"Terserah kamu Laurice. Karena aku akan pergi dengan Heidi. Apa kamu mau ikut juga?"
Dadanya bergemuruh serasa ingin meledak. Dengan langkah santai William melenggang meninggalkan Laurice yang masih berdiri terpaku. Tak terima atas pelakuannya. Dia mengikuti langkah William, dan menarik lengannya.
"Aku akan ikut kamu!"
"Apa kamu juga akan ikut saat kami berdua berpesta?" William menoleh sesaat, lalu pergi meninggalkan Laurice yang tercengang.
"Apa maksud kamu berpesta William?" Laurice terus mengejarnya langkah lebar William, yang terus meninggalkan dirinya. "William! Tunggu aku!" Namun lelaki tampan penuh keangkuhan itu, hanya mengangkat sebelah tangan ke atas. Seraya melambaikan tangan pada seorang wanita, yang tak lain Heidi.
Deru napas Laurice memuru dengan penuh amarah.
"Keterlaluan kamu William! Tega sekali kamu meninggalkan aku begitu saja, dan pergi dengan wanita konyol itu? Yang benar saja William!" gerutu Laurice tak henti.
"Apa menurutmu Bibi orang yang bodoh? Kamu tak akan bisa mengelak lagi, Laurice. Bahkan sekarang saja dia pergi meninggalkan kamu, demi kerabat Barnes, si Heidi Asher. Benar 'kan?"Wanita cantik berambut merah, benar-benar dibuat tertegun oleh semua penjelasan dan ucapan sang bibi.'Bagaimana bisa Bibi tahu semua? Apa dia juga berada dalam pesta itu? Atau--'Laurice menatap tajam sang Bibi, yang terus memandang padanya."Pasti Bibi punya mata-mata! Iya 'kan?"Magdalena kembali terkekeh lirih. Seolah mengejek pada keponakannya."Apa kamu pikir Bibi di rumah seperti ini, tidak akan tahu apa-apa? Kalau pemikiran kamu seperti itu. Kamu salah besar!""Jadi, memang Bibi mematai saya? Ada orang yang disuruh oleh Bibi?" cecar Laurice pada Magdalena."Kamu pikir, dirimu ini berhadapan dengan seorang lelaki yang gentleman? Seorang lelaki yang bertanggung jawab dan mencintai keluarganya? Kalau itu anggapan kamu, untuk kesekian ka
"Bagaimana dengan hartaku?"Keduanya terdiam. Saling beradu pandang. Tampak Laurice sedang berpikir keras soal ini."Kamu lepaskan, atau kamu ikuti. Tapi, kamu harus siap untuk terluka kesekian kalinya. Seperti pada Jill! Paham Lau?""Karena Jill terlalu lemah, Bi. Dia tak bisa berbuat apa pun, karena Jill memilih diam. Kalau aku tidak!""Memangnya apa yang bisa kamu perbuat?" Tantang Magdalena pada keponakannya.Laurice terkesiap, oleh pertanyaan dari sang bibi. Dia hanya bisa diam terpaku."Kamu tak bisa menjawabnya?""Yang jelas aku akan mengancam William, untuk segera mengembalikan semua aset aku, Bi. Puas?""Baguslah! Sekarang kamu sebaiknya tidur. Sudah larut malam."***Di keremangan malam, terdengar suara dua insan yang saling melampiaskan gelora hasrat. Saling mendesah, sesekali jeritan kecil yang erotis menggugah kelelakian William.Tampak William yang tengah duduk bersandar. Terus menatap w
