan dia suka godain

  • THE SIBLING'S   17

    Setelah kejadian itu, Adila di 'skors' oleh pihak sekolah. Dengan kekuasaan Ayah Irene sebagai kepala sekolah tentu saja itu hal mudah. Saat ini Adila kembali menginap di rumah sakit. Setelah perdebatan di ruang BK dirinya langsung di bawa kerumah sakit. Sepertinya setelah ini dia akan mendapatkan ceramah geratis dari Kakek tersayangnya. "Ila!" teriak seorang laki-laki tua yang baru saja memasuki kamar Adila. Adila yang baru saja akan melahap bubur yang di suapi oleh Afia terhenti. Dia menghela napasnya melihat Kakeknya berdiri dengan tatapan marah. Jefri Maulana Utomo. Kakek cerewet yang di maksud oleh Adila, jika kalian menebak dia adalah pemilik sekolah SMA Utomo Internasional Highschool, maka tebakan kalian benar. "Berapa kali Kakek bilang! Jangan menyembunyikan margamu Adila. Kalian ju

  • THE SIBLING'S   18

    "Untung gue gak pakek behel, bisa copot behel gue kalau gini caranya." Erchan berucap sambil berusaha menggigit kerupuk yang menggantung di depannya. Karena gemas, Erchan langsung menariknya menggunakan tangan dan memakannya. Setelah itu dia berdiri dan menatap teman-teman nya yang melongo melihat tingkahnya. Sedangkam sahabat-sahabatnya tertawa dan menghampirinya. "Van, masih ada ga kerupuknya?" tanya Erchan kepada Jovan. "Masih banyak. Ambil aja di kelas kita" sahut Revano.***** Perlombaan beralih dengan lomba basket. Tim yang sedang bermain saat ini adalah tim JovanYang berisikan, Jovan(sebagai kapten basket), Revano, Jenan, Marvin, dan Lean. Sedangkan Erchan menjadi cadangan, untuk Raden, dirinya sedang mempersiapkan diri untuk lomba Futsal. "Ya...tim Jovan memimpin. Saat ini skors 2 u

  • THE SIBLING'S   19

    Satu bulan berlalu. Hubungan Adila dan ke-2 saudranya membaik, tetapi tidak dengan kisah cinta mereka. Adila dan Revano yang saling mencintai diam-diam, Jovan yang masih mengejar Afia, dan Aqia yang masih di gantungkan oleh Mas Raden. Begitupun dengan Adila yang mulai berulah. Tentang dirinya yang menyanar menjadi Alana (Kakaknya) mereka semua sudah tahu, dan tentunya banyak berbagai macam tanggapan dari mereka. Flashback. "Jadi dia cucunya pemilik sekolah?" "Lebih tepatnya mereka ber-tiga" "Dia Alana kan?" "Lo belum tahu? Alana udah enggak ada," ucap salah satu siswi menjelaskan kepada temannya. "Hah?! Terus yang di d

Latest chapter

  • THE SIBLING'S   End

    Setelah pertandingan minggu lalu, Adila tidak masuk sekolah selama hampir satu minggu. Entah apa yang terjadi, saat ini dia seperti di musuhi satu sekolah, bahkan ke-dua sepupunya pun seperti membenci dia. "Bukan gue, La. Gue enggak ada hubungan apa-apa sama kekalahan lo di pertandingan." Adila mengernyitkan dahinya bingung. Tadi dia berencana menuju ke kantin untuk makan siang, tetapi entah datang darimana rubah sialan ini tiba-tiba menabraknya dan berperilaku seolah-olah dia sedang membully nya. "Kalah karena kemampuan sendiri yang buruk, tapi nyalahin orang." "Seketika gue menyesal karena merekomendasikan dia." "Kasihan Gina, padahal dia yang selalu membela Adila di saat yang lain menjelekkan nya." 

