Ngiiingggg!
Suara mendenging sangat keras keluar dari alat yang dia tekan, Ryo yang berjarak paling dekat sampai dibuat limbung mendengarnya.
Sejurus kemudian, auman menggelegar menggema dari balik bukit berbatu, sosok itu terbang dengan sangat cepat dan menghujam tanah tepat di depan Ryo hingga membuatnya terpental karena kuatnya hempasan angin.
“HAHAHAHA! Lihatlah! Hasil karya terbesarku!” Dengan sangat bangga ia berdiri disamping mahluk itu.
Ryo yang masih limbung mencoba bangkit dan memahami situasi.Mahluk berkaki empat dengan kedua sayap iblis, sudah berdiri di depannya. Perlahan kepulan debu mulai menghilang dan sosok itu pun menunjukan sosoknya. Singa dengan tubuh sebesar gajah, sayapnya di punggungnya berbentuk seperti kelelawar.
Kepalanya gabungan dari kepala singa dan kambing jantan. Ekornya dari tiga kepala ular besar yang siap mematuk dengan taring tajam mencuat di mulut mereka.
Ryo sampai mematung melihat sosok iDi medan pertarungan, Ryo sudah bisa memulihkan tenaganya, ia teringat cara Sebastian mensirkulasikan energinya dengan efektif sehingga tidak cepat kehabisan tenaga.Kini, Ryo mengambil alih pertarungan dengan dibantu oleh kawanan serigala Auro.“Entah apa yang terjadi, tapi aku berterima kasih kepada kalian,” ucap Ryo seraya berdiri dengan tubuh yang babak belur, “sekarang biar aku yang selesaikan ini semua!”Lucas menambah frekuensi suara hingga ke level maksimal, singa itu mengamuk sejadi-jadinya, angin berkelebat dengan sangat kencang karena aumannya, derap kakinya menggetarkan tanah dan siap menerjang sekuat tenaga, namun Ryo tak gentar.Aura hitam menyelubungi tubuhnya sekali lagi, Lucas bisa merasakan tekanan luar biasa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.“Release!”Wuss!Aura hitam Ryo menyebar dan membentuk Anomali Dimensi miliknya, Lucas dan singa itu tak sempat bereaksi dan terjebak
Heyy, aku ucapkan terima kasih. Kalian sampai tega meluangkan waktu hanya untuk membaca buku pertama hingga selesai. Buku kedua masih dalam pengerjaan draft, masih banyak yang perlu aku benahi hingga aku merasa puas dan siap untuk meluncurkan buku kedua di platform ini.Aku janji, akan ada banyak kejutan baru di buku kedua, petualangan Ryo untuk memuwujudkan kedamaian yang ia dambakan di jalan yang penuh suka dan duka berikut juga pertumpahan darah yang Ryo harus lakukan. Hati yang harus ia bagi antara Elena dan Anna, Putri Fiona yang mencoba merebut hati Ryo.Ahh ... akan mubazir jika aku luapkan semuanya di sini. Biar aku katakan saja lewat cerita ini.STAY TUNE!!!
Planet Demeter. Tiga juta tahun cahaya dari bumi.Sinar bintang induk Demeter menyingsing dari ufuk timur, menyinari planet yang tiga kali lebih besar dari bumi itu. Salah satu planet penopang hidup dari sekian juta konstelasi bintang Galaksi Andromeda.Warna-warni daun pepohonan membentang sejauh puluhan ribu kilometer. Pohon-pohon menjulang tinggi ratusan kaki dari lantai hutan. Hewan-hewan dengan bebasnya menjelajah hutan yang bagai tak bertepi itu. Mammalia bersayap dengan ukuran raksasa terbang bebas di seantero langit Demeter. Mereka adalah "Sky's Leviathan" Spesies hewan primordial yang mendiami planet Demeter, jauh sebelum Demeterian terlahir dari Pohon Dunia. Kebaradaan hewan-hewan primordial di planet Demeter secara tak langsung menjadi penjaga planet saat era Kiamat Kecil berkecamuk hebat.Di antara rimbunnya hutan, ada satu pohon yang tumbuh hingga pucuk daunnya menembus atmosfir planet. Tempat tinggal para ras Demeter. Mereka menjadikan pohon terbes
Di suatu tempat belantara Forbidden Forest.Angin dingin musim kemarau membelai pipi Fiona. Ia pun perlahan membuka matanya, masih ia rasakan pening begitu hebat di kepalanya ketika ia mencoba untuk bangun.Fiona terkejut mendapati dirinya sudah berada di belantara hutan yang sangat asing baginya. Gaun pernikahan yang ia kenakan compang-camping akibat teleportasi tiba-tiba yang dilakukan Gandalf untuk menyalamatkan dirinya dari malapetaka Void Beings.Insting Fiona menuntun dirinya untuk mencari tempat aman di belantara gulita malam. Ia terus berjalan melewati semak demi semak, akan tetapi ia merasa hanya berjalan memutar walaupun ia dapat melihat dalam gelap. Posisi bulan masih tetap sama selama ia berjalan, waktu seolah berhenti di tempat ia berpijak."Sepertinya aku masuk ke dalam wilayah terlarang, hutan ini pasti memiliki seorang tuan atau pun penjaga," gumam Fiona dalam hati.&n
