"Kenapa kau bisa berada di tengah hutan seorang diri, Yuuto?" Zura bertanya kepada pemuda yang beberapa saat yang lalu sudah ditolong olehnya.
Yuuto tertawa pelan, lalu menggaruk kepala bagian belakangnya dengan canggung. "Hahaha, aku ya? Sebenarnya aku tadi sedang latihan saja," jawabnya yang kemudian diakhiri kekehan pelan.
Zura mengangguk-anggukan kepalanya perlahan, seperti sudah memahami apa yang diterangkan oleh Yuuto.
Pemuda iblis dengan kimono putihnya yang tipis itu lalu mengangkat tangan kanannya, kemudian memutarnya pelan di udara seraya berbisik pelan. Secara tiba-tiba, keluarlah cobek beserta ulekan dan beberapa lembar tanaman obat dari ujung jarinya, yang kemudian jatuh ke tangan sang pemuda iblis.
Zura lalu menaruhnya ke tanah, dan menyusunnya sebentar. Ketika ia menengadahkan wajah menghadap manusia yang ia tolong, seulas senyum tipis terulas begitu saja ketika ia meliha
"Wah, akhirnya kita sampai juga, Kyeo!" Rin berseru dengan gembira, dengan polosnya ia meloncat bak anak kecil yang kegirangan mendapatkan mainan baru, sedangkan Kyeo yang melihat tingkah sang gadis Akibara hanya merotasikan matanya dengan ekspresi bosan. Mereka berdua baru saja tiba di sebuah gua yang menjadi tempat tinggal biksu pertapa yang dipanggil Isamu oleh Rin. Namun, mereka tidak mendapati keberadaan pertapa tua itu di sana. Gua itu kosong dan tak terlihat ada seorang pun di dalamnya. Rin tampak kebingungan, beberapa kali ia celingak-celinguk di depan gua. "Ah, Guru Isamu pergi kemana ya?" gumam sang gadis Akibara. Ia masuk ke dalam gua dan memeriksa semua sudutnya, tetapi nihil. Mustahil sang guru bersembunyi di dalam celah-celah bebatuan gua, bukan? Rin sangat tahu bahwa sang guru akhir-akhir itu memang suka sekali berpindah tempat dari satu lokasi ke lokasi lainnya, sekadar untuk menemukan tempa
Rin duduk di depan rumahnya sembari bersenandung riang. Suasana desa Anohagaku ketika siang hari memang begitu tenang, membuat hatinya menjadi lebih damai. Hari itu cuacanya memang begitu panas, teriknya matahari terasa membakar kulit siapa saja yang kebetulan tak sedang bernaung di bawah atap. Gadis itu mendadak memikirkan keadaan Kyeo yang sebelumnya berpamitan pergi keluar rumah. Pergi kemanakah dia? Rin sungguh ingin tahu kemana perginya iblis itu. Kyeo memang mengatakan ia akan pergi sebentar, tetapi hingga menjelang sore ia belum juga kembali ke rumah. Padahal hari itu Rin berencana mencari keberadaan Isamu bersama Kyeo, gadis itu merasa tidak enak meninggalkan pria tua itu sendirian. Setelah mendapat cara untuk menjadi kuat dari Tatarimokke—yaitu membebaskan iblis kelelawar dengan cara belajar kepada Enzu, lalu berpetualang berhari-hari bersama Kyeo, Rin belum pernah bertemu lagi dengan Isamu sejak hari di mana ia
