"Siapa dia?"
Elianor bertanya pada semua orang. Namun tak ada satupun yang membantu untuk menerangkan siapa laki laki yang sedang berjalan mendekat padanya dengan sangat santai dan tenang. Seperti ingin menemui temannya saja.
Dan tentu juga karena memang anggota Black Morse belum ada yang kenal dengan pemuda tampan itu, jadi mereka semua diam.
Namun bagi keluarga Jeriko, kehadiran Joe hanya akan menambah masalah saja. Walapun Joe sudah mengalahkan orang orang terhebat, namun tetap saja dia bukan siapa siapa dihadapan Elianor dan kelompok Black Morse. Joe tidak lebih hanya seperti lalat kecil yang hinggap di mulut harimau buas.
"Mau apa anak itu?" Gumam Jeriko.
"Sepertinya dia sudah bosan hidup," ucap Efffendy.
"Rupanya dia sudah merasa besar kepala setelah mengalahkan Franko," ucap Omar berbicara untuk dirinya sendiri. Hanya saja suaranya cukup keras. Karena itu Alexa, adik kandungnya mendengar apa yang d
Akibatnya wanita gagah perkasa itu pun mengerang rahang. Sangat tidak terima diremehkan begitu saja di depan anak buahnya. Namun saat yang bersamaan dia pun berpikir, tidak mungkin laki laki ini hanya sembarang mengancam kalau dia memang bukan seseorang yang kuat. Siapa dia sebenarnya? Elianor penasaran."Sayangnya, aku tidak ingin mengikuti kata katamu," ujar Elianor. Dia sengaja memancing agar Joe menunjukan siapa jati dirinya yang sebenarnya. Atau Joe hanya menggertak saja. Dari situ Elianor dapat menilainya nanti."Baiklah, itu pilihanmu. Jangan salahkan aku kalau dalam sekejap Black Morse hanya tinggal nama." Pada saat mengatakan ini, Joe menunjukan ID Card kepanglimaan tertinggi negeri menara kepada Elianor. Terbelalak lah kedua mata Elianor. Seketika juga, nyalinya runtuh bagai singa ompong yang tidak bisa merobek robek mangsanya.Samurai pun jatuh ke tanah bersamaan dengan tangannya yang gemetar. Keluarga Jeriko yang melihat itu t
"Ya aku rasa Pevita benar, kakak harus memberikan si pemuda miskin ini kesempatan bekerja." Yang mengatakan ini adalah Riadi.Dia memang tidak begitu menyukai Joe tapi dia juga tidak terlalu membenci Joe. Apalagi setelah melihat aksi heroiknya, Riadi yang memiliki perusahaan televisi sudah terpikirkan untuk membuat sebuah program yang menguras nyali serta adrenalin yang besar. Dan itu pastinya akan seru sekali.Program itu merupakan tarung bebas dan akan disiarkan di seluruh negeri secara live. Tentu saja itu akan membuat rating progam pasti tinggi karena banyak penontonnya. Riadi kepikiran untuk membuat program survival, bertahan diri dalam satu situasi. Cool, bukan?Dia sudah membuat daftar list siapa siapa aja yang akan ikut serta dalam programnya itu. Nama Joe ada diurutan pertama."Apa masksudmu, Pevi?" Jeriko menatap wajah putrinya dengan ekpresi tidak menyenangkan."Aku mau papa kasih jabatan untuk Joe. GM atau
Atau menceritakan kalau Joe sudah menolong tempat usahanya dari ancaman kehancuran dari laki laki yang bernama Hades, pejabat korup yang suka semena mena pada orang lain. Tentu sulit menjelaskan ini pada Jeriko."Kau sudah melebih lebihkan laki laki beruntung itu, Pevi. Dia hanya kebetulan saja melakukan itu. Bahkan kita tidak tau apa yang sudah dia katakan pada Elianor. Siapa tau, dia sudah membuat perjanjian pada Elianor untuk sama sama menghancurkan keluarga kita," seru Omar. Dia nampak iri pada Joe.Akibatnya, Jeriko agak termakan oleh ucapan Omar. "Ada benarnya yang dikatakan Omar, bagaimana kalau-.""Joe tidak seperti itu!" Sela Pevita tegas sambil berdiri. "Kalian sudah terlalu picik menilai Joe!"Sungguh, sikap Pevita sudah membuat harga diri Jeriko runtuh. "Turunkan nadamu kalau bicara dengan papa, Pevi! Duduk!" Ucap Jeriko penuh penekanan dan tidak mau ada bantahan.Dengan begitu, Pevita pun mengikuti apa yan
