Share

Bab 32

Author: Evie Yuzuma
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

POV AUTHOR

Setelah dua jam perjalanan akhirnya wanita bertubuh kurus itu tiba di tempat tujuan. Kota kelahiran di salah satu kota di jawa barat.

Angin pantai yang sejuk menyambutnya, berbeda dengan tempat yang selama ini dia tinggali yang sudah panas dengan polusi. Di kampung halamannya pun memang panas tapi karena jaraknya dekat dengan pantai maka selalu ada hawa sejuk menemani hari-hari mereka. Sebut saja kampung halaman wanita itu bernama kota kenangan.

Wanita itu turun dan memberikan beberapa lembar uang yang masih dimilikinya. Dia turun dan memasuki halaman rumah yang cukup besar dengan model teras yang lebar.

Di kampung, rata-rata tipe rumah memiliki area depan atau teras yang cukup lebar. Bisanya mereka bertetangga dan rumpi ria sambil makan bersama, atau sekedar memipili sayur bareng-bareng sebelum masak.

“Assalamu’alaikum!” Wanita itu mengucap salam setelah meletakkan dua kopernya. 

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • TETANGGA SOK KAYA   Bab 33

    POV AUTHORKedua wanita yang tengah bersitegang itu menoleh. Terlihat Pak Izan sudah terkulai dan terngah-engah memegang dadanya. Tubuhnya ambruk, meringkuk di lantai. Kedua mata wanita itu membulat dan memburu lelaki yang tergeletak itu.“Bapak!” pekik mereka bersamaan.Bu Haminah dan Riana segera berlari menghampiri lelaki sepuh itu. Bu Haminah membangunkannya sementara Riana meneruskan langkahnya, berlari mencari Sabar---suaminya.“Kang, Bapak Kang! Ayo kita bawa ke rumah sakit!” teriaknya sambil berlari mencari keberadaan Sabar. Lelaki itu muncul dari belakang rumah sambil memegang pakan ikan.“Ada apaan sih, Na!" tanya Sabar"Bapak kena serangan jantung!” ucap Riana dengan mata membulat, tangan gemetar dan napas tersengal-sengal.“Astaghfirulloh!”Sabar menjatuhkan pakan ikan yang di pegangnya. Dia segera

  • TETANGGA SOK KAYA   Bab 34

    POV AUTHOR"Maksud Teteh apa bicara seperti itu?” Tiba-tiba suara seseorang muncul dari belakangnya. Bu Minah menoleh, terlihat adik iparnya sedang berdiri dan menatapnya kesal.“Eh Kamu ... Na? Ada apa?” tanya Bu Minah berusaha bersikap tenang.“Kang Sabar barusan telepon, katanya ada orang yang minat beli tanah ngajak ketemuan sekarang! Dia minta tolong, Teh Minah mau nungguin Bapak di sana? Atau nemuin yang mau beli tanah?” ucap Riana dengan nada kesal. Bu Minah terlihat berpikir.“Kita kan punya utang ke temen Teh Minah yang di Kota itu ... tiga puluh juta ... malu kalau kelamaan gak dibayar!" ucapnya penuh penekanan. Bu Minah menelan ludah seketika, sudut matanya melirik ke arah Bu Romlah yang terlihat bersikap biasa."Lagian Teteh itu borosnya kebangetan, ya! Dulu punya suami penghasilan besar saja sampe gak punya simpenan sedikit

