Setelah berkendara beberapa jam, akhirnya Gibran sampai di lokasi tujuan saat waktu shubuh hampir tiba.
Gibran menoleh ke samping di mana Mirella sedang terlelap begitu pulasnya.
Meski wajah Mirella kotor dan tanpa make up, namun dia tetap terlihat cantik.
Kedatangan Gibran di sambut oleh Mang Ujang, tukang kebun yang bekerja mengurus Villa keluarganya.
"Tolong bawakan tas saya ke kamar ya, Mang," perintah Gibran seraya memberikan tas ransel miliknya yang berisi beberapa potong pakaian milik Gibran.
Mang Ujang pun menuruti perintah majikannya.
Gibran turun dari mobil dan menghampiri Mirella yang masih tertidur.
"Mi, Mimi? Bangun, Mi. Kita sudah sampai," ucap Gibran sambil mengguncang lembut bahu Mirella.
Setelah menunggu beberapa detik, Mirella tak juga merespons.
"Mimi, bangun Mi," ulang Gibran yang kali ini mengelus pipi
Mendekati masa peralihan musim, suhu udara di Lembang bisa mencapai 13 derajat celcius akhir-akhir ini.Terlebih saat malam hari tiba maka cuaca akan terasa sangat dingin.Tak ada bedanya dengan pagi ini.Bahkan awan mendung sudah menggelayut di langit sejak kedatangan Gibran dan Mirella ke tempat itu malam tadi.Pagi ini tak ada cahaya matahari yang menyinari kota Bandung, yang ada hanya kabut tebal dan awan hitam yang bergulung-gulung di langit.Gibran semakin merapatkan selimutnya.Diliriknya sekilas ke arah seseorang yang masih tertidur pulas di sampingnya.Perlahan, Gibran merubah posisi tidurnya menyamping, menghadap Mirella hingga posisi mereka jadi berhadapan.Wajah Mirella yang begitu dekat membuat Gibran leluasa menatapnya.Lelaki itu tak menyangka jika Miminya bisa menjelma menjadi seorang wanita cantik seperti
"Apa tawaranmu untuk menikah denganku dahulu masih berlaku? Aku sudah cantik sekarang. Aku tidak perduli dengan semua kekurangan yang kamu miliki. Yang aku tahu, aku mencintaimu... Sejak dulu..."Gibran sempat tertegun beberapa saat sampai akhirnya lelaki itu berkata, "kalau memang kamu mencintaiku, kenapa kamu terus menghindariku kemarin-kemarin?" balas Gibran cepat.Kali ini gantian Mirella yang terdiam."Jawab Mimi!" ucap Gibran tidak sabaran.Kepala Mirella yang tadinya tertunduk perlahan mendongak, menatap lurus bola mata Gibran."Sejak berita mengenai pernikahanmu dengan Gaby tersiar di berbagai media massa dan aku mengetahuinya, aku sadar, detik itu juga semua harapanku pupus. Hancur berkeping-keping. Lagi pula, siapa aku ini? Aku hanya seorang wanita hina yang kotor. Tidak seharusnya aku bermimpi terlalu tinggi,"
Lenguhan panjang terdengar saling bersahutan tatkala kedua insan manusia yang saling bertindihan di atas ranjang itu sama-sama mencapai pelepasannya.Sorot terang cahaya lampu kamar memantulkan sinar dari tubuh mereka yang berkeringat.Gibran mendekap tubuh Mirella semakin kuat seiring dengan siksaan kenikmatan yang menguasai dirinya. Miliknya sudah semakin dalam terbenam di bawah sana menghadirkan sensasi kenikmatan tiada tara.Ini pengalaman pertama dalam hidup Gibran.Pengalaman yang mungkin tak akan terlupakan seumur hidupnya di kala dia tahu bagaimana rasanya berhubungan intim dengan lawan jenis.Mirella telah memberinya sesuatu yang tak pernah Gibran dapatkan dari wanita lain.Wanita mana pun.Yakni, ketulusan hati dan cinta yang sebenarnya."Aku mencintaimu, Mimi..." bisik Gibran dengan napas terengah-engah. Tubuhnya ambruk di atas
"Cukup, buat Gaby berada dalam bahaya, maka Theo pasti akan keluar," ucap Mirella saat itu.Gaby mengerutkan kening. "Apa hubungannya Theo sama gue?" tanyanya cepat tanpa merubah posisi duduknya. Gaby menatap Mirella dengan tatapan yang menunjukkan ketidaksukaan yang nyata."Karena Theo menyukaimu, Gaby," jawab Mirella setelahnya dengan tatapan yang masih tertuju lurus ke wajah Gaby.Gaby tertawa hambar. "Darimana lo tahu? Theo sering curhatkah sama lo?" tanya Gaby meremehkan, dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Mirella. Hal itu terdengar seperti sebuah lelucon baginya."Aku dan Theo tidak dekat. Aku tahu hal itu karena aku pernah mendengar pembicaraan antara Theo dengan Freddy," beritahu Mirella selanjutnya.Tawa Gaby surut bahkan senyuman di wajah cantiknya sirna dalam sekejap. Sepertinya, Mirella ini memang serius dengan apa yang dia katakan tentang Theo, pikir Gaby membatin.