Kyeo menyandarkan punggungnya di batang pohon. Jaraknya yang terlalu jauh dari gadis Akibara membuat Kyeo merasa aman dan yakin tidak akan ketahuan oleh gadis yang sudah berhasil membebaskannya dari segel. Akan repot jadinya jika gadis itu sampai mengetahui bahwa Kyeo—iblis yang terpandang dan hebat luar biasa—ketahuan sedang mengawasi setiap pergerakannya. Bisa-bisa gadis itu akan terus menggodanya, dan Kyeo sangat tidak mengharapkan hal itu terjadi. Penglihatan yang tajam dan pohon yang tinggi benar-benar menguntungkan Kyeo dalam mengawasi setiap gerak-gerik sang gadis Akibara. Entah karena alasan apa ia memperhatikan gadis manusia itu, Kyeo sendiri pun tak tahu alasannya. "Tunggu, apa yang sedang ia lakukan?" Dalam ketenangannya mengawasi sang gadis dari atas pohon, Kyeo melihat gadis itu menarik seorang pria muda beserta seorang kakek-kakek tua menuju ke arah kediaman me
Subuh hari itu, matahari belum menampakkan dirinya sebagai sang raja siang yang begitu penuh dengan sinarnya yang dikatakan bagus untuk meningkatkan daya tahan tubuh seseorang. Masih terlalu dini, dan matahari masih enggan keluar dari singgasananya. Bahkan sang fajar yang memiliki cahaya kemerah-merahan menjelang matahari terbit pun belum tampak, kala itu. Langit masih gelap gulita, bulan masih bersinar dengan sinarnya yang redup. Jalanan begitu lengang, terdengar bunyi-bunyi burung malam yang saling bersahut-sahutan di kedalaman hutan. Lolongan makhluk malam; anjing hutan pun terdengar sesekali. Membangkitkan bulu roma tanpa alasan yang pasti. Menakutkan ketika hal itu terjadi secara tiba-tiba. Walau tak terlihat ada seorang pun penduduk desa yang keluar dari dalam rumah subuh hari itu, nyatanya ada satu sosok yang berjalan di tengah kegelapan. Sendirian, tak kenal rasa takut. Ia berja
Rin tidak mengerti mengapa Kyeo menjauhinya tanpa sebab akhir-akhir ini. Iblis itu selalu saja menghindar ketika ditanya mengenai perubahan sikapnya yang selalu menjaga jarak dari sang gadis. Bahkan, ketika mereka duduk bersantai atau sekadar jalan pagi keliling desa, Kyeo selalu berada di jarak yang cukup jauh darinya. Sebelumnya Kyeo tidak pernah seperti itu, sebab ia selalu mengikuti ke mana saja gadis Akibara pergi. Iblis itu benar-benar membuat Rin heran dengan tingkahnya yang tak seperti biasanya. Pernah, Rin mendengar kisah dari seorang penduduk yang menyaksikan Kyeo bertarung dengan siluman banteng yang mengamuk. Iblis itu hanya menggunakan kekuatan fisiknya saja ketika melawan banteng malang tersebut, dan sama sekali tidak mengeluarkan kekuatan iblisnya. Seolah-olah sedang menumpahkan kekesalannya, melalui pukulan demi pukulan yang ia layangkan kepada siluman banteng itu. Kyeo
Rin tersentak, terkejut mendapati sang kakak yang tiba-tiba saja sudah berada di hadapan mereka. Gadis itu langsung panik, apakah Yuuto melihat semuanya? Apa sang kakak melihat Kyeo yang menciumnya? Apa kakaknya tahu bahwa ... ia juga membalas ciuman Kyeo? Semua pertanyaan berputar-putar di benak sang gadis Akibara, menyebabkan kepanikan kecil di hatinya. Takut jika Yuuto berpikiran yang tidak-tidak, meski kenyataannya hal yang Rin dan Kyeo lakukan bukan seperti yang pria itu bayangkan. Yuuto mendekat dan meraih tangan adiknya. Ia menatap Kyeo dengan tatapan tidak suka. "Ayo, pulang!" perintahnya kepada sang adik. Rin ditarik paksa oleh Yuuto, menuju arah rumah mereka. Rin menoleh ke belakang, memandangi Kyeo yang terlihat murka. Kedua tangannya terkepal erat, wajahnya memerah karena memendam amarah di dasar hatinya. Rin menatap sang iblis sayu.
