#Testpack (101)Test Pack ART-ku-Inem Merebut Paksa Zayyan-“Terima kasih, Bang. Abang baik sekali. Abang sendiri sekarang gimana dengan Cynthia.”“Sudah selesai. Semuanya sudah selesai, Rin. Abang tidak sedang berhubungan dengan siapapun saat ini. Abang hanya akan menunggu jawaban darimu.”Tangan itu, menyentuh jari jemariku. Menggenggamnya erat. Membiarkan tanganku lama dalam genggamnya.“Bahkan dada Abang berdetak kencang saat berhadapan denganmu saat ini, Rin.”Lalu diletakkannya telapak tanganku pada dadanya.==Telapak tangan itu menelungkupkan di punggung tanganku. Tiga detik aku menariknya.“Maaf, Rin,” ucapnya cepat, “aku lancang.”Ada desiran halus dalam dada merasakan detak jantungnya.Aku memilih tak menjawab dan membiarkannya hening. “Jadi apa yang sebaiknya aku lakukan, Bang. Apakah ini bisa dilaporkan ke polisi?”Akhirnya kuajukan pertanyaan. Mengajaknya diskusi.“Lemah, Rin. Barang bukti tentunya sudah mereka buang. Tapi Abang berhasil cek pesan itu dikirim dari kelu
#Testpack (102)Test Pack ART-ku-Kenapa Masih Ada Dendam-Entah hatiku sesak rasanya ditinggal Zayyan yang sudah berbulan tinggal di sini. Zayyan, anak yang ceria dan suka makan. Akhir-akhir ini dia yang membuatku merasa harus pulang kerja cepat karena membelikan banyak makanan untuknya itu hal yang menyenangkan. Kamu baik-baik di sana, Nak. Jangan sedih, kamu pasti bahagia karena Inem adalah ibumu sendiri, Nak. Dia akan menyayangimu sepenuh hati, lebih dari Mama Ayin.“Kamu nggak apa-apa, Dek?” Mas Hangga menatapi tubuhku, lalu melihat ke kedua mataku, memastikan aku baik-baik saja.Aku masih shock, napasku masih tersengal. Mas Hangga memahami, ia lalu memapahku duduk ke sofa. Aku beristighfar berkali-kali.“Tadi dia sempat anarkis, nggak?”“Mas, kasihan Zayyan. aku sudah terlanjur sayang sama anak itu. Sekarang dia pergi. Dan sudah pasti Zayyan tak akan kembali. Karena Inem sudah keluar dari penjara, artinya dia akan mengasuh Zayyan selamanya. Aku tahu Inem ibunya, tapi kenapa aku
#Testpack (103)Test Pack ART-ku-Proses Melahirkan yang Dramatis-“Saya sudah melihat mobil itu mengikuti kita dari sejak keluar gang, Bu.”“Ya, Pak. Sekarang Pak Yanto jalan lagi, nggak usah ngebut. Biasa saja, lewati mobil itu lagi. Karena pasti dia akan mengambil posisi di belakang kita lagi. Setelah itu, kita berhenti di bengkel mobil Idaman.” “Benar, Bu. Kelihatannya ada yang nggak nyaman dengan mobil ini.”“Ban-nya Pak, agak dikempesi. Tapi saya masih yakin mobil ini akan bertahan sampai bengkel. Makanya saya minta kita jalan.”“Sepertinya ban-nya juga longgar, Bu, bautnya dilonggarin.”“Iya, agak kurang enak, Ya.”“Wah, Bu. Tahu seperti ini tadi saya cek dulu. sebelum jalan. Biasanya saya cek kondisi mobil, tadi bisa lupa gitu, ya.”“Nggak apa-apa. Saya sudah cek tadi, masih aman, hanya kita memang perlu mampir ke bengkel untuk dibenarkan yang longgar. Mungkin pelakunya mau ngempesin dan ngelonggarin ban, tapi satpam lengahnya sebentar, jadi nggak maksimal kerja mereka.”“Wah
