Joe masih mengekor di belakang sedan hitam milik James. Tidak persis di belakangnya, khawatir Pevita menyadari kalau dia sedang diikuti. Hanya saja jarak mobil James masih jelas tertangkap oleh mata Joe.
Dan tidak lama kemudian, Joe melihat mobil James masuk ke dalam bangunan bertingkat yang tentu saja itu apartemen.
"Shit! Mau apa laki-laki itu membawa Pevita ke sini? Aku rasa ada yang tidak beres," gumam Joe, sebelum akhirnya dia pun ikut masuk ke dalam apartemen. Joe memarkirkan kendaraaanya di area parkir VVIP. Dan kemudian, Joe masuk ke dalam lobby. Tentu saja dengan berhati-hati lantaran khawatir bisa kedapatan Pevita. Dan bisa saja Pevita marah dengannya karena sudah berani mengikutinya tanpa ijin.
Sambil itu Joe sibuk dengan mencari tau siapa James sebenarnya, namun dia kesulitan lantaran tidak tau siapa nama lengkap James itu. Dia hanya tau James saja, itu pun mendengar dari mulut Pevita yang mengucapkannya sendiri tadi pada saat menja
"Boleh saya tau, anda siapanya tuan James?"Dari cara wanita yang bekerja sebagai respsionis itu menatap Joe, sepertinya dia lagi menilai Joe siapa.Di sini Joe sempat bingung. Dalam waktu yang singkat Joe harus memutar otak untuk merespon pertanyaan dari resepsionis itu agar tidak curiga.Rasanya aku tidak peduli kalau sampai Pevita marah karena aku sudah mengikutinya tanpa ijin. "Katakan saja, Joe Hans kelupaan membawa akses pada saat turun tadi," sahut Joe berusaha tenang."Baiklah, tunggu sebentar." Dan kemudian resepsionis itu mengambil telpon lalu mendial nomer yang mungkin saja langsung terhubung ke kamar James.Sementara Joe menunggu, dia terus memperhartikan resepsionis itu berbincang dengan seseorang melalui telpon dengan jarak yang tidak bisa Joe dengar.Sesekali, resepsionis itu melirik Joe."Baik tuan, sebentar petugas kami akan mengantarkan anda langsung ke kamar tuan James
Dengan wajah masam, Pevita terpaksa menerima Joe di tengah-tengah perbincangan asik dengan James. Sungguh menyebalkan, untuk apa dia kesini?"Mungkin anda ingin sesuatu? Jangan sungkan, pesan saja, biar saya yang traktir," ucap James, nadanya sedikit mengandung unsur kesombongan. Mungkin dia merasa kalau dirinya bos besar. Atau juga dia lagi berusaha mencari perhatian Pevita.Sayangnya Pevita tidak tahu kalau dirinya lagi terancam bahaya. Tapi bagaimana aku bisa mengatakan ini padanya. Aku sudah membuatnya marah, batin Joe merasa bersalah."Tidak terima kasih," balas Joe."Tidak perlu sungkan. Aku rasa anda butuh sesuatu yang menyegarkan. Atau bagaimana kalau sekedar minum saja. Mungkin, Wine bisa menyegarkan pikiran," ujar James.Karena itu Joe menyeringai. "Tidak perlu. Lagi pula aku tidak mimun alkohol," balas Joe santai.James mengangguk-angguk sambil tersenyum dengan sorot mata yang penuh arti. "Baiklah, mu
Duduk seorang diri di sofa tempat biasa, rasanya aneh tanpa Pevita di tempat ini. Joe baru saja tiba di apartemen setelah mengantar Pevita pulang ke rumahnya. Tidak habis pikir, ternyata dibalik kecantikan dan ketegarannya, namun Pevita jelek juga kalau lagi ngambek begini. Joe sampai geleng-geleng kepala menyikapi adat minus dari gadis cantik pewaris harta triliunan ini."Ada-ada saja."Rasa haus yang sudah menyerang tenggorokan membuat kaki Joe melangkah ke lemari es untuk mengambil minuman dingin. Kemudia, dia menyeruput sedikit minuman bersoda sambil berjalan kembali ke sofa."Jadi seperti itu kalau wanita sedang marah. Dia akan meminta dikembalikan pada orang tuanya. Menyebalkan!"Tanpa disadari Joe sebenarnya lagi merasakan cemburu. Benarkah? Aku cemburu dengannya? Di sini dia senyum-senyum sendiri tanpa mengerti dengan apa yang dia rasakan. Lebih tepatnya, Joe gengsi mengakui dirinya kalau sebenarnya dia sudah mulai menyukai
