"Waa ... ma-maaf, Dok!" Prisha cepat-cepat membuka jendela yang hanya setinggi dada. "Masuk sini, Dok!"Gavin menggeleng kuat. Seumur-umur, ia belum pernah masuk rumah lewat jendela. Sungguh memalukan jika itu terjadi."Ayoo ...." Prisha menarik tangan suaminya. "Nggak!" tolak Gavin, galak. "Bukain pintu!""Oh, i-iya, iya ...." Prisha melepaskan tangan Gavin, lalu menghambur ke luar kamar.Gavin tampak bersungut-sungut begitu dibukakan pintu. "Pak Dok tadi di taman?" Prisha bertanya pelan dan hati-hati, seperti orang takut menyenggol singa luka.Gavin tak menjawab. Masih dongkol. Tadi, sepulang dari rumah kakek, ia sudah bad mood. Rasa tertekan mendorongnya langsung ke taman belakang rumah yang menyatu dengan kolam renang. Ia duduk melamun di tepi kolam, tanpa menyalakan lampu taman. Belum setengah jam menikmati kesendirian, chat Prisha mengusik kenyamanannya. Ingin mengabaikan, tapi tidak bisa. Gadis itu seperti nyamuk nakal yang terus mendengung di telinga. Gavin serasa ingin ja
Pagi-pagi sebelum sarapan, Gavin melakukan prosedur angkat jahitan di pergelangan lengan kanan Prisha. Benang jahitan digunting dan dilepas karena luka sudah mengering. Gavin mengoleskan desinfektan di sepanjang luka yang telah menjadi garis lurus di kulit yang halus. Kasa steril dan plester, ia tempelkan sebagai sentuhan akhir perawatan luka.Sebagai dokter spesialis bedah jantung yang terbiasa menangani luka serius pascaoperasi, gerakan Gavin telaten, rapi, dan hati-hati. Padahal, yang ditanganinya saat itu hanya perawatan luka biasa. Prisha mengamati wajah serius dokter konsulennya. Delapan tahun telah berlalu, tapi Prisha menemukan hatinya masih seperti dulu. Meski Dokter Gavin tak lagi suka tersenyum. "Kamu mandangin wajah saya terus, apa nggak bosan?" tegur Gavin, dengan nada tak acuh."Saya bersyukur, impian saya terkabul, meski lewat jalan berliku."Gavin duduk tenang di sisi Prisha, usai membersihkan tangannya. "Emangnya apa impian kamu?""Pengen jadi dokter supaya bisa ber
Prisha agak gugup di forum formal tersebut. Sebelum masuk, ia melihat banyak orang bertubuh tegap, berkacamata hitam dan berjas hitam, berbaris di depan pintu. Sebagian berdiri di dalam, pada sudut-sudut ruangan, dengan penampilan serupa.Orang-orang berkacamata hitam itu jelas bukan anggota keluarga Devandra. Sikap dan gestur tubuh mereka terlalu kaku dan formil. Prisha yakin, mereka penjaga keamanan, mirip-mirip anak buah mafia di film-film thriller yang pernah diceritakan Keyko. Ingat Keyko, Prisha jadi ingat Hana dan teman-teman koasnya. Mereka tadi hadir di acara resepsi, tapi hanya sebentar karena mesti tugas dinas. Padahal, Prisha kangen dan ingin ngobrol banyak dengan sahabatnya.Aneh. Menyaksikan banyaknya penjaga, Prisha malah tegang. Rasa tak nyaman menyelimuti dirinya. Seakan-akan diintai monster ganas. Apalagi anggota keluarga dan kerabat mertua, melempar pandangan sinis bercampur iri dengki ke arahnya.Prisha tersenyum dan menyapa mereka, hangat dan ceria. Namun, balasa
