Abigail Halimin putri satu-satunya Profesor Dragda Halimin. Lahir dalam kemewahan dan kehidupan keluarga terpandang di masyarakat. Papanya seorang dokter ahli bedah di Semarang, mamanya seorang pengusaha wanita. Papa dan mamanya berasal dari keluarga pengusaha kaya di kota Semarang.Sang ibu Airin Suitinaya , bergabung dengan kalangan sosial orang kaya, ayahnya yang selalu sibuk di rumah sakit, Abigail dalam pengasuhan asisten rumah tangganya. Kehangatan keluarga tidak pernah diperoleh dari papa dan mamanya pulang ke rumah dalam keadaan lelah, malah dia mendapatkan kasih sayang dari asisten rumah tangganya yang merawatnya sejak lahir.Akhir-akhir ini mama dan papanya sering berkonflik , papanya mendengar dari isteri koleganya sesama dokter bahwa isterinya ada main hati dengan seorang pemuda penganguran berwajah tampan. Memakai ketampanannya dan daya pikat seksualnya membuat Airin Suitinaya terpikat bahkan mereka berdua sering keluar masuk hotel.Ketika Abigail berusia lima tahun ma
Dengan pesawat pagi Merry mengajak Ravina , pemilik Ravi Event Organizir ke Semarang menemui dokter Dante. Merri menunjuk café dekat Rumah Sakit tempat dokter Dante praktek, sehingga cukup dengan berjalan kaki lima menit dia akan sampai di café.Merri memperkenalkan Ravina yang langsung menggunakan kesempatan menjelaskan konsep pernikahan karena Merri dan Ravina akan kembali ke Surabaya pada pesawat sor harinya. Dokter Dante serius mendengar konsep pernikahan, mulai dari susunan acara sampai dan beberapa sketsa letak pelaminan , meja tempat penandatangan pernikahan serta tempat undangan berupa beberapa 5 meja panjang dikelilingi 20 kursi.“Konsep weddingnya seperti keinginan mbak Merri, konsep “Intimate wedding”, lokasinya di hotel milik papanya.Dokter Dante mengerutkan keningnya menatap Merri, “Papamu punya hotel?” tanyanya serius.“Hum,papaku menanam sahamnya di sana.”“Oh..” Jawab Dante tersenyum.“ Catatan sipil bersifat pribadi hanya keluarga inti yang hadir, resepsinya d
Merri mencoba menghubungi dokter Dante, tidak ada respons. Karena tidak ada respons, Merri mengirim pesan,’Hubungi aku, apakah perlu dijemput? Sebutkan nama pesawat dan jam keberangkatan’Merri melihat centang biru , menunjukkan bahwa pesan telah terkirim dan dibaca,’Hmm, mungkin dia sibuk, hanya bisa membaca.’batin Merri kemudian membaringkan tubuhnya di ranjang. Seharian dia disibukkan dengan persiapan pernikahannya , tinggal H-3 , dilihatnya jam menunjukkan jam lima sore.“Aku membaringkan tubuhku sejenak, setelah itu aku akan menemui Romo Pramudya. Aku belum selesai mengaku dosa karena tak mampu menahan airmataku yang terus mengalir.” Gumamnya , memejamkan matanya sejenak. Ponselnya berdering, dengan malas dilihatnya log panggilan,Romo Pramudya,diangkatnya ponselnya,”Selamat sore Romo,”“Selamat sore nak Merri, ada waktu?” tanya Romo di seberang sana.“Saya rencana hari ini mau ketemu Romo, kali lalu saya tidak sempat menyelesaikan pengakuanku.”“Ada khabar dari dokter Dante?” ta