  • TETANGGA SOK KAYA   Bab 35

    POV AUTHORSekilas sudut matanya menangkap kebahagiaan mereka, membuat hatinya tiba-tiba merindukan seseorang. Namun kerinduan itu serta merta ditumpangi sebuah ide cemerlang. Dia mengambil ponselnya dan memijit nomor seseorang sambil berjalan menuju parkiran. Tidak lama panggilannya diangkat.“Halloo ... Mas Dermawan!” sapanya.“Halloo!” Suara bariton mantan suaminya masih sama seperti dulu. Bu Minah menghela nafas sejenak.“Halloo!” Pak Dermawan mengulanginya karena tidak ada jawaban dari Bu Minah.“Ehmmm ... iya, Mas! Ehmmm ... gimana kabarnya, Mas?” tanya Bu Minah sedikit tergagap.“Baik, Min! Kamu?” jawab seseorang dari seberang telepon.“Aku baik, Mas! Tapi kakeknya Reni sekarang sedang ada di rumah sakit, Mas! Dia harus di operasi.” Bu Minah dengan suara sedih dan memelas bercerita.“A

  • TETANGGA SOK KAYA   Bab 36

    POV AUTHOR"Terus nanti aku tunjukkin sama Bu Romlah dan tetangga-tetangga lainnya, meski cerai dari Mas Dermawan aku bukan orang kere seperti pikiran mereka, duh gak sabar nunggu besok,” batinnya sambil tersenyum-senyum sendiri.“Beli perhiasan apa ya bagusnya?”Wanita itu membayangkan sesuatu yang menurutnya indah, bergengsi dan bisa menaikkan harga dirinya akan segera datang---uang. Malam itu ditutup dengan indah dan penuh senyuman.Pagi menjelang, Bu Minah bergegas mandi dan mengenakan pakaian terbaiknya. Rencananya sore itu sepulang dari rumah sakit dia akan langsung berangkat ke toko perhiasan. Semoga uang tiga puluh juta itu akan segera ditransfer ke rekeningnya.Dia pergi ke dapur, tidak peduli dengan sekat yang dibuatkan oleh Sabar. Dia melihat meja makan dapur Riana. Namu

  • TETANGGA SOK KAYA   Bab 37

    "Bom, kita apain nih?” Lelaki bertubuh gempal itu mendekat sambil menatap lekat pada wajah pias Bu Minah.“Sepertinya cantik juga, jangan di sia-siakan Har,” ucap lelaki yang bertubuh lebih tinggi sambil menarik tubuh Bu Minah ke dalam rumpun yang tidak jauh dari sana.Lelaki bertubuh gempal segera mengikutinya setelah mengamankan sepeda motor agar tidak terlihat oleh orang yang lewat.“Gantian kita Bom, siapa dulu?” ujar lelaki bertubuh gempal sambil menyeringai.“Gue dulu lah, kan udah di tangan gue,” ucap lelaki itu sambil menatap wanita di depannya penuh nafsu.“Gak bisa gitu dong, kitagambrengkalau gitu, yang menang dia duluan,” ucap lelaki bertubuh gempal itu.Akhirnya satu tangannya dilepas untukgambrengdengan temannya. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh

  • TETANGGA SOK KAYA   Bab 38

    “Teh, nanti langsung susul Sabar ke rumah sakit, ya!” Tanpa menunggu jawaban Bu Haminah, Sabar langsung melajukan sepeda motornya dengan kecepatan maksimal.Sementara itu, Pak Wawan pun turut menyalakan sepeda motornya. Bu Minah duduk diboncengnya. Mereka segera melaju menuju kediaman Pak Hamizan. Sepanjang perjalanan tidak ada yang berkata-kata. Baik Bu Minah maupun Pak Wawan masih terlalu terkejut dengan takdir yang tiba-tiba menyatukan mereka.Ketika mereka tiba, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat tiga puluh menit. Bu Minah bergegas masuk ke dalam rumah dan meningglkan begitu saja orang yang sudah mengantarnya. Pak Wawan duduk di depan merenung sendirian. Ada rasa berasalah pada Esih---istrinya dan Enih---putri mereka satu-satunya yang kini sedang mondok di pesantren sholehah.Sementara itu, Bu Minah segera membersihkan diri dan mengganti pakaian. Perlakuan para perampok tadi masih terekam jelas dan membu