Senyum Gavin lepas begitu pesawat pribadi yang ditumpanginya lepas landas. Setelah sekian jam mempertahankan wajah serius dan dingin, akhirnya ia membebaskan ekspresi, sesuai suasana hatinya.Sore itu selepas acara pelantikan yang berakhir dramatis, ia langsung menghubungi pilot pribadi, meminta penerbangan menuju satu wilayah di Pulau Kalimantan. Alasannya honeymoon. Diajaknya Prisha berangkat, tanpa mempedulikan protes seluruh keluarga."Nggak disangka, rencanamu jitu. Sesuai prediksi, Om Danu dan Om Reno memilih mundur dari perusahaan induk," ungkap Gavin pada Prisha yang duduk manis di sisinya.Terbayang olehnya reaksi keras keluarganya. Keuangan Healthy Light yang kurang stabil gara-gara manajemen korup, bertambah oleng ketika Prisha menarik dan meminta pencairan saham. Gavin menolak mencari pengganti investor. Akibatnya, Healthy Light harus menjual beberapa aset. Di antaranya rumah sakit DIMS cabang Singapura dan Malaysia. Serta beberapa pabrik farmasi.Kakek Zed tak berdaya me
Pagi-pagi sebakda Subuh, Prisha bercermin dan mengamati wajahnya dengan perasaan rendah diri tak terperi. Kalimat Dokter Gavin di masa lalu, terngiang di telinganya."Kamu kelihatan tua, tapi childish. Tidak anggun. Minus etika. Jelek, pendek, gemuk."Waktu itu, Gavin melontarkan ejekan dengan semena-mena di depan mendiang Nalini. Prisha tiba-tiba merasa sangat buruk. Gegas diteleponnya Keyko, sebab hanya anak gokil itu yang paham masalah begini. Referensinya segambreng terkait penampilan. Berbeda dengan Hana yang betul-betul blank soal kecantikan."Cie cie yang honeymoon .... Udah seminggu baru inget temen!" Begitu selesai berbalas salam, Keyko langsung meledek."Capek tau!""OMG! Sampe kecapean? Olala, idungku mimisan! Toloong ....""Astagfirullah, jangan mesum, Key! Lo gak liat IG gue? Ampe keriput kaki gegara keseringan berendam di lokasi banjir!""Tapi, kan, tugasnya berdua ama suami? Uwuu manisnya .... Kalian pasangan terviral bulan ini loh! Trending topic di IG, Tiktok, ama T
Prisha terdiam. Jari-jemarinya refleks saling meremas. Sementara Gavin bungkam dan mengetatkan rahang. Keheningan terentang di antara mereka. Sepuluh detik kemudian, Gavin memutar tubuh, lalu meninggalkan kamar tanpa mengucap sepatah kata pun lagi.Prisha tak mencegah, tak juga menyusul. Pandangannya terlempar ke panorama di luar jendela kamar hotel. Gerimis jatuh membasahi kota kecil tempatnya bermalam. Air matanya menetes serupa rinai, di luar kuasa. Ia sudah lama membiasakan diri terhadap sikap acuh tak acuh Gavin. Bahkan jauh-jauh hari ia telah menyiapkan hati jika lelaki itu belum sanggup melupakan cinta lama. Meski mereka telah sepakat menjalani aktivitas suami istri umumnya, tapi Prisha yakin, itu hanya cara Gavin untuk mengobati luka. Mungkin, pak dokter menjadikan Prisha hanya sebagai pelarian.Prisha tidak mempermasalahkan itu. Tapi ia bukan tumbal boneka tak berjiwa. Ia punya prinsip dan cita-cita. Gavin mungkin marah karena cara bicaranya terlalu lugas, to the point, d
Keyko dan Hana tiba di rumah duka, sebakda Isya. Mereka langsung berangkat dari Jakarta, begitu dapat chat dari Prisha. Berita kematian nenek Prisha, juga telah tersebar ke grup-grup koas dan sesama dokter. Termasuk pihak rumah sakit Devandra. Media sosial tak ketinggalan berita. Ucapan bela sungkawa pun membanjiri akun Prisha. Namun, tak satu pun dibaca.Prisha tenggelam dalam kesedihannya sendiri. Di tengah arus perhatian banyak orang, ia justru merasa kesepian."Lo nggak sendiri, Sha. Ada kami di sini. Kami nemenin lo." Keyko mengusap bahu sahabatnya. "Gue yakin, kematian nenek nggak wajar. Gue pengen nenek diotopsi, tapi nggak tega." "Sha, kata tetangga-tetangga dekat, udah ada dokter puskesmas yang meriksa sebab kematian nenek lo. Ada kemungkinan sleep apnea. Nenek lo mayan gemuk, kan." Hana mencoba merasionalkan otak Prisha."Mami gue belum lama meninggal karena diracun. Hasil otopsinya ditutup-tutupi. Nggak lama kemudian, nenek gue nyusul mami. Nggak nutup kemungkinan nenek