Awalnya, Gibran hanya berniat untuk mengantar Reno ke kamar tamu, tapi ternyata, Reno malah mengajaknya untuk berbincang-bincang sejenak.Malam itu, ditemani dua cangkir kopi panas, Reno dan Gibran mengobrol di pendopo taman belakang Villa."Kita perlu melakukan sesuatu Gib," ucap Reno memecah kesunyian di antara mereka."Untuk?" tanya Gibran setelah menyesap kopinya."Untuk memancing Theo keluar," balas Reno cepat."Jujur ya Ren, gue sebenernya nggak setuju dengan ide Mirella untuk membuat Gaby berada dalam bahaya demi memancing Theo keluar. Mana ada sih suami yang mau istrinya berada dalam bahaya?" tutur Gibran meluapkan kekhawatirannya.Reno berusaha memaklumi.Keduanya kembali larut dalam pikiran masing-masing.Hingga setelahnya Gibran teringat sesuatu."Dua hari setelah lo sama Frans adu jotos di kampus, Frans dat
"Jangan pergi..." bisik Gaby memohon.Hingga setelahnya, tangis Gaby pecah dihadapan Gibran.Wanita itu melepas cekalan tangannya dan menutup wajahnya dengan kedua tangan. Bahunya berguncang hebat karena tangis yang semakin merebak. Kepala Gaby tertunduk dalam.Gaby menyesal.Dia benar-benar menyesal telah berbuat jahat pada Gibran selama ini.Gibran mendekat dan meraih tubuh Gaby ke dalam pelukannya.Gaby tidak menolak. Dia justru membalas pelukan Gibran lebih erat. Membenamkan dalam-dalam wajahnya di balik dada Gibran."Ma-af..." gumam Gaby dengan suara parau. Deraian air matanya terus mengalir seolah tak mau berhenti. Sepertinya, ini bukan waktu yang tepat untuk Gaby mengatakan tentang Mirella pada Gibran terlebih Gaby memang tidak memiliki bukti apapun yang menunjukkan indikasi jahat Mirella terhadap dirinya. Gibran pasti tidak akan mempercayainya. Jad
"Aku tahu caranya," kata Gaby. "Bagaimana?" Gibran bangkit dari pangkuan Gaby dan menunggu Gaby melanjutkan kalimatnya. "Tadi, aku sudah menghubungi mantan-mantanku yang kebetulan tinggal di Indonesia saat ini. Aku ingin mengadakan reuni kecil-kecilan bersama mereka, di apartemenku..." ucap Gaby memberitahukan rencananya pada Gibran yang langsung disambut dengan gelengan kepala oleh lelaki itu. Kenyataan bahwa Gaby masih Virgin cukup membuat Gibran terkejut. Tapi dengan alasan yang telah dikemukakan Gaby kepadanya malam ini, pun tentang cerita rahasia masa lalu yang Gaby ungkap setelah sebelumnya berhasil dia simpan rapat-rapat dari dunia, cukup membuat Gibran percaya dengan pengakuan itu. Terlebih dengan keberadaan Theo di sekitar Gaby selama ini. "Aku nggak setuju, Gab! Itu terlalu beresiko. Aku tau siapa mereka, aku nggak mau kamu sampai kenapa-napa," kata Gibran menyampaikan rasa
Pagi harinya, Gaby bangun lebih dulu dari pada Gibran. Percakapan panjang yang terjadi antara dirinya dengan Gibran semalam, terasa membekas di hati Gaby.Walau menyakitkan, tapi Gaby berusaha untuk menerima apa yang menjadi keputusan Gibran dengan lapang dada. Gaby tahu kalau sejak dulu, Gibran bukan tipikal lelaki pengobral cinta.Sosok Gibran di mata Gaby adalah sosok lelaki yang bertanggung jawab dan memegang teguh janji yang telah dia ucapkan.Gibran itu tipe laki-laki setia bukan pengkhianat cinta.Jika kini Gibran memutuskan untuk memilih Mirella, itu hak Gibran. Gaby tidak memiliki secuil pun alasan untuk melarang apalagi marah atas tindakan Gibran.Siapa yang menanam benih, maka dia pula yang akan menuainya.Gaby sudah melukai perasaan Gibran, membuat lelaki itu kecewa hingga akhirnya Gaby pula yang harus menuai akibat dari perbuatannya, yaitu kehilangan kesempata
Hari ini adalah hari ulang tahun Jasmine yang ke enam.Dan seperti janjinya pada Jasmine sebelumnya, bahwa Gaby akan memberikan Jasmine seorang adik laki-laki.Itulah sebabnya, usai acara perayaan ulang tahun Jasmine yang diadakan dikediaman pribadi Gibran dan Gaby di Jakarta, malam harinya keluarga kecil nan berbahagia itu berangkat menuju sebuah panti asuhan yang lokasinya berada di pusat kota.Sebuah panti asuhan yang memang cukup terkenal bernama Panti Asuhan Pelangi. Anak-anak yatim piatu di panti asuhan pelangi yang tidak beruntung karena tak mendapatkan kesempatan di adopsi oleh sebuah keluarga akan dibina dan dididik hingga anak tersebut memiliki keahlian dan mampu hidup serba mandiri. Nanti, jika mereka sudah besar, pihak panti akan membebaskan mereka untuk menentukan pilihan hidup mereka masing-masing.Total anak yatim piatu ples anak jalanan yang berada di bawah naungan panti asuhan pelangi menc