Merri duduk di ujung ranjang menunggu kedatangan dokter Dante yang akan menjemputnya di kamar hotel yang telah diubah menjadi kamar pengantin. Kamar penuh bunga melati dan mawar merah di ranjang beralaskan seprei merah muda serta memenuhi karpet merah .Pintu kamar pengantik diketuk perlahan, sosok yang ditunggu muncul dari balik pintu, “Mas Dante….” Gumam Merri pelan, suaranya nyaris lirih seperti bisikan terdengar di telinganya.“Merri…”Merri menatap sosok yang sebentar lagi akan menjadi miliknya , matanya bersinar melihat dokter Dante mengenakan jas pengantin terlihat gagah, mendekati ranjang kemudian duduk di samping Merri.“Merri , aku minta maaf tidak bisa mendampingimu seumur hidup kita,”kata dokter Dante penuh penyesalan.Merri mengangkat wajahnya, matanya yang bersinar tiba-tiba meredup, “Mengapa kamu minta maaf, acara pernikahan kita belum berlangsung.” Jawab Merri dengan suara bergetar. Ada ketakutan di dalam hatinya mengapa dokter Dante minta maaf dengan nada penuh p
Dokter Dante akan menggeliatkan tubuhnya sesuatu beban berat menindis tubuhnya, hawa dingin AC merayap perlahan ke tubuh polos dokter Dante, menyentak kesadaran dokter Dante. Tubuhnya terasa kaku dan lelah, matanya mengerjap beberapa kali mencoba menyesuaikan diri dengan ruangan yang remang-remang,matanya terasa berat . Aroma khas rumah sakit menyeruak ke hidungnya, tangannya menyentuh tubuh yang terbaring di atas tubuhnya yang seperti dirinya tanpa sehelai kainpun menutupi dirinya. Jantungnya berdetak kencang, aliran darahnya serasa membeku.Otak dokter Dante cepat bekerja mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi semalam. Samar-samar dokter Dante teringat meskipun harus menyatukan kepingan memori agar hadir di pikirannya, akhirnya ingatannya kembali menjadi rangkaian yang eksotik apa yang telah mereka lakukan semalam.“Oh.. My .. God!” seru dokter Dante.Tubuh polos yang terbaring di atas tubuhnya bergerak pelan, menatapnya penuh kebahagiaan,”Semalam terasa seperti surga.” B
Pada umumnya setiap orang merancang masa depan demi meraih kebahagiaan. Demikian pula halnya dengan Merri, langkah hidup yang dibuatnya per etape.Menurutnya hidup adalah sebuah pilihan tinggal mana yang akan dipilih. Jika perkawinan telah sah di mata hukum dan resepsi pernikahan berjalan lancar, Merri akan menentukan langkah selanjutnya dengan dokter Dante, hidup bersama dokter Dante. Jika dokter Dante melepaskan dokter Anjel, Merri mengampuni dokter Dante , menghapus semua masa lalu dokter Dante, mengajak dokter Dante menghubungi romo Pramudya mohon perkawinannya disahkan dengan sakramen Perkawinan.Merri ragu menerima sakramen perkawinan pada awal pernikahannya, ada ketakutan pernikahannya tidak berlangsung lama karena ada dokter Anjel di hidup dokter Dante. Di ruang pengakuan dosa, Merri mengatakan bahwa dia tidak ingin ada anak dalam pernikahannya, terbayang ekspresi wajah Romo Pramudya,” Menunda punya anak?” tanya Romo Pramudya. “Tidak Romo, saya tidak ingin ada anak mengingat m
Jenazah Pak Andrew Kristanto terbaring kaku di dalam peti jenazah di rumah duka rumah sakit. Para pelayat datang menyatakan simpati dan rasa duka. Pak Andrew Kristanto semasa hidupnya tidak saja dikenal sebagai pengusaha yang sukses juga sebagai pengusaha yang murah hati. Pak Andrew diam-diam memberikan santunan, beasiswa bahkan dana kepada orang yang membutuhkan . Termasuk salah satu penyandang dana di beberapa panti asuhan, rumah jompo dan tempat ibadah.Merri menatap jenazah papanya, membelai tangannya yang mengatup memegang Rosario ,’Papa meninggal karena ulahku, satu hal yang melegakan hatiku papa memaafkanku. Papa terlihat tenang dan bahagia banget, ada seyum bahagia seolah menemui seseorang,’ Batin Merri.Ibu Anna terlihat sedih, jemarinya yang gemetar sering menghapus airmata yang akan jatuh.Tubuhnya terlihat lemah, seolah tak sanggup menopang tubuhnya, sesekali ibu Anna terlihat terhuyung, Merri yang duduk di sebelahnya memeluknya, ibu Anna ingin menolak tangan yang akan m