Joe sendiri tidak mengerti dengan apa yang dia lakukan? Seperti bukan dirinya. Dia pun tercengang dengan perbuatan konyolnya sendiri seperti ini.Joe terdiam dengan sorot mata tajam menatap satu titik. Yang bahkan untuk memandangi wajah Pevita saja sudah tidak punya keberanian rasanya.Bersamaan dengan itu, Pevita berjalan menghampiri."Sudah puas, hah, jagoan!" hardiknya sambil mendorong pundak Joe. Pevita benar-benar marah dengan laki-laki yang padahal dia sangat mengaguminya.Ternyata aku dijebak! Keparat! Dia sengaja memancingku ke sini untuk membuat ulah agar Pevita semakin benci denganku. Sungguh licik! Dan bodoh benar aku sampai bisa masuk ke dalam permainannya. Siapa orang ini? Sepertinya dia lagi merencanakan sesuatu untuk menjauhkanku dengan Pevita, gumam Joe dalam hati.Gegas Pevita menarik tangan Joe dan mengajaknya ke luar."Sebenarnya apa mau kamu! Kamu ingin membuatku malu dihadapan semua or
Esok paginya Joe sudah mengatur pola rencana untuk mengusut rencana busuk Jilly atas dirinya. Tentu saja tidak dengan kekerasan, tapi sesuatu yang akan membuat Jilly sadar dan tidak akan berani lagi untuk melakukan hal bodoh seperti ini."Apa kita sudah siap berangkat sekarang, master Joe?" seru Ceasar yang baru saja mendatanginya.Joe pun berdehem, kemudian mereka bertolak.Dan sesaat kemudian mereka sudah dalam perjalanan.Pevita benar-benar marah denganku, gumam Joe dalam hati sambil memperhatikan layar ponsel yang kosong tanpa satu notifikasi pesan pun."Itu tidak akan berlangsung lama," seru Ceasar, yang ternyata dia memperhatikan gerak-gerik Joe yang lagi galau."Apa maksudmu?" spontan Joe langsung memasukan ponselnya ke dalam saku."Non Pevi. Dia tidak akan lama bisa bertahan sendiri tanpa master Joe," sahut Ceasar begitu yakin."Kau terlalu sok tau untuk menebak apa yang aku pikir
"Master Joe, anda mau kemana?"Joe baru saja keluar dari mobil dan berjalan kaki menuju rumah Aland. Joe berpikir kalau setidaknya dia bisa memberikan selamat pada Jilly yang akhirnya bisa menikah lagi. Paling tidak, rasa benci itu Joe tepiskan sementara.Bagaimanapun juga, Jilly pernah ada di kehidupan Joe dan pernah memberi warna tersendiri.Sebenarnya nekat juga, datang ke acara pernikahan mantan istri yang di mana keluarganya sangat membenci Joe. Apalgi Joe datang dengan tangan kosong. Tentu saja Joe sudah tau apa yang terjadi di sana nanti. Tapi paling tidak, dengan begini sikap Joe sudah memberi isyarat kalau dia sudah berdamai dengan Jilly. Sekaligus, Joe ingin memastikan kalau perbuatan teror itu bukan darinya.Begitu sampai di depan gerbang rumah Jilly yang menjulang tinggi, dua orang sekurity menghadangnya."Anda siapa? Kenapa anda tidak mengenakan dress code untuk acara ini?" seru salah seorang petugas, menahan la
Dari cara pandang Aland Miller menatap Joe sedikit ada yang berbeda. Dia tidak lagi terlihat sinis atau meremehkan. Sepertinya Aland Miller sudah berubah. Tapi karena apa? Mungkinkah orang bisa berubah tanpa sebab? Padahal pertemuan antara Joe dengan papa Jilly ini berakhir sangat panas.Di sini Joe masih memperhatikan gelagat Aland Miller yang khawatir kalau semua ini hanya jebakan saja. Mungkin dia sengaja bersikap manis dengan membuat Joe melayang, lalu kemudian dia menghempaskannya dengan sangat kuat."Selamat datang di pernikahan putriku," ucap Aland Miller, yang terdengar seperti lagi menyambut tamu terhormat. Dia pun menjulurkan tangannya. Hal yang mustahil Aland Miller lakukan pada Joe sebelumnya."Jangan berlebihan. Aku kebetulan saja melewati daerah sini dan tidak sengaja melihat rumah anda begitu ramai. Begitu tau dari salah seorang tamu anda, ternyata putri anda lagi melangsungkan pernikahan," sahut Joe sambil membalas juluran tanga
Bukan karena tidak lagi menjadi pemimpin di perusahaan yang membuat dada Joe sesak seketika begitu membaca email tadi. Tapi, tidak menyangka kalau hubungannya dengan Pevita sesingkat ini. Sayang sekali, padahal Joe baru saja menyukai dia.Mungkin juga karena Joe terlalu lama menggantungnya, yang padahal Pevita sudah terang-terangan menunjukan sikap kalau dia menaruh suka pada Joe. Tapi memang wanita, kebanyakan dari mereka tidak bisa sedikit saja bersabar. Semuanya terlalu tergesa-gesa.Perubahan sikap Joe menarik perhatian Aland yang baru saja menuangkan Wine ke setengah gelasnya."Ada masalah? Bisnis?" Aland mencoba menduga-duga apa yang ada di pikiran Joe saat ini."Umm, tidak. Hanya persoalan biasa," sahut Joe, sambil memasukan kembali ponselnya ke dalam saku."Nasibmu sangat bagus. Aku tidak menyangka kau bisa secepat itu memimpin perusahaan Oilver Ultima. Itu bukan perusahaan kecil."Sayangnya, gelar itu s