"Indah banget ya, Gib," ujar Gaby dengan tangannya yang terus dia lipat dan semakin rapat mendekap tubuhnya sendiri. Matanya tertuju pada charles bridge, deretan jembatan romantis yang sangat terkenal di Praha.Saat itu mereka sedang berada di balkon kamar hotel mereka sambil menikmati waktu senja berakhir.Langit yang tampak gelap temaram menjadi latar prague castle dan Sungai Vlatava yang tampak seperti lukisan di dalam dongeng. Keindahan yang menghipnotis banyak pasang mata yang tampak puas memanjakan mata mereka. Charles Bridge memang indah dan layak dikunjungi saat sepi atau ramai terlebih lagi di malam hari. Pasti akan sangat romantis dan menyenangkan. Pikir Gaby membatin.Romantisme perjalanan honeymoonnya kali bersama Gibran pasca mereka kembali resmi menjadi sepasang suami istri terasa begitu berbeda dengan apa yang mereka alami saat honeymoon di Seoul waktu itu.Gaby dan Gibran puas berkeliling Eropa menikmati hari-hari bulan madu mereka yang ma
Sebuah mobil sport hitam tampak melaju kencang, meliuk-liuk di sepanjang jalanan ibukota yang ramai lancar.Gibran mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan penuh ketika dia meyakini bahwa suara yang didengarnya di telepon tadi adalah suara Gaby, mantan istrinya.Itu artinya, model cantik bernama Gabriella itu kemungkinan adalah Gaby.Detik itu juga Gibran langsung meminta Edward untuk menggantikannya pergi keluar kota. Hal itu jelas membuat Edwar mencak-mencak.Sesampainya di kantor, Gibran melangkah panjang menuju ruangannya, lelaki itu tertegun sesaat ketika sepasang netranya kini beradu dengan sepasang netra boneka milik seorang wanita cantik yang sangat-sangat cantik di dalam ruangan itu.Wanita itu mengenakan pakaian sopan berupa dress hitam sebatas lutut yang dipadupadankan dengan blazzer merah menyala."Mamah, mana Papah? Katanya kita mau ketemu Papah?" Tanya seor
Tiga Tahun Kemudian...Hari ini, Gibran dan Edward baru saja mengadakan rapat penting dengan klien asal luar negeri. Rapat ditutup setelah keduanya sepakat untuk menjalin hubungan kerjasama dalam kurun waktu lima tahun ke depan.Gibran baru saja keluar dari ruangan rapat hendak memasuki ruang kerjanya ketika seseorang tiba-tiba menghadang langkahnya di kantor."Pak, ini nama-nama model yang masuk daftar kriteria untuk iklan produk terbaru kita, salah satu di antara mereka adalah model asal luar negeri,"Gibran menerima berkas itu dari sekretarisnya dan masuk ke dalam ruangannya setelah mengucapkan terima kasih.Dia melempar berkas di tangannya ke atas meja kerjanya, mengendurkan dasi yang terasa mencekik lehernya dan menjatuhkan tubuh di sofa panjang yang terletak di pojok ruangan. Lelaki itu tampak memejamkan mata."Jiah
Setelah mengganti pakaian dan merapikan penampilannya di salah satu pom bensin yang dia lewati dalam perjalanan kembali menuju rumah sakit, Gibran tidak bisa fokus menyetir.Tangan lelaki itu terus gemetaran.Pikirannya bercabang dan penuh.Tatapannya berkabut akibat air mata yang membendung di kelopak matanya.Bayangan terakhir saat dirinya berhasil melenyapkan nyawa seseorang kian membuatnya frustasi. Di satu sisi dia merasa bersalah, namun di sisi lain dia juga tak akan membiarkan Mirella terus menerus mengganggu ketentraman hidup rumah tangganya bersama Gaby.Lantas, apakah yang dilakukannya ini benar?Apakah ini adil untuk Mirella?Apakah ini adil untuk Gaby?Mungkinkah dirinya mampu melewati hari-harinya di depan setelah apa yang dia lakukan malam tadi di atas bukit itu?Setelah dirinya membunuh Mirella...