Rin merapikan diri, bersiap untuk pergi berlatih bersama Kyeo, saat tiba-tiba saja sang kakak mencegat langkahnya di depan pintu keluar—tepat di depan kamarnya. Ia menatap kedua mata Yuuto lekat-lekat. "Ada apa, Kak?" tanyanya cepat. Yuuto langsung menangkup pipi Rin seraya memperhatikan luka lecet dan memar keunguan di leher adiknya dengan cepat. Matanya memicing tajam, "Lehermu kenapa?" tanyanya penuh selidik. Ia baru menyadari memar itu setelah kembali lagi ke rumah adiknya. Rin berusaha menutupi bekas cekikan Kyeo dengan rambut panjangnya, menimbulkan ketidaksukaan dari sang kakak yang sedari tadi memperhatikan. "Rin, jawab Kakak," pinta Yuuto dengan nada tegas. Gadis itu hendak menceritakan semua yang terjadi kepada sang kakak, menjelaskan sampai tidak ada lagi kesalahpahaman. Namun, ia urungkan niatnya ketika melihat Kyeo sudah berdiri di ambang pintu masuk dengan tang
Di tengah hutan yang lebat, kala tengah malam menjelang, terlihatlah asap mengepul di satu titik. Aroma pembakaran daging tercium dari puluhan meter, membuat para serigala hutan melolong satu sama lain dari atas tebing yang tinggi. Yuuto meraih sebuah ranting sedang dan panjang yang telah dibersihkan, ia lalu mengambil seekor ikan yang didapatnya dari sungai yang berada tak jauh dari sana. Kepulan asap sebelumnya berasal dari api unggun yang pemuda Akibara itu nyalakan. Malam yang dingin dapat sedikit ditaklukan dengan kehadiran api yang menyala dari tumpukan kayu yang terbakar. Yuuto yang sudah selesai menusuk ikan berukuran sedang miliknya, segera menancapkannya ke dekat api unggun yang menyala. Sembari menunggu ikannya matang, Yuuto terlihat merenung memikirkan sesuatu. Kedua tangannya tergenggam satu sama lain, sorot matanya tertuju pada api yang tengah membakar makan malamnya, sesaat kemudian ia mengus
Bertemu karena takdir dan berpisah pula karena takdir yang pilu.Tak ada seorang pun yang tahu jika cinta yang datang ke hati akan memberikan kebahagiaan ataukah luka. Pun dengan apa yang dirasakan oleh seorang gadis bernama Akibara Rin, gadis manusia yang dikutuk oleh iblis jahat dan harus menjalani kehidupannya di dunia lain, demi mencari kekuatan untuk mengalahkan sang iblis yang telah mengutuk keluarganya sejak beberapa generasi selama 500 tahun lamanya.Rin yang mencari kekuatan pun dipertemukan dengan Kyeo, iblis kelelawar yang disegel kekuatannya di dalam kuil keluarga Akibara. Rin membebaskan Kyeo dengan syarat sang iblis akan membantunya mengalahkan Yamasuke, iblis pengutuk sekaligus pimpinan di kerajaan iblis. Kyeo yang merupakan seorang pangeran iblis yang telah lama disegel pun menerima tawaran tersebut dan mereka berdua pun membubuhkan tanda tangan mereka di atas kertas magis menggunakan darah mereka sendiri.Mereka meninggalkan sedikit kekuatan mer
Kesulitan manusia adalah menentukan sendiri akhir dari cerita kehidupannya.🍃🍃🍃Suasana kerajaan iblis tampak lengang semenjak matinya Yamasuke, pemimpin para pangeran iblis Dunia Kematian yang zalim.Penghuni di kerajaan iblis itu sekarang hanya Akashita-iblis berlidah merah, Bake Neko-iblis kucing berwajah datar, dan Nekomata-iblis peniru dan pengendali yang sedang pergi berkelana ke dunia lain. Akashita mendengkus berulang kali, tak henti-hentinya merasa kesal. Semenjak matinya Yamasuke dan Kyeo, tak ada kegiatan yang bisa ia lakukan di Dunia Kematian.Biasanya ia akan bermain-main dengan para roh wanita. Namun, kerajaan yang semula ramai oleh para roh Akibara itu kini senyap.Iblis bermata besar, menjilat bibirnya girang ketika melihat kedatangan salah satu pangeran Dunia Kematian lainnya. Ia buru-buru menghampiri, "Bake Neko! Ke mana saja kau ini?!"Siluman kucing berwarna putih memasang wajah datar. Namun, sesaat kemudian ia menyeri