Di rumah sakit, tampak Sherley sangat panik dan cemas. Dia berjalan mondar mandir. Dari kejauhan terlihat keluarga Holmes berlari kecil ke arahnya."Apa yang terjadi Nona Sherley?" tanya Tuan Holmes.Sherley masih terlihat syok dan gugup. Dia tidak dapat berdiri dengan tenang. Kedua kakinya berjalan hilir mudik. Sampai nyonya Holmes menangkap lengannya."Cobalah kamu tenang dulu Nona Sherley. Biar kami bisa bicara sama kamu!" tegas wanita tua itu. Dia terus menatap tajam pada Sherley yang gelisah bercampur rasa takut.Tuan Holmes memberi isyarat pada istrinya untuk mengajaknya duduk di sebuah kursi tunggu."Duduklah dulu, Nona!"Belum sampai Sherley menceritakan semua. Seorang wanita cantik umur sekitar 50 tahun datang dan langsung menarik lengan Sherley hingga terjatuh dari kursi."Aaaarghh!" teriak Sherley kesakitan.Tampaknya wanita itu tak peduli dengan erangan Sherley."Kamu apakan anakku?""Agnes!" sentak Tu
"Darriel ... Darriel!" teriak Agnes kencang. Suaranya menggema memenuhi seisi ruangan. "Kenapa dia diam saja Sus? Kenapa?!"Agnes berlari menuju seorang dokter yang berdiri tak jauh dari ranjang Darriel."Dok! Kenapa anak saya ini, kok diam saja? Jawab Dok!" teriak Agnes, terus mengguncang tubuh Darriel yang dingin membeku."Dia terlalu banyak kehabisan darah. Semisal waktu itu dia cepat dibawa kemari, mungkin masih bisa tertolong.""Dasar wanita itu biang semuanya. Dia biang kerok semua atas kematian Darriel!"Tak memperdulikan Tuan Holmes yang mencegah dirinya. Tetap saja Agnes mengindahkannya. Dia berjalan cepat menuju ruang tunggu. Melihat kedatangan Agnes. Sherley langsung berdiri."Bagaimana dengan Darriel, Nyonya?"Plaaakkk!Tangan Agnes menampar dengan sangat keras. Sampai membuat Sherley terhuyung ke belakang."Nyonya!" sentak Sherley yang terperanjat. Manakala melihat serangan dari Agnes yang tiba-tiba.
Sekali lagi Sherley mengangguk pelan. Tak ada banyak kata yang terlontar dari bibir Sherley. Selama perjalanan, dia lebih memilih diam. Walau dia pun tahu, lelaki yang duduk di depannya, sedang menatap lurus dan tegas pada dirinya."Anda terlihat sangat tegang sekali, Nona? Apa ada yang salah?""Entahlah, Tuan Abel. Saya jadi berpikir, kenapa saya seolah jadi tersangka dalam kasus ini? Padahal saya juga tidak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi.""Anda jangan tegang dulu Nona. Dalam sebuah kasus kejahatan seperti ini. Mnegorek keterangan dari saksi adalah hal yang biasa. Termasuk sekarang ini. Anda masih menjadi saksi dalam kasus Tuan Darriel.""Masih saksi?" tanya Sherley tersungging. "Saya sudah bosan menjelaskan pada semua orang tentang kejadian sore di rumah peristirahatan keluarga Holmes.""Anda tidak boleh bosan, Nona Sherley. Karena kasus ini bisa saja berkembang.""Saya pasrah saja. Karena memang saya tidak melakukan hal untuk mel
"Saya malah baru tahu dari anda Tuan Abel. Bagaimana ceritanya hal itu?" Sengaja Sherley melemparkan pertanyaan sebaliknya. Dia tak ingin mengungkap kasus yang terjadi pada Aston dan Beatrix. Dalam pikiran Sherley saat ini, dia hanya ingin segera terlepas dari kasus yang saat ini tengah menjeratnya."Apakah kalian tidak pernah saling berbagi cerita?"Sambil menyuapkan makanannya, Sherley menggeleng. Dia tahu apa yang tengah dilakukan lelaki yang ada di hadapannya ini. Sepertinya Abel sedang mencari tahu semua informasi tentang yang berhubungan dengan Kastil."Kenapa Tuan Abel begitu yakin kalau mereka ada hubungan? Setahu saya wanita di kastil tak ada yang berani menjalin hubungan dengan lelaki lain. Karena William pasti akan marah.""Marah?"Sesaat Sherley tersadar atas kalimat yang baru saja dia lontarkan. Memancing Abel untuk semakin menggali informasi tentang kastil. Bagaimana pun yang dipikirkan Sherley saat ini bukanlah William, akan tetapi J
