Heyy, aku ucapkan terima kasih. Kalian sampai tega meluangkan waktu hanya untuk membaca buku pertama hingga selesai. Buku kedua masih dalam pengerjaan draft, masih banyak yang perlu aku benahi hingga aku merasa puas dan siap untuk meluncurkan buku kedua di platform ini.
Aku janji, akan ada banyak kejutan baru di buku kedua, petualangan Ryo untuk memuwujudkan kedamaian yang ia dambakan di jalan yang penuh suka dan duka berikut juga pertumpahan darah yang Ryo harus lakukan. Hati yang harus ia bagi antara Elena dan Anna, Putri Fiona yang mencoba merebut hati Ryo.Ahh ... akan mubazir jika aku luapkan semuanya di sini. Biar aku katakan saja lewat cerita ini.STAY TUNE!!!Planet Demeter. Tiga juta tahun cahaya dari bumi.Sinar bintang induk Demeter menyingsing dari ufuk timur, menyinari planet yang tiga kali lebih besar dari bumi itu. Salah satu planet penopang hidup dari sekian juta konstelasi bintang Galaksi Andromeda.Warna-warni daun pepohonan membentang sejauh puluhan ribu kilometer. Pohon-pohon menjulang tinggi ratusan kaki dari lantai hutan. Hewan-hewan dengan bebasnya menjelajah hutan yang bagai tak bertepi itu. Mammalia bersayap dengan ukuran raksasa terbang bebas di seantero langit Demeter. Mereka adalah "Sky's Leviathan" Spesies hewan primordial yang mendiami planet Demeter, jauh sebelum Demeterian terlahir dari Pohon Dunia. Kebaradaan hewan-hewan primordial di planet Demeter secara tak langsung menjadi penjaga planet saat era Kiamat Kecil berkecamuk hebat.Di antara rimbunnya hutan, ada satu pohon yang tumbuh hingga pucuk daunnya menembus atmosfir planet. Tempat tinggal para ras Demeter. Mereka menjadikan pohon terbes
Di suatu tempat belantara Forbidden Forest.Angin dingin musim kemarau membelai pipi Fiona. Ia pun perlahan membuka matanya, masih ia rasakan pening begitu hebat di kepalanya ketika ia mencoba untuk bangun.Fiona terkejut mendapati dirinya sudah berada di belantara hutan yang sangat asing baginya. Gaun pernikahan yang ia kenakan compang-camping akibat teleportasi tiba-tiba yang dilakukan Gandalf untuk menyalamatkan dirinya dari malapetaka Void Beings.Insting Fiona menuntun dirinya untuk mencari tempat aman di belantara gulita malam. Ia terus berjalan melewati semak demi semak, akan tetapi ia merasa hanya berjalan memutar walaupun ia dapat melihat dalam gelap. Posisi bulan masih tetap sama selama ia berjalan, waktu seolah berhenti di tempat ia berpijak."Sepertinya aku masuk ke dalam wilayah terlarang, hutan ini pasti memiliki seorang tuan atau pun penjaga," gumam Fiona dalam hati.&n
Ryo mengetuk pintu kamar Elena beberapa kali, akan tetapi tidak ada jawaban darinya."Elena? Kau di dalam?" panggil Ryo dari balik pintu"Ya, tunggu sebentar," jawab Elena sambil mengenakan gaun tidurnya.Lampu kecil berwarna hijau di gagang pintu berkedip beberapa kali menandakan Elena sudah membukakan pintu kamarnya.Suasana kamar Elena masih tetap seperti biasanya. Cahaya temaram lampu gantung yang menghias langit kamar memberikan kesan ketenangan. Semakin sempurna dengan cahaya redup bulan yang tertutup awan tipis.Elena duduk di kursi samping jendela menikmati segelas wine, memandangi dedaunan gugur yang tertiup angin."Rothschild?" tanya Ryo ketika mendekati Elena dan mencium aroma Wine yang manis dan berwarna merah pekat."Duduklah, minum denganku," ajak Elena seraya menuang satu gelas lainnya."Ada apa dengan Vodka yang selalu kau minum sebelum tidur?""Kehabisan stok, berkat "Fenomena" itu Pemerintah Dunia menut
Elena tetap berdiri tegap di ujung tebing walaupun badai petir dan gemuruh ombak seolah mengamuk di hadapannya. Awan hitam berputar di atas Elena dengan kilatan petir yang terjadi berulang kali, awan-awan itu seolah sedang mengumpulkan energi untuk menjatuhkan satu hujaman petir yang dahsyat.Satu kilatan petir menyambar permukaan air, ombak semakin meninggi dan membentuk pusaran air yang sangat kuat hingga tebing yang Elena pijak bergetar.Di saat itu lah Anomali Dimensi terjadi, bahkan Elena tidak menyadarinya bahwa dilasi waktu sudah berjalan begitu lambat.Sejurus kemudian kereta kencana berwarna hijau dengan ornament keemasan menyembul keluar dari pusaran air. Elena menyadari fenomena itu akan tetapi tubuhnya tak mampu bergerak.Kereta kencana itu terlihat begitu majestik dengan dua kuda yang menariknya di depan. Meliak-liuk di langit sebelum akhirnya berhenti di depan E
