BAB KE : 70 SUARA TAK BERUJUD 16+Baru saja berjalan sekitar lima meter, Ronal terpaksa memperlambat langkahnya, itu dia lakukan karena medan yang akan dia lewati sedikit licin, belum lagi permukaan tanahnya yang miring. Ronal berhenti sesaat, meneliti dengan seksama jalan tempat dia akan melangkahkan kaki, ada rasa khawatir di hati Ronal melihat medan yang akan dia lewati. Berat, broo!Di samping gelap, licin posisi jalan itu juga miring. Ronal menatap ke bagian bawah jurang, terlihat cukup curam. Ada rasa ngeri di hati Ronal membayangkan bagaimana seandainya dia terpeleset dan jatuh ke dalam jurang tersebut. Ronal menyesal kenapa dia harus menempuh jalur ini. Seharusnya dia kembali ke jalan tadi, jalan pertama yang dia lewati ketika akan menghampiri pohon pepaya, walau agak memutar, tapi jalannya cukup bagus, tidak curam dan licin seperti ini. Mungkin karena rasa takut yang disebabkan oleh bau kentang goreng tadi, membuat Ronal mengambil keputusan yang gegabah, dia mengam
BAB KE : 71SUSTER NGESOT 16+Ronal tak bisa bergerak, tubuhnya kaku dengan rasa takut yang teramat sangat, dia mencoba untuk berteriak, tapi suara tak keluar, hanya mulutnya saja yang mengap-mengap seperti ikan mujair kekurangan air. Bagaimana tidak takut, ketika orang itu mengucapkan 'taraaaa' seketika ujudnya berubah menjadi tinggi besar. Mungkin tingginya ada sekitar tiga meter. Semua tubuhnya terbalut kain putih dengan kedua tangan terlipat di atas perut di balik lilitan kain tersebut. Hanya bagian mukanya saja yang kelihatan, tapi sebagian muka itu telah hancur seperti disayat. Melihat bentuk dan ujudnya, mungkin panggilan 'sayang' makhluk satu ini adalah pocong. Darah kental seperti merembes dari sayatan di wajahnya. Kedua bibir yang biasanya untuk menutup gigi, lenyap entah ke mana, sehingga deretan giginya yang besar-besar terlihat sangat jelas oleh Ronal.Ketakutan membuat Ronal seperti menggigil. Namun, itu hanya 'seperti,' sebab tubuh Ronal tidak gemetar, malah kaku d
BAB KE : 72 SUSTER NGESOT DAN SI ALAY 16+Kebetulan sekali dia mendarat di bagian tanah yang sedikit lebar, yang luasnya sesuai dengan ukuran pantat makhluk tersebut. Sehingga menyelamatkannya dari miringnya permukaan tanah, dan tidak jatuh berguling masuk jurang. Makhluk yang memakai stelan serba putih dengan kemeja lengan pendek berpadu rok panjang selutut tersebut, duduk dengan badan condong ke depan. Kini tidak hanya kepalanya saja yang menghentak-hentak, tapi bahunya juga ikut serta. Mungkin kalau di dunia persinetronan makhluk ini yang disebut dengan nama Suster Ngesot.Kepalanya bergetar dengan sentak-sentakan pelan ketika meneliti tubuh Ronal. Makhluk itu memindai Ronal dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan mata julingnya. Terdengar suara berkeciprak dan mendesis dari mulut makhluk tersebut ketika menatap wajah Ronal. Persis seperti ibu-ibu hamil yang sedang menikmati mangga muda. Mulutnya bergerak-gerak seperti sedang melahap sesuatu dengan air liur kental yang
BAB KE : 73 PEREMPUAN BUNIAN 16+Suster Ngesot tidak menggubris bentakan si Pocong, dia terus melompat seperti kodok, menjauh dari si Pocong. "Hoyiii! Jangan kabur!"Pocong kembali berteriak sambil melompat-lompat di tempatnya dengan gusar. Namun, teriakan itu tetap tidak digubris oleh Suster Ngesot yang posisinya semakin menjauh meninggalkan Pocong. Merasa musuhnya mau melarikan diri, akhirnya si pocong memutuskan mengejar Suster Ngesot. Dua makhluk aneh itu kejar-kejaran di tengah hutan di bawah cahaya rembulan yang hampir purnama. Suster Ngesot kabur dengan lompatan ala kodok, sedangkan Pocong mengejar dengan lompatan satu-satu. Dasar makhluk aneh ... padahal Suster Ngesot bisa melayang, tapi giliran kabur malah melompat-lompat kayak kodok. Lebih parah lagi si Pocong Alay yang memiliki ilmu terbang, giliran mengejar Suster Ngesot, malah dia melakukanya dengan lompatan satu-satu.Benar-benar aneh!Suster Ngesot dan Pocong semakin jauh meninggalkan lokasi di mana Ronal masih