#Testpack (104)Test Pack ART-ku-Melahirkan Dalam Dekapan Hangga-Hanya mampu kujawab dengan anggukan sembari mengerang menahan sakit.“Oh, ya, kita ke RS mana, Dek?” tanya Mas Hangga.“Kemang medical Care, Mas.”“Itu RSIA Kemang kan?”“Iya.”“Oke, ke arah Kemang, Ferdi.”“Siap, Pak.”Aku teringat pesan Mama, sebaiknya erangan diganti dengan dzikir, jadi kusebut nama Allah setiap mules dibarengi nyeri yang membuatku harus merejang dibarengi rintihan. Kuusahakan, meski sulit. Karena rasanya entah sudah tak tergambarkan.‘Duhai dua anak salih dalam perut Mama. Kita sama-sama, ya …. Kita saling bantu untuk menguatkan, bekerja sama untuk sama-sama agar bisa melakukan proses pertemuan kita dengan cara indah. Mama kuat, Mama tahu ini nggak mudah, karena yang akan keluar, dua jagoan Mama yang gagah-gagah. Tapi kita pasti bisa melalui ini dengan baik, Nak,’ ucapku dalam hati di antara napas-napas yang mulai tersengal.Dan dua anakku dalam perut ini sudah tak sabar untuk bertemu denganku rupa
#Testpack (105)Test Pack ART-ku-Kebahagiaan Karin Bertemu Si Kembar-“Kamu bawa salin nggak Hangga?” tanya Mama.“Nggak, Ma. Tapi nanti gampang, bisa beli ke mall dekat sini.”“Ih, masak ke mall penuh lendir dan darah begini. Udah nanti Mama carikan di etalase depan RS ini kayaknya jual tadi. Sebentar Mama turun. Si kembar kayaknya juga lagi dibersihkan, dimandikan.”Mama cekatan mengambil tasnya dan gegas turun ke lantai bawah.“Tolong jagain Karin, Pa. Kalau-kalau ada dokter masuk.” “Mas, kamu duduk aja, dulu, ya. Atau kalau udah risih lepas aja. Itu darah semua celananya,” ucapku lemah.Mas Hangga menuruti, ia melepas kemeja dan celana bahannya. Sehingga tinggal memakai singlet dan celana dalaman selututnya. Syukurlah dia memakai celana dalaman yang panjang.Tak lama suster dan dokter datang ke ruangan, memintaku untuk dibawa ke ruang perawatan khusus. Tubuhku perlu di treatment dan dibersihkan usai melahirkan di mobil tadi, mungkin sisa darah, plasenta dan posisi rahim yang har
#Testpack (106)Test Pack ART-ku-Inem Datang ke Rumah Bersama Zahwan-[Selamat, sudah lahiran. Semoga jadi anak yang baik seperti Papanya. Inem.][Selamat Karin, punya momongan baru, jangan sedih lagi karena kehilangan Aksa, ya.] Dari nomor Cynthia yang kemarin mengucapkan belasungkawa. Apa maksudnya coba mereka berdua. Bahasa yang digunakan entah kenapa terasa kurang mengenakkan di hatiku. Semacam ada sindiran halus dan ucapan tak tak tulus. Kenapa Inem bilang semoga jadi anak yang baik seperti papanya, kayak kenal Mas Aksa aja dia. Kenal pun enggak. Dan Cynthia, kenapa pake nasehatin ‘jangan sedih lagi karena kehilangan Aksa.’ Apa maksudnya coba? Kalau yang mengucapkan dengan kata-kata begini itu orang terdekatku, aku tak akan keberatan, tapi ini? dia tahu kehidupan pribadikupun tidak, bahkan cenderung memusuhiku, kenapa belagak simpati seperti itu.Astaghfirullah. Baru saja aku melahirkan, sudah dibuat kesal seperti ini. Tapi okelah, aku bisa menekan tombol dalam hatiku untuk t
#Testpack (107)Test Pack ART-ku-Tolong Buka Sedikit Saja Hatimu-Mas Hangga melirik sesaat ke arah kami, lalu melanjutkan bermain dengan Zayyan untuk beberapa lama. Sepertinya ia enggan untuk menghampiri.Selang lima menit, aku memanggilnya.“Mas, kemarilah.”Ia berjalan dengan malas ke arah kami.“apa kabar, Mas?” tanya Inem.“Baik,” jawab Mas Hangga, menerima uluran tangan Inem terlebih dahulu. Diikuti Zahwan yang mengulurkan tangan karena mendapat colekan Inem. Wajah Inem berubah sumringah memperhatikan Mas Hangga begitu seksama.“Jadi, kapan kalian menikah?” tanya Mas Hangga sebelum duduk di sofa.“Wah, nikah? Ada-ada aja Mas Hangga pertanyaannya. Kami cuma teman, Mas. Saya ke sini, ingin jalin silaturahmi, sekalian udah lama kan Zayyan nggak ke sini, dia sering panggil Sifa dan Fina. Sepertinya kangen.”“Ya, pastinya kangen, karena Zayyan nyaman tinggal di sini sama kakak-kakaknya. Sudah berapa bulan, ya, tinggal sama kamu? Kapan kamu mau gantian kasih Zayyan tinggal sama saya
