Dengan wajah masam, Pevita terpaksa menerima Joe di tengah-tengah perbincangan asik dengan James. Sungguh menyebalkan, untuk apa dia kesini?
"Mungkin anda ingin sesuatu? Jangan sungkan, pesan saja, biar saya yang traktir," ucap James, nadanya sedikit mengandung unsur kesombongan. Mungkin dia merasa kalau dirinya bos besar. Atau juga dia lagi berusaha mencari perhatian Pevita.
Sayangnya Pevita tidak tahu kalau dirinya lagi terancam bahaya. Tapi bagaimana aku bisa mengatakan ini padanya. Aku sudah membuatnya marah, batin Joe merasa bersalah.
"Tidak terima kasih," balas Joe.
"Tidak perlu sungkan. Aku rasa anda butuh sesuatu yang menyegarkan. Atau bagaimana kalau sekedar minum saja. Mungkin, Wine bisa menyegarkan pikiran," ujar James.
Karena itu Joe menyeringai. "Tidak perlu. Lagi pula aku tidak mimun alkohol," balas Joe santai.
James mengangguk-angguk sambil tersenyum dengan sorot mata yang penuh arti. "Baiklah, mu
Duduk seorang diri di sofa tempat biasa, rasanya aneh tanpa Pevita di tempat ini. Joe baru saja tiba di apartemen setelah mengantar Pevita pulang ke rumahnya. Tidak habis pikir, ternyata dibalik kecantikan dan ketegarannya, namun Pevita jelek juga kalau lagi ngambek begini. Joe sampai geleng-geleng kepala menyikapi adat minus dari gadis cantik pewaris harta triliunan ini."Ada-ada saja."Rasa haus yang sudah menyerang tenggorokan membuat kaki Joe melangkah ke lemari es untuk mengambil minuman dingin. Kemudia, dia menyeruput sedikit minuman bersoda sambil berjalan kembali ke sofa."Jadi seperti itu kalau wanita sedang marah. Dia akan meminta dikembalikan pada orang tuanya. Menyebalkan!"Tanpa disadari Joe sebenarnya lagi merasakan cemburu. Benarkah? Aku cemburu dengannya? Di sini dia senyum-senyum sendiri tanpa mengerti dengan apa yang dia rasakan. Lebih tepatnya, Joe gengsi mengakui dirinya kalau sebenarnya dia sudah mulai menyukai
Joe sendiri tidak mengerti dengan apa yang dia lakukan? Seperti bukan dirinya. Dia pun tercengang dengan perbuatan konyolnya sendiri seperti ini.Joe terdiam dengan sorot mata tajam menatap satu titik. Yang bahkan untuk memandangi wajah Pevita saja sudah tidak punya keberanian rasanya.Bersamaan dengan itu, Pevita berjalan menghampiri."Sudah puas, hah, jagoan!" hardiknya sambil mendorong pundak Joe. Pevita benar-benar marah dengan laki-laki yang padahal dia sangat mengaguminya.Ternyata aku dijebak! Keparat! Dia sengaja memancingku ke sini untuk membuat ulah agar Pevita semakin benci denganku. Sungguh licik! Dan bodoh benar aku sampai bisa masuk ke dalam permainannya. Siapa orang ini? Sepertinya dia lagi merencanakan sesuatu untuk menjauhkanku dengan Pevita, gumam Joe dalam hati.Gegas Pevita menarik tangan Joe dan mengajaknya ke luar."Sebenarnya apa mau kamu! Kamu ingin membuatku malu dihadapan semua or
Esok paginya Joe sudah mengatur pola rencana untuk mengusut rencana busuk Jilly atas dirinya. Tentu saja tidak dengan kekerasan, tapi sesuatu yang akan membuat Jilly sadar dan tidak akan berani lagi untuk melakukan hal bodoh seperti ini."Apa kita sudah siap berangkat sekarang, master Joe?" seru Ceasar yang baru saja mendatanginya.Joe pun berdehem, kemudian mereka bertolak.Dan sesaat kemudian mereka sudah dalam perjalanan.Pevita benar-benar marah denganku, gumam Joe dalam hati sambil memperhatikan layar ponsel yang kosong tanpa satu notifikasi pesan pun."Itu tidak akan berlangsung lama," seru Ceasar, yang ternyata dia memperhatikan gerak-gerik Joe yang lagi galau."Apa maksudmu?" spontan Joe langsung memasukan ponselnya ke dalam saku."Non Pevi. Dia tidak akan lama bisa bertahan sendiri tanpa master Joe," sahut Ceasar begitu yakin."Kau terlalu sok tau untuk menebak apa yang aku pikir