"Aku punya sesuatu untukmu." Pada saat mengatakan ini, Pevita memutari tubuh Joe hingga wajah dengan wajah saling berhadapan langsung. Sementara Joe hanya mengulas senyum tipis saja untuk menanggapi. "Apa kamu tidak tertarik dengan apa yang akan aku katakan, tuan tampan?" Beat! "Sudahlah, sepertinya kamu tidak tertarik mendengar berita baik ini." Pevita nampak kecewa lantaran mendapatkan Joe tanpa respon. Namun begitu dia ingin memalingkan wajahnya, tangan Joe cepat menahan. Lalu Joe menyahuti, "apa aku terlihat mengabaikanmu?" Beat! "Katakanlah, apa berita baik itu," lanjut Joe. Seketika saja wajah Pevita sudah kembali ceria lagi. "Papa akan memberikanmu pekerjaan. Jadi kamu tidak usah lagi bekerja sebagai pelayan di kedai susu," terang Pevita dengan penuh antusias. Sementara Joe hanya biasa biasa saja menerimanya. "Sudahlah, sepertinya kamu tidak suka dengan apa yang aku sampaikan," komentar Pevita masam ketika melihat reaksi Joe yang biasa aja. "Jangan salah paham,
Jeriko menutup rapat rapat gordeyn Jendela. Rasa muaknya menguap setiap melihat kemesraan putri kesayangannya dengan Joe. Kalau saja ini bukan karena Pevita, tentu sudah tidak mungkin Joe akan dikasih kesempatan untuk bisa menikmati segarnya angin malam di tempat ini. "Tapi kalau menurutku, kakak tepat memilih Joe menjadi asisten kakak. Kita semua tau bagaimana kehebatan dia tadi mengalahkan tiga orang pengawal kakak sekaligus dalam waktu singkat. Dan Joe sudah mengirim Elianor pulang dengan pasukannya dengan wajah malu. Aku bisa merasakan itu, kak," seru Riadi, yang baru saja datang tau tau ikut bersuara. Jelas sekali wajah Omar nampak kesal mendapatkan Riadi begitu membela Joe. "Itu hanya kebetulan. Aku yakin kalau Joe diajak tanding ulang, dia tidak akan bisa mengalahkan Franko," sinis Omar menyahuti. "Haha!" Riadi pun terkekeh mendengar ocehan adiknya. "Kaunya saja yang tidak bisa melihat mana petarung hebat mana pecundang! Aku yakin walaupun Joe menghadapi sepuluh orang
"Franko hentikan!" Padahal suara Pevita sudah begitu menggema, namun tetap saja Franko terus memukul Joe tanpa ampun. "Rasakan ini sialan!" BUK! BAAK! BUKK! BRUAK! Dan akhirnya, balok kayu seukuran tangan menghantam kepala Franko. Sungguh, darah yang menetes membuat Franko semakin gelap mata. Dia mengerang. "Keparat! Apa yang kau lakukan padaku!" Franko menatap murka Pevita dengan rona wajah dan sorot mata membara, sehingga membuat Pevita gemetar. Balok kayu yang tadi dia gunakan untuk memukul Franko pun terlepas dari tangannya. Emosi sudah meledak ledak, Franko menopang dirinya berdiri. "Kamu sudah membuat kesalahan besar!" "Jang-." Spontan Pevita menutupi wajahnya dengan tangan begitu tau Franko akan memukulnya. Hanya saja sebelum itu terjadi, suara letupan senjata api terdengar. DDUAAAR! Franko jatuh seketika tepat setelah peluru menembus tengkorak kepalanya. Dia mati bersimbah darah. Pevita nanar mendapatkan mayat Franko tergeletak dekat dengannya. Jeriko
