#Testpack (72)Test Pack ART-ku -Ada Pengganggu-Matanya terus terpejam, dan napasnya bergerak teratur. Baiklah, dia butuh istirahat, bahkan butuh banyak istirahat. Aku harus mensupport total kesembuhannya, harus memantaunya secara maksimal. Tak akan ada yang lebih baik menjagamu sekalipun di rumah sakit terbaik ini Mas selain aku. Kuelus-elus kepalanya perlahan. “Mas, lekas sembuh lagi, baru kemarin pagi kita bahagia, merasakan manisnya madu rumah tangga. Aku sudah yakin kamu sembuh waktu itu, karena kamu terus berangsur sehat, bahkan sudah semangat makan nasi goreng spesial buatanku untuk pertama kalinya. Siangnya kamu sudah seru-seruan bermain dengan anak-anak sampai sore hari. Sembuh, ya, Mas ….” bisikku pelan.Kusibak tirai jendela, berbayang gambar jam dinding di sana, masih ada waktu untuk shalat Dhuha, bermunajat panjang memohon ampunan atas segala dosa dan memohon kesembuhan suamiku. Sekali lagi aku meminta, seandainya ada amalanku yang layak ditukar untuk kesembuhan Mas A
#Testpack (73)Test Pack ART-ku -Cinta yang Sulit Hilang-“Loh, ada Mas Hangga, kapan datang, Mas?”“Baru aja ….” ucapnya datar. Kali ini ia nampak tak bersahabat. Tak seperti kemarin ketika menjenguk.Ia menatap tanganku yang masih menggandeng mesra tangan Mas Aksa.Kenapa dengan tatapan kamu, Mas. Sampai seperti itu menatap kami berdua.“Sayang main sama Papa dulu, ya. Mama mau pijitin Om Aksa dulu. Om-nya masih sakit,” balasku pada si kecil.“Oh, Om Aksa masih sakit, ya. Ya, Ma. Biar Omnya nggak dirawat lagi.” Si Kakak yang menjawab.Sementara kulihat Zayyan sedang mendorong-dorong mobil di ujung ruangan.Aku menarik tangan Mas Aksa melangkah masuk ke kamar. Lelaki tampan di sebelahku hanya pasrah mengikuti tarikan mesra tanganku. Kulirik lelaki putih jangkung di ujung sana yang masih memperhatikan kami sebelum pintu kututup.Ceklek. Kuputuskan mengunci pintu.Jangan kecewa dan marah, Mas. Karena apa yang kulakukan dengan suamiku ini halal. Tapi kalau kamu mau membakar dirimu send
#Testpack (74)Test Pack ART-ku -Semua ini Salah Cinta-Tapi kulirik tangannya tak memegang gawai sama sekali. Malah sekarang aku jadi bisa membuktikan bahwa si misterius itu bukan Mas Hangga. Karena pesan masuk barusan justru pada saat kulihat Mas Hangga sedang memegang stick game.Jadi siapa seseorang yang misterius ini. Bahkan dia sampai tahu aku menikah, padahal bisa kupastikan tak ada yang tahu pernikahanku kalau aku tak memberi tahunya kepada mereka.***AjtDenting piano kumainkan perlahan di sudut ruang sepi ini. Nada-nada sedih bermain-main menggoda pendengaran mengiris hati. Yah, hari ini, aku sedang menikmati tembang kesedihan yang kumainkan sendiri.Ini adalah hari pertama aku tanpa Mas Aksa. Dia sudah terbang dan hatiku juga telah terbang pergi bersamanya. Dia salah kalau kemarin bilang menitipkan hatinya di sini padaku, karena nyatanya hatikulah yang terbawa pergi olehnya. Beberapa hari menikah telah mampu membuatku jatuh cinta seutuhnya kepadanya. Seorang yang lembut,