#Testpack (108)Test Pack ART-ku-Semoga Hanya Ujian Kebahagiaan -Dia layak marah. Dia sudah begini banyak berkorban untukku belakangan ini. Salahnya aku memberi ruang kepadanya. Jelas dia begitu berharap, karena dia tahu, posisinya tak seaman Bang Saga yang sudah direstui Papa. Mas Hangga tahu itu. Karena selama di rumah sakit. Papa begitu welcome ke Bang Saga. Meskipun Papa juga mulai menaruh respek pada Mas Hangga. Tapi tidak untuk memberi ruang menjadi menantunya kembali. Ya, hati Papa tak beda jauh seperti Mama. Memaafkan, tapi tidak untuk memberi kesempatan. Sedangkan aku? akupun sama. Aku masih menyayanginya, bahkan kini kekagumanku padanya kian bertambah. Ia begitu bekerja keras belakangan ini. Membangun rumah untuk anak-anak. Tak bosan memberi perhatian dan cinta kepada anak-anak, bahkan ia begitu menyayangi Arjanka dan Ajanta, seperti anak sendiri. Entah sudah berapa banyak segala kebutuhan Janta dan Janka ia yang memenuhi, membelikan. Dua keranjang bayi besar itu. Pemberi
TEST PACK 174Test Pack ART-ku-Bahagia Tak Berujung-“Nggak bisa apa, Mas ...?”Dia merebahkan tubuhku ke bantal perlahan. Lelaki bermata bening dengan sepaket wajah yang selalu memabukkanku itu, mendekati wajahku.---“Nggak bisa jauh-jauh dari perempuan cantik di hadapan, Mas ini pastinya.” Kali ini wajahnya serius menatapku.“Mas, liatin akunya harus gitu, ya?”“Emm, memang Mas lihatnya gimana, si?”“Kayak, em … apa, yaa …?”“Mas juga nggak tahu, Dek. Mungkin karena kemarin-kemarin, Mas selalu buang jauh-jauh tatapan Mas ke tempat lain saat lihat kamu.”“Terus sekarang.” “Sekarang sayang dong, sudah halal nggak dilihatin. Mubajir. Heheheh.”“Oh, gitu, Mas …”“Iya, jadi ya Mas lihatinnya sepenuh hati. Biar masuk ke hati juga.”“Kelihatannya sudah bukan masuk ke hati saja. Sudah meresap ke jiwa sampai ke sum-sum tulang juga, Mas. Aku ‘kan sayang banget sama, Mas.”Ia membelai rambut lurus tergeraiku yang kini sudah panjang sepinggang.“Mas ….”“Hmmm …”“Jadi, Mas tadi mau minta apa?
#Testpack (173)Test Pack ART-ku-Dua Hati Mencecap Rasa-“Adududu … sakit, Dek.”Mas Hangga menghindar ke ujung kasur.“Coba jawab, apa dia itu kamu, Mas?” Aku mengejarnya dan mulai memegang kupingnya. Wajahku kini di atasnya dengan mata melotot.“Yang mana, sih?” Kini ia mulai sok cool.“Ish, emangnya Mas mau jelasin yang mana lagi? Dia yang selama ini mengganjal pikiranku. Belakangan dia bukan memberi informasi, malah jadi orang sok bijak yang banyak menasehatiku.”“Ya mungkin dia termasuk orang-orang yang sangat sayang sama kamu, Dek.”“Tapi kok Mas nggak kaget aku cerita begini? Nggak curiga. Kalau bukan Mas, pasti Mas akan langsung penasaran dan cari tahu siapa pengganggu itu?”Ia tergelak. Lalu memegang kedua bahuku dan membalik tubuhku, sehingga kami berguling-guling.Kini tubuhnya ada di atasku. Kedua netra ini hanya berjarak sekian inci saja. Napasnya memburu.“Kamu gemesin, Sayang, kalau marah-marah seperti ini.”“Ih, malah ngegombal!”“Beneran. Makanya Mas nggak kuat liat