Matahari sudah kembali menyinari bumi. Siang ini Joe dan Pevita akan meninggalkan kediaman Jeriko untuk kembali ke apartemen.Sebuah heli sudah disiapkan untuk mengantar mereka berdua. Hari ini merupakan hari yang baru untuk Joe."Apa yang membuatmu tersenyum?" Pada saat mengatakan ini, Pevita sudah berada di heli dan siap lepas landas. Dia duduk berhadapan dengan Joe."Tidak ada. Aku hanya ingin tersenyum saja. Apa tidak boleh," sahut Joe."Tidak mungkin. Karena tidak ada seseorang yang tersenyum tanpa alasan.""Haruskah selalu ada alasan dalam setiap hal?""Tentu harus.""Aku rasa tidak seperti itu. Tidak semua yang kita utarakan melalui lisan atau hanya sebuah ukiran senyum harus mengandung satu alasan.""Iya kamu benar. Seperti aku yang tidak tahu kenapa bisa jatuh padamu." Kata kata ini keluar begitu saja dari mulut Pevita tanpa dia sadari sambil memandangi wajah Joe dengan s
"Apa kau sudah melupakan kesepakatan kita, Joe!"Sungguh, nada suara Aland Miller sangat tidak enak didengar. Joe mengerti, itu pasti lantaran dua hari ini dia tidak mengabari perkembangan yang terjadi."Aku menunggumu, Joe. Aku harap kau sudah membawa kabar baik untukku."Beat!"Hei Joe, apa kau jelas mendengar suaraku?""Bisa kita bertemu hari ini, tuan Miller?"***Malamnya, Joe pergi ke Exclusif Club yang biasa didatangi para pengusaha dan penjabat. Dia kesana untuk menemui Aland Miller. Ini undangan khusus. Aland berpesan kalau Joe harus menghubunginya begitu dia sudah berada di depan pintu masuk. Karena menurutnya, Joe yang hanya pria rendahan tanpa memiliki aset apa apa mustahil bisa masuk ke dalam tempat ini.Dia berbicara seperti itu lantaran tahu kapasitas Joe dan aturan Club ini. Dengan hanya bermodalan tampang saja seperti Joe sudah tentu akan tertolak mentah mentah begitu kakinya berus
“Tidak ada yang serius, pa,” sahut Joe sambil mengurai senyum. Kemudian, dia meletakan ponselnya di atas meja. Namun tidak lama setelah itu, pesan kedua dari pengirim tidak dikenal mengisi halaman notifikasi.Joe penasaran ingin membukanya. Tapi prof Ferguso langsung menegur,”sebaiknya kau kesampingkan dulu urusan kerjaanmu. Kita di sini untuk happy.”Dan Joe pun tersenyum. Dia sependapat dengan saran ayah angkatnya.Mereka semua bersulang minum untuk merayakan hari kebahagian ini. Nampak sekali wajah-wajah ceria penuh kesenangan terpancarkan dari semua orang yang ada di sini. Tidak terkecuali keluarga Miller yang sudah berangsur-angsur berkurang rasa bersalahnya terhadap Joe. Apalagi Joe sudah melupakannya.Tidak lama acara makan dan minum selesai, Joe meminta ijin untuk meninggalkan meja makan sejenak. Dia ingin bersantai di balkon dengan puterinya. Prof Ferguso mengijinkan.Pergilah Joe menuju tempat santai yang dari situ bisa melihat seluruh lampu yang menerangi kota ini. Sangat i
Setengah jam yang lalu pesta berakhir. Namun prof Ferguso masih belum ingin mengakhiri kerinduannya dengan Joe begitu saja. Dia mengundang Jeriko dan keluarga Miller untuk bergabung dengan pesta kecil miliknya. Ya anggap saja untuk merayakan kembalinya puteri semata wayang Joe yang hilang. Dan sekarang mereka semua sudah berada di ruangan khusus milik prof Ferguso. Mereka duduk di meja panjang dengan hidangan yang tidak kalah istimewa dengan yang di bawah tadi. Suasana sekarang tentu saja berbeda dari sebelumnya. Mereka sudah tidak bisa lagi memandang Joe sebelah mata walaupun dengan penampilannya yang buruk. Bahkan sekarang membuat wanita-wanita cantik dari keluarga Miller tidak berani menengadahkan wajahnya untuk menatap Joe secara langsung. Semua tertunduk malu atas sikap mereka selama ini terhadap Joe. Pun juga Jeriko yang mendadak bingung harus bersikap seperti apa di depan pemuda yang penah dia hina dan remehkan. Di sini dia baru sadar, kalau pantas saja Joe memiliki ilmu bel