#Testpack Bulan Madu Memanggil (75)[Wanita itu? siapa?] Akhirnya kukirim jawaban berupa pertanyaan.lima menit, sepuluh menit, tak di balasnya.[Jangan memberi info kalau nggak memberi solusi.] Sekali lagi kukirim jawaban pesan untuknya.tanda hijau itu berubah menjadi gelap. Artinay dia tak mau berpanjang chat lagi denganku. Okelah terima kasih kalau begitu sudah memberitahuku meskipun kentang karena tidak sekalian dengan menyebut namanya.[Dit, bisa minta tolong sekali lagi?][Minta tolong apa, Rin?][Ada satu akun facebook yang misterius. Apakah kamu juga bisa bantu aku melacak siapa orang di balik akun ini?] Aku mengirimkan satu link akun tersebut.[Oh, sebenarnya ini bukan keahlianku kalau melacak pemilik akun sosmed. aku hanya bisa membantu kalau itu soal pemilik nomor handphone, tapi baiklah, aku coba, Rin. Mungkin temanku ada yang bisa bantu.][Oke, Dit, makasih, ya, udah mau aku repotin lagi.]Selang sehari kemudian aku mendapat kabar dari Adit. Bahwa pemilik akun itu tingg
#Test_PackKado dalam Pohon dan Swiss (76)Wah ini pesan dari Mas Aksa. [Mas, kamu lagi istirahat? Bisa telepon? Jadi udah cuti, ya, Mas?] kujawab pesan itu dengan emot bahagia.[Ya, Mas lagi santai, Dek. Habis shalat sunnah rawatib.][Masyaa Allah suamiku sholehnya. Jadi gimana rencana kita, Sayang?][Alhamdulillah Mas ada waktu dua minggu. Mas sengaja sediakan ini untuk kita bulan madu.][Alhamdulillah, panjang sekali itu, Mas, dua minggu. Sebaiknya Turki dulu, biar kita lebih cepet ketemu, ya ‘kan? Dan Mas nggak perlu jemput aku ke Indonesia. Kita ketemu langsung di Turki, ya. Biar waktunya lebih efektif. Nanti dari Turki kita ke Swiss.][Bener, Sayang. Tapi nggak apa-apa Mas nggak jemput ke Indonesia?][Nggak apa-apa, Mas. Aku kan biasanya juga terbang sendirian. Aku bisa jaga diri, ‘kok.][Oke, kalau gitu. Tapi selalu kabari ya, dan waspada. Selama kamu terbang Mas akan standby tunggu kabar. Nanti Mas pesankan tiketnya, ya.]Setelah mendiskusikan banyak hal, pembicaraan berakhir
#Testpack (77)Test Pack ART-ku.-Honeymoon and Babymoon- Sebuah kotak cincin berwarna merah, di dalam plastik yang lumayan tebal. Plastiknya sudah koyak dan rapuh, tapi kotak perhiasan ini masih utuh bentuknya. Lapis beludru diluarnya sudah rontok bulu-bulunya dan warnanya tak lagi merah. Memudar menjadi cokelat. “Aku buka, ya, Mas.”“Buka aja, Dek. Bisa bukanya?”Ternyata agak susah. Mungkin karena terhimpit daging pohon yang makin tahun makin menempel jadi engselnya berkarat atau tertekan ke dalam.“Iya, susah, ni, Mas.”Lelakiku itu mengambil alih, dan klik! cukup sekali tarikan. Sebuah cincin emas dengan permata berlian di tengahnya. Sangat manis. Cincin dengan model sederhana namun berkesan manis, dan ukuran yang tidak terlalu besar. Mas Aksa menarik tanganku perlahan, meraih jemariku dan memasangkannya pada jari manisku.“Ternyata pas, Sayang.” wajahnya berbinar menatap tanganku, dikecupnya jari itu lembut.“Iya, Pas ... Mas ...." Aku menutup mulutku dengan tangan kanan. Tap
#Testpack (78)Test Pack ART-ku-Hari-hari Tanpa Aksa-"Mas ... Lagi?"Ia hanya tersenyum. Membuka jaketku, membuka sepatu sportku, kaus kaki, terakhir membuka jilbab dan dalamannya pelan-pelan. Memandangi wajahku lama.“Jadi ini wajahnya istri hamil ….” Ia tidak bertanya, mungkin berguman.Satu kecupan mendarat manis pada bibir basahku.Lalu ia menatap lekat lagi wajahku. memainkan jemarinya menapaki inci demi inci wajah ini dengan, Sayang. Berakhir pada perut dan mengusap-usapnya lama di sana.“Allah begitu cepat mengabulkan do’a, Mas, Dek.”“Begitu, ya, Mas?”“Mas pikir masih akan lama untuk bisa hamil. Mas sampe bingung dan sedikit memaksa atasan biar bisa buruan bulan madu dan bisa bikin kamu hamil, Dek. Tapi ternyata bulan madu di Indonesia kemarin langsung, Mas masih takjub.” Senyumnya lebar menatap langit-langit kamar.“Rasanya hati Mas seperti ada petasan yang meledak terus menerus dari tadi.” Wajahnya berbinar dengan senyum masih terus berhias lekat di sana.“Jadi rencana ki