Kepergian papanya, diusir dari rumah sendiri, mamanya yang harus menjalani operasi sedang dana yang dimilikinya tidak cukup seakan mimpi buruk yang menakutkan daripada mimpinya gagal menikah dengan dokter Dante.Merri berharap semoga mimpi buruknya segera berakhir, tapi yang dihadapi bukan mimpi buruk tapi kenyataan yang harus dihadapinya .“Aku harus kuat!Tuhan akan menolongku.” Suara bagaikan bisikan keluar dari mulut Merri ketika sadar dari pingsannya.“Dia sadar dok,” seru suara lembut seorang perawat.“Cek, tekanan darahnya.”suara bariton seorang dokter.Merri pelan-pelan membuka matanya, dilihatnya empat pasang mata menatapnya ,”Mana mama?”“Ibu mbak sudah dioperasi.Operasi berjalan lancar, sekarang ada di ruang pemulihan.” Jawab dokter.“Terimakasih Tuhan . Terima kasih dokter.” Ucap Merri.“Terima kasih kepada bapak yang mewakili mbak menandatangani persetujuan operasi dan membayar biaya operasi.”Seru dokter .“Oom Sebastian?” Tanya Merri ragu-ragu.“Hum, nama lengkapnya Dragnar
Merri masih tertidur lelap ketika Dragnar membangunkan dengan membelai lengannya , tidak ada reaksi, dilanjutkan dengan mengusap kepala, diakhiri dengan mengecup kening Merri.Mata yang semula redup tiba-tiba membesar melihat Dragnar sudah berpakaian rapi. Aroma parfum Dragnar membelai hidung Merri.“Honey, aku kerja dulu.Dad sudah menungguku di meja makan untuk sarapan. Mungkin aku pulang agak malam, ada beberapa meeting yang harus aku ikuti.”Merri mengangguk mengerti.“Hum, kalau kamu ketemu dengan mom, usahakan membiasakan memanggil dengan mom ,juga kalau bertemu dengan dad, usahakan memanggilnya dad.Kamu sekarang bukan orang lain, kamu bagian dari keluarga Braspati, kamu anak menantu mereka.”Merri mengangguk lagi,’Terpaksa aku mengalah dan bersabar. Kali ini aku mengalah demi suamiku, bukan demi tante Aida dan oom Baron, Oom Baron aku tidak perlu kuatir, dia menerimaku.’Batin Merri kemudian meraih bahu Dragnar.“Semoga Tuhan memberkatimu dan memberkati semua rencana dan aktivitas
Bulan madu selama sembilan hari menjadi momen bonding yang hangat kesempatan berdua mereka tidak hanya diisi dengan permainan cinta, saling mengutarakan isi hati sehingga memperkuat ikatan emosional. Momen bulan madu menciptakan rasa aman, nyaman,kepercayaan Merri terhadap Dragnar . Sampai di mansion, miss Franka dan beberapa pelayan dan pengawal pribadi telah menunggu mereka.Suasana mansion gelap dan dingin, tidak ada keramahan, seperti yang mereka alami di villa dan hotel. Miss Franka , pelayan dan pengawal pribadi menyambut mereka , membungkuk tanpa ekspresi gembira melihat majikannya pulang dari berbulan madu, tidak ada ucapan selamat datang di mansion, bibir mengatup, tubuh membungkuk kaku. Dragnar berjalan tegak, jemarinya memegang jemari Merri melewati mereka.Dragnar tidak mengucapkan sepatah katapun, melirikpun tidak. Merri yang berasal dari keluarga yang diajar menghargai sesama langsung tersenyum,”Sudah lebih jam sebelas malam, kalian belum tidur?” Tanya Merri. Tidak ada