  • THE SIBLING'S   29

    Adila terbangun saat mendengar nada dering di ponselnya. Dia ingin menggerakkan tangan dan kakinya tetapi tidak bisa, seperti ada yang memeganginya. Adila membuka matanya dan melihat sekitarnya gelap, dia merasa seperti di sebuah ruangan yang sunyi dan dingin. "Gue enggak mati, 'kan?" gumamnya. Adila berteriak saat mengira jika dia sudah mati dan sedang berada di alam kubur. Di sisi lain Revano yang belum bisa tidur pun segera menghampiri kamar sebelah menggunakan senter handphone nya. Sekaramg jam tiga dini hari, dan sedang ada pemadaman listrik.Revano. Sudah satu jam gue hanya memandangi langit-langit ruangan yang gelap. Tepat pukul 03.00 listrik di sini mati. Gelap, sunyi dan dingin. Awalnya gue berniat membangunkan Raden, tetapi suara teriakan seseorang yang gue k

  • THE SIBLING'S   28

    Saat ini Adila dan yang lainya sedang berada di pasar, mereka berencana membuat nasi kuning. Sedangkan Erchan dan para laki-laki sedang mencari gudeg, sejak kemarin Erchan merengek meminta gudeg. "Barangnya udah semua, 'kan?" Aqia bertanya untuk memastikan tidak ada yang kurang, sehingga nanti mereka tidak susah-susah untuk kembali. Adila membaca catatan di kertas yang dia pegang, sedangkan Lisa dan Afia mengecek keranjang belanjaan yang mereka letakkan di bawah. Merasa sudah lengkap, mereka kembali berjalan menuju parkiran, sampai sebuah suara membuat mereka yang tadinya bercanda terdiam seketik— terutama Aqia. "Qia?" Aqia yang melihat laki-laki di depanya pun seketika terdiam, dia menunduk dan berjalan mendahului yang lain. Andre, laki-laki

  • THE SIBLING'S   27

    "Adila masih belum mau makan apa apa, Nek?" tanya Afia yang baru saja melihat Nenek nya keluar dari kamar yang di tempati Adila. "Belum. Anak itu kalau sakit ndak mau makan opo opo, Nenek sendiri 'akhire sek' pusing," jawab Nenek Indah. Karena belum berhasil membujuk Adila untuk makan, bahkan minum pun Adila enggan. "Gue bawain kue putu, nih." Lisa dan Erchan yang baru saja masuk langsung menyahuti yang membuat mereka semua menoleh. "Yang sopan dong Lis., ada Nenek ini, salim dulu napa." Erchan berucap sambil menoyor kepala Lisa. "Eh? Nek, saya Lisa. Temanya Adila," ucap Lisa, dan mengalami Nenek Indah. "Saya Erchan, Nek." "Kalau saya Bagas, bukan bagi ganas tapi Nek." Bagas tertawa saat nenek mengusap rambutnya gemas. "Temanya Adila b

  • THE SIBLING'S   26

    Setelah perjalanan cukup lama dan melelahkan, akhirnya mereka sampai di rumah nenek Adila dan ke-dua saudaranya. Rumah yang terbuat dari kayu tingkat dua, dengan sungai jernih di belakang rumah sebagai sumber air. Rumah Nenek Indah (Nenek Adila, Afia, San Aqia) termasuk di desa plosok, desa yang masih terjaga alam nya. Bertani dan berdagang adalah mata pencaharian utama mereka, Nenek Indah adalah seorang petani, umurnya 78 tahun. Meski pun sudah tua, beliau tidak bisa jika di suruh diam di rumah, Suaminya sudah meninggal saat umurnya 60 tahun. Saat melihat rumahnya di datangi 3 mobil sekaligus membuat tetangganya heran, mereka menebak-nebak siapa tamu Nenek Indah. Karena memang Nenek indah tidak pernah bercerita tentang anak cucunya di kota. "Nenek!" teriak Afia dan Aqia saat sudah keluar dari mobil. "Cucu Nenek sudah besar ternyata,