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya kendaraan Gibran pun berhenti di sebuah tempat yang jauh dari hiruk pikuk manusia.Sebuah tempat yang sepi, gelap dan dingin.Dulu sekali, Gibran pernah menyambangi lokasi ini bersama kawan-kawan satu kantornya untuk sekedar refreshing di tengah nuansa alam liar dengan berkemah dan mendaki.Jika dulu dirinya mendaki dengan peralatan lengkap, bedanya, kini dia mendaki tanpa membawa apapun selain senter di tangan dan pakaian yang melekat di tubuhnya.Lelaki itu terus menggenggam tangan Mirella di sepanjang jalan setapak nan licin yang mereka lalui."Mau apa kita ke sini, Ib? Aku takut," ucap Mirella di tengah perjalanan saat Medan yang harus mereka daki kian curam."Aku sudah bilangkan, kamu harus bersembunyi. Aku tidak mau polisi-polisi itu menangkapmu," ujar Gibran yang susah payah melangkah.Rintik gerimis yang masih setia mengguyur membuat tubuh keduanya sama-sama lepek."
Seorang supir truk lintas propinsi yang baru saja melewati jalan raya hutan belantara di tenggara pulau Jawa tampak memparkirkan kendaraannya di sebuah rumah makan."Celana lu kancingin dulu tuh," ucap si kenek truk.Sang supir pun langsung menarik retsleting celananya yang lupa dia betulkan setelah di tengah perjalanan tadi dirinya dan rekan satu perjalanannya baru saja mendapat durian runtuh.Hidup sebagai seorang supir truk lintas propinsi membuat mereka harus rela hidup berjauhan dengan istri di kampung. Menjadi hal yang sangat membahagiakan tatkala mereka diberi kesempatan menuntaskan hasrat terpendam mereka secara gratis pada seorang wanita yang rela menukar tubuhnya dengan makanan yang tak seberapa."Kenapa tadi nggak lu ajak nikah aja sekalian tuh cewek. Lumayankan buat simpenan kalau lu lagi singgah di pulau Jawa," ujar si kenek lagi yang masih terus terbayang-bayang setelah berhasil merasakan nik
Warning : Terdapat adegan kekerasan, harap bijak dalam membaca!*****Gibran sampai di kediamannya dan tak mendapati Gaby di sana.Saat lelaki itu mengkonfirmasikan hal itu pada sang Ibu, Yura justru mengatakan bahwa dirinya juga kecolongan karena ternyata Gaby pergi bersama Luna tanpa ada sesiapapun yang mengetahuinya."Ibu sudah berulang kali menghubungi Luna tapi tak ada jawaban, Gibran," ucap Yura panik.Gibran dan Sean saling berpandangan. Hingga lelaki itu pun mengingat bahwa belum lama Gaby sempat membalas pesannya, jadi masih ada kemungkinan Gaby masih berada di area Bandung.Setelah menghubungi pihak kepolisian dan melacak kepergian Gaby dan Luna hari itu, akhirnya setelah seharian penuh melalui proses pencarian yang panjang, dan menampung semua kesaksian dari Luna dan seorang Cleaning Service di mall yang ditemukan dalam keadaan
Flashback On...Gaby bersorak girang saat dirinya akhirnya bisa keluar dari istana milik Ayah mertuanya.Tentunya berkat bantuan Luna, setelah drama panjang yang harus Gaby lewati untuk membujuk Luna agar bersedia menemaninya keluar.Luna sudah tahu tentang semua kejadian yang menimpa Gaby akibat Mirella. Dan Luna pun sudah tahu tentang apa yang pernah dilakukan Mirella semasa wanita itu tinggal di Shanghai.Awalnya Luna berpikir maju mundur untuk menuruti ajakan Gaby, namun saat Gaby mengatakan bahwa dirinya sedang hamil dan ingin sekali jalan-jalan, Luna jadi kasihan."Gue lagi ngidam Lun, pengen banget makan Asinan khas Bandung yang di jalan merdeka itu," bujuk Gaby saat itu."Yaudah gue pesenin ya, kalo nggak tinggal suruh supir buat beli," balas Luna memberi saran."Ishh, Lo mah gitu! Gue mau makan ditempatnya langsung. Nggak