'Aku harus berhati-hati bicara dengan orang ini. Dia sangat lihai mengutak ati pembicaraan. Salah sedikit saja, dia bisa mengolah menjadi sebuah informasi yang bisa membuat kastil dalam bahaya,' bisik Sherley dalam hati. 'Atau mungkin dia memang sudah mencurigai William?'"Anda sepertinya sangat tertantang mendalami kasus ini Tuan. Cuman, dalam kasus saya, adalah penembakan Tuan Darriel Holmes. Bukan tentang William. Benar 'kan?""Hemmm, ya untuk saat ini. Kita lihat saja nanti Nona Sherley.""Apa anda ingin mengatakan kalau kasus ini akan menjadi panjang?""Bisa iya dan juga bisa tidak."Kali ini Sherley menatap tajam lelaki yang duduk di depannya. Tak sedikit pun dia mengedipkan mata. Sorot mata yang tajam terus mengamati gesture tubuh Abel.Lelaki itu mengulum senyum. Dia sangat tahu bila Sherley tengah mengamati dirinya."Anda sedang kagum pada saya, atau sedang dalam rasa curiga?""Ternyata Tuan Abel ini
"Kalau anda mau. Silakan menginap di rumah saya untuk malam ini." "Anda menawari saya?" "Siapa lagi Nona?" Cukup lama Sherley menimbang tawaran Abel. Apalagi malam semakin larut. "Kenapa Nona, seperti ragu? Jangan bilang takut kalau aku akan memakan atau menggigit kamu!" Spontan Sherley terkikik lucu. Seorang lelaki yang bertampang serius, dengan tatap mata bagai elang penuh misterius. Membuat Sherley tersanjung dengan tawarannya. "Rumahku cukup dekat dari sini. Dengan berjalan kaki saja sudah sampai. Bagaimana?" Tak ada pilihan bagi Sherley. Akhirnya dia menerima tawaran Abel untuk menginap di rumahnya. "Apa anda sudah selesai dengan penyelidikan tentang penembakan Darriel?" "Sambil jalan, biar saya bisa lebih sering bertemu dengan anda NOna." Sherley menunduk dengan seulas senyum. Kembali kata-kata Abel membuat dirinya tersipu. "Boleh kita bicara lebih akrab lagi? Tanpa
"Memangnya apa yang bisa aku lakukan?""Kamu ikuti prosedur mereka. Kami ingin tahu sampai sejauh mana William terjerat. Kasus ini saksinya hanya kamu, Sherley!""Tapi, aku tak melihat penembaknya. Bahkan sosok posturnya aku mulai sedikit lupa."Sampai Sherley teringat pada seseorang, si pemberi surat dari Angle White."Aku baru ingat!""Apa?" Jill meanatap tajam."Aku jadi ingat sama sosok si pengantar surat. Menurut aku perawakannya mirip penembak itu, cuman aku masih ragu.""Kamu jangan asal menebak, Sherley. Akan sangat berbahaya buat kamu. Sebaiknya kita fokus pada William."Sherley tertegun sejenak.'Kenapa Jill mengalihkan pembicaraan ini? Apa dia sudah punya rencana lain?"Buru-buru Sherley mendekati dan menarik lengannya sedikit menjauh dari Laurice dan Beatrix."Ada apa Jill?""Maksud kamu?""Apa yang kamu sembunyikan dari aku? Aku sangat tahu kamu, pasti kamu sedang mere