  • THE SIBLING'S   25

    Tepat jam tiga pagi Adila sedang bersiap-siap di kamarnya. Setelah menempuh ujian yang melelahkan, akhirnya hari ini dia bisa mengunjungi Nenek nya di Jogja. Dia sangat merindukan masakan buatan Neneknya, tidak hanya dia tetapi juga ke-dua saudaranya akan ikut bersama nya. "Gue tahu kalian di luar, masuk aja!" teriak Adila saat menyadari ke-dua saudaranya berbisik-bisik di depan pintu kamarnya. Setelah Adila berteriak Afia dan Aqia memasuki kmara nya dengan canggung. Adila tahu apa yang ingin mereka bicara'kan. "Kita minta maaf..." lirih Aqia. "Buat?" "Sikap kita sama lo. Selama ini kita enggak ada niatan buat jauhin lo, ini semua rencana Gina..." "Gue tahu." Adila berucap dengan mantap. "Aqia kemarin udah bilang sama gue" &nb

  • THE SIBLING'S   24

    "Gue capek ngikutin kemauan lo!" "Tapi sayang nya lo harus ngikutin," ucap gadis di depan nya sinis. "Lo licik! Di sini kita yang lo buat rugi!" ***** Seperti nya The sibling's benar-benar bubar, mereka berhenti di sini tanpa ada penjelasan. Adila yang memang malas mencari tahu hanya diam sampai semua nya terungkap sendiri. Dia juga malas melihat Gina yang selalu memanasi diri nya dengan menempel kepada Revano. Adila saat ini berada di toilet, dia membasuh mukanya yang memerah karena menahan amarah. "Wah, gimana? Pertunjukan gue seru, 'kan?" tanya Gina yang berdiri di samping Adila. Adila hanya melirik nya sekilas tanpa mau merespon. Entah kenapa tiba-tiba Gina mendorong Adila sampai hampir terjatuh jika dia tidak berpegangan dengan wastafel. &nb

  • THE SIBLING'S   23

    "Udah ganjen sama gebetan orang, mau celakain orang lain lagi!" "Gue ngimpi apa dulu sampek punya sudara kayak dia!" Setelah pulang sekolah, Adila di sindir habis-habisan oleh ke-dua saudaranya. Sedangkan Gina, dia sedang beristirahat di dalam kamar. "Kalian kalau punya masalah sama gue bilang! Punya mulut buat ngomong langsung, bukan nyindir!" desis Adila tepat di depan mereka. Aqia memutar bola matanya malas, "Lo kesindir?" "Enggak," ucap Adila sambil tersenyum sinis, "gue enggak kesindir. Tapi mata kalian bilang kalau itu gue, kalau kalian mendeskripsikan diri sendiri, gue enggak masalah!" ucap Adila dan berlalu pergi meninggalkan mereka dengan perasaan sebal. "Lo harusnya tahu, kalau gue suka sama Revano! Tapi kenapa lo malah jadian sama dia!" Adila

  • THE SIBLING'S   22

    "Gue berangkat sendiri!" "Enggak!" Sudah satu bulan setelah dia keluar dari rumah sakit, dan setelah itu juga hidupnya benar-benar sangat sulit karena ulah Raden dan Revano. Mereka selalu berebut siapa yang berangkat dengan Adila, siapa yang duduk di samping Adila, siapa yang membeli kan makanan Adila, dan siapa yang akan di terima Adila. "Mending kalian berangkat berdua, terus gue sama Kak Nana. Gampang'kan?" ucapnya sambil tersenyum manis. Dia tidak tahu apa alasan mereka melakukan itu, yang jelas itu sangat menganggu. Tentang ke-dua saudara nya, mereka sudah berangkat terlebih dahulu sejak jam enam pagi. Entah kenapa akhir-akhir ini hubungan mereka merenggang, Adila tidak mau ambil pusing. Lagi pula saudara nya itu memang selalu bersikap aneh. &n

DMCA.com Protection Status