#Testpack (79)Test Pack ART-ku-Dedek Utun Kembar yang Kuat, Ya-Ya Allah, pentalan demi pentalan dari anak-anak tangga membuat kepalaku pusing, pinggangku nyeri seperti terbakar.Aku yang berusaha bangkit menjadi sangat lemah begitu mendengar teriakan mereka.Ada darah?? Dadaku bergemuruh, gemetar seketika menjalari tubuh. Ja-jangan sampai ….Seketika aku merasakan area bawahku menjadi basah. Mereka sudah membantuku berdiri. Segera kupegang area belakang pantatku. Basah. Iya, basah. Secepat kilat kulihat jemariku, merah! Enggak, ini cuma darah biasa, jangan sampai!Secepat kilat mereka sudah memapahku masuk mobil, menuju rumah sakit. Andi meminta maaf kepadaku berkali-kali.“Bukan salah kamu, Mas Andi,” ucapku kepada pemuda berusia dua puluh lima tahun itu. Aku memang selalu memanggil dengan sebutan Mas dan Mbak kepada siapapun yang berusia lebih muda sebagai bentuk menghargai mereka.“Iya, Bu. Tapi karena saya, ibu jadi kaget dan jatuh.” Ia tampak shock melihat darah yang tembus p
TEST PACK 174Test Pack ART-ku-Bahagia Tak Berujung-“Nggak bisa apa, Mas ...?”Dia merebahkan tubuhku ke bantal perlahan. Lelaki bermata bening dengan sepaket wajah yang selalu memabukkanku itu, mendekati wajahku.---“Nggak bisa jauh-jauh dari perempuan cantik di hadapan, Mas ini pastinya.” Kali ini wajahnya serius menatapku.“Mas, liatin akunya harus gitu, ya?”“Emm, memang Mas lihatnya gimana, si?”“Kayak, em … apa, yaa …?”“Mas juga nggak tahu, Dek. Mungkin karena kemarin-kemarin, Mas selalu buang jauh-jauh tatapan Mas ke tempat lain saat lihat kamu.”“Terus sekarang.” “Sekarang sayang dong, sudah halal nggak dilihatin. Mubajir. Heheheh.”“Oh, gitu, Mas …”“Iya, jadi ya Mas lihatinnya sepenuh hati. Biar masuk ke hati juga.”“Kelihatannya sudah bukan masuk ke hati saja. Sudah meresap ke jiwa sampai ke sum-sum tulang juga, Mas. Aku ‘kan sayang banget sama, Mas.”Ia membelai rambut lurus tergeraiku yang kini sudah panjang sepinggang.“Mas ….”“Hmmm …”“Jadi, Mas tadi mau minta apa?
#Testpack (173)Test Pack ART-ku-Dua Hati Mencecap Rasa-“Adududu … sakit, Dek.”Mas Hangga menghindar ke ujung kasur.“Coba jawab, apa dia itu kamu, Mas?” Aku mengejarnya dan mulai memegang kupingnya. Wajahku kini di atasnya dengan mata melotot.“Yang mana, sih?” Kini ia mulai sok cool.“Ish, emangnya Mas mau jelasin yang mana lagi? Dia yang selama ini mengganjal pikiranku. Belakangan dia bukan memberi informasi, malah jadi orang sok bijak yang banyak menasehatiku.”“Ya mungkin dia termasuk orang-orang yang sangat sayang sama kamu, Dek.”“Tapi kok Mas nggak kaget aku cerita begini? Nggak curiga. Kalau bukan Mas, pasti Mas akan langsung penasaran dan cari tahu siapa pengganggu itu?”Ia tergelak. Lalu memegang kedua bahuku dan membalik tubuhku, sehingga kami berguling-guling.Kini tubuhnya ada di atasku. Kedua netra ini hanya berjarak sekian inci saja. Napasnya memburu.“Kamu gemesin, Sayang, kalau marah-marah seperti ini.”“Ih, malah ngegombal!”“Beneran. Makanya Mas nggak kuat liat