BAB KE : 74HASRAT RONAL DI RUMAH MAKHLUK BUNIAN 16+Cahaya rembulan berpadu dengan lampu gantung dengan bahan bakar minyak, membuat kampung ini cukup terang disaat malam telah sempurna menyelubungi bumi. Mungkin sekitar pukul setengah delapan malam, Ronal dan Seruni baru memasuki wilayah perkampungan tersebut. Anak-anak kecil masih terlihat di luar rumah bermain bersama teman-temannya. Kehadiran Ronal dan Seruni tidak begitu menarik perhatian mereka. Mereka asik saja bersorak-sorai bermain dengan teman sebaya. Rumah yang ada di kampung ini semuanya berbentuk panggung dengan berbahan kayu dan papan, ada juga dindingnya yang masih memakai geribik. Seruni membawa Ronal menuju sebuah rumah yang di depannya ada pohon jeruk bali. Inilah tempat tinggal Seruni, seperti rumah penduduk yang lain, penerangan di rumah Seruni juga terdiri dari beberapa lampu gantung. Tanpa mengucapkan salam, Seruni menaiki tangga rumah dengan berpijak pada satu persatu dari empat anak tangga yang menj
BAB KE : 75PELET GADIS BUNIAN 16+Entah kopi jenis apa yang diminum Ronal, sehingga keadaan tubuhnya berubah dengan drastis. Rasa dingin sudah tidak ada lagi, malah gerah sekarang yang menyerang. "Untung kamu diselamatkan oleh anak saya ... jika tidak, entah apa yang akan terjadi dengan dirimu. Belum ada yang selamat, bila telah lebih satu malam berada di hutan larangan," ucap Membah. "Hutan larangan?" Ronal terlihat bingung dengan dahi berkerut menatap ke arah Membah. "Iya, hutan larangan. Tempat kamu pingsan itu adalah hutan larangan, hutan yang tidak memiliki kekuasaan dan aturan. Siapa yang kuat, maka dialah yang berkuasa di sana." Membah menerangkan. Apa yang disampaikan Membah malah membuat Ronal semakin bingung, dia benar-benar tidak mengerti, apa itu hutan larangan. "Hutan itu dulunya adalah milik warga sini, tempat kami berkebun. Namun, ada beberapa makhluk buangan yang masuk wilayah tersebut. Keberadaan mereka sangat menganggu penggarap lahan yang bertani di sana," la
BAB KE : 76 KESADARAN RONAL MULAI PULIH16+"Terima kasih, Bah. Semua ini terjadi karena kerja keras Membah ... Mudah-mudahan dengan menikah dengan dia, status sosial kita di kampung ini bisa terangkat," kata Seruni lirih. Ternyata hal yang sama juga terjadi di perkampungan Bunian, derajat mereka akan terangkat bila memiliki pasangan dari golongan manusia. Seruni duduk di salah satu kursi yang ada di ruangan tersebut, dia ingin menunggu Ronal sambil ngobrol dengan Membah-nya. Sesaat kemudian terlihat mereka begitu asik berbicara. Entah apa yang mereka obrolkan. Sementara itu, Ronal telah mulai menuruni tangga. Ternyata dapur dan kamar mandi di rumah ini terletak di bawah, yang lantainya langsung berada di atas tanah. Walau berada di atas tanah, tapi telah dibalur dengan coran kasar. Ronal berjalan sesuai dengan petunjuk Seruni tadi, dia memasuki kamar mandi yang ada di pojok dapur. Ruangan kamar mandi tersebut cukup besar, bak penampungan air juga cukup besar. Handuk, pakaia
BAB KE : 77RONAL DIPAKSA NIKAH 16+Dalam hati Ronal bertanya, makhluk apa yang barusan dia lihat. Rasanya Ronal belum pernah melihat makhluk itu, makhluk kerdil dengan wajah aneh. Tingginya mungkin tidak sampai lima puluh senti, persis seperti manusia, dengan wajah yang berbeda. Hidungnya kecil panjang dan lancip, mata besar berwarna merah, daun telinganya panjang seperti telinga kambing, dan makhluk itu bertanduk di kening seperti cula badak. "Tak ada ciptaan Tuhan yang lebih sempurna selain manusia," batin Ronal, untuk menenangkan diri. Rasio dalam otak Ronal kembali bekerja, membuat dia lebih mengikuti logika dibanding perasaan. Rasa takut yang tadi sempat hadir kembali sirna. Aroma kembang yang tercium pun dia abaikan. Rasa penasaran membuat Ronal mengintip ke bawah kolong rumah. Matanya dengan awas menyapu seluruh area kolong, tapi dia tidak melihat apa-apa. Aroma kembang pun sirna entah ke mana. Merasa semua area kolong rumah telah dia sapu dengan pandangannya, dan tid