Ryo mengetuk pintu kamar Elena beberapa kali, akan tetapi tidak ada jawaban darinya."Elena? Kau di dalam?" panggil Ryo dari balik pintu"Ya, tunggu sebentar," jawab Elena sambil mengenakan gaun tidurnya.Lampu kecil berwarna hijau di gagang pintu berkedip beberapa kali menandakan Elena sudah membukakan pintu kamarnya.Suasana kamar Elena masih tetap seperti biasanya. Cahaya temaram lampu gantung yang menghias langit kamar memberikan kesan ketenangan. Semakin sempurna dengan cahaya redup bulan yang tertutup awan tipis.Elena duduk di kursi samping jendela menikmati segelas wine, memandangi dedaunan gugur yang tertiup angin."Rothschild?" tanya Ryo ketika mendekati Elena dan mencium aroma Wine yang manis dan berwarna merah pekat."Duduklah, minum denganku," ajak Elena seraya menuang satu gelas lainnya."Ada apa dengan Vodka yang selalu kau minum sebelum tidur?""Kehabisan stok, berkat "Fenomena" itu Pemerintah Dunia menut
Elena tetap berdiri tegap di ujung tebing walaupun badai petir dan gemuruh ombak seolah mengamuk di hadapannya. Awan hitam berputar di atas Elena dengan kilatan petir yang terjadi berulang kali, awan-awan itu seolah sedang mengumpulkan energi untuk menjatuhkan satu hujaman petir yang dahsyat.Satu kilatan petir menyambar permukaan air, ombak semakin meninggi dan membentuk pusaran air yang sangat kuat hingga tebing yang Elena pijak bergetar.Di saat itu lah Anomali Dimensi terjadi, bahkan Elena tidak menyadarinya bahwa dilasi waktu sudah berjalan begitu lambat.Sejurus kemudian kereta kencana berwarna hijau dengan ornament keemasan menyembul keluar dari pusaran air. Elena menyadari fenomena itu akan tetapi tubuhnya tak mampu bergerak.Kereta kencana itu terlihat begitu majestik dengan dua kuda yang menariknya di depan. Meliak-liuk di langit sebelum akhirnya berhenti di depan E
Sementara itu di puncak gunung berapi, utara Forbidden Forest.Kuryu dan Ki Semar masih memantau perkembangan Ryo dari atas kawah. Lahar di dalam kawah menggelegak hingga membuat tanah yang mereka pijak bergetar."Ryo memiliki bakat hebat seperti Ryuji dan dia masih mewarisi sifat Ryuji yang pantang menyerah," ujar Kuryu."Sudah tiga hari dan dia belum bisa mendapat pengakuan dari Nogo Geni, apa yang Amiris lihat di masa depan?" gumam Ki Semar."Tak ada yang pasti di masa depan, akan tetapi aku yakin dia akan berhasil.""Apa yang membuat mu begitu yakin?" tanya Ki Semar."Tak ada alasan khusus, lihat di dalam sana, sepertinya Ryo mulai bisa mengendalikan energi api dari Nogo Geni," jawab Kuryu.Awan mendung terbentuk entah dari mana datangnya, bergulung-gulung di atas kawah dengan suara guntur yg mengelegar dari satu ujung ke ujung
Ryo mengikuti arahan Ki Semar dan berjalan ke selatan. Jalur yang terjal, curam dan berpasir terkadang membuat kakinya melesak ke dalam pasir. Belum lagi batuan vulkanik yang bisa saja tergelincir jika Ryo tidak memerhatikan langkah.Sinar matahari yang menyengat kulit dan kadar oksigen yang tipis membuat Ryo kewalahan mengatur napas, walaupun sudah memakai baju pelindung khusus yang sudah disiapkan oleh Ryo di ruang spatial WristNect miliknya.Setelah hampir lima jam dia berjalan, akhirnya ia sampai area tanah lapang yang landai, semilir angin sejuk dari atas gunung memudahkan dia untuk mengatur napas. Jam hologram yang ada di lengan bajunya menunjukan kadar oksigen di dalam tubuhnya kembali ke angka normal. Waktu menunjukan hampir jam dua belas tepat dan matahari sedang berada di puncak langit. Ia masih ingat petunjuk dari Ki Semar untuk berjalan lurus ke arah selatan dan menutup mata.Ryo berjala