"Aku tak menyangka akan menikah denganmu, Kyeo." Rin memilin rambut sehalus sutra miliknya. Ia kembali menerawang ke ingatannya selama kurang dari 100 hari ini.Kyeo mendengkus mendengar penuturan wanita dalam dekapannya, seperti ada kesan wanita itu tidak senang dinikahi olehnya. "Kenapa? Kau akhirnya menyesal juga? Cih, pergi sana!" sungut Kyeo mencebik.Rin tertawa terbahak-bahak, lucu melihat suaminya terpancing. Padahal ia mengatakan itu justru karena bersyukur bisa hidup bersama dengan orang yang ia cintai."Kau ini memang kelinci ya, Kyeo." Rin mengecup singkat pipi suaminya.Sepasang suami-istri itu tampak berbahagia setelah pernikahan mereka yang baru seumur jagung. Semua beban terlupakan begitu saja, termasuk perjanjian darah yang pernah mereka lakukan sebelumnya.Mereka melupakan inti dari perjanjian darah tersebut, meski melupakannya sekalipun, perjanjian akan tetap berjalan, berikut dengan konsekuensi di dalamnya.Syarat perjanj
Rin berada dalam situasi di mana ia harus menyembuhkan Kyeo yang tak sadarkan diri. Tetapi, tidak seperti sebelumnya, kali ini ia mampu menyembuhkan Kyeo dan mengobati luka pemuda itu hingga benar-benar pulih.Semua berkat bantuan Kimiko—roh orang yang tidak disangka akan membantunya. Nenek moyang Akibara yang dengan baik hati menolong mereka di saat keadaan sudah sangat genting.Rin tidak bisa membayangkan jika saat itu roh Kimiko tidak muncul untuk membantu mereka, entah akan seperti apa nasib mereka nantinya.***"Kyeo!" Rin langsung memeluk Kyeo erat begitu iblis itu bangun. Yuuto hanya tersenyum menyaksikan kedekatan keduanya."Yamasuke berhasil dikalahkan, Kyeo."Laki-laki itu terperanjat, sepasang mata dengan iris kuningnya membola, semudah itukah Yamasuke tiada?"Benarkah?"Rin mengangguk mantap sebagai jawaban. "Aku ditolong oleh roh generasi Akibara sebelumnya, bahkan Kimiko-sama langsung turun menangani sang ib
"Jigoku no honō!"Gadis itu menyemburkan jurus api andalannya ke arah sang iblis monyet yang dengan mudahnya menerima dan memadamkan api tersebut dengan tangan, hingga Rin tercengang."Ha! Jadi, kau berusaha melalapku dengan api yang telah menciptakan tubuh bajaku? Menggelikan!" Yamasuke tertawa mengejek, membuat Kyeo dan Rin sama-sama menggeram dengan hati yang dongkol.Kyeo merasa bersalah. Kekuatan gadis itu telah kembali seperti sedia kala saat dia belum memberikan kekuatannya. Tidak ada lagi kekuatan iblis di tubuh sang gadis, api hitam yang melegenda itu pun sudah tiada. Kyeo mendecih.Rin terlihat waspada, cemas jika Yamasuke tiba-tiba saja menyerangnya di saat ia tengah memikirkan strategi.Perasaan gamang mulai menyelimutinya. Padahal, ketika melihat sosok sang iblis monyet tadi, gadis itu tidak merasa takut sama sekali. Tetapi, setelah melihat serangannya dipatahkan begitu saja, membuat Rin kalut.Jika iblis itu tidak bisa diserang