#Testpack (172)Test Pack ART-ku-Jadi Siapa Sosok Misterius Itu?-Perlahan tubuh kokoh itu meletakkan tubuhku ke atas springbed. Tubuhnya kini menjadi tepat ada di hadapanku.Bulu-bulu lentik itu bergerak, mengerjap. Bola mata cokelat itu menatapku lekat.“Tak pernah berubah dan tak ada yang berubah. Yang ada, rasa rindu yang terpendam lama dan kini mulai terobati.” Lirih suara itu, namun helaan napas itu hangat menyentuh wajahku.Seketika aku menjadi teramat kasihan kepada lelakiku ini. Bertahun-tahun ternyata aku mengabaikannya dalam kesendirian. Mungkin aku akan lega ketika dia sempat melupakanku. Tapi nyatanya dia justru tak pernah berhenti untuk terus berusaha membuat agar aku kembali padanya.Kubelai wajah putih dengan cambang tipis yang terlihat baru di cukur itu. Kubelai kumis tipis di atas bibirnya. Aku menikmati keadaan ini. dia sudah sah kembali menjadi suamiku. Dari dulu, aku sangat menyukai keadaan ini. Berdua-dua, dan menyentuh seluruh area wajahnya. Saat ini seakan mey
#Testpack (171)Test Pack ART-ku-Honeymoon ke Norwegia-Mas Hangga membuktikan semuanya. Saat aku datang ke KJRI semua surat-surat telah secepat kilat ia urus. Kugunakan pakaian serba putih yang telah ia persiapkan untukku sekeluarga. Di sini prosesi ijab kabul akan berlangsung. Tentunya resepsi nanti akan dilaksanakan di Indonesia. Aku duduk di sebuah ruangan serba putih.“Bismillah, Nak. Ternyata benar, kalau kita berbuat baik, sama Allah ditambah nikmatnya. Siapa yang mengira, pada akhirnya kamu justru menikah dengan Hangga saat umroh, Nak.”Mama mengelus bahuku lembut. Dirapikannya jilbabku itu. Mama menatapku dengan senyuman paling menyejukkan seakan menenangkan dan menyemangatiku bahwa ijab kabulku akan berjalan lancar. Mama paling tahu apa yang ada dalam benakku. Kupeluk Mama erat, lalu aku dan Mas Hangga mencium tangannya khidmat.Mama kemudian mengelus pipiku juga Mas Hangga, dan mengangguk-angguk seakan ingin bicara bahwa ia memberi restu.“Selamat Hangga. Papa salut sama u
#Testpack (170)Test Pack ART-ku-Aku Mau, Mas-Seketika aku merasakan duniaku hening!Sedang bercandakah dia? Rasa-rasanya dia sedang men-chat prank-ku. [Jangan meragukan Mas, Dek. Mas tidak sedang bercanda.]Ah, kenapa dia bisa membaca pikiranku.Aku masih diam mematung. Memandangi sebaris tulisan yang baru masuk ini. [Turunlah, Mas ingin bicara lebih serius lagi. Mas tunggu di lobi.][Jangan ragu lagi. Semuanya sudah Mas putuskan. Mas ingin kembali denganmu. Masih bolehkan, Dek?][ Boleh juga ‘kan Mas kali ini GR, meyakini bahwa kamu dan anak-anak berharap Mas kembali?”]Aku hanya mampu membaca pesan demi pesannya yang terus masuk satu demi satu.[Mas akan terus berada di lobi ini sampai kamu turun. Tak perduli kalau security sampai mengusir Mas pun. Mas akan tunggu!]Kupegang dadaku yang berdebar. Kugigit bibirku berkali-kali, memastikan bahwa ini bukan mimpi.Kuusap aku air mata yang dengan kurang ajarnya menerobos begitu saja melewati pipiku. Aku tak ingin menangis di hadapan
#Testpack (169)Test Pack ART-ku-Kita Menikah Sekarang-“Sudahlah, Mas. Kenapa kamu sekarang jadi kolokan begini. Kamu lagi akting, ya?”“Akting?”“Ya kamu berminggu-minggu nggak datang ke rumah kemarin-kemarin biasa saja. Kenapa sekarang kok jadi aneh merasa bersalah, mohon-mohon begini?”“Ya … Karena ….” Ia menjeda kata … bukan terlihat berpikir, tapi terlihat menahan kata. Wajahnya tampak malu-malu. Jujur itu menggemaskan di mataku. Seandainya dia suamiku, seandainya aku tak marah padanya. Seperti yang dulu biasa kulakukan, akan kucubit hidung atau pipinya lalu mengoyak-ngoyak rambutnya. Tapi rasa kesalku saat ini masih jauh lebih besar. Rasa emosiku muncul kala mengingat dia berkelahi membabi buta menghajar Bang Saga. Begitu sulit kuhentikan."Ah sudahlah, cepat pergi saja dari sini. Hidup menjauh dariku dan anak-anak. Kamu kelihatannya sudah cukup berbahagia hidup berdua saja dengan Zayyan, putra mahkota kamu itu!" Aku mendengkus kesal.“Loh, kok gitu, Dek. Zayyan kan anak kes