"Master Joe, anda mau kemana?"Joe baru saja keluar dari mobil dan berjalan kaki menuju rumah Aland. Joe berpikir kalau setidaknya dia bisa memberikan selamat pada Jilly yang akhirnya bisa menikah lagi. Paling tidak, rasa benci itu Joe tepiskan sementara.Bagaimanapun juga, Jilly pernah ada di kehidupan Joe dan pernah memberi warna tersendiri.Sebenarnya nekat juga, datang ke acara pernikahan mantan istri yang di mana keluarganya sangat membenci Joe. Apalgi Joe datang dengan tangan kosong. Tentu saja Joe sudah tau apa yang terjadi di sana nanti. Tapi paling tidak, dengan begini sikap Joe sudah memberi isyarat kalau dia sudah berdamai dengan Jilly. Sekaligus, Joe ingin memastikan kalau perbuatan teror itu bukan darinya.Begitu sampai di depan gerbang rumah Jilly yang menjulang tinggi, dua orang sekurity menghadangnya."Anda siapa? Kenapa anda tidak mengenakan dress code untuk acara ini?" seru salah seorang petugas, menahan la
Dari cara pandang Aland Miller menatap Joe sedikit ada yang berbeda. Dia tidak lagi terlihat sinis atau meremehkan. Sepertinya Aland Miller sudah berubah. Tapi karena apa? Mungkinkah orang bisa berubah tanpa sebab? Padahal pertemuan antara Joe dengan papa Jilly ini berakhir sangat panas.Di sini Joe masih memperhatikan gelagat Aland Miller yang khawatir kalau semua ini hanya jebakan saja. Mungkin dia sengaja bersikap manis dengan membuat Joe melayang, lalu kemudian dia menghempaskannya dengan sangat kuat."Selamat datang di pernikahan putriku," ucap Aland Miller, yang terdengar seperti lagi menyambut tamu terhormat. Dia pun menjulurkan tangannya. Hal yang mustahil Aland Miller lakukan pada Joe sebelumnya."Jangan berlebihan. Aku kebetulan saja melewati daerah sini dan tidak sengaja melihat rumah anda begitu ramai. Begitu tau dari salah seorang tamu anda, ternyata putri anda lagi melangsungkan pernikahan," sahut Joe sambil membalas juluran tanga
Bukan karena tidak lagi menjadi pemimpin di perusahaan yang membuat dada Joe sesak seketika begitu membaca email tadi. Tapi, tidak menyangka kalau hubungannya dengan Pevita sesingkat ini. Sayang sekali, padahal Joe baru saja menyukai dia.Mungkin juga karena Joe terlalu lama menggantungnya, yang padahal Pevita sudah terang-terangan menunjukan sikap kalau dia menaruh suka pada Joe. Tapi memang wanita, kebanyakan dari mereka tidak bisa sedikit saja bersabar. Semuanya terlalu tergesa-gesa.Perubahan sikap Joe menarik perhatian Aland yang baru saja menuangkan Wine ke setengah gelasnya."Ada masalah? Bisnis?" Aland mencoba menduga-duga apa yang ada di pikiran Joe saat ini."Umm, tidak. Hanya persoalan biasa," sahut Joe, sambil memasukan kembali ponselnya ke dalam saku."Nasibmu sangat bagus. Aku tidak menyangka kau bisa secepat itu memimpin perusahaan Oilver Ultima. Itu bukan perusahaan kecil."Sayangnya, gelar itu s