#Testpack (172)Test Pack ART-ku-Jadi Siapa Sosok Misterius Itu?-Perlahan tubuh kokoh itu meletakkan tubuhku ke atas springbed. Tubuhnya kini menjadi tepat ada di hadapanku.Bulu-bulu lentik itu bergerak, mengerjap. Bola mata cokelat itu menatapku lekat.“Tak pernah berubah dan tak ada yang berubah. Yang ada, rasa rindu yang terpendam lama dan kini mulai terobati.” Lirih suara itu, namun helaan napas itu hangat menyentuh wajahku.Seketika aku menjadi teramat kasihan kepada lelakiku ini. Bertahun-tahun ternyata aku mengabaikannya dalam kesendirian. Mungkin aku akan lega ketika dia sempat melupakanku. Tapi nyatanya dia justru tak pernah berhenti untuk terus berusaha membuat agar aku kembali padanya.Kubelai wajah putih dengan cambang tipis yang terlihat baru di cukur itu. Kubelai kumis tipis di atas bibirnya. Aku menikmati keadaan ini. dia sudah sah kembali menjadi suamiku. Dari dulu, aku sangat menyukai keadaan ini. Berdua-dua, dan menyentuh seluruh area wajahnya. Saat ini seakan mey
#Testpack (171)Test Pack ART-ku-Honeymoon ke Norwegia-Mas Hangga membuktikan semuanya. Saat aku datang ke KJRI semua surat-surat telah secepat kilat ia urus. Kugunakan pakaian serba putih yang telah ia persiapkan untukku sekeluarga. Di sini prosesi ijab kabul akan berlangsung. Tentunya resepsi nanti akan dilaksanakan di Indonesia. Aku duduk di sebuah ruangan serba putih.“Bismillah, Nak. Ternyata benar, kalau kita berbuat baik, sama Allah ditambah nikmatnya. Siapa yang mengira, pada akhirnya kamu justru menikah dengan Hangga saat umroh, Nak.”Mama mengelus bahuku lembut. Dirapikannya jilbabku itu. Mama menatapku dengan senyuman paling menyejukkan seakan menenangkan dan menyemangatiku bahwa ijab kabulku akan berjalan lancar. Mama paling tahu apa yang ada dalam benakku. Kupeluk Mama erat, lalu aku dan Mas Hangga mencium tangannya khidmat.Mama kemudian mengelus pipiku juga Mas Hangga, dan mengangguk-angguk seakan ingin bicara bahwa ia memberi restu.“Selamat Hangga. Papa salut sama u
#Testpack (170)Test Pack ART-ku-Aku Mau, Mas-Seketika aku merasakan duniaku hening!Sedang bercandakah dia? Rasa-rasanya dia sedang men-chat prank-ku. [Jangan meragukan Mas, Dek. Mas tidak sedang bercanda.]Ah, kenapa dia bisa membaca pikiranku.Aku masih diam mematung. Memandangi sebaris tulisan yang baru masuk ini. [Turunlah, Mas ingin bicara lebih serius lagi. Mas tunggu di lobi.][Jangan ragu lagi. Semuanya sudah Mas putuskan. Mas ingin kembali denganmu. Masih bolehkan, Dek?][ Boleh juga ‘kan Mas kali ini GR, meyakini bahwa kamu dan anak-anak berharap Mas kembali?”]Aku hanya mampu membaca pesan demi pesannya yang terus masuk satu demi satu.[Mas akan terus berada di lobi ini sampai kamu turun. Tak perduli kalau security sampai mengusir Mas pun. Mas akan tunggu!]Kupegang dadaku yang berdebar. Kugigit bibirku berkali-kali, memastikan bahwa ini bukan mimpi.Kuusap aku air mata yang dengan kurang ajarnya menerobos begitu saja melewati pipiku. Aku tak ingin menangis di hadapan
#Testpack (169)Test Pack ART-ku-Kita Menikah Sekarang-“Sudahlah, Mas. Kenapa kamu sekarang jadi kolokan begini. Kamu lagi akting, ya?”“Akting?”“Ya kamu berminggu-minggu nggak datang ke rumah kemarin-kemarin biasa saja. Kenapa sekarang kok jadi aneh merasa bersalah, mohon-mohon begini?”“Ya … Karena ….” Ia menjeda kata … bukan terlihat berpikir, tapi terlihat menahan kata. Wajahnya tampak malu-malu. Jujur itu menggemaskan di mataku. Seandainya dia suamiku, seandainya aku tak marah padanya. Seperti yang dulu biasa kulakukan, akan kucubit hidung atau pipinya lalu mengoyak-ngoyak rambutnya. Tapi rasa kesalku saat ini masih jauh lebih besar. Rasa emosiku muncul kala mengingat dia berkelahi membabi buta menghajar Bang Saga. Begitu sulit kuhentikan."Ah sudahlah, cepat pergi saja dari sini. Hidup menjauh dariku dan anak-anak. Kamu kelihatannya sudah cukup berbahagia hidup berdua saja dengan Zayyan, putra mahkota kamu itu!" Aku mendengkus kesal.“Loh, kok gitu, Dek. Zayyan kan anak kes