Cerita ini bermula ketika Aland Miller mengalami masalah dengan anak perusahaan prof Ferguso yang berada di negeri Asal. Prof Ferguso begitu marah ketika ada orang yang berkeinginan untuk menikungnya dari belakang. Dan setelah diusut, nama Aland Miller keluar sebagai target utama.Aland Miller ditangkap anak buah prof Ferguso dan hampir mati disiksa. Namun di sini prof Ferguso masih punya hati dan ingin memaafkannya. Tapi tentu saja dengan syarat."Perbuatanmu sudah tidak bisa dimaafkan. Tapi, aku masih bisa mengampunimu kalau kau mau bekerja-sama denganku," kata prof Ferguso pada Aland Miller yang wajahnya sudah penuh luka dan darah dengan kedua tangan terikat menggantung juga tanpa pakaian kecuali selembar celana dalam."Apa kau mau menerima tawaranku?" tanya prof Ferguso, yang mau tidak mau dijawab iya oleh Aland Miller atau dia akan mati."Bagus." Prof Ferguso menepuk pipi Aland Miller. "Saat ini, ada putraku yang sedang mengemban tugas di negeri ini. Mungkin statusnya akan diraha
"Papa! Apa-apaan ini! Jangan mempermalukan diri kamu di depan banyak orang! Kamu tidak pantas memberi hormat sama pemuda kampung seperti dia!" Jangankan Rosita atau semua orang yang ada di sini, bahkan Joe sendiri pun bingung kenapa Aland Miller bisa seperti itu terhadap dirinya?Apa prof Ferguso sudah memberi tahu siapa aku sebenarnya? Dan tiba-tiba saja ... Plak! Aland Miller menampar istrinya dengan keras di depan banyak orang. "Kau tidak pantas berbicara kasar pada tuan Joe Hans, putra semata wayang prof Ferguso yang juga merupakan pangeran negeri Menara!" bentaknya, yang langsung membuat semua orang tercengang, sementara Rosita menahan sakit dan juga malu yang luar biasa. "Apa! Tidak mungkin!" Sontak semua orang kaget. "Mustahil! Tidak mungkin!" Salika masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan papanya. "Pa, jangan membodohi kami!" "Maafkan keluargaku prof Ferguso. Memang mereka tidak pernah tau siapa tuan Joe Hans. Karena sejak anda menugaskanku menjadi agent, aku tida
"Hei penjaga! Apa kerja kalian sampai membiarkan orang gila masuk ke acara besar seperti ini!" Seru salah seorang tamu undangan prof Ferguso, sebut saja dia Kenan. Dia baru saja berhasil meyakinkan prof Ferguso untuk menjadi donatur di perusahaannya. "Sudah gila! cepat usir dia!" ucap Matias, CEO perusahaan otomotif terbesar di negeri Menara. Dia juga baru mengajukan proposal kerja sama dengan prof Ferguso untuk mengekspand usahanya. Namun prof Ferguso masih mempertimbangkannya, kemungkinan setelah acara ini dia akan memutuskan untuk mengambil atau melepasnya. Gegas beberapa penjaga menghampiri kerumunan, mereka nanar mendapatkan pemuda dengan pakaian kusuh berada di tengah-tengah acara penting. Wajah mereka pun berubah kencang. Bahkan laki-laki ini tidak pantas untuk sekadar menjadi tukang bersih-bersih di Castile ini, pikir mereka. "Apa yang kau kerjakan sampai bisa meloloskan orang gila ini, hah!" Hardik William, kolega Ferguso, berbicara pada penjaga itu. Seketika orang jadi