"What's going on? Nampaknya master Joe terlihat linglung?" tanya Ceasar. Dia penasaran dengan isi kepala Joe yang membuat atasannya ini tiba-tiba hilang gairah. "Let me guess, pasti mereka habis-habisan menghina anda, bukan?"Langsung saja Joe menggeleng singkat. "Justru tadi aku disambut ramah oleh Aland," bantah Joe."Oh ya? Benarkah?" Ceasar sendiri sampai tidak percaya mendengarnya."Itu yang membuatku bingung. Bagaimana bisa dia tiba-tiba baik denganku? Aku seperti bukan melihat Aland Miller."Sama seperti Joe, Ceasar pun ikut bingung. Dia tahu betul bagaimana bencinya pria paruh baya itu terhadap Joe."Sebaiknya master hati-hati, mungkin saja ini bagian dari rencananya.""Aku pun berpikiran demikian. Tapi apa? Dan saat yang bersamaan tadi aku mendapatkan email dari Jeriko. Dia memecatku."Ceasar seperti tidak kaget mendengarnya. Ini mungkin saja terjadi lantaran Joe sudah tidak lagi bersama Pevita. Sementara ya
"Kau parkir mobil lalu susuli aku ke dalam." Baru saja Joe memberi perintah pada Ceasar begitu mereka sampai di pelataran lobby mall sebelum dia keluar mobil. Jalan Joe begitu tergesa. Dia tidak mau kehilangan momen penting ini. Namun tepat di pintu lobby, seorang mahasiswa yang lagi asik minum kopi sambil berjalan tidak sengaja menabrak Joe. Jadinya baju Joe basah terkena minuman itu. "Maaf tuan, aku tidak sengaja," ucap orang itu menyesali. Dia nampak ketakutan mendapatkan Joe yang mengerang rahang. "Oh shit!" keluh Joe, sambil membersihkan bajunya dari bercak air. Hanya saja warna kopi dari minuman itu tidak bisa hilang, alhasil sebagian baju Joe bernoda. "Aku bersedia menggantikan pakaian tuan," kata pemuda itu. Karena lagi terburu-buru, Joe pun tidak menghiraukan masalah sepele ini. Dan tanpa memperpanjang lagi urusan dengan anak muda ini, Joe langsung masuk ke dalam mall. Sambil itu, dia masih berusa
“Tidak ada yang serius, pa,” sahut Joe sambil mengurai senyum. Kemudian, dia meletakan ponselnya di atas meja. Namun tidak lama setelah itu, pesan kedua dari pengirim tidak dikenal mengisi halaman notifikasi.Joe penasaran ingin membukanya. Tapi prof Ferguso langsung menegur,”sebaiknya kau kesampingkan dulu urusan kerjaanmu. Kita di sini untuk happy.”Dan Joe pun tersenyum. Dia sependapat dengan saran ayah angkatnya.Mereka semua bersulang minum untuk merayakan hari kebahagian ini. Nampak sekali wajah-wajah ceria penuh kesenangan terpancarkan dari semua orang yang ada di sini. Tidak terkecuali keluarga Miller yang sudah berangsur-angsur berkurang rasa bersalahnya terhadap Joe. Apalagi Joe sudah melupakannya.Tidak lama acara makan dan minum selesai, Joe meminta ijin untuk meninggalkan meja makan sejenak. Dia ingin bersantai di balkon dengan puterinya. Prof Ferguso mengijinkan.Pergilah Joe menuju tempat santai yang dari situ bisa melihat seluruh lampu yang menerangi kota ini. Sangat i
Setengah jam yang lalu pesta berakhir. Namun prof Ferguso masih belum ingin mengakhiri kerinduannya dengan Joe begitu saja. Dia mengundang Jeriko dan keluarga Miller untuk bergabung dengan pesta kecil miliknya. Ya anggap saja untuk merayakan kembalinya puteri semata wayang Joe yang hilang. Dan sekarang mereka semua sudah berada di ruangan khusus milik prof Ferguso. Mereka duduk di meja panjang dengan hidangan yang tidak kalah istimewa dengan yang di bawah tadi. Suasana sekarang tentu saja berbeda dari sebelumnya. Mereka sudah tidak bisa lagi memandang Joe sebelah mata walaupun dengan penampilannya yang buruk. Bahkan sekarang membuat wanita-wanita cantik dari keluarga Miller tidak berani menengadahkan wajahnya untuk menatap Joe secara langsung. Semua tertunduk malu atas sikap mereka selama ini terhadap Joe. Pun juga Jeriko yang mendadak bingung harus bersikap seperti apa di depan pemuda yang penah dia hina dan remehkan. Di sini dia baru sadar, kalau pantas saja Joe memiliki ilmu bel