Tiba-tiba .... "Tidak salah sama sekali!" sahut Beatrix yang sudah berdiri di ambang pintu. Mmebuat mereka bertiga tersentak. "Kamu ... menguping?" sentak Jill geram. Dengan tenang dan santai, Beatrix menutup pintu kamar. "Tenanglah, Jill. Kalau dalam hal ini, aku sepakat denganmu. Kapan niat itu akan kamu lakukan?" Jill masih terlihat tegang dengan kedatangan Beatrix, hal yang tidak dia duga sebelumnya. "Percayalah sama aku. Tidak mungkin aku akan bocorkan perihal ini. Karena semenjak kejadian menyakitkan itu, aku membencinya." Sepertinya Jill bisa mempercayai Beatrix. "Baiklah kalau begitu. Kita akan menunggu apa yang akan dilakukan Lady Rose. Apa benar dia mampu membuat William benar-benar mengusir kita dari sini." "Dan pastinya menceraikan kamu, Jill," sahut Laurice. "Kalau itu sampai terjadi, kita akan keluar tanpa apa pun. Ingat juga, keluarga Lady rose suaranya masih didengar pihak kerajaan,
"Mungkin, ada baiknya kamu ikuti saran dari surat itu. Siapa tahu Abel benar-benar mencintai kamu?"Sherley hanya tersenyum masam."Entahlah? Aku pun tidak bernapsu untuk mendapat cinta dari siapa pun.""Termasuk William? Tampaknya kamu telah tergoda padanya.""Dia terlalu banyak memiliki wanita. Sulit untuk bisa setia. Aku tak mau dan tak ingin hidup seperti kamu, Jill. Menderita!"Jill Anne hanya menyeringai dengan mengangkat sudut bibirnya."Itu William sudah menemui mereka. Aku hanya ingin kamu segera bebas dari permasalahan ini."Dari arah atas, terdengar suara Laurice memanggil mereka."Jill!"Kedua wanita menghentikan langkah, dan melihat pada Laurice yang berlari kecil mendekat."Ada apa ini?""William ada tamu dari para penyidik mengenai kasus penembakan Darriel.""Apa?! Ta-tapi tidak mungkin 'kan William melakukannya?""Semoga speerti itu, Lau. Kenapa? Kamu speertinya sangat ke
"Masih menduga?""Iya, karena belum terbukti apa pun. Mereka sama sekali tidak memiliki bukti tentang keterlibatan kamu.""Aku memang tidak melakukannya, Sherley!" tegas William.Jill Anne yang mendengar percakapan mereka menghampiri."Kalau aku boleh saran padamu. Sebaiknya kamu kasih ijin pada mereka, karena memang kamu bukan pelakunya. Jika kamu mempersulit, pasti mereka merasa benar atas dugaan selama ini."Sejenak William memikirkan perkataan Jill, tanpa berpikir panjang lagi. Sherley melirik padanya. Seolah mempertanyakan, saran Jill Anne yang bisa semakin menjebak William."Baiklah kalau begitu saran kamu, Jill. Aku yakin kamu masih peduli padaku.""William, tunggu!" Lady Rose mendekat. "Saran Jill itu gila! Buat apa kamu mengikuti mereka. Kamu 'kan punya kuasa.""Ahhh ... para bangsawan itu, mana ada yang peduli denganku, Rose. Mereka hanya memandang Jill Anne, yang pintar dan berduit, dari pada diriku!"
Sepertinya William sudah tidak sabar menghadapi Sherley, yang menurutnya terus mengelak. Tangan kanan bergerak mencengkram lengan kiri Sherley kuat-kuat. Sampai membuatnya tersentak, karena sakit. "William!" sentak Jill Anne. "Tidak perlu kamu kasar begitu padanya!" "Wowww, kalian juga saling membela seperti ini? Ini hal yang sangat menarik, Jill," celetuk Lady Rose dengan senyum yang masam. Dalam waktu bersamaan, Jill Anne mendekati wanita itu. Dia mendorong kuat tubuhnya sampai hampir terjungkal. "Sekali lagi kamu ikut campur urusan kami, aku bungkam sendiri mulut kamu!" bentak Jill. Namun, ancaman itu semakin membuat Lady Rose tertawa. "Silakan kalau berani kau Jill Anne!" Sudut bibirnya menyungging, seakan mengajak Jill Anne untuk terus melanjutkan pertengkaran di antara mereka. Kesal dengan sikap Lady Rose, yang semakin mengejek. Tak segan Jill Anne menerjang tubuhnya, hingga kedua wanita bangsawan itu terhempas ke lantai.