"Sudah seharusnya anda mengenakan pakaian kebesaran, master Joe."Ceasar memberikan satu setel jubah terbaik yang dimiliki seorang kstria hebat di negeri Menara. Tidak sembarang orang yang bisa mengenakannya. Itu bagaikan pakaian raja yang tidak mungkin dikenakan rakyat biasa. Joe sudah menerima, namun dia belum mengenakannya. "Apa tidak berlebihan sampai aku mengenakan jubah kebesaran ini?""Justru ayah ingin mengenalkan pada semua orang yang ada di bawah sana siapa putra terbaik ayah yang pantas menggantikan posisi ayah nanti. Dan orang itu adalah kamu. Kamu lah pewaris yang tepat untuk menggantikan posisi ayah kemudian," ujar prof Ferguso. Dengan begitu, tidak ada alasan lagi untuk Joe menolaknya. Kemudian, dia mengganti baju yang kusam dengan jubah yang mewah. Sejurus kemudian, Joe sudah siap dengan penampilan barunya. Sementara itu dibawah sana Rosita dan dua putrinya sedang sibuk membantu kapten Frans untuk mencari Joe yang dianggap penyusup. Mereka sudah mencari sampai kesel
Rasanya tidak ada salahnya untuk mengikuti saran dari wanita-wanita cantik ini. Kapten Frans pun mengajak Rosita dan kedua putrinya masuk ke dalam ruangan monitoring CCTV yang dijaga langsung oleh anak buahnya. Di dalam ruangan itu ada empat petugas berseragam yang sedang serius bekerja, memperhatikan satu persatu layar monitor dari tembakan CCTV dari segala penjuru. "Silakan duduk," titah kapten Frans kepada Rosita, Salika dan Felicia. Dan kemudian dia berbicara pada salah seorang petugas pengendali monitor. "Bisa kau putarkan rekaman yang ada di lorong xx pada empat puluh lima menit yang lalu," pinta kapten Frans. Dengan sigap, petugas itu langsung mengikuti perintahnya. Dan sejurus kemudian, tayangan yang diminta Rosita sudah nampak di depan mata. Semua orang tertitik pada seorang pemuda yang sedang berjalan cepat menyusuri lorong xx sebelum bertemu dengan Salika dan Felicia. Penampilan yang hanya mengenakan kaos yang kusam menjadi perhatian kapten Frans dan yang lainnya. Saya
Kedua putri Miller secara kebetulan bertemu dengan induknya. Mereka saling pandang heran karena mendapatkan diri masing-masing sedang berada di tempat yang sama, pos utama penjaga. "Mama, sedang apa di sini?" Yang bertanya dengan wajah bingung ini adalah Salika. Tanpa sadar, dia masih memegang sebatang rokok yang nyaris habis. Begitu bola mata Rosita berputar pada benda yang dipegang putrinya, barulah Salika membuang puntung rokok itu. "Hanya sebatang. Tidak perlu diperpanjang," katanya. Beruntung ada hal lain yang mendominasi perasaan marah Rosita dibanding melihat putrinya merokok. Dan Rosita pun mengabaikannya. "Sedang apa kalian di sini?" Dia berbalik tanya pada kedua putrinya. "Baru saja kami melihat si gembel Joe dengan penampilan compang-camping masuk ke sini, ma. Aku rasa dia sudah menyusup. Aku khawatir dia akan membuat kericuhan di sini," ujar Felicia. Berkerutlah dahi Rosita saking kagetnya karena alasan dia ke tempat penjagaan utama serupa dengan kedua putrinya. "Kal
"Dasar gembel! Kau tau, negeri ini tidak pantas untuk laki-laki sampah sepertimu!" hardik Felicia. Joe yang berpisah dengan Ceasar nampaknya salah mengambil jalan. Tadinya, Joe ingin menemui prof Ferguso di tempat khusus untuk menghindari keramaian. Dan Joe mengambil arah selatan dari Castile ini untuk segera sampai ke ruangan itu. Sialnya, dia bertemu dengan dua kakak beradik yang menjadi musuhnya. Habislah Joe menjadi bulan-bulanan mereka. "Kau itu seperti hantu gentayangan, apa kau tau! Kau sengaja ingin terus mengikuti kami, hah!"Joe yang sudah malas meladeni dua wanita judes ini hanya menyeringai saja. "Aku tidak ada urusan dengan kalian," ujar Joe dingin. Dia ingin beranjak namun kerah bajunya ditarik Salika hingga robek. Sungguh, kejadian ini membuat Joe emosi. Namun justru itu menjadikan kakak beradik itu tergelak puas. "Haha! Dasar gembel! Bajumu sudah terlalu usang. Kenapa tidak kau jadikan lap lantai saja!"Dari kejauhan Joe melihat Ceasar sudah memberi arahan agar dia