Cerita ini bermula ketika Aland Miller mengalami masalah dengan anak perusahaan prof Ferguso yang berada di negeri Asal. Prof Ferguso begitu marah ketika ada orang yang berkeinginan untuk menikungnya dari belakang. Dan setelah diusut, nama Aland Miller keluar sebagai target utama.Aland Miller ditangkap anak buah prof Ferguso dan hampir mati disiksa. Namun di sini prof Ferguso masih punya hati dan ingin memaafkannya. Tapi tentu saja dengan syarat."Perbuatanmu sudah tidak bisa dimaafkan. Tapi, aku masih bisa mengampunimu kalau kau mau bekerja-sama denganku," kata prof Ferguso pada Aland Miller yang wajahnya sudah penuh luka dan darah dengan kedua tangan terikat menggantung juga tanpa pakaian kecuali selembar celana dalam."Apa kau mau menerima tawaranku?" tanya prof Ferguso, yang mau tidak mau dijawab iya oleh Aland Miller atau dia akan mati."Bagus." Prof Ferguso menepuk pipi Aland Miller. "Saat ini, ada putraku yang sedang mengemban tugas di negeri ini. Mungkin statusnya akan diraha
"Papa! Apa-apaan ini! Jangan mempermalukan diri kamu di depan banyak orang! Kamu tidak pantas memberi hormat sama pemuda kampung seperti dia!" Jangankan Rosita atau semua orang yang ada di sini, bahkan Joe sendiri pun bingung kenapa Aland Miller bisa seperti itu terhadap dirinya?Apa prof Ferguso sudah memberi tahu siapa aku sebenarnya? Dan tiba-tiba saja ... Plak! Aland Miller menampar istrinya dengan keras di depan banyak orang. "Kau tidak pantas berbicara kasar pada tuan Joe Hans, putra semata wayang prof Ferguso yang juga merupakan pangeran negeri Menara!" bentaknya, yang langsung membuat semua orang tercengang, sementara Rosita menahan sakit dan juga malu yang luar biasa. "Apa! Tidak mungkin!" Sontak semua orang kaget. "Mustahil! Tidak mungkin!" Salika masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan papanya. "Pa, jangan membodohi kami!" "Maafkan keluargaku prof Ferguso. Memang mereka tidak pernah tau siapa tuan Joe Hans. Karena sejak anda menugaskanku menjadi agent, aku tida
"Hei penjaga! Apa kerja kalian sampai membiarkan orang gila masuk ke acara besar seperti ini!" Seru salah seorang tamu undangan prof Ferguso, sebut saja dia Kenan. Dia baru saja berhasil meyakinkan prof Ferguso untuk menjadi donatur di perusahaannya. "Sudah gila! cepat usir dia!" ucap Matias, CEO perusahaan otomotif terbesar di negeri Menara. Dia juga baru mengajukan proposal kerja sama dengan prof Ferguso untuk mengekspand usahanya. Namun prof Ferguso masih mempertimbangkannya, kemungkinan setelah acara ini dia akan memutuskan untuk mengambil atau melepasnya. Gegas beberapa penjaga menghampiri kerumunan, mereka nanar mendapatkan pemuda dengan pakaian kusuh berada di tengah-tengah acara penting. Wajah mereka pun berubah kencang. Bahkan laki-laki ini tidak pantas untuk sekadar menjadi tukang bersih-bersih di Castile ini, pikir mereka. "Apa yang kau kerjakan sampai bisa meloloskan orang gila ini, hah!" Hardik William, kolega Ferguso, berbicara pada penjaga itu. Seketika orang jadi
"Sudah seharusnya anda mengenakan pakaian kebesaran, master Joe."Ceasar memberikan satu setel jubah terbaik yang dimiliki seorang kstria hebat di negeri Menara. Tidak sembarang orang yang bisa mengenakannya. Itu bagaikan pakaian raja yang tidak mungkin dikenakan rakyat biasa. Joe sudah menerima, namun dia belum mengenakannya. "Apa tidak berlebihan sampai aku mengenakan jubah kebesaran ini?""Justru ayah ingin mengenalkan pada semua orang yang ada di bawah sana siapa putra terbaik ayah yang pantas menggantikan posisi ayah nanti. Dan orang itu adalah kamu. Kamu lah pewaris yang tepat untuk menggantikan posisi ayah kemudian," ujar prof Ferguso. Dengan begitu, tidak ada alasan lagi untuk Joe menolaknya. Kemudian, dia mengganti baju yang kusam dengan jubah yang mewah. Sejurus kemudian, Joe sudah siap dengan penampilan barunya. Sementara itu dibawah sana Rosita dan dua putrinya sedang sibuk membantu kapten Frans untuk mencari Joe yang dianggap penyusup. Mereka sudah mencari sampai kesel