Tiba-tiba,"Jill ... Jill!"Sontak Ester dan Jill berbalik dan memperhatikan sosok Sherley yang tersengal-sengal."Apa ... ada kejadian baru?""A-ada Nyonya. Sekarang juga Tuan William sedang menunggu Nyonya Sherley." Tampak Ester benar-benar khawatir."Kenapa dia mencari aku?" Sherley terlihat tegang."Hemmm ... kamu harus berhati-hati, Sherley. Aku takut kalau William mencurigai kamu soal ini.""Baik, Jill. Ester, di mana William menunggu aku?""Di lantai bawah, Nyonya.""Baik aku akan ke sana juga."Bergegas Sherley menuruni beberapa anak tangga. Dia tak ingin sampai William tahu ini adalah perbuatan dirinya. Melihat keaaan yang smekain runyam, Jill pun mengekori Sherley."Sherley, tunggu!"Wanita itu hanya menoleh dan meneruskan langkahnya."Ada apa, Jill?""Berhati-hatilah, William saat ini sedang didukung oleh Lady Rose. Dia sangat berbahaya, dan mampu membalikkan keadaan de
"Maksudnya?""Dia ingin memeriksa seluruh isi kamar. Dalam isi surat ini juga dijelaskan kalau aku menyimpan bukti untuk kasus pembunuhan.""Pembunuhan?" Kedua matanya melotot, seolah tidak percaya dengan apa yang terjadi. "Kamu ... bicara serius?""Iya, Rose. Dalam surat ini sangat jelas mengetakannya.""Ta-tapi, William?" Rose manatap tajam pada lelaki tampan itu. "Bagaimana bisa mereka ingin mencari barang bukti di dalam kamar kamu? Pasti ada seseorang yang memang sengaja menjebak kamu, William.""Kita akan lihat nanti, Rose."William terlihat tenang."Ester!" teriak William kencang.Wanita berkulit hitam, berlari mendekat."Iya, Tuan. Ada apa?""Di mana Sherley?""Nyonya Sherley, sepertinya masih tidur di kamar.""Panggil dan suruh kemari, cepat!""Ba-baik, Tuan."Bergegas Ester keluar kamar, dan menuju lantai dua. Dia berjalan cepat menapaki beberapa anak tangga. Sampai
"Baiklah, apa kamu akan langsung pulang?""Iya, setelah ini Abel. Bolehkah?" Lelaki itu hanya manggut-manggut.Selesai menemani Abel makan, Sherley pun berpamitan hendak pulang."Terima kasih atas semua bantuan kamu. Kuharap kamu bisa membantu aku terbebas dari ini semua.""Iya, Cantik. Aku akan upayakan semuanya.""OKe, aku pulang ke kastil. Aku tidak mau ada dugaan dari William, kalau aku yang melakukan pelaporan semua ini." Abel hanya manggut-manggut.Sheerley pun segera naik kereta yang telah menjemput dirinya. Tangannya melambai pada Abel dengan senyum lebar mengarah padanya."Tolong kamu percepat keretanya!""Baik, Nyonya."Tapak kuda mulai berlari kencang. Sherley berharap bahwa kedatangannya tidak membuat curiga William dan juga yang lain._Kastil Lily Edward_Salah seorang pelayan menyampaikan pada Ester jika ada seorang tamu."Tamu dari mana?""Ini suratnya, Ester."
"Berarti semua aman 'kan?""I-iya, aman semuanya."Abel menghempaskan tubuhnya di sebelah Sherley."Mereka baru saja berangkat ke kastil. Kita lihat nanti hasilnya bagaimana.""Apa ... menurut kamu semua ini akan lancar? Jujur, aku takut Abel."Lelaki kharismatik itu, menyudutkan pandangannya hingga membuat matanya menyipit."Kamu takut apa?""Pastinya kamu tahu, siapa seorang William ini?""Hemmmm, karena itu saja?""Iya, karena hal ini saja sudah membuat kepalaku pusing. Aku tinggal satu atap dengannya, dia yang memberikan penghidupan buat aku. Andai dirimu menjadi aku bagaimana?""Aku mengerti yang kamu rasakan ini, Sherley. Kalau memang kamu bukan seperti yang dituduhkan, kurasa kamu tenang saja. Tidak perlu mengkhawatirkan tentang William.""Apa, menurut kamu tahu bahwa aku yang memberikan bukti-bukti itu?"Abel Griffin menghela napas panjang."Iya! Kurasa cepat atau lambat pasti akan men