Sementara itu di puncak gunung berapi, utara Forbidden Forest.Kuryu dan Ki Semar masih memantau perkembangan Ryo dari atas kawah. Lahar di dalam kawah menggelegak hingga membuat tanah yang mereka pijak bergetar."Ryo memiliki bakat hebat seperti Ryuji dan dia masih mewarisi sifat Ryuji yang pantang menyerah," ujar Kuryu."Sudah tiga hari dan dia belum bisa mendapat pengakuan dari Nogo Geni, apa yang Amiris lihat di masa depan?" gumam Ki Semar."Tak ada yang pasti di masa depan, akan tetapi aku yakin dia akan berhasil.""Apa yang membuat mu begitu yakin?" tanya Ki Semar."Tak ada alasan khusus, lihat di dalam sana, sepertinya Ryo mulai bisa mengendalikan energi api dari Nogo Geni," jawab Kuryu.Awan mendung terbentuk entah dari mana datangnya, bergulung-gulung di atas kawah dengan suara guntur yg mengelegar dari satu ujung ke ujung
Ryo mengikuti arahan Ki Semar dan berjalan ke selatan. Jalur yang terjal, curam dan berpasir terkadang membuat kakinya melesak ke dalam pasir. Belum lagi batuan vulkanik yang bisa saja tergelincir jika Ryo tidak memerhatikan langkah.Sinar matahari yang menyengat kulit dan kadar oksigen yang tipis membuat Ryo kewalahan mengatur napas, walaupun sudah memakai baju pelindung khusus yang sudah disiapkan oleh Ryo di ruang spatial WristNect miliknya.Setelah hampir lima jam dia berjalan, akhirnya ia sampai area tanah lapang yang landai, semilir angin sejuk dari atas gunung memudahkan dia untuk mengatur napas. Jam hologram yang ada di lengan bajunya menunjukan kadar oksigen di dalam tubuhnya kembali ke angka normal. Waktu menunjukan hampir jam dua belas tepat dan matahari sedang berada di puncak langit. Ia masih ingat petunjuk dari Ki Semar untuk berjalan lurus ke arah selatan dan menutup mata.Ryo berjala
Matahari mulai menyingsing dari ufuk timur, burung-burung dengan bentuk aneh mulai berkicau di atas pohon. Suasana hutan menjadi lebih hidup dengan suara hewan primata yang saling bersahutan dan keluar dari sarang pohon mereka.Jika bukan karena Magical Beast yang telah termutasi, hutan itu sangat indah dengan keanekaragaman flora dan faunanya.Ryo terbangun dan melihat Elena sudah merebus air di perapian."Pagi," sapa Ryo seraya duduk di samping Elena. "Apa rencana kita hari ini?"Elena membalas dengan senyuman sembari menuangkan air yang masih mengepul ke dalam dua cangkir berisi kopi. Lalu menampilkan hologram topografi hutan sejauh seratus kilometer persegi. Alat itu berbentuk piringan bundar sebesar kepalan tangan dengan sebuah lensa di tengahnya."Aku sudah mencoba menghubungi satelit untuk memindai seluruh area pulau ini, namun tak ada hasil seperti ada suatu
Ryo dan Elena berkendara ke selatan, melewati perbukitan lembah dengan vegetasi lebat. Jalanan beraspal penuh lubang dan ditumbuhi berbagai macam tumbuhan semak mereka lewati dengan mudah berkat teknologi suspensi aktif Dreadnaught.Terkadang mereka harus berhenti menyingkirkan barikade jalan yang melintang. Bangkai-bangkai kendaraan roda empat ditumpuk dan disusun sedemikian rupa untuk menahan agresi. Jejak bisu peperangan yang menghancurkan seluruh negeri.Geraman Magical Beast dan teriakan hewan primata sayup terdengar jauh di dalam hutan. Keputusan Elena untuk melintasi jalan membuahkan hasil. Walaupun jarak yang harus ditempuh menjadi lebih jauh, itu lebih baik dari pada bertemu Magical Beast dan bertarung sia-sia.Akhirnya, mereka keluar dari kawasan lembah. Jalan raya besar membentang di hadapan mereka, dan berbelok ke arah barat. Sisi kiri jalan dilindungi oleh tanggul yang menahan gelombang