Gavin dan Reza melanjutkan percakapan yang tertunda. "Dua sahabat Prisha datang lebih dulu dari lo. Gue lupa ngasi tau," ungkap Gavin, begitu Reza duduk di sampingnya kembali.Reza meneguk kopinya, sambil berusaha mengusir rasa aneh yang berkabut di hatinya."Ngomong-ngomong, gue lupa ngucapin terima kasih karena lo sudi datang begitu gue minta.""Apa yang nggak, sih, buat elo.""Gue nggak akan ngusik masalah lo ama Hana, kalo lo nggak mau cerita. Tapi, ingat, Hana itu sohibnya Prisha. Prisha lagi sensi ama gue. Kalo lo gangguin sohibnya, hubungan gue ama Sha bakal terimbas juga. Jadi tolong, jaga itu."Reza mengganjur napas. "Gue didesak nikah, coz adek cowok gue mau nikah. Bapak ibu gue megang adat pantangan adek nikah mendahului kakak. Adek gue ampe stres. Gue dituduh egois. Akhirnya diambil jalan tengah. Kalo gue bisa bawa pacar atau calon istri ke rumah, maka adek gue boleh nikah di KUA. Resepsinya ditunda kalo gue udah nikah.""Kasian adek lo.""Iya. Makanya gue mau minta bantu
Tadinya, Ariana kaget sekaligus malu. Namun, begitu mendengar pertanyaan Gavin, ia jadi ilfeel sekaligus merasa lucu. Akhirnya, gadis itu tertawa lirih dengan pipi bersemu. “Belum apa-apa udah di-warning ngasi jawaban yang nggak mengecewakan. Yaudah, aku, sih, terserah Papa dan Mama aja.”Danan dan Lidya saling menatap, lalu mengangguk serempak. Senyum lebar mereka mengembang. Bahagia. Diam-diam, mereka mencuri pandang ke arah Zed dan Diana, penuh rasa terima kasih. Lidya lantas memeluk putrinya, seraya mengungkapkan persetujuannya. Sementara Reno, wajahnya sontak berseri-seri, dipenuhi aura kelegaan dan kebahagiaan. Batinnya berbisik gemuruh. ‘Papa, aku telah memenuhi persyaratan darimu, meminang Ariana untuk Zakki. Aku berjanji akan menjauhkan diri dari Healthy Light dan mendorong Zakki menjadi pria yang lebih baik.’***“Aku baru tau, kalo kamu pemalu.” Ariana berdecak kesal di malam pengantin. Usai akad nikah dan resepsi besar-besaran yang diadakan Zed Devandra di mansion, ia d
“Roni, kamu lebih pantas jadi adikku. Aku menyukaimu sebagai kakak.” Ariana kembali tertawa ringan. Wajahnya secerah musim semi.Harapan Roni yang sudah melambung seperti balon terbang, mendadak kempes dan jatuh.“Ah, sayang sekali.” Diana menatap cucu bungsunya yang kekanak-kanakan itu dengan lembut. “Padahal tadinya Nenek mau menjodohkan Roni dengan Ari. Tapi Ari menganggap adik. Tenanglah. Nenek memiliki beberapa calon yang bisa kaupilih. Atau kau punya calon sendiri? Kalo calonmu baik, kami akan menyetujuinya.”Roni menggeleng. Wajahnya masam. “Cewek-cewek di luar sana, hanya memandang status dan hartaku saja. Aku nggak kenal cewek lain sebaik Prisha atau Kak Ari. Aku pasrah aja ama pilihan Nenek.”Diana bertepuk tangan. “Bagus!”“Gimana denganmu, Zakki?” Pertanyaan Zed beralih ke Zakki.Yang ditanya hanya membisu. Gavin sebal sekali. Ditepuknya bahu Zakki cukup keras. “Apalagi yang kau tunggu?” Reno menarik napas panjang menyaksikan sikap diam putranya. Tentu ia mengerti kenap