-Dua Hati yang Tak Bisa Saling Membohongi-Mas Hangga, seemosional itu dia. Dia mungkin bahkan sudah mengira hubunganku dengan Bang Saga semakin rekat, karena semakin dekat dengan tanggal pernikahan. Maka dari itu dia semakin menjauh dariku, dan jadi sangat kecewa melihat keadaan ini.Kalau begitu, kondisi Bang Saga benar-benar berbahaya. Tak akan ada yang bisa melerainya kecuali aku.“Clarissa, kamu bisa pulang sendiri ‘kan? Rasanya aku tak bisa membiarkan mereka berdua menyelesaikan masalah ini tanpa ada pihak lain. aku khawatir sesuatu terjadi.”“Aku bisa pulang sendiri, tapi aku merasa perlu ikut kamu, Rin. Karena ada aku masalah ini timbul. Ada andil aku dalam masalah kalian. Aku merasa perlu meminta maaf dan menjelaskan ke Mas Hangga.”“Please Clarissa. Cukup aku.”“Kamu percaya aku, kan Karin, aku janji kehadiranku tak akan memperkeruh apapun. Aku hanya berusaha bertanggung jawab atas ini semua.”Kedua tangannya ditelangkupkannya di hadapanku, memohon. “Nggak Clarissa! Kamu te
#Testpac k (167)Test Pack ART-ku-Mas Hangga Begitu Sayang Kamu, Rin-“Benar, Rin. Sebaiknya memang begitu. Jangan terlalu memikirkan Mas Hangga dulu. Fokus saja mendekat pada Allah. Jika dia jodohmu. Allah akan bukakan hati Mas Hangga.”“Ya. Yasudah, yuk bahas kapan persiapan kalian akan menikah ulang?”“Aku ingin kamu yang menentukan tanggalnya, Rin.”“Dua bulan lagi terlalu lama tidak?”“Emm, berapapun tanggal yang kamu kasih. Aku akan siapin.”“Tunggu, sepertinya aku harus lihat tanggalan. Nanti aku kabari lagi, ya?“Oke, nggak apa-apa, kabari saja kalau sudah nemu.”“Ya udah sekarang Abang Istirahatlah. Kan masih harus jaga tubuh biar kankernya nggak tumbuh-tumbuh lagi. Semangat selalu Abang dan Clarissa, ya. Aku mau urusin si duo kembarku.”“Ya, Insyaa Allah. Titip sun ya buat duo kembar.” Suaranya sedih. "Iya, Abang bisa kapan saja datang atau video call mereka, ya. Anak-anakku, anak Abang juga. Mereka tetap menganggapmu Papa mereka."Setelah mengucap salam, kututup panggilan
#Testpac k (166)Test Pack ART-ku-Biarkan Semesta Yang Membuka Hati-Aku paham, Bang Saga mengumbar kata manis untuk Clarissa di hadapanku, sebagai penanda, bahwa semuanya sudah berakhir. Bahwa dia sudah benar-benar memutuskan melepas tali kasih yang pernah terjalin. Ini bukan suatu keburukan. Ini suatu tindakan tegas darinya. Bang Saga Mengingatkanku pada momen yang tepat, pada saat Clarissa sedang bersamaku. Bahwa kini, Bang Saga sudah menjadi milik Clarissa.“Clarissa, kamu dengar sendiri ‘kan? Bang Saga meletakkan hatinya untukmu. Bukan karena aku. Tapi karena cintamu memang layak diperjuangkan. Aku dan Bang Saga sudah tak ada hubungan apa-apa. Kami baik-baik saja. Kamu jangan lagi merasa bersalah seolah kahadiranmu mengacaukan segalanya. Kamu wanita yang sangat berarti, sangat dibutuhkan Bang Saga.” Kugenggam erat tangannya, mengangguk menatap netranya. tersenyum memberi peyakinan bahwa tak ada masalah yang berat antara aku dan Bang Saga.Aku bangkit, melangkah, kutinggalkan me