  • TETANGGA SOK KAYA   Bab 39

    "Kak Ira kan tinggal di pondok ... dia pulangnya ke rumah Pak Ustadz ... nanti kalau Reni sudah besar bisa tinggal di pondok juga,” ucap Pak Dermawan lembut.“Reni gak mau ... Reni benci ayah sama Kak Ira!” Teriaknya sambil berlari ke dalam dan membanting pintu keras-keras.Semua orang menatap punggung gadis kecil itu. Bu Minah melirik benci pada Bu Nani---istri baru mantan suaminya.“Bu Nani, Reni kan anak saya. Bu Nani gak boleh racunin pikiran anak saya, ya! Apalagi untuk membenci ibunya, dosa!” ucap Bu Minah penuh penekanan.“Ya Allah ... saya gak pernah ngehasut apapun pada Reni! Dia mungkin senang karena ada temennya. Dia sangat akrab dengan Tiara makanya betah tinggal bareng kami,” bela Bu Nani dengan wajah terkejut. Dia tidak menyangka mantan tetangganya itu berpikiran demikian.“Elah ... bisanya cuma ngeles ... bukti udah bicara masih me

  • TETANGGA SOK KAYA   Bab 40

    Follow dan subscribe dulu ya ceritanya...Btw Mak... Yang masih berkenan lanjut session tiga ya yuck lanjut! Yang udah gak berkenan baca boleh skip aja 🥰🥰🥰Happy reading!Ini hari pertamaku tinggal di rumah Kang Wawan. Ternyata rumahnya tidak seburuk penampilannya. Sepertinya istrinya Kang Wawan memiliki gaji cukup besar sehingga bisa membuat rumah yang lumayan. Rumah ini cukup besar untuk seukuran rumah di perkampungan.Aku bebas sekarang, setidaknya sampai istrinya Kang Wawan pulang dan aku mendapatkan suami kaya yang baru. Daripada aku harus tinggal di rumah bersama Sabar dan Istrinya yang menyebalkan. Di sini sepertinya lebih baik buatku. Reni pun bisa leluasa bermain.“Teh, ayo!” Kang Wawan membukakan pintu untuk kami. Aku menggendong Reni masuk. Sementara Kang Wawan membawakan pakaian kami.“Yang depan ini kamar saya sama Esih! Teteh tidur di kamar yang tengah saja ya!&rd

Latest chapter

  • TETANGGA SOK KAYA   Bab 76_30 End

    “Reni!” teriakku.Langkahnya terhenti. Dia menoleh kearahku. Tanpa basa-basi dan berkata apa-apa lagi. Aku melemparkan keresek hitam berisi buah-buahan busuk itu. Hampir saja mengenai wajahnya.“Apaan sih, Mbak?” pekiknya sambil menghindar.“Sepertinya makanan itu cocok buat kamu! Soalnya sama ….” Ucapku sambil melengos pergi meninggalkannya yang sedang menghentak-hentakan kaki kesal.“Sama-sama busuk seperti hati pemiliknya,” sambungku dalam batin.***Semenjak kejadian itu. Aku semakin dia sisihkan. Satu minggu lagi katanya hari pernikahannya. Kulihat setiap hari dia begitu sibuk wara-wiri dengan mobil mewah calon suaminya. Dengar-dengar, Tante Haminah ingin merayakan

  • TETANGGA SOK KAYA   Bab 75_29

    Reni dan Tante Haminah sudah menempati rumah itu sejak dua minggu yang lalu. Tepatnya keesokan harinya setelah acara selamatan malam itu.Sejak saat itu pula, Hilma menjadi lebih sering bermain ke rumahku. Terlebih dia mulai merasa tidak nyaman atas sindiran-sindiran sarkas dari mantan madunya itu. Namun sialnya, Reni sepertinya menyangka jika aku memihak pada adik ipar baruku ini. Dia selalu terlihat sinis bahkan sama sekali tidka pernah menyapaku lagi.Dengan uang yang dimilikinya, Reni sudah mulai mengambil hati orang-orang disekitarnya. Salah satunya Bu Onah---pemilik warung langgananku. Dan beberapa tetangga komplek yang sering mendapatkan asupan gizi gratis dari kantongnya.Memang bagi orang-orang yang suka mengambil kesempatan, maka Reni adalah sebaik-baik orang yang bisa dimanfaatkan. Cukup disanjung sedikit, melambung dan menghamburkan begitu saja hitungan rupiah yang tidak susah payah dia dapa

  • TETANGGA SOK KAYA   Bab 74_28

    Penemuan mobil mewah di depan rumah baru itu akhirnya menjadi topik utama pembicaraanku dengan Ambar siang ini. Namun kami hanya seperti membicarakan pepesan kosong. Tidak ada makna dan tidak ada hasil apapun dari hasil pembicaraan kali ini.Baiklah, hanya tinggal menunggu waktu sekitar dua bulan lagi. Pasti akan muncul sendirinya siapa sang empunya rumah yang kini tengah dibangun itu.***Ali kulihat sedang duduk murung. Sejak pagi dia sudah nongkrong di teras rumahku. Istrinya katanya sedang ada keperluan jadi tadi gak masak dulu juga sebelum berangkat. Namun bukan itu yang menjadi sorotanku saat ini. Ali terlihat murung tidak seperti biasanya.Aku yang baru saja mencantolkan gagang kain pel berlalu ke dalam untuk mengambil bayam yang akan kusayur. Aku duduk serta bersama mereka sambil menyiangi bayam untukku sayur bening.“Mbak, kalau aku bercerai d

  • TETANGGA SOK KAYA   Bab 73_27

    "Dicari! Buronan polisi … bandar narkoba! Berdasarkan data intel, orang tersebut melarikan diri ke daerah sekitar pinggiran Jakarta!”Ah memang zaman sekarang pekerjaan orang sudah bermacam ragam. Terlebih mereka yang memiliki gaya hidup tinggi tapi penghasilan pas-pasan. Bahkan mungkin dibawah standardDengan tipisnya iman ya akhirnya salah satu jalan pintas yang menggiurkanlah yang mereka ambil. Menjadi bandar narkoba salah satunya.Aku menghabiskan waktu sampai setengah sampai keripik kentangku habis. Diluar sudah sepi sepertinya. Reni mungkin sudah pulang.Aku mengambil kerudung simple, rencana hari ini mau berbelanja alat kebersihan ke toko klontong. Sapu ijukku rambutnya sudah rontok, kain pel juga warna putihnya sudah berubah menjadi cokelat.Baru aku sampai ke luar gerbang. Kulihat Hilma sedang tertegun sambil memegang dua kantong plastik. Dia tersenyum melihat

  • TETANGGA SOK KAYA   Bab 72_26

    Hanya satu harapanku saat ini. Rumah ini tidak sesuai kriteria dan memiliki mitos-mitos yang mereka percaya, sehingga aku tidak akan bertetangga sedekat ini dengan mereka.“Bu Tejo kenapa rumahnya dijual?” tanyaku sambil melirik pada tetangga yang hampir tidak pernah bertegur sapa itu. Kehidupan Bu Tejo dan keluarganya selama ini sangat tertutup.“Suami saya sakit, sudah tidak kuat bertahan … Dia minta dibawa pulang ke rumah keluarga di kampung,” jawabnya. Wajahnya terlihat tidak nyaman, mungkin dia tipe orang yang tidak suka bercerita. Baiklah aku kini kembali focus pada Hilma.Kulihat Hilma, Ibu dan pamannya baru saja keluar dari dalam rumah. Wajah mereka tampak puas. Sepertinya harapanku akan sia-sia.Benar saja, Hilma berhambur ke arahku dengan

  • TETANGGA SOK KAYA   Bab 71_25

    Aku terdiam sejenak. Kalau aku jawab itu tespeck Hilma kira-kira apa dia akan berteriak histeris? Atau jawab saja tespeck punyaku dan masalah akan selesai? Eh, nanti kalau dia woro-woro ke seisi komplek malah jadi runyam, ya?Namun belum sempat aku menjawab, tiba-tiba Hilma muncul lagi sambil berlari. Dia menerobos kami begitu saja.“Wah, untung ketinggalannya di sini! Kirain jatuh!” gumamnya. Dia melirik ke arahku dan tersenyum. Namun dia sama sekali tidak menyapa Tante Haminah.“Misi, Mbak!” ucapnya lagi sambil tergopoh-gopoh pergi.Kulihat perubahan raut muka Tante Haminah. Dia menatap punggung Hilma dengan tatapan penuh kebencian.“Permisi!”Tante Haminah melengos pergi tanpa berkata apa-apa lagi. Kuhanya menatap punggungnya yang kemudian menghilang terhalang rumah-rumah samping

  • TETANGGA SOK KAYA   Bab 70_24

    Terhalang satu rumah dari rumahku, mobil itu ternyata berhenti. Benar saja kecurigaanku terbukti. Reni celingukan kemudian tergesa menaiki mobil itu.“Mas!”Aku meneriaki Mas Harso yang masih asyik dengan dunianya sendiri. Namun tidak ada sahutan. Mobil yang kuperhatikan malah semakin menjauh.“Maaas!” Kali ini kumenariakinya lebih keras.“Apa, Rum?” Mas Harso menoleh ke arahku.“Sini! Cepetan!” panggilku lagi dengan intonasi yang semakin tinggi. Aku sudah kesal mau bercerita, Mas Harso malah bersantai Ria.“Apa sih, Rum?” tanyanya lagi sambil berdiri. Dia menggeliatkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri. Mobil yang kupandangi sudah raib kini. Mobil mewah itu sudah berbelok ke tikungan.Mas Harso berlenggang santai ke arahku.“Ada apa, Rum?” tanyanya Ket

  • TETANGGA SOK KAYA   Bab 69_23

    Setelah drama perebutan suami yang terjadi di rumahku kemarin, baik Reni maupun Ali tidak pernah menampakkan batang hidungnya lagi.Aku bisa saja mengunjungi mereka, tapi buat apa? Meskipun jarak aku dekat dengan kontrakan mereka, tapi gelayut rasa malas benar-benar membuatku tidak ingin kemana-mana. Sudah hampir satu bulan aku tidak bertemu mereka.Namun ada hal yang menggelitik pikiranku. Sudah dua kali aku melihat sosok wanita yang mirip Reni naik ke sebuah mobil mewah. Pertama kali, Ketika aku dan Ambar sedang berbelanja di pasar. Kemudian yang kedua kali Ketika aku menemani Rihana di acara sekolahnya. Acara liburan ke dunia fantasi pekan lalu. Aku pun melihat orang yang mirip dengannya.Aku mengatakan mirip, karena belum memastikan jika itu benar-benar Reni. Bahkan waktu di dunia fantasi aku melihatnya berjalan mesra dengan seorang laki-laki.Akhirnya weekend ini Ketika Mas Harso k

  • TETANGGA SOK KAYA   Bab 68_22

    "Wanita jalang!” teriak Reni sambil memburu Hilma yang sedang meringis kesakitan.Reni hilang kendali dan menindih tubuh wanita yang lebih semok itu darinya. Dia menjambak rambut Hilma sambil memaki tanpa henti.“Hilma!” pekik Ali.Dia berlari memburu kedua wanita yang sedang berguling-guling di halaman rumahku. Aku memijat pelipis. Kubiarkan dulu mereka beberapa menit.Percuma juga kupisahkan orang yang sedang bergulung dengan emosi itu. Lagian itu juga buah dari perbuatan mereka berdua yang hendak menyakitiku. Aku kejam? Terserah juga jika mereka berpikiran seperti itu.Kulihat Ali memburu dan memeluk Hilma. Ternyata adik lelaki Mas Harso itu cukup menyebalkan juga. Dia lebih melindungi istri barunya dari

DMCA.com Protection Status