BAB KE : 77RONAL DIPAKSA NIKAH 16+Dalam hati Ronal bertanya, makhluk apa yang barusan dia lihat. Rasanya Ronal belum pernah melihat makhluk itu, makhluk kerdil dengan wajah aneh. Tingginya mungkin tidak sampai lima puluh senti, persis seperti manusia, dengan wajah yang berbeda. Hidungnya kecil panjang dan lancip, mata besar berwarna merah, daun telinganya panjang seperti telinga kambing, dan makhluk itu bertanduk di kening seperti cula badak. "Tak ada ciptaan Tuhan yang lebih sempurna selain manusia," batin Ronal, untuk menenangkan diri. Rasio dalam otak Ronal kembali bekerja, membuat dia lebih mengikuti logika dibanding perasaan. Rasa takut yang tadi sempat hadir kembali sirna. Aroma kembang yang tercium pun dia abaikan. Rasa penasaran membuat Ronal mengintip ke bawah kolong rumah. Matanya dengan awas menyapu seluruh area kolong, tapi dia tidak melihat apa-apa. Aroma kembang pun sirna entah ke mana. Merasa semua area kolong rumah telah dia sapu dengan pandangannya, dan tid
BAB KE : 78WAJAH SERUNI YANG ANEH 16+Deg dag dug dug!Bentakan Membah seakan langsung menghantam jantung Ronal, dadanya semakin berdebar dengan tak karuan, rasa kesal dan takut berbaur menjadi satu. "Heran ... negeri apa ini? Baru ketemu dalam hitungan jam sudah disuruh nikah. Kegatalan amat nih aki-aki," batin Ronal. "Kamu ngedumel dalam hati, ya?" Membah bertanya dengan mata melotot ke arah Ronal, tapi kedua bibirnya bergerak turun naik seperti nenek-nenek mengisap susur. Ketika dada sedang bergemuruh tak jelas, tiba-tiba datang pertanyaan yang seperti menuduh dengan tatapan mata melotot membuat Ronal jadi jengkel, pengen marah, tapi takut. Apalagi Membah seakan-akan mengetahui apa yang sedang dibatinkan Ronal. Terpaksa dengan gelagapan Ronal mengangkat kedua telapak tangannya yang terkembang ke arah Membah. "Tidak, Bah ... tidak!" Bibir Ronal gemetar dengan wajah sedikit pucat. Telapak tangannya mengayun ke kiri dan kanan disertai gelengan kepala.Melihat sikap Ronal yang
BAB KE : 79INGATAN RONAL TELAH PULIH 16+"Bahhhh! Jangan begitu?!" teriak Seruni sambil menunjuk mulutnya sendiri dengan menggerakan pipinya turun-naik sehingga terlihat kembang-kempot, menirukan apa yang sedang dilakukan Membah. Setelah itu dengan cepat dia memutar tubuh membelakangi Membah dan Ronal dengan telapak tangan menutup wajah."Aduh ... lupa!?" Membah tepuk jidat dan langsung berdiri, lalu melangkah dengan gegas menghampiri Seruni. "Maaf, Membah lupa! Tadi Membah ingin membaca isi hatinya, makanya Membah rapal ajian mantra membuka tabir menilik jiwa," lanjut Membah setelah dia berada di dekat Seruni yang masih membelakanginya. Rupanya pipi kembang-kempot dan mulut yang seperti ngemut susur adalah ritual Membah dalam melepaskan ajian tertentu untuk mengetahui isi hati Ronal. Pantas saja apa yang dikatakan Ronal dalam hati tadi, selalu diketahui Membah. "Seharusnya Membah jangan merapal ajian itu di dekat Seruni! Bagaimana kalau dia melihat wajah asli Seruni, bisa k
BAB KE : 80 BELATUNG DI DALAM PIRING NASI16+Karena kebingungan Ronal telah sirna, dia mulai menyadari dan memahami apa yang terjadi sebenarnya. Apa yang dialaminya selama ini semua berawal dari ulah Ratu Kencana Wangi. "Oke, kehidupan saya memang sudah kacau dan berantakan, dan saya sekarang entah di mana? Boleh, boleh aja ... jika dedemit, sontoloyo, setan belang atau apapun jenisnya. Bagi yang ingin main-main dengan saya! Boleh, boleh ... oke ... oke, saya siap!" Ronal membatin dalam hati sambil mangut-mangut."Saya tidak takut! Belum tahu dia siapa Ronal, disaat masih bau kencur saja, saya sudah sukses memerankan tokoh kunti, tokoh pocong dan makhluk mengerikan lainnya untuk menakut-nakuti teman-teman saya. Sekarang ada yang ingin menguji mental saya? Ayo kita berjibaku!? Ha ha ha!" tantang Ronal ... tapi masih tetap dengan membatin dalam hati. Untunglah Membah sedang tidak merapal ajian 'membuka tabir menilik jiwa'. Sehingga Membah tidak mengetahui apa kalimat yang ada di
BAB KE : 81MAKAN MALAM ALA MEMBAH 16+"Ya, Tuhan! Makhluk apa yang bersamaku ini?" batin Ronal dengan penuh kecemasan. Ronal berusaha menenangkan diri dengan menekan kecemasannya, dan bersikap sewajar mungkin. "Ayo, ambil lauknya!" Ucapan Seruni, kembali menyadarkan Ronal dari pergolakan hatinya. "Iya, ambil lauknya! Kok malah bengong?" Membah ikut bersuara.Sikap bengong dengan keterkejutan Ronal tadi, diartikan oleh Membah dan Seruni karena pengaruh dari mantra-mantra yang terdahulu. Tentu anggapan seperti ini sangat menguntungkan Ronal, setidaknya Membah dan Seruni tidak akan berpikir lagi bahwa Ronal akan kabur dari mereka. "Nih, enak! Belut balado ... ayo ambil ... ayo ambil!" Membah menyodorkan piring yang berisi lauk. "Astagfirullah!" Ronal membatin ketika melihat isi piring tersebut. Di mata Ronal, apa yang ditawarkan Membah itu bukanlah belut, tapi ular kadud yang dibumbu balado. Besarnya sejempol orang dewasa dengan panjang beberapa centi. Tak ada satu pun dari
BAB KE : 82 RONAL MENINGGALKAN RUANG MAKAN 16+"Kenapa Mas Ronal menatap Membah dengan cara begitu?"Pertanyaan Seruni membuat Ronal tersentak, dengan cepat dia menenangkan diri dan berusaha melepaskan senyum. "Enak amat melihat cara makan Membah! Lahap sekali kayaknya," jawab Ronal berbohong. Membah hanya tersenyum mendengar jawaban Ronal, matanya melirik ke arah Ronal dengan mulut masih sibuk mengunyah potongan ular yang ada dalam mulutnya. "Lalu, Mas Ronal mau makan apa? Masa hanya makan buah? Persediaan buah kita juga lagi habis." Suara Seruni membuat Ronal memutar wajah ke arah perempuan itu. "Saya makan ubi rebus yang ada di luar saja," jawab Ronal dan segera bangkit dari duduknya, berniat untuk meninggalkan meja makan."Ubi itu bukan buah, tapi termasuk jenis umbi-umbian!" Membah berkata sambil menatap Ronal yang hendak berdiri, sementara mulutnya masih terus bergerak mengunyah. "Ubi itu termasuk buah, Bah! Namanya buah ubi," ucap Ronal asal ceplos, sambil meninggalka
BAB KE : 83 TAWA SERUNI YANG MENGIKIK16+"Sialan ...! Apaan nih yang menimpuk kepala saya!" maki makhluk kerdil sambil buru-buru menaikan celana.Mungkin karena buru-buru sehingga ada bagian celana tersebut yang kena percikan air kencing. Rupanya makhluk tersebut sedang kencing di bawah sebatang pohon beringin yang tidak terlalu besar. Belum selesai dia menuntaskan hajatnya, makhluk tersebut tertimpa sial, kena lemparan Ronal. Untunglah ubi itu empuk sehingga tidak membuat benjut kepala korban."Sialan ...! Siapa yang main lempar sembarangan!" Rutuk makhluk itu sambil mengusap-usap bagian kepalanya yang kena lempar. Sementara itu, di dekat jendela Ronal baru saja selesai menyatukan ubi yang terakhir. Ubi yang sempat dia belah tadi, yang sekarang telah menyatu kembali setelah dikepal oleh Ronal. Mirip bola, sebesar bola tenis. "Whusssss ...!" Ubi terakhir melayang di udara menembus remangnya cahaya malam, setelah Ronal melemparkannya dengan kekuatan penuh. "Bukkkkk ...!"Lempa
BAB KE : 84 DISKUSI JAELANGKUNG 16+"Owh, udah ngantuk toh ... ayo Seruni, siapkan kamar untuk Mas Ronal-mu?" titah Membah. "Ya, Bah." Seruni bangkit, dan setelah melempar senyum ke arah Ronal, wanita itu pun berlalu. Hampir saja Ronal terjengkang oleh lemparan senyum Seruni jika dia tidak buru-buru berpaling. He he he! Ronal beruntung karena senyuman Seruni lewat begitu saja tanpa sempat singgah di matanya. Mungkin saja perutnya akan melilit jika sempat menyaksikan senyum Seruni tadi. Ada rasa lega dari makhluk kerdil yang sedang menguping pembicaraan mereka dari bawah jendela. Memang ini yang dia tunggu-tunggu, menunggu penghuni rumah tertidur."Saya ingin tidur di sini saja, Bah. Nggak enak harus tidur di dalam kamar," kata Ronal setelah Seruni hilang dari pandangan matanya. "Loh, kok tidak mau di kamar, memangnya kenapa?" Kening Membah berkerut dengan mengarahkan tatapan lurus pada Ronal. Ada rasa kecewa di hati lelaki tua itu atas penolakan Ronal. Dia telah menyediakan
BAB KE : 12O AKHIR SEBUAH CERITA 16+Kakek itu hanya bisa berharap seperti itu, karena yang maha mengetahui hanya Tuhan, apakah berdosa atau tidak berdosanya seseorang ketika melakukan suatu perbuatan hanya Tuhan yang bisa menentukan. Mungkin dari segi ilmu fiqih ada keterangan berdosa bila melakukannya, tapi Tuhan maha mengetahui niat seseorang. Tuhan lebih mengetahui kenapa orang tersebut sampai terperosok ke dalam dosa tersebut. Tidak boleh menghakimi bila sesuatu perkara itu belum terang oleh kita, itu prinsip yang dipakai oleh Galogentang. "Aamiin!" Ronal dan Ucil hampir serentak mengucapkan kata penutup doa tersebut menyambut ucapan Galogentang. "Tapi, belum tentu juga kamu tidak berdosa." Kalimat Galogentang yang ini membuat Ronal memiringkan mulutnya dengan mata menyipit menatap kakek tersebut sambil mengangkat bahu. "Ya, mungkin dosa kamu akan dipungut dari sisi kebodohan ...""Kebodohan bagaimana maksudnya?" Ronal memotong kalimat Galogentang."Dalam hidup itu, kita
BAB KE : 119 GALOGENTANG DAN UCIL SABARUCIL DATANG KE RUMAH RONAL 16+"Kakek Galogentang!" seru Ronal tertahan sambil bergegas ke arah mobil, karena dari balik mobil itulah kepala Galogentang menyembul. Senyum lepas dari bibir Galogentang, begitu pula dengan Ronal, setelah dekat mereka berpelukan. Jelas kegembiraan terlihat di wajah mereka. Bagi Ronal ini adalah pertemuan yang tidak disangka-sangka. Pertemuan yang membuat bahagia. "Eh, Ucil Sabarucil juga ada!" Senyum Ronal berubah jadi tawa lepas, ketika melihat makhluk kerdil juga ada di sana. Tadi Ronal tidak melihat, mungkin karena Ucil terlalu kecil, sehingga luput dari pandangan mata Ronal. Setelah melepaskan pelukan dengan Galogentang, Ronal bersimpuh di depan Ucil. Walau telah bersimpuh, Ronal tetap lebih tinggi dari Ucil. Kemudian mereka pun berpelukan. "Ayo, masuk! Kita bicara di dalam saja," ajak Ronal sesaat kemudian. "Mau bikin heboh orang yang ada di dalam rumahmu? Mereka kan tidak dapat melihat kami, nanti ka
ADA CINTA ANTARA TIKA DAN RAHMAN BAB KE : 118 "Memangnya Tika belum kenalan sama Rahman, Pak Hansip?"Semua mata mengarah pada Bu RT ketika beliau melepaskan pertanyaan tersebut. Berbagai ekspresi terlihat dari wajah mereka yang ada di ruangan tersebut. Ada yang tertawa, ada yang tersenyum, ada yang senyumnya sengaja dikulum, bahkan ada pula yang cengengesan. Rahman dan Tika juga ikut tersenyum, tapi cuma sebentar, karena tahap berikutnya wajah mereka memerah dan buru-buru menunduk. "Bu RT ngomong apa sih?" Sungut Tika pada Bu RT sebelum menunduk. Wajah Tika memang rada cemberut, tapi hatinya serasa terbang dengan sejuta bunga-bunga yang bermekaran, penuh kebahagiaan. Mungkin memang begitu sifat orang yang sedang jatuh cinta, kata hati dan ekspresi wajahnya suka tidak sama, kadang hati berkata iya, tapi kepala menggeleng diselingi anggukan. "Kenalan secara formal mungkin belum, Bu RT. Cuma rasanya, hati dan jiwa mereka sudah saling menyelami, dan sama-sama merasakan suka yan
BAB KE : 117 ADA APA DENGAN TIKA 16+Ternyata peristiwa di kampung jin benar-benar jadi pelajaran yang berharga bagi Ronal dan istrinya. Selama ini pasangan suami istri tersebut tidak begitu mempercayai akan adanya alam gaib yang mirip dengan perkampungan manusia. Mereka juga tidak percaya dengan adanya aturan tata krama dan adab terhadap makhluk-makhluk tersebut. Bahkan mereka tidak percaya sama sekali kalau makhluk astral bisa mengganggu kehidupan manusia. Namun, pengalaman telah mengajarkan mereka untuk mempercayai adanya kekuatan dari makhluk gaib, bukan sekedar percaya akan adanya Tuhan saja, tapi harus mempercayai adanya makhluk gaib yang diciptakan Tuhan.Kini mereka baru mengerti, bahwa tidak semua kejahatan dapat dilihat dengan nyata, sebab itu perlu berserah diri dan minta perlindungan pada Tuhan, tentu jalannya dengan takwa dan berdoa. Bermacam doa pun mulai mereka hapal, doa masuk ke kamar mandi sampai doa ketika mau berhubungan antara suami dan istri pun mereka haf
BAB KE : 116 RONAL KEMBALI PULANG 16+Dua lelaki yang kelihatan sebaya itu keluar dari gubuk. Sesaat Nursalim menatap ke arah gubuknya yang berjarak tidak begitu jauh dari gubuk Kartim, terlihat istrinya masih sibuk mengusir burung yang silih berganti mampir di sawah mereka. Nursalim berjalan di depan, diikuti Kartim dengan hati yang masih diliputi rasa was-was. Sambil berjalan mereka terus berbincang, membicarakan dan menebak apa gerangan yang ada di sana. Bahkan Nursalim pun telah melupakan niat awalnya ke gubuk Kartim, yang sebenarnya hendak meminjam korek api, entah kenapa hari ini dia lupa membawa benda tersebut. Padahal biasanya benda yang satu itu selalu nyempil dalam kantongnya. "Sepertinya ada mayat!" kata Nursalim sambil menghentikan langkah ketika mereka telah hampir sampai di tempat Ronal. Kartim memanjangkan leher, mengintip dari belakang Nursalim. Mata Kartim cukup lama meneliti sosok lelaki yang tergeletak tanpa bergerak itu, yang jaraknya tidak jauh dari tempa
BAB KE : 115RONAL DIKIRA HANTU 16+Tidak jauh dari tempat Ronal pingsan, dari sebuah gubuk yang ada di sawah tersebut, terlihat seorang bapak-bapak berumur sekitar empat puluh lima tahun. Sebelum matahari menyinari bumi, dia telah berada di sawahnya, dengan maksud untuk menjaga padinya dari incaran burung liar. Ada keanehan yang dia rasakan pagi ini, tak ada satu pun burung yang hinggap di area sawahnya. Sementara temannya yang lain pada sibuk berteriak mengusir burung yang mampir untuk mencicipi bulir padi milik mereka.Keanehan itu memang sempat mengganjal hatinya, tumben burung-burung pada enggan mampir di petak sawahnya, padahal biasanya padi milik dialah sasaran utama dari burung-burung tersebut, karena petak sawah bapak tersebut berada persis di bawah kaki bukit, tempat di mana burung-burung bersarang.Rasa heran di hatinya semakin menjadi, ketika melihat asap tipis yang mengudara di bagian ujung sawahnya. Batin lelaki itu mengira ada api di sekitar sana. Tapi siapa pula y
BAB KE : 114 MAKHLUK BUNIAN DAN SILUMAN BUAYA JADI PEMENANG16+Korban dari kedua belah pihak berjatuhan. Karena yang terjun ke medan tempur sangat banyak dari masing-masing kelompok, sehingga korban yang berjatuhan tentu sangat banyak pula, mungkin jumlahnya ribuan.Peperangan di perbatasan sebenarnya dimenangkan oleh Ratu Kencana Wangi. Kelompok Jin Sumbing bahkan sampai lari terbirit-birit menyelamatkan diri ke wilayahnya. Namun, betapa terkejutnya mereka, karena mereka langsung disambut oleh pasukan makhluk Bunian yang telah siap menanti dengan prajurit-prajurit andalan mereka. Tidak sulit bagi makhluk Bunian untuk mengalahkan kelompok Jin Sumbing yang sudah kelelahan. Akhirnya mereka semua berhasil di tangkap dan dijebloskan ke penjara. Nasib Ratu Kencana Wangi dan pasukannya juga tidak kalah apesnya dibandingkan dengan kelompok Jin Sumbing. Sebenarnya kelompok Ratu Kencana Wangi sengaja tidak mengejar Jin Sumbing, karena mereka merasa sudah yakin menang dan hanya menunggu
BAB KE : 113SILUMAN BUAYA DAN MAKHLUK BUNIAN IKUT PERANG 16+Balon tersebut menggelinding dengan cepat menuju dasar jurang. Terkadang melenting tinggi bila menabrak batu, kadang-kadang malah menghantam pohon yang tumbuh di sisi tebing.Namun, balon itu tidak pernah berhenti, terus meluncur karena pengaruh gravitasi bumi. Entah bagaimana nasib Ronal yang ada di dalam balon tersebut. Setelah melambaikan tangan ke arah balon raksasa yang terus meluncur, tanpa menunggu lambaiannya berbalas, Galogentang langsung menghentakan kaki ke bumi. Sekali hentak, tubuhnya melambung, lalu melayang di angkasa. Galogentang tidak kembali ke arena pertempuran Ratu Kencana Wangi dan Jin Sumbing. Dia malah terbang menuju wilayahnya, wilayah siluman buaya. Setelah sampai di wilayah siluman buaya, Galogentang segera menemui rajanya dan menceritakan apa yang terjadi, sekaligus mengusulkan untuk segera melakukan penyerangan ke wilayah Bukit Lampu. Mendengar apa yang disampaikan Galogentang, raja siluma
BAB KE : 112RONAL DITENDANG KE DALAM JURANG OLEH GALOGENTANG 16+Sikap Ronal ini justru membuat tawa Galogentang semakin keras, wajahnya sampai memerah. Tentu sikap kakek tersebut membuat Ronal semakin masgul bin keki. "Benar-benar makhluk aneh, urusan hidup mati orang, malah ditanggapi dengan tawa," rutuk Ronal dalam hati."Jurang itu hanya bentuknya saja yang curam, tapi selalu ada sisi atau bagian tempat kita berpijak. Lakukan dengan percaya diri, jagan takut akan sesuatu! Bila kita sudah takut sebelum mengetahui keadaan yang sebenarnya. Itu sama saja takut dengan bayang-bayang," ucap Galogentang setelah tawanya reda."Tapi saya memang tidak berani menuruni jurang itu, Kek! Lewat jalan yang datar saja, atau Kakek ikut bersama saya," tawar Ronal. "Apakah kamu ingin bersama saya menuruni jurang itu?" tanya Galogentang. "Iya, kalau bersama Kakek, saya berani," jawab Ronal cepat. "Ayo, kita ke sana!" ajak Galogentang sambil berdiri. "Ayo!" Ronal menyanggupi, dia pun berdiri,