Rin memandangi Kyeo dengan mata sembap. Sepanjang cerita, gadis itu menangis tak kenal henti, membuat siapa pun yang melihat akan lebih iba dengannya. Kyeo yang telah menyelesaikan kisahnya hanya tersenyum simpul melihat Rin menangis sesenggukan.Dia melewatkan bagian perjanjian dari ceritanya yang cukup singkat. Dia tak ingin Rin mengetahui perihal perjanjian yang akan membunuhnya cepat atau lambat.Kyeo juga tidak ingin mendengar komentar apa pun dari sang gadis tentang ajal yang akan menjemputnya. Apakah gadis itu akan menangisi kepergiannya seperti ketika dia menangis mendengar kisah hidup seorang Kyeosuke?Iblis itu ragu."Kakak yang jahat." Kyeo menatap kedua mata Rin yang basah. Kata-kata yang terlontar dari bibir mungilnya membuat Kyeo mengiyakan dalam hati."Dia sering menuduh, dan membuat semua buktinya mengarah padaku. Daichi itu sangat licik. Untungnya, hari itu aku mendapatinya sedang bermesraan dengan seorang gadis," Kyeo berucap deng
"Seharusnya tidak usah dikembalikan, kau jadi lemah tanpa kekuatan itu."Rin memutar bola mata gemas, Kyeo sudah membahas hal ini beberapa kali. "Aku tidak masalah kehilangan kekuatan, asal tidak kehilangan seseorang yang berarti," Rin menjawab jujur.Kyeo menepuk kepala Rin pelan, "Baiklah, kau cukup pintar sekarang."Keduanya memutuskan untuk pulang ke desa. Namun, lagi-lagi Kyeo terlihat sedang memikirkan sesuatu sehingga mengabaikan gadis yang sedang bersamanya. Rin menghela napas gusar."Rin," panggil Kyeo tiba-tiba. Rin mendongak, mendapati wajah sedih laki-laki itu, "Ada apa?""Kau tahu, Rin? Kau adalah satu-satunya manusia yang mencoba untuk melindungiku. Sementara manusia lain selalu berdiri di belakangku." Ada nada getir yang terucap dari bibirnya. Namun, tetap diucapkannya pada Rin."Bahkan, dulu ketika aku masih menjadi manusia sekalipun, sama sekali tak ada yang pernah menolongku."Rin terperanjat, mundur seketika. "Manus
Butuh beberapa orang untuk membuatmu menderita, tetapi kamu cukup membutuhkan satu orang agar membuatmu bahagia.🥀🥀🥀Rin mendekap Kyeo erat, air matanya mengalir dengan deras. Ia menangis sesenggukan saat merasakan tubuh dalam pelukannya dingin bak es. Isak tangisnya pecah. "Bangun, Kyeo. Kumohon, buka matamu," pintanya lirih.Gadis itu tidak bisa menunggu lebih lama lagi hingga mata terpejam itu terbuka lebar. Akan sangat menyakitkan baginya jika terlambat membawa Kyeo. Rin mengusap wajahnya kasar. Dia harus mencari pertolongan!Dalam hal ini, pikirannya hanya tertuju pada penyihir tua yang ada di dasar gunung Yaburi. Gurunya yang telah mengajari Rin sihir dan membagikan kekuatan gelapnya. Enzu!Guru penyihirnya itu pasti bisa membantunya menyelesaikan masalah ini. Rin tidak tega melihat raut wajah kesakitan pria dalam pelukannya, ia tak ingin kehilangan Kyeo yang teramat berharga baginya.Rin memejamkan matanya yang sembap, berkonsentra
Pagi ternyata datang lebih cepat. Rin telah mengganti pakaiannya dengan yukata merah tua dan hakama biru, gadis itu tampak berseri-seri sebelum keberangkatan mereka.Terbukti dari tak henti-hentinya dia bersenandung tatkala sedang merapikan perlengkapan sebelum pulang ke desa Anohagaku. Desa yang diberitahukan oleh roh pengantar jiwa bernama Tatarimokke.Berbicara tentang makhluk berwujud anak kecil berambut mangkuk, sudah lama sekali sejak terakhir kali Rin bertemu dengannya. Terakhir dia bersama Mokke adalah sebelum dia membebaskan sang iblis kelelawar.Sejak saat itu, keberadaan Mokke menjadi lenyap. Tak ada yang tahu di mana makhluk itu berada.Padahal Rin sudah mencarinya di ladang bunga tempat mereka pertama kali bertemu. Gadis itu juga telah bertanya pada seluruh penduduk desa. Tetapi, mereka hanya mengatakan bahwa Tatarimokke sedang pergi ke dunia kematian.Tak ada seorang pun yang tahu apa yang roh siluman itu lakukan di sana. Namun, jika