Setiap manusia mempunyai kekuatiran, demikian juga Merri. Setelah menikah, ada banyak yang ia pikirkan, ada banyak hal yang ia cemaskan sehigga kekuatiran menjadi bagian dalam diri Merri. Kekuatirannya terbesar bukan mengkhawatirkan perkawinannya tetapi sesuatu yang berasal dari luar, keluarga papanya , mamanya yang tidak nyaman tinggal di mansion dan sikap ibu Aida, mertuanya yang tidak mengingininya menjadi bagian dari keluarga Braspati.Delapan hari bulan madu mereka, Merri akhirnya tahu siapa Dragnar yang telah mengutarakan semua hal mengenai dirinya , Merri menjadi iba dan mulai menyayangi Dragnar dan kagum atas keberanian Dragnar menikahinya tanpa meminta restu kedua orangtuanya, Merri semakin yakin bahwa ia di tangan pria yang tepat .‘Bagaimana kalau Dragnar kembali bekerja? Aku sendirian di mansion? Rumah besar yang terdiri dari beberapa kamar besar, ruang makan yang luas , ruang tamu yang luas. Kalau aku sendirian, belum lagi pandangan mata tante Aida sangat me
Merri bangun, kebiasaannya kalau bangun tangannya meraih ke samping tubuhnya mencari sosok yang semalam mereka telah mencapai puncak kenikmatan, denyutan nikmat masih terasa di sumber kenikmatan Merri.Merasa sosok yang dicarinya tidak ada, Merri membalikkan tubuhnya, sosok yan g dicari tidak nampak,”Mungkin dia lari pagi?” bisik Merri kemudian bangun masuk ke kamar mandi membersihkan dirinya dari aktivitas cinta yang masih berkedut dan menyisakan sesuatu yang melengket .Setelah mandi tanpa keramas, Merri keluar kamar mandi, matanyatertegun pada sosok yang bersimpuh di depan meja tamu, ada salib dan patung bunda Maria dan lilin aromaterapi. Sosok bersimpuh sambil menunduk, Merri mendengar isak tangis yang ditahan. Cepat-cepat Merri mengambil baju yang layak dipakai , bersimpuh di samping Gragnar yang terus menunduk dan bahunya bergetar menahan isak tangis.Merri mengulurkan tangannya, akhirnya ditarik kembali,’Kalau aku meletakkan tanganku ke bahunya ia sadar aku sudah bangun, biarlah
Merri menggeliat, diraihnya ponselnya baru jam tiga dini hari. Semalam Dragnar kembali memintanya, Merri menolak dengan alasan capek. Entah mengapa mereka sampai berhubungan intim. Merri berusaha mengingat kejadian semalam, akhirnya dia tersenyum kemudian menoleh ke sampingnya, melihat pria, suaminya masih terlelap. Dadanya yang bidang dengan tonjolan berbulu halus, Merri menyentuh dada, merabanya kemudian meletakkan kepalanya di dada pria yang tidak dicintainya , suaminya dan calon ayah dari bayi yang dikandungnya.‘Huh.. dasar perayu ulung.” Bisik Merri lalu tersenyum kecil.‘Setiap dia menatapku dengan wajah penuh permintaan berkabut hasrat dan gairah, dia terlihat sangat menawan dan menggoda akhirnya aku tergoda dalam rayuannya, apalagi sumber kenikmatannya sudah mengeras dan menegang minta ijin masuk ke dalam.’ Batin Merri.Dragnar malam itu tidak menggebu seperti malam-malam sebelumnya, lembut, membuat sensasi menempelkan tubuhnya di atas tubuh Merri, berdua mereka sudah polos
Cinta terdiri dari lima kata, mudah diingat, mudah diucapkan tapi memiliki makna yang kompleks.Setiap orang ingin dicintai dan mencintai malah ada yang ingin mendapatkan cinta sejati.Dengan cinta sejati akan membawa kebahagiaan baik fisik maupun mental. Sayang tidak semua orang bisa mendapatkan cinta sejati.Merri mendapatkan cinta dari Dragnar, sulit memberikan cintanya kepada Dragnar karena cintanya sudah diberikan pada pria lain , pria yang tidak tepat dipilihnya untuk jatuh cinta.Waktu jatuh cinta pada Dante, Merri memiliki ekspektasi yang tinggi tentang cinta, ia percaya bahwa Dante mencintainya dengan tulus seperti dirinya, Dante memberikan Merri cinta yang sempurna, kenyataannya cinta Dante adalah cinta palsu , meninggalkan luka di hati Merri.Merri merasakan suatu keajaiban ketika Dragnar menyatakan bahwa ia sangat mencintai Merri malah Merri tidak percaya akan ucapan Dragnar , hanya kata-kata romantis yang dikeluarkan untuk mendapatkan tubuh Merri. Ketika berhubungan intim,