Rasanya tidak ada salahnya untuk mengikuti saran dari wanita-wanita cantik ini. Kapten Frans pun mengajak Rosita dan kedua putrinya masuk ke dalam ruangan monitoring CCTV yang dijaga langsung oleh anak buahnya. Di dalam ruangan itu ada empat petugas berseragam yang sedang serius bekerja, memperhatikan satu persatu layar monitor dari tembakan CCTV dari segala penjuru. "Silakan duduk," titah kapten Frans kepada Rosita, Salika dan Felicia. Dan kemudian dia berbicara pada salah seorang petugas pengendali monitor. "Bisa kau putarkan rekaman yang ada di lorong xx pada empat puluh lima menit yang lalu," pinta kapten Frans. Dengan sigap, petugas itu langsung mengikuti perintahnya. Dan sejurus kemudian, tayangan yang diminta Rosita sudah nampak di depan mata. Semua orang tertitik pada seorang pemuda yang sedang berjalan cepat menyusuri lorong xx sebelum bertemu dengan Salika dan Felicia. Penampilan yang hanya mengenakan kaos yang kusam menjadi perhatian kapten Frans dan yang lainnya. Saya
Kedua putri Miller secara kebetulan bertemu dengan induknya. Mereka saling pandang heran karena mendapatkan diri masing-masing sedang berada di tempat yang sama, pos utama penjaga. "Mama, sedang apa di sini?" Yang bertanya dengan wajah bingung ini adalah Salika. Tanpa sadar, dia masih memegang sebatang rokok yang nyaris habis. Begitu bola mata Rosita berputar pada benda yang dipegang putrinya, barulah Salika membuang puntung rokok itu. "Hanya sebatang. Tidak perlu diperpanjang," katanya. Beruntung ada hal lain yang mendominasi perasaan marah Rosita dibanding melihat putrinya merokok. Dan Rosita pun mengabaikannya. "Sedang apa kalian di sini?" Dia berbalik tanya pada kedua putrinya. "Baru saja kami melihat si gembel Joe dengan penampilan compang-camping masuk ke sini, ma. Aku rasa dia sudah menyusup. Aku khawatir dia akan membuat kericuhan di sini," ujar Felicia. Berkerutlah dahi Rosita saking kagetnya karena alasan dia ke tempat penjagaan utama serupa dengan kedua putrinya. "Kal
"Dasar gembel! Kau tau, negeri ini tidak pantas untuk laki-laki sampah sepertimu!" hardik Felicia. Joe yang berpisah dengan Ceasar nampaknya salah mengambil jalan. Tadinya, Joe ingin menemui prof Ferguso di tempat khusus untuk menghindari keramaian. Dan Joe mengambil arah selatan dari Castile ini untuk segera sampai ke ruangan itu. Sialnya, dia bertemu dengan dua kakak beradik yang menjadi musuhnya. Habislah Joe menjadi bulan-bulanan mereka. "Kau itu seperti hantu gentayangan, apa kau tau! Kau sengaja ingin terus mengikuti kami, hah!"Joe yang sudah malas meladeni dua wanita judes ini hanya menyeringai saja. "Aku tidak ada urusan dengan kalian," ujar Joe dingin. Dia ingin beranjak namun kerah bajunya ditarik Salika hingga robek. Sungguh, kejadian ini membuat Joe emosi. Namun justru itu menjadikan kakak beradik itu tergelak puas. "Haha! Dasar gembel! Bajumu sudah terlalu usang. Kenapa tidak kau jadikan lap lantai saja!"Dari kejauhan Joe melihat Ceasar sudah memberi arahan agar dia