-Dua Hati yang Tak Bisa Saling Membohongi-Mas Hangga, seemosional itu dia. Dia mungkin bahkan sudah mengira hubunganku dengan Bang Saga semakin rekat, karena semakin dekat dengan tanggal pernikahan. Maka dari itu dia semakin menjauh dariku, dan jadi sangat kecewa melihat keadaan ini.Kalau begitu, kondisi Bang Saga benar-benar berbahaya. Tak akan ada yang bisa melerainya kecuali aku.“Clarissa, kamu bisa pulang sendiri ‘kan? Rasanya aku tak bisa membiarkan mereka berdua menyelesaikan masalah ini tanpa ada pihak lain. aku khawatir sesuatu terjadi.”“Aku bisa pulang sendiri, tapi aku merasa perlu ikut kamu, Rin. Karena ada aku masalah ini timbul. Ada andil aku dalam masalah kalian. Aku merasa perlu meminta maaf dan menjelaskan ke Mas Hangga.”“Please Clarissa. Cukup aku.”“Kamu percaya aku, kan Karin, aku janji kehadiranku tak akan memperkeruh apapun. Aku hanya berusaha bertanggung jawab atas ini semua.”Kedua tangannya ditelangkupkannya di hadapanku, memohon. “Nggak Clarissa! Kamu te
#Testpac k (167)Test Pack ART-ku-Mas Hangga Begitu Sayang Kamu, Rin-“Benar, Rin. Sebaiknya memang begitu. Jangan terlalu memikirkan Mas Hangga dulu. Fokus saja mendekat pada Allah. Jika dia jodohmu. Allah akan bukakan hati Mas Hangga.”“Ya. Yasudah, yuk bahas kapan persiapan kalian akan menikah ulang?”“Aku ingin kamu yang menentukan tanggalnya, Rin.”“Dua bulan lagi terlalu lama tidak?”“Emm, berapapun tanggal yang kamu kasih. Aku akan siapin.”“Tunggu, sepertinya aku harus lihat tanggalan. Nanti aku kabari lagi, ya?“Oke, nggak apa-apa, kabari saja kalau sudah nemu.”“Ya udah sekarang Abang Istirahatlah. Kan masih harus jaga tubuh biar kankernya nggak tumbuh-tumbuh lagi. Semangat selalu Abang dan Clarissa, ya. Aku mau urusin si duo kembarku.”“Ya, Insyaa Allah. Titip sun ya buat duo kembar.” Suaranya sedih. "Iya, Abang bisa kapan saja datang atau video call mereka, ya. Anak-anakku, anak Abang juga. Mereka tetap menganggapmu Papa mereka."Setelah mengucap salam, kututup panggilan
#Testpac k (166)Test Pack ART-ku-Biarkan Semesta Yang Membuka Hati-Aku paham, Bang Saga mengumbar kata manis untuk Clarissa di hadapanku, sebagai penanda, bahwa semuanya sudah berakhir. Bahwa dia sudah benar-benar memutuskan melepas tali kasih yang pernah terjalin. Ini bukan suatu keburukan. Ini suatu tindakan tegas darinya. Bang Saga Mengingatkanku pada momen yang tepat, pada saat Clarissa sedang bersamaku. Bahwa kini, Bang Saga sudah menjadi milik Clarissa.“Clarissa, kamu dengar sendiri ‘kan? Bang Saga meletakkan hatinya untukmu. Bukan karena aku. Tapi karena cintamu memang layak diperjuangkan. Aku dan Bang Saga sudah tak ada hubungan apa-apa. Kami baik-baik saja. Kamu jangan lagi merasa bersalah seolah kahadiranmu mengacaukan segalanya. Kamu wanita yang sangat berarti, sangat dibutuhkan Bang Saga.” Kugenggam erat tangannya, mengangguk menatap netranya. tersenyum memberi peyakinan bahwa tak ada masalah yang berat antara aku dan Bang Saga.Aku bangkit, melangkah, kutinggalkan me