“Merri pernah cerita ke saya bahwa dia suka Bali , suasana di desa mistis,romantis dan eksotis. Jadi karena kita belum bulan madu aku ngajaknya ke Bali saja.”“Bagaimana honey, kamu setuju?” tanya Dragnar,memamerkan kemesraannya dengan Merri dihadapan kedua orangtuanya.Merri yang sedang minum susu tentu terkaget-kaget, hampir menjatuhkan gelas susu yang dipegangnya.“Uhuk.. mmm… uhuk..” kemudian terbatuk-batuk, ditatap pak Baron dengan tersenyum.Sebelumnya Dragnar sudah menyampaikan mengapa Merri tidak ingin diadakan resepsi pernikahan, daddynya lalu menawarkan bulan madu, tentu langsung di sambut oleh Dragnar. Mereka berdua mengadakan persekongkolan seolah-olah Dragnar punya ide.Di depan kedua orangtuanya Dragnar kembali memamerkan kemesraannya, mengambil tisu mengelap bibir Merri yang masih dipenuhi putih susu. Merri melirik ibu Aida yang menatap kemesraan Dragnar dengan tatapan sinis.‘Kamu sengaja memamerkan kemesraan di depan orangtuamu, mengapa aku tidak merespons , papanya
Begitu masuk ke ruang makan, Merri menahan rasa kesal ketika ibu Aida menyambut Merri dan ibu Anna masuk ke ruang makan ,”Dragnar, ajar isterimu kalau kita makan malam bersama sebaiknya ia perhatikan penampilannya. Baju yang dikenakannya tadi pagi belum diganti,mungkin juga belum mandi sore, perempuan harus menjaga penampilan, jangan malas.”Dragnar menatap ke arah Merri yang berusaha menjaga wajahnya agar tetap tersenyum,”Mungkin bawaan perempuan hamil.” Ujar Dragnar, jemarinya membelai perut Merri yang belum nampak kehamilannya.“Mer, kamu hamil?” tanya pak Baron dengan ekspresi gembira.“Iya.. Oom..”“Hai, kamu harus membiasakan memanggilku papa , karena kamu sekarang menantu papa yang sudah lama dijodohkan almarhum papamu.”Merri melirik ke ibu Aida yang menatapnya, tatapannya seakan menembus sampai ke tulang belakangnya,”Katanya sudah memasuki dua bulan,” Ujar ibu Aida, suaranya terdengar manis di telinga mereka yang mendengar tapi bagi Merri sebagai belati yang ditusukkan ke
“Surprise!” Ujar Stella, Rissa dan Grace bersamaan Jangan bayangkan perasaan Merri saat itu, setelah berdebat panjang untuk mengungkapkan isi hatinya yang sebenarnya dengan ibu Aida, telah menyita napasnya yang membuatnya sesak, tiba-tiba kemunculan sahabat-sahabatnya yang sama sekali tidak diharapkan membuat dadanya semakin sesak , sulit bernapas hanya menatap mereka dengan tatapan tidak percaya. “Mengapa kalian kemari?”akhirnya suara Merri bisa tercetus keluar. Merri menarik napas yang terasa sangat berat,” Kalian kok bisa masuk?” tanyanya lagi. “Mama Anna beberapa kali menelpon aku minta dicarikan kost. Aku mencoba menghubungimu tapi ponselmu tidak diangkat, akhirnya aku menghubungi Rissa dan Grace, kami sepakat untuk mengunjungimu , siapa tahu kalian ada masalah.”Ujar Stella. Rissa melihat ke arah ibu Anna,”Mama Anna, sudah pulih ingatannya?” “Hum, sudah. Ngomong-ngomong kalian kok tahu alamatnya rumah Dragnar?” Tanya Merri. “Karena mama Anna terus merengek minta dicarikan t