“Sepulang dari berhaji, kami ingin lebih fokus beribadah. Usia aku dan nenek kalian semakin senja. Banyak hal yang kami sesali. Kini waktunya untuk memperbaiki segalanya. Kami tak ingin masalah orang tua kalian terulang pada kalian, para cucu.” Zed menyampaikan rangkaian nasihat kepada cucu-cucu lelakinya. Pada intinya, ia tak ingin mereka manja dan membuat masalah seperti dulu. Zed berharap mereka semakin matang dan lebih memperhatikan keluarga. Tak lupa ia menyemangati empat cucu lelakinya agar menyusul hijrah.“Aku bersyukur memiliki cucu menantu sebaik Prisha. Bersamanya, Gavin jadi lebih lunak dan penurut.” Diana menyampaikan isi hatinya setelah Zed menuntaskan wejangannya. Gavin menekan ketidakpuasan di hatinya ketika mendengar kalimat “lebih lunak dan penurut”. Apakah nenek dulu menganggapnya keras dan liar serupa hewan buas? Betapa berlebihan. “Bukan Sha yang mengubah Pak Dokter, Nek. Dia berubah karena keinginannya sendiri,” sahut Prisha, rendah hati. “Seiring kebersamaan
“Kalo baik-baik saja, kenapa Kakak harus susah payah mencegahku? Kakak nggak mau Dokter Salman tersakiti, kan? Kakak masih ingin menjaga perasaannya ....”“Aku tidak peduli perasaannya!” Ariana setengah berteriak. Beberapa kerabat sontak menoleh ke arahnya.Tiba-tiba Sean dan Roni datang dan bergabung ke meja Zakki. “Perasaan siapa, Kak?” tanya Roni, polos. “Kenapa kalian datang ke sini?” bentak Ariana. Mendadak ia dongkol dan uring-uringan tidak jelas. “Aku mau ngobrol serius dengan Zakki!” “Kak Ari, mumpung ada Kak Zakki di sini, aku juga perlu bicara serius denganmu.” Roni memperlihatkan ekspresi seperti awan mendung yang siap menurunkan hujan.“Betul.” Sean mengangguk kuat. “Roni siap jadi lelaki dewasa. Sesuai arahan Kak Zakki. Biar Kak Zakki jadi saksi.”Zakki menatap kedua adik sepupunya itu sambil tersenyum masam.Roni mengepal tinju, menguatkan tekad. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu membusungkan dadanya. “Kak Ariana, izinkan aku meminangmu. Maaf jika terkesan tiba-tiba
Suasana hati Zakki memburuk drastis tatkala menyaksikan Ariana dikelilingi para sepupu lelakinya. Tadinya ia ingin mendekati Ariana untuk menanyakan apa yang ingin dibahas Ariana dalam chat-nya. Namun, gadis itu sepertinya lupa. Ariana malah kelihatan asyik mengobrol dengan empat sepupu gantengnya.Zakki memutuskan melemparkan masalah itu ke belakang kepala. Toh, yang punya kepentingan adalah Ariana, bukan dirinya.Bukannya kesal, Zakki malah sedikit berterima kasih dalam hati ketika Gavin menyuruhnya memperbaiki laporan analisis keuangan dengan kata “segera”. Dalam situasi normal, ia akan tersinggung berat, sebab disuruh mengecek laporan di luar jam kerja. Parahnya lagi, dalam acara keluarga. Gavin sungguh keterlaluan. Namun, Zakki kali ini mengabaikannya agar pikirannya teralihkan dari pemandangan yang tidak menyenangkan.Sayang sekali, meski berusaha keras meneliti laporan, tetap saja ia gagal fokus. Ia tidak ingin mencuri-curi pandang ke arah gadis berkerudung pink yang sedang ter
“Ariana, mundurlah ... Jangan ikut campur,” desis Danu pada putrinya.“Tidak, Papa. Mereka berlebihan. Apakah mereka lupa kalau Om Reno adalah putra Kakek Zed? Dan Zakki adalah cucu langsung beliau? Mereka betul-betul tidak memandang muka Kakek Zed dan Nenek Diana!” Ariana berkata dengan nada mencela.Seluruh kerabat terperangah, sebelum memasang ekspresi marah dan merasa terhina.“Cukup!” Tiba-tiba Kakek Zed berseru, mencegah perdebatan meruncing. “Ariana benar. Aku dan istriku memang pernah marah pada putra-putra kami. Namun, mereka telah mendapatkan hukuman masing-masing. Anak-anakku sudah menyadari kesalahan dan menyesalinya. Kami menerima permohonan maaf mereka. Jadi, sejelek-jeleknya, tolong hentikan semua komentar miring itu. Mereka adalah putra-putraku. Yang tetap mewarisi hartaku, meski tak berhak lagi menjalankan bisnis keluarga.Acara makan malam hari ini, sebenarnya bertujuan untuk bersilaturrahmi dan memulihkan kembali hubungan kekeluargaan yang retak. Danu dan Reno sudah
Meskipun demikian, sifat kejam dan pendendamnya tidak mudah hilang begitu saja. Mantan istri dan kedua putrinya, bukan hanya meninggalkannya di saat terpuruk, tapi juga ikut melempari batu saat ia jatuh ke lubang kesengsaraan. Lebih parah lagi, baru empat bulan bercerai, Rani menikah lagi. Usut punya usut, sang istri sudah lama berselingkuh. Reno paham, dirinya jarang memperhatikan keluarga. Ia bukan orang baik. Tapi setidaknya, Rani, Anjani, dan Anggraini menikmati kemewahan nyaris tanpa batas saat Reno masih jaya-jayanya. Reno tak pernah menelantarkan mereka. Rani dan dua putrinya—kalaupun tak sudi balas budi—paling tidak jangan ikut menginjaknya. Tak dinyana, mereka kejam. Dan saat itu, saat situasi berbalik, dua putrinya ingin memanjat lagi. Melihat ekspresi murka Reno, Zakki khawatir Reno drop lagi. Kondisi fisik sang papa pascatransplantasi hepar belum stabil. Akhirnya ia bangkit, lalu menarik kedua adiknya menjauh.“Enyah!” perintahnya, dingin. Tatapannya tajam.“Kakak—“ Anj
Waktu berlalu dengan cepat. Hari sabtu pun tiba.Mansion Zed Devandra malam itu terlihat lebih ramai dari biasanya. Belasan pelayan hilir mudik mengantarkan hidangan dan menatanya di meja-meja bundar yang tersusun di ruangan luas. Terakhir mansion Zed Devandra meriah adalah saat perayaan akbar akikah cucu buyut pertama Devandra, enam bulan yang lalu. Setelah berbulan-bulan agak sepi, bangunan besar itu kembali semarak. Zed mengundang seluruh keluarga besarnya ke acara makan malam tersebut. Tujuannya dalam rangka syukuran atas sembuhnya Reno. Diam-diam, tetua keluarga itu juga menyiapkan kejutan lain.Keluarga besan juga datang beserta putra-putri masing-masing. Tentu saja mereka tak akan melewatkan kesempatan berhadir di forum eksklusif tersebut. Jarang-jarang Zed Devandra mengadakan acara makan bersama keluarga besar yang melibatkan besan, di luar momen hari besar seperti hari raya. Acara tersebut bakal mereka manfaatkan untuk menjalin hubungan lebih dekat yang berpengaruh pada ke
Terlepas dari perbuatan jeleknya di masa lalu, Gavin agak kasihan pada Zakki. Tapi ia juga tak berdaya mengendalikan kakek neneknya yang pilih kasih. Tekanan keluarga Atmaja pada Zakki juga lebih karena merasa malu melihat Zakki tak bisa dibanggakan di tengah keluarga Devandra.“Adik saya sudah berubah,” kata Gavin, berusaha meredakan kejengkelan Robi. Nada suaranya tenang. “Dia jenius bisnis yang bakal diproyeksikan sebagai pengganti saya.”Kilat keterkejutan yang tajam melintas di mata Zakki. Ia memandang kakak sepupunya dengan sorot tak percaya. Tapi dengan cepat ia berpikir, Gavin pasti hanya ingin menjaga harga dirinya, mengingat mereka kini “bersekutu”. Dua detik berikutnya, tatapannya kembali jatuh ke gelas bening berisi air mineral. Ekspresinya kembali datar.Robi Atmaja tercengang. Lalu, suara tawanya berkumandang. Mengandung ejekan. “Pecundang ini? Jadi pengganti CEO Healthy Light? Apa kalian meremehkan pengkhianatannya? Anak ini sudah mencoreng nama